• Tidak ada hasil yang ditemukan

025 401 425 Proseding luwu utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "025 401 425 Proseding luwu utara"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PROSPEKSI MINERAL LOGAM MULIA DI KABUPATEN LUWU UTARA,

PROVINSI SULAWESI SELATAN

Wahyu Widodo

Kelompok Program Penelitian Mineral

SARI

Di daerah prospeksi mineralisasi erat kaitannya antara intrusi granit – granodiorit dengan batuan yang diintrusinya yaitu kelompok batusabak Formasi Latimojong dan kelompok batuan meta-volkanik Tufa Rampi.

Dua jenis endapan diduga berkembang di daerah ini, yaitu mineralisasi emas – tembaga primer tipe kontak metasomatik baik didalam tubuh batuan intrusi maupun di dalam batuan yang diintrusinya dan juga endapan emas alluvial/ endapan emas plaser di dua lokasi yaitu Dodolo dan Tedeboek dengan sumber daya hipotetik 0,107313 ton dengan kandungan emas 50 mg/m3.

(2)

PENDAHULUAN

Prospeksi mineral logam mulia di Kabupaten Luwu Utara dilakukan karena adanya permohonan Bupati Luwu Utara kepada Direktur Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral untuk dilakukan survey bahan galian logam dan batubara Kabupaten Luwu Utara melalui surat No. : 540/356/Tamb/2005 tertanggal 12 Desember 2005, dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan keakuratan data dan informasi sumber daya mineral di daerah tersebut yang diharapkan dapat mendukung penyusunan wilayah pertambangan terkait dengan pelaksanaan UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Prospeksi mineral logam mulia dimaksudkan untuk membuktikan kebenaran data dan informasi adanya potensi/indikasi endapan emas primer dan sekunder di Kabupaten Luwu Utara dengan tujuan agar dapat diketahui kemungkinannya untuk dikembangkan secara ekonomis.

Secara umum lokasi prospeksi berada di Kabupaten Luwu Utara, akan tetapi pemilihan daerahnya ditentukan berdasarkan studi literatur dari data sekunder yang ada (indikasi/potensi logam emas dan geologi) serta diluar beberapa lokasi yang telah dilakukan prospeksi mineral logam kerjasama antara Metal Mining Agency of Japan – Direktorat Sumber Daya Mineral pada tahun 1992, daerahnya meliputi Kecamatan Rampi, Kecamatan Masamba, Kecamatan

Baebunta dan Kecamatan Sabbang (Gambar 1).

Posisi geografi Kabupaten Luwu Utara yang beribukota Masamba, terletak antara koordinat 119o41’15”–121o43’11” BT dan 2o30’45”–2o37’30”LS dengan luas + 7.502,58 km2 dan secara administratif Kabupaten Luwu Utara berbataskan dengan Provinsi Sulawesi Tengah di bagian utara, Kabupaten Luwu Timur di bagian, Kabupaten Luwu dan Teluk Bone di bagian selatan serta dengan Kabupaten Mamuju (Provinsi Sulawesi Barat) dan Kabupaten Tana Toraja di bagian barat.

Topografi Kabupaten Luwu Utara bervariasi mulai dari dataran rendah di daerah pesisir dengan panjang garis pantai mencapai + 60 km sampai dengan dataran tinggi pegunungan dengan ketinggian > 2.000 m dpl.

Kabupaten Luwu Utara yang dibentuk berdasarkan UU No. 19 tahun 1999 dengan ibukota Masamba merupakan pemekaran dari Kabupaten Luwu, pada saat pembentukannya daerah ini memiliki luas 14.447,56 km2 dengan jumlah penduduk 442.472 jiwa. Kabupaten Luwu Utara terdiri dari 11 kecamatan, 167 desa dan 4 kelurahan. Pada tahun 2008 penduduknya berjumlah 308.918 jiwa (70.946 KK) dengan laju pertambahan jumlah penduduk pertahun mencapai 6,9 %, 86 % penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

(3)

skala 1 : 250.000. Direktorat Sumber Daya Mineral bekerjasama dengan JICA/MMAJ telah melakukan prospeksi mineral logam daerah Kabupaten Luwu dan Kabupaten Mamuju tahun 1993. PT. Citra Palu Mineral telah melakukan eksplorasi mineral di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan termasuk Kabupaten Luwu Utara. PT. Aneka Tambang telah melakukan eksplorasi pendahuluan mineral logam di Kabupaten Luwu Utara.

Dengan selesainya kegiatan serta tersusunnya laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Luwu Utara khususnya Kepala Dinas Pertambangan dan Energi beserta jajarannya yang telah membantu perizinan, memberikan fasilitas dan informasi yang diperlukan, sehingga pelaksanaan kegiatan prospeksi tepat pada waktunya.

Geologi umum

Daerah prospeksi berada di bagian utara lengan selatan Pulau Sulawesi sebagai bagian dari mandala geologi barat yang dikenal sebagai busur magmatik. Busur magmatik dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu busur magmatik bagian utara dan busur magmatik bagian barat. Busur magmatik bagian utara disusun oleh batuan bersifat riodasitik sampai andesitik yang terbentuk mulai dari Miosen – Resen dengan basement basaltik berumur Eosen – Oligosen dan sebarannya memanjang dari Buol sampai Manado sedangkan busur magmatik bagian barat, batuan penyusunnya lebih bersifat kontinen, terdiri dari batuan gunungapi-sedimen berumur

Mesozoikum – Kwarter dan batuan malihan berumur Kapur dengan terobosan granitoid (granodioritik sampai granitik), busur ini sebarannya memanjang mulai dari Buol sampai Makassar.

Geologi regional Pulau Sulawesi yang disederhanakan dari beberapa lembar peta geologi 1 : 250.000, disusun oleh kelompok batuan malihan berumur Paleozoikum – Mesozoikum, kelompok batuan ofiolit dan bancuh Mesozoikum – Tersier Bawah, kelompok batuan sedimen dan batuan gunungapi Tersier Bawah sampai dengan Kuarter serta kelompok batuan terobosan (andesit, basalt, granodiorit, diorit dan granit) berumur Paleozoikum, Tersier Bawah dan Tersier Atas.

Secara tektonik Pulau Sulawesi dibagi menjadi 2 (dua) zone busur, yaitu busur barat dan busur timur, busur barat ditempati oleh lengan utara dan lengan selatan Pulau Sulawesi serta bagian barat Sulawesi Tengah, sedangkan busur timur ditempati oleh lengan Tenggara Sulawesi dan bagian timur Sulawesi Tengah. Sedangkan secara litotektonik Pulau Sulawesi dibagi menjadi 3 (tiga) mandala geologi, yaitu: mandala geologi barat (busur magmatik), mandala geologi tengah (batuan malihan) dan mandala geologi timur (ofiolit).

(4)

Potensi sumberdaya mineral logam yang terdapat di dalam Lembar Malili pada umumnya dan khususnya Kabupaten Luwu Utara adalah emas, bijih besi dan nikel. Di daerah Leboni, Kecamatan Rampi disebutkan adanya sumberdaya hipotetik emas alluvial sebesar 0,02 ton logam emas (0,31 mg/m3). Desa. Bangko, Desa Dodolo dan Desa Tadeboe (Kecamatan Rampi) serta Desa Hune dan Desa Kariango (Kecamatan Seko) ada indikasi emas. Disamping itu indikasi bijih besi diinformasikan terdapat di Desa Sahe Kecamatan Seko. Di daerah Petea, Kecamatan Bone Bone terdapat endapan nikel berupa saprolit dan limonit, jenis saprolit mempunyai cadangan terkira 49.800.000 dan cadangan terbukti 13.400.000 ton bijih dengan kadar Ni= 1,81% sementara jenis limonit mempunyai cadangan terbukti 19.000.000 ton bijih dengan kadar Ni= 1,43%.

Kegiatan Prospeksi

Pengumpulan data sekunder daerah ini diperoleh dari hasil studi literatur, antara lain berasal dari: Report on the Cooperative Mineral Exploration in the Toraja area,

Sulawesi the Republic of Indonesia, Phase

I (Japan International Cooperation Agency – Metal Mining Agency of Japan, 1992); Laporan Kontrak Karya Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan (PT. Citra Palu Minerals, 2007); Neraca Sumber Daya Mineral Logam dan Non Logam Pusat Sumber Daya Geologi, 2007. Peta Geologi Lembar Malili 1 : 250.000, PSG oleh T.O. Simandjuntak, dkk., 2007.

Selama kegiatan prospeksi berlangsung jumlah conto terkumpul secara keseluruhan adalah 200 conto yang terdiri dari 98 conto sedimen sungai., 86 conto konsentrat dulang, 3 conto tanah dan 13 conto batuan, (Gambar 3).

Menyesuaikan anggaran yang ada, maka conto-conto tersebut dilakukan seleksi untuk mendapatkan conto representatif yang dikirim ke laboratorium untuk dilakukan análisis, al. :

1. 9 conto tanah atau batuan terubah dilakukan Analisis PIMA (Portable Infrared Mineral Analyzer)

2. 8 conto batuan dan 80 conto sedimen sungai dilakukan analisis kimia mineral unsur-unsur Cu, Pb, Zn, Au, Ag, As dan Sb.

3. 20 conto konsentrat dulang dilakukan analisis Mineralogi butir.

4. 2 conto batuan termineralisasi dilakukan analisis Mineragrafi. dan

5. 3 conto batuan dilakukan analisis Petrografi.

Hasil Prospeksi

Secara umum morfologi daerah prospeksi dapat dibagi menjadi 4 satuan morfologi, yaitu : satuan morfologi perbukitan terjal, satuan morfologi perbukitan bergelombang, satuan morfologi dataran tinggi dan satuan morfologi dataran pantai.

(5)

dengan irisan-irisan hulu sungai berbentuk V. Satuan morfologi perbukitan bergelombang, merupakan bentang alam yang membentuk perbukitan berundulasi rendah dengan ketinggian berkisar antara 900 s.d. 1.200 m diatas muka laut. Satuan morfologi dataran tinggi, yang merupakan bentang alam relatif rata permukaannya pada ketinggian > 900 m di atas muka laut seperti misalnya bentuk bentang alam dataran alluvial yang membentang diantara desa Dodolo dan desa Leboni. Dataran tinggi di Desa Bangko dan Desa Tedeboek berada pada ketinggian > 1.200 m di atas muka laut. Pola aliran sungai yang ada di daerah ini umumnya dendritik dan berangsur sejajar mengarah ke sungai utama seperti S. Kukei di Leboni dan S. Toboru di Tedeboek, kedua aliran sungai utama ini bermuara ke S. Lariang di bagian utara daerah prospeksi.

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dengan mengacu Peta Geologi Lembar Malili 1 : 250.000 (T.O Simanjuntak. dkk., 2007), batuan penyusun di daerah ini dapat dikelompokkan menjadi batuan malihan (batuan metamorf), batuan gunungapi, batuan sedimen dan batuan terobosan, urutannya dari tua ke muda sebagai berikut : (Gambar 4).

Batuan Malihan (batuan metamorf) : Batuan malihan disini terdiri dari beberapa yaitu kelompok batuan serpentinit, kelompok batuan sekis-genis (Kompleks Pompangeo), kelompok batugamping malih (batu pualam).dan kelompok batusabak, keempat kelompok batuan malihan tersebut diperkirakan berumur Pra Kapur sampai

dengan Paleosen (T.O. Simanjuntak, dkk., 2007).

Batuan Gunungapi : Batuan gunungapi terdiri dari kelompok breksi andesitik – dasit (Formasi Lamasi), kelompok lava (batuan gunungapi Timepa), kelompok tufa (Kelompok Tufa rampi) dan kelompok breksi gunungapi (Kelompok batuan gunungapi Masamba), kisaran umurnya antara Paleosen – Pliosen (T.O. Simajuntak, dkk., 2007).

Batuan Sedimen : Batuan sedimen di daerah yang dimaksudkan adalah kelompok batupasir yang merupakan perselingan antara batupasir, konglomerat, napal dan batulempung tufaan yang dikenal sebagai Formasi Bonebone berumur Mio – Pliosen (T.O. Simajuntak, dkk., 2007) yang posisinya menumpang di atas batuan gunungapi Lamasi dan tidak selaras diatas batusabak Formasi Latimojong.

(6)

granoblastik dan setempat foliasi. Batuan ini menerobos batuan-batuan yang relatif lebih tua seperti Kelompok batusabak Formasi Latimojong, Kelompok Tufa Rampi dan Kelompok batuan gunungapi Lamasi.

Endapan Permukaan : Endapan permukaan yang terdiri dari lumpur, pasir, kerakal dan kerikil ditemukan di daerah prospeksi adalah endapan alluvial di dataran tinggi Dodolo, Bangko dan Tedeboek serta endapan alluvial pantai di bagian selatan daerah prospeksi yang merupakan dataran pantai.

Struktur geologi yang berkembang di daerah prospeksi adalah struktur sesar dengan arah umum baratlaut – tenggara dan sesar yang diperkirakan terbentuk kemudian adalah sesar berarah utara – selatan sampai dengan timurlaut – baratdaya. Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa sesar utama/ sesar geser berarah timurlaut – tenggara yang searah dengan aliran S. Kukei. Bentukan sesar utama ini ditandai dengan graben atau pedataran Leboni di bagian hulu S. Kukei dan munculnya umbul-umbul air/uap panas di bagian hilir S. Kukei. Sesar utama ini merupakan bagian dari pengaruh sesar regional Palu yang memanjang dari Teluk Bone di pantai timur Sulawesi Selatan hingga pantai barat Palu di Sulawesi Tengah yang dikenal sebagai sesar Palu – Koro. Demikian halnya dengan aliran S. Toboru di Tedebokek, merupakan sesar yang membentuk diagonal – α1 terhadap sesar S. Kukei yang sejajar dengan sesar regional Palu, salah satu indikasinya teramati di pinggir S. Toboru berupa zona

sesar yang ditunjukkan breksi sesar pada batusabak.

Secara umum ubahan dan pelapukan batuan di daerah ini terutama di lingkungan batuan intrusif dan vulkanik dapat dilokalisir pada daerah-daerah tinggian yang merupakan morfologi berundulasi, kondisi dipermukaan terkesan gundul dan hanya ditumbuhi semak atau ilalang. Pada umumnya indikasi ini menandakan adanya pelapukan batuan dengan tingkat oksidasi kuat dari batuan intrusif atau batuan vulkanik (tufa) yang dicirikan oleh tanah/ saprolit berwarna merah/ terlimonitisasi kuat/limonitic soil sebaran ubahan dan pelapukan batuan semacam ini merata pada puncak-puncak ketinggian antara Desa Dodolo (bagian timur) – Desa Bangko (bagian tengah) dan Desa Tedeboek (bagian barat).

(7)

ubahan muskovit + illit + halloysit + phengit (filik) sedangkan MM 30 R menunjukkan mineral ubahan kaolinit + halloisit + montmorillonit (argilik).

Di daerah aliran S. Kukei – Leboni yang didominasi oleh batuan intrusif granitik telah terubah kuat (argilitisasi dan kaolinnisasi), mineral mika (biotit, muskovit) sangat umum ditemukan dalam saprolit.

Di daerah prospeksi indikasi pemineralan ditunjukkan adanya float batuan terubah mengandung mineral sulfida, float batuan tersebut berasal dari S. Mobu dan S. Meleda (Desa Dodolo, Kecamatan Rampi) dan dari S. Salukayu (Desa Tandung, Kecamatan Sabbang).

Float batuan dari S. Mobu (MW 05 F) berupa granodiorit terubah (propilitik) dengan urat-urat kuarsa dan mineral sulfida (pirit, kalkopirit), malakit dan azurit, interpretasi spektra menunjukkan kehadiran mineral ubahan FeChlorite + IntChlorite + Calcite, sedangkan pengamatan dibawah mikroskop cahaya pantul mineral logam yang teridentifikasi adalah kalkopirit berbutir halus, tersebar dalam batuan sampai mengisi rekahan, sebagian terubah menjadi hydrous iron oxides (Foto 1).

Singkapan/float batuan di S. Meleda (lokasi pendulangan emas rakyat) menunjukkan gejala ubahan propilitik dengan hadirnya mineral-mineral ubahan : muskovit + illit + paragonit (MW 04 F) dan muskovit + Fe khlorit + Paragonit + Illit + Int khlorit (MW 04 F1).

Float batuan dari S. Salukayu berupa batuan meta-volkanik terubah mengandung pirit tersebar (MM 02 F), interpretasi spektra batuan ini menunjukkan hadirnya mineral ubahan kaolinit + paragonit (argilik ?), sedangkan pengamatan dibawah mikroskop cahaya pantul mineral logam yang teridentifikasi adalah pirit berbutir halus hingga + 0,5 mm, tersebar dalam batuan dan sebagian telah terubah menjadi hydrous iron oxides.

Indikasi pemineralan logam mulia (emas) ditunjukkan adanya butiran-butiran emas dari hasil pendulangan di beberapa lokasi di wilayah Desa Salukayu (Kecamatan Sabbang), di Desa Dodolo dan Desa Tedeboek (Kecamatan Rampi). Kegiatan pendulangan emas rakyat masih berlangsung pada saat prospeksi ini dilakukan yaitu penggalian dasar sungai di sepanjang S. Maleda, Desa Dodolo, (Foto 2) dan penggalian saprolit hasil pelapukan batusabak dari bagian atas dinding S. Hurao (cabang S. Tobaru di Desa Tedeboek (Foto 3).

Lingkungan geologi di kedua lokasi kegiatan pendulangan emas rakyat merupakan daerah kontak antara batusabak dengan intrusi granit – granodiorit atau antara batuan gunungapi dengan intrusi granit – granodiorit.

(8)

batusabak (semi sekis) pada bagian atas tebing S. Hurao umumnya berukuran sangat kasar (nugget) dengan bentuk padat – pipih (flat), membulat tanggung – menyudut tanggung, tekstur kasar (rigid) dan bersudut tajam (sharp) (Foto 5), kadang terlihat seperti kumpulan butir-butir halus yang menyatu.

Hasil pengamatan konsentrat dulang di daerah prospeksi yang diambil dari sungai orde 1, orde 2 dan orde 3, secara megaskopis antara lain magnetit, hematit, ilmenit, zirkon, kuarsa dan beberapa lokasi pendulangan ditemukan adanya butiran emas. Pendulangan yang dilakukan selama prospeksi berasal dari material pasir – kerikil hasil penggalian dasar sungai dengan rata-rata volume pendulangan sebanyak 10 liter. Conto konsentrat dulang yang ditemukan adanya butiran emas berasal dari daerah Dodolo dan Tedeboek pada 5 lokasi dengan ukuran VFC s/d CC

Keberadaan butir emas di kedua lokasi Dodolo dan Tedeboek tidak merata, kandungan 1.201,85 mg/m3 tidak umum dari endapan alluvial yang ada di daerah ini kecuali bila pendulangan dilakukan dari penggalian saprolit di bagian atas dinding S. Hurau (Desa Tedeboek) yang sering mendapatkan butir emas berukuran nugget. Umumnya pendulangan dari endapan alluvial berkisar antara 2,6 sampai dengan 93,75 mg/m3 atau rata-ratanya sekitar 50 mg/m3.

Pemineralan emas di daerah Tedeboek - Dodolo dan sekitarnya diduga erat hubungannya dengan batuan intrusif

berkomposisi dioritik kuarsa berasosiasi dengan stockworks dan telah mengalami ubahan kuat, sifat pemineralannya kemungkinan tersebar (disseminated) dan tidak berupa urat, disamping itu pemineralan kemungkinan juga terjadi pada batuan kontak (batuan samping) metasedimen/meta vulkanik yang tersilisifikasi kuat.

Pembahasan Hasil Prospeksi

Pembahasan Data Lapangan : Sebelum melakukan kegiatan prospeksi pada daerah yang sudah direncanakan dari Bandung (Kecamatan Rampi dan Kecamatan Masamba), terlebih dahulu tim berkoodinasi dengan Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Luwu Utara untuk mendapatkan saran, masukan dan informasi yang diperlukan. Dari masukan yang didapatkan dan dukungannya maka diputuskan selain daerah yang sudah direncanakan dari Bandung perlu juga dilakukan prospeksi di Desa Salukayu, Kecamatan Sabbang, karena informasi yang didapat di daerah ini beberapa waktu yang lalu pernah ada kegiatan pendulangan emas rakyat.

Prospeksi di Desa Tandung, Kecamatan Sabbang :

• Hasil prospeksi di S. Salukayu hanya

mendapatkan bekas-bekas penggalian/pendulangan, lokasi bekas

(9)

meta-volkanik terubah (silicified – argilic) yang menunjukkan struktur/tekstur skistosik dengan sulfida pirit tersebar dengan asosiasi mineral ubahan kaolinit + paragonit (argilik ?). Prospeksi di Desa Dodolo, Kecamatan Rampi :

• Lingkungan geologi daerah mineralisasi ini merupakan kontak antara granit – granodiorit dengan batuan gunungapi (Tufa Rampi) atau dengan batusabak Formasi Latimojong yang menunjukkan asosiasi mineral ubahan muskovit + Fe khlorit + Paragonit + illit + Int. khlorit (ubahan propilitik) dan muskovit + illit + paragonit. Umumnya pada bagian permukaan puncak bukit di daerah ini tidak begitu subur tanamannya (gundul keadaannya), karena gejala oksidasi sangat kuat yang ditunjukkan oleh lapisan tanah berwarna merah (limmonitic soil).

• Di S. Mobu ditemukan float batuan granodiorit dengan fragmen kuarsa yang secara megaskopis terlihat adanya logam pirit, kalkopirit, malakit dan azurit dengan asosiasi mineral ubahan FeChlorite + IntChlorite + Calcite (propilitik), dibawah mikroskop cahaya pantul teridentifikasi kalkopirit berbutir halus tersebar dalam batuan dan mengisi rekahan.

• Sebaran butir emas letakan di wilayah Desa Dodolo ditemukan di sepanjang aliran S. Meleda, S. Mobu, S. Molutu dan pada endapan aluvial di sungai utama (S. Rampi), umumnya butir emas berukuran VFC – CC dengan

bentuk butir pipih, menyudut – menyudut tanggung.

• Sebaran emas letakan/emas aluvial di S. Rampi berdasarkan GIS sebarannya seluas 3.475.000 m2, asumsi ketebalan rata-rata material pembawa butir emas 0,5 m maka volume material pembawa emas letakan di desa Dodolo (daerah 1) 1.737.500 m3. Bila kandungan rata-rata 50 mg/m3 seperti yang dikemukakan di atas maka sumber daya hipotetik emas alluvial di daerah Dodolo sebesar 0,086875 ton.

Prospeksi di Desa Tedeboek, Kecamatan Rampi :

Butiran emas nugget sering ditemukan dari pendulangan saprolit hasil pelapukan batusabak di zona sesar timurlaut – baratdaya, lokasinya pada tebing S. Hurao (Desa Tedeboek). Lingkungan geologi daerah ini kontak antara granit – granodiorit dengan batusabak Formasi Latimijong dan Tufa rampi, dengan asosiasi mineral ubahan monmorilonit + haloysit.

(10)

daerah 2 (Desa Tedeboek) sebesar 0,020438 ton.

Pembahasan Data Laboratorium

Data laboratorium yang dibahas dalam sub bab ini adalah data laboratorium kimia mineral sedangkan data laboratorium lainnya dibahas langsung di dalam pembahasan sebelumnya pada sub bab geologi daerah prospeksi.

Data Hasil Analisis Kimia Sedimen Sungai :

Hasil analisis dari 80 conto geokimia sedimen sungai. menunjukkan kandungan unsur Cu, Pb, Zn, Ag, As, Sb dan Au kadar terendahnya masing-masing unsur adalah 2 ppm, 11 ppm, 19 ppm, < 0,5 ppm, < 2 ppm, < 2 ppm dan < 2 ppb dan kadar tertinggi masing-masing unsur adalah 62 ppm, 88 ppm, 129 ppm, 2 ppm, 590 ppm, 250 ppm dan 202 ppb

Pengolahan Data Statistik :

Perhitungan statistik dilakukan pada hasil analisis kimia conto sedimen sungai untuk mendapatkan adanya nilai penyimpangan (anomali) tiap unsur, hasil perhitungannya ditampilkan pada Tabel 1.

Sebaran Unsur :

Nilai penyimpangan (anomali) yang didapatkan adalah nilai penyimpangan lemah (> Mean + Standard Deviasi s.d. < Mean + 2 Standard Deviasi) dan nilai penyimpangan kuat (> Mean + 2 Standard Deviasi) dan nilai penyimpangan tiap unsur dimaksud adalah sbb. : (Tabel 2). Sebaran nilai penyimpangan/ anomali semua unsur di daerah ini disajikan pada gambar 5. Unsur Au : Sebaran nilai penyimpangan/ anomali Au sedimen sungai di daerah

prospeksi terdapat di 8 lokasi, kesemuanya terdapat di Desa Tedeboek dan kesemuanya merupakan nilai penyimpangan kuat.

Unsur Cu : Cu mempunyai sifat mudah mobilisasi dan cenderung tersebar dimana-mana, sebaran nilai penyimpangan unsur Cu lemah sampai kuat terdapat di daerah Desa Tandung, Desa Pincara, Desa Dodolo dan Desa Tedeboe.

Unsur Pb : Sebaran nilai penyimpangan unsur Pb sedimen sungai., yang masing-masing 6 lokasi nilai penyimpangan lemah an 6 lokasi nilai penyimpangan kuat hanya terdapat di daerah sekitar Desa Tedeboe.

Unsur Zn : Sebaran nilai penyimpangan unsur Zn lemah – kuat yang masing-masing menunjukkan 3 lokasi penyimpangan kuat dan 9 lokasi lemah terdapat di Desa Tandung, Desa Sabbang, Desa Pincara, antara Desa Onondoa dan Desa Dodolo serta di daerah Desa Tedeboe.

Unsur Ag : Sebaran nilai penyimpangan kuat unsur Ag sedimen sungai. terdapat setempat-setempat masing-masing 1 lokasi terdapat di Desa Tandung, Desa Sabbang dan Desa Masamba, 2 lokasi di Desa Pincara dan 6 lokasi terdapat di Desa Tedeboe.

Unsur As : Sebaran nilai penyimpangan kuat unsur As terdapat setempat-setempat, pada 2 lokasi di Desa Tedeboek.

(11)

Tedeboe, masing-masing 1 lokasi penyimpangan kuat dan lemah terdapat di Desa Dodolo dan masing-masing 1 lokasi nilai penyimpangan kuat terdapat di Desa Tandung dan Desa Pincara.

Korelasi Antar Unsur :

Korelasi antar unsur digambarkan dengan nilai persentasi (Tabel 3), adanya korelasi unsur tidak begitu kuat antara Cu – Pb – Zn, angka korelasinya berkisar antara 53% s.d. 58 % dan ketiga unsur tersebut juga mempunyai korelasi lebih lemah dengan unsur Ag yaitu berkisar antara 45 – 46 %. Unsur Au tidak menunjukkan korelasi yang signifikan terhadap unsur lainnya. Jika dilihat dari angka-angka korelasi di daerah ini diperkirakan pembentukan logam dasar saling berkaitan antara unsur- unsur Cu - Pb - Zn yang diikuti Ag sedangkan pembentukan Au tidak diikuti oleh unsur lain.

Hasil analisis kimia 8 conto batuan menunjukkan kandungan unsur Cu, Pb, Zn, Ag, As, Sb dan Au terendah masing-masing adalah 8 ppm, 31 ppm, 8 ppm, 1 ppm, <2 ppm, <2 ppm dan 1 ppb serta kandungan tertinggi masing-masing unsur adalah 54.541 ppm, 260 ppm, 108 ppm, 13 ppm, 38 ppm, 20 ppm dan 65 ppb.

Pengamatan 2 (dua) conto batuan termineralisasi dibawah mikroskop cahaya pantul, teridentifikasi adanya mineral logam pirit berbutir halus hingga + 0,5 mm tersebar di dalam batuan dan sebagian telah terubah menjadi hydrous iron oxides (MM 02 F) serta kalkopirit berbutir halus tersebar dalam batuan sampai dengan mengisi rekahan (MW 05 F) dan sebagian

kecil telah terubah menjadi hydrous iron oxides.

Analisis mineralogi butir 20 conto konsentrat dulang di bawah mikroskop Stereo Binokuler, mineral-mineral yang teridentifikasi dan umum ditemukan adalah kuarsa, amfibol, magnetit, piroksen, zirkon, ilmenit, oksida besi, hematit, pirit dan kadang-kadang anatas, rutil, garnet, biotit, muskovit dan butir emas.

Interpretasi Model Endapan

Adanya float batuan granodiorit dengan kuarsa mengandung pirit, kalkopirit, bornit, azurit dan malakit dan adanya butiran emas didapatkan dari hasil pendulangan saprolit hasil pelapukan batusabak/semi sekis Formasi Latimojong (S. Hurao/Tedeboek) dan butiran emas di lingkungan batuan metavolkanik/tufa Rampi (S. Meleda/Dodolo) maka diduga bahwa di daerah prospeksi ada mineralisasi tembaga – emas didalam kontak metasomatik antara granodiorit dengan batusabak ataupun antara granodiorit dengan batuan metavolkanik dan mineralisasinya bisa didalam tubuh batuan intrusive maupun didalam batuan yang diterobosnya (batusabak maupun metavolkanik). Butiran emas berukuran nugget yang sering ditemukan dari penggalian saprolit diduga telah mengalami pengayaan sekunder (secondary enrichment).

(12)

mempunyai sumber daya hipotetik sebesar 0,086875 ton dan 0,020438 ton atau totalnya 0,107313 ton.

Prospek Pemanfaatan Bahan Galian Bahan galian yang diandalkan oleh masyarakat di Kecamatan Rampi saat ini adalah emas, karena masih mudah untuk mencarinya. Di Kecamatan Rampi pada umumnya dan khususnya di Desa Dodolo, Desa Bangko dan Desa Tedeboek emas merupakan primadona sebagai andalan mata pencaharian masyarakat. Disamping emas masih mudah untuk mendapatkannya juga mudah untuk menjualnya, karena sudah ada pembeli yang datang sehingga dari penghasilan tersebut dapat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saat ini.

KESIMPULAN

Berdasarkan data-data yang sudah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut :

• Geologi yang diduga erat kaitannya dengan pemineralan di daerah ini adalah adanya kontak antara granit – granodiorit yang umurnya relatif lebih muda dibanding batuan samping yang diterobosnya (batuan sedimen dan batuan gunungapi) yang tersebar diantara Desa Dodolo, Desa Bangko dan desa Tedeboek.

• Indikasi pemineralan ditemukan berupa float batuan yang ditemukan di S. Salukayu (float batuan volkanik terubah/silisified – argilic yang menunjukkan struktur/tekstur skistosik dengan sulfida pirit tersebar), float

batuan granodiorit terubah (propilitik) di S. Mobu, dalam float terlihat adanya urat kuarsa bersama-sama sulfida pirit dan kalkopirit serta tembaga oksida, float batuan volkanik terubah (propilitik) di S. Meleda, dengan pirit tersebar.

• Sebaran butir emas dapat dilokalisir keterdapatannya,yaitu di kecamatan Rampi (S. Mobu, S. Meleda dan S. Molutu/Desa Dodolo) dan S. Toboru dengan anak-anak sungainya/Desa Tedeboek butirannya berukuran VVFC - CC. Butiran emas berukuran nugget dari penggalian saprolit terdapat di S. Hurau (cabang S. Tobaru). Di S. Salukayu (Desa Tandung, Kecamatan Sabbang)

• Diduga pemineralan terjadi pada kontak metasomatik antara batuan granit-granodiorit dengan batusabak Formasi Latimojong dan batuan gunungapi (Tufa Rampi) baik didalam granodiorit maupun dalam batuan samping yang diterobosnya.

• Sumber daya hipotetik endapan emas alluvial di Kecamatan Rampi (daerah 1/Dodolo dan daerah 2/Tedeboek) sebesar 0,107313 ton.

Saran

(13)

Bangko – Tedeboek, Kecamatan Rampi dan daerah (B) Salukayu, Kecamatan Sabbang, (Gambar 6) khususnya daerah kontak antara granit – granodiorit dengan batusabak Formasi Latimojong dan tufa Rampi untuk dilakukan penelitian lebih rinci untuk mendapatkan source emas/tembaga secara pasti.

Dengan kandungan butir emas 50 mg/m3 dan sumber daya hipotetik emas sebesar 0,107313 ton, maka endapan emas alluvial di daerah ini tidak ekonomis untuk diusahakan skala besar.

DAFTAR PUSTAKA

---, 2004; Laporan Evaluasi Komoditi Unggulan Bahan Galian Di Sulawesi Bagian Selatan, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung

---, 2005; Laporan Evaluasi Komoditi Unggulan Bahan Galian Di Sulawesi Bagian Utara, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung

---, 2008; Laporan Penyusunan Neraca Sumber Daya Mineral Logam dan Non Logam, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung

http://www.luwuutara.go.id/index.php?o ption=com_content&task=view&id=1 4&Itemid=128

http://www.luwuutara.go.id/index.php?o ption=com_content&task=view&id=1 3&Itemid=129

http://www.luwuutara.go.id/index.php?optio n=com_content&task=view&id=654&Ite mid=252

Japan International Cooperation Agency – Metal Mining Agency of Japan, 1992; Report on the Cooperative Mineral Exploration in the Toraja area, Sulawesi the Republic of Indonesia, Phase I.

(14)

Gambar 1. Lokasi prospeksi logam mulia, di Kecamatan Rampi dan sekitarnya, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan

(15)
(16)
(17)

Foto 1. Fotomikrograf conto MW 05 F, sayatan poles dari kalkopirit (kuning), anhedral, mengisi rekahan, hydrous iron oxides (abu-abu)

Foto 2. Lokasi dan kegiatan pendulangan emas di dasar S. Maleda, Desa Dodolo, Kecamatan Rampi, Kabupaten Luwu Utara

Foto 3. Penggalian saprolit hasil pelapukan batusabak untuk dilakukan pendulangan emas di tepi S. Hurao/cabang S. Tobaru .

(18)

Foto 5. Butiran emas nugget yang biasa ditemukan dalam saprolit hasil pelapukan batusabak di pinggir S. Hurau, Desa Tedeboek, padat, membulat tanggung (a), kumpulan

butir-butir halus yang menyatu, menyudut tanggung (b)

(19)
(20)
(21)

Tabel 1. Hasil perhitungan statistik data geokimia sedimen sungai

Ag Au As Cu Pb Zn Sb

Mean 1,09 3,01 13 15,42 34,21 56,73 6,23 Median 1,00 1,00 4 11,00 28,50 53,50 2,00 Mode 1,00 0,50 1 4,00 28,00 36,00 1,00 Standard Deviation 0,40 5,32 30,1 11,78 18,89 23,67 9,21 Sample Variance 0,16 28,35 908 138,81 356,80 560,48 84,84

Kurtosis 1,73 14,11 30,1 -0,97 1,22 0,26 20,05 Skewness 1,28 3,63 5,21 0,67 1,41 0,90 3,86

Range 1,60 29,50 209 40,00 77,00 110,00 63,00 Minimum 0,40 0,50 1 2,00 11,00 19,00 1,00 Maximum 2,00 30,00 210 42,00 88,00 129,00 64,00

Sum 87,40 231,50 1027 1218,00 2737,00 4538,00 492,00 Count 80,00 77,00 79 79,00 80,00 80,00 79,00 Confidence

Level(95,0%) 0,09 1,21 6,75 2,64 4,20 5,27 2,06

Tabel 2. Nilai Penyimpangan Unsur-unsur conto sedimen sungai daerah Rampi dan sekitarnya No. Unsur Nilai Penyimpangan

Lemah

Nilai Penyimpangan Kuat

(22)

Tabel 3. Korelasi antar unsur geokimia sedimen sungai. daerah Rampi dsk. Cu Pb Zn Ag Au As Sb

Cu 1

Pb 0,53 1

Zn 0,56 0,58 1

Ag 0,45 0,46 0,45 1

Au 0,11 0,35 0,01 -0,10 1

As 0,05 0,25 0,35 0,05 0,19 1

Gambar

Gambar 1. Lokasi prospeksi logam mulia, di Kecamatan Rampi dan sekitarnya, Kabupaten
Gambar 3. Peta lokasi conto daerah Kecamatan Rampi dan sekitarnya
Gambar 4. Peta geologi Kecamatan Rampi dan sekitarnya, Kabupaten Luwu Utara
Gambar 5.Peta sebaran anomali unsur-unsur Cu, Au, Pb, Zn, As, Sb dan Ag Kecamatan Rampi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini tes tersebut berbentuk uraian (essay) yang dilakukan dengan memberikan sejumlah soal berstruktur kepada siswa untuk diselesaikan dalam jangka

Searle (1976), menyebutkan lima klasifikasi tindak tutur. Salah satu diantaranya adalah tindak tutur ekspresif. Tindak tutur ekspresif di sini digunakan untuk menunjukan

Pada bab ini akan dilakukan analisa dari data yang telah diperoleh oleh penulis. dari

cd dvd design, duplication,replication, replication, production, production, cd insert, cd booklet, dvd cover, cd label, dvd label, offset printing, silkscreen printing, spot

You will then be asked to insert a blank disk into your computer, to which the special software will transfer all the information contained on the original.. Depending on the speed

[r]

Mahasiswa mempresenta sikan hasil diskusi yang dilakukan 8 Mahasiswa mengidentifikasi masalah yang terkait dengan masalah dalam setting pendidikan dan sosial dengan

Sedangkan untuk nilai observasi mahasiswa pada pertemuan pertama mendapat nilai rata-rata kelas yaitu 85,2 (baik) dan pada pertemuan kedua mendapat nilai 86,2 (sangat