• Tidak ada hasil yang ditemukan

FASIES DAN UMUR STRATIGRAFI BATUGAMPING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FASIES DAN UMUR STRATIGRAFI BATUGAMPING"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

FASIES DAN UMUR STRATIGRAFI

BATUGAMPING FORMASI RAJAMANDALA

Sari : Formasi Rajamandala tersebar pada daerah Padalarang yang meliputi daerah Cikamuning – Sangisngkoro sebelah barat Bandung, yang dibagi menjadi dua satuan batuan yaitu anggota Batugamping dan anggota Lempung-Napal. Fomasi ini terbentuk pada Oligosen akhir sampai Miosen awal.

Dari hasil analisis petrografi Thin section formasi Rajamandala yang telah dilakukan dilaboratorium, dapat diketahui bahwa formasi ini tersusun oleh litologi berupa Bufflestone, Wackstone dan Rudstone dimana penamaan batuan ini berdasarkan hasil deskripsi sayatan tipis masing-masing batuan tersebut dari kandungan fosil yang ada pada batuan tersebut

Facies Bufflestone dan Rudstone terbentuk pada Inti terumbu (reef core facies) dengan ukuran butir yang cenderung agak kasar yang tersusun oleh corals dan foraminifera, selain itu juga facies Wackstone yang terbentuk pada facies belakang terumbu (back reef facies) dengan komposisi mud lebih dominan cenderung berukuran halus.

Dari hasil pengamatan sayatan Rajamandala ini dapat dijaelaskan facies terbentuknya Batugamping di Rajamandala selain itu, juga kandungan fosil pada batuan yang dapat menjelaskan bagaimana genesa terbentuknya dan umur dari batuan tersebut yang tersingkap pada Formasi Rajamandala.

Kata kunci : Bafflestone, Wackstone, Rudstone, back reef, reef core, fore reef, large foram, corals, algae, Lepidocyclina ephipioides, Rhabdophyllia sp,

Heterostegina borneensis, Miogypsinoides bantamensis.

PENDAHULUAN

Formasi Rajamandala

Nama Rajamandala digunakan pertama kali untuk batugamping di daerah Bukit Rajamandala oleh

(2)

(1974) adalah orang pertama yang menamakan satuan ini sebagai formasi, Formasi Rajamandala. Beberapa pemeta di Lembah Cimandiri seperti Musper (1939), Patty (1963) menempatkan singkapan gamping di daerah ini kedalam Formasi Citarum, sedangkan Effendi (1974) menamakannya sebagai Satuan Batugamping Terumbu dan dianggap seumur dan sambungan dari gamping di Rajamandala. Seluruh jajaran singkapan gamping tersebut diatas sebaiknya ditetapkan sebagai Formasi Rajamandala. Penyebaran Formasi Rajamandala umumnya terbatas pada jalur Padalarang – Sukabumi (G. Walat).

Ciri Litologi

Formasi Rajamandala dicirikan oleh batugamping. Macam batugamping pembentuk formasi ini, ternyata secara lateral banyak berubah. Batugamping masif umumnya, banyak mengandung algae, berwarna putih sampai kuning muda, berkristal halus, kadang-kadang mengandung foraminifera besar. Batugamping fragmental, umumnya berlapis, berwarna abuabu, kalau melapuk

(3)

antara 0,5 sampai 1 m. Ketebalan interval ini adalah 38 m. Bagian teratas dari Formasi Rajamandala di G. Karang, terdiri dari algae dan koral, dengan beberapa fragmen foraminifera dan duri echinoid. Batuannya umumnya masif, berwarna putih abu-abu. Di beberapa tempat, koral kelihatannya dominan, menunjukkan struktur koral. Ketebalan interval ini minimum 25 m.

Kandungan fosil dan umur

Formasi Rajamandala, sebagaimana ciri dasarnya adalah gamping, maka umumnya umurnya juga ditentukan berdasar foraminifera besar. Di daerah Tinggian Sukabumi, penyelidikan foraminifera secara mendalam dilakukan oleh Baumann (1972). Bagian terbawah dari Formasi Rajamandala di G. Karang, selatan Cibadak, didapatkan fosil foram besar Heterostegina borneensis, disamping fosil lainnya. Dengan demikian, maka umur dari

Formasi Rajamandala bagian terbawah adalah Oligosen Akhir. Bagian teratas ditandai oleh Lepidocyclina ephipioides, disertai oleh Heterostegina borneensis dan Miogypsinoides bantamensis yang dapat menunjukkan umur Miosen Awal. Dari uraian tersebut diatas kita dapat simpulkan bahwa umur Formasi Rajamandala adalah Oligosen Akhir sampai Miosen Awal. Singkapan batugamping formasi Rajamandala di daerah Padalarang Lingkungan pengendapan

(4)

dan Formasi Citarate. Dari uraian diatas, kita dapat simpulkan bahwa pada waktu pertumbuhan gamping Formasi Rajamandala, Cekungan Bogor sudah berkembang sebagai

Dari 3 sample sayatan batuan dari peraga GP-6, BC-2 dan YOP 5, menghasilkan 3 jenis batuan tersebut yaitu Bafflestone dan Mudstone, untuk penentuan klasifikasi batuan ini didasari oleh pengamatan Tekstur, komposisi dari Grain dan Matriks dari batuan tersebut.

Dari komposisi Bafflestone pada preparat GP-6, dan BC-2, dapat dikatakan Bafflestone ketika pada sayatan petrografi kita mendapatkan kenampakan bahwa, sebagai contoh pada sayatan GP-6 (Gambar...) ,memiliki komposisi Grain berupa Corals sebanyak 65 % , dan juga terdapat kandungan molluska sebagai grain minoritas dengan presentase sebesar 5%, komposisi grain diatas merupakan Skeletal Grain yang berasal dari suatu tubuh organisme,

pada batuan ini juga memiliki komposisi berupa Matriks dari Carbonate Mud dengan presentase 20%, Mud carbonate disini adalah berupa micrite, yaitu berupa lumpur karbonat yang disusun oleh calcite dengan bentuk kristal anhedral, yang berukuran halus, micrite ini relatif terbentuk pada kondisi lingkungan dengan arus tenang, yang mana kemudian terjadi proses presipitasi kimia, yang mengisi rongga antar pori pada batuan karbonat, sehingga terbentuk micrite, yang berfungsi sebagai matriks dari batuan ini, dan sedangkan semen nya berupa kalsit.

pada batuan ini semen nya ukurannya, ini disebabkan salah satu dari proses diagenesa yang dialami oleh batuan ini, yaitu rekristalisasi kembali mineral yang telah ada, akan tetapi rekristalisasi di sini, hanya sebatas semen nya saja sebanyak 10%.

(5)

coral yang mendominasi pada batuan ini merupakan grain yang memang langsung diendapkan pada daerah tersebut, sehingga dapat dikatakan Autochtonous Limestone, karena grainnya bukan merupakan Grain klastika, Coral disini hidup dan kemudian mati dan langsung terendapkan pada Fasies inti terumbu (Gambar ...), ciri-ciri batuan karbonat pada fasies ini dicirikan dengan batuan karbonat yang massif dan tidak berlapis, dan lebih spesifiknya batuan ini memiliki lingkungan pengendapan pada Subfasies terumbu depan ( Reef Front), dan Subfasies Terumbu belakang (Back reef) (Gambar...), karena penyusun utama grainnya berupa Coral yang mana tumbuh maksimal pada inti terumbu, dikarenakan pengaruh sinar matahari yang cukup, dan arus yang tenang, sehingga air tersebut jernih, yang mana mendukung pertumbuhan maksimal dari coral.

Untuk pengaruh bagaimana ia bisa terendapakan pada Subfasies terumbu depan ( Reef Front), dan Subfasies Terumbu belakang (Back

reef), akan dijelaskan pada sub bab berikutnya.

Kemudian pada sayatan BC-2 (Gambar...) ,memiliki komposisi Grain berupa Corals sebanyak 40 % , Large Foram sebesar 10%, dan terakhir adalah Blue Green Algae sebesar 30%, komposisi grain diatas merupakan Skeletal Grain yang berasal dari suatu tubuh organisme, dan juga pada batuan ini juga terdapat kandungan Non skeletal grain berupa Ooids dengan presentase sebesar 5%.

(6)

pada batuan ini semen nya ukurannya, ini disebabkan salah satu dari proses diagenesa yang dialami oleh batuan ini, yaitu rekristalisasi kembali mineral yang telah ada, akan tetapi rekristalisasi di sini, hanya sebatas semen nya saja sebanyak 10%.

Batuan ini dinamakan Bafflestone karena Grain berupa coral yang masih mendominasi pada batuan ini kemudian juga ada Blue Green Algae, dan foram besar yang juga merupakan grain yang memang langsung diendapkan pada daerah tersebut, sehingga dapat dikatakan Autochtonous Limestone, karena grainnya bukan merupakan Grain klastika, Coral dan alga disini hidup dan kemudian mati dan langsung terendapkan, pada batuan ini juga terdapat foram besar yang juga hidup pada daerah ini, yaitu pada Fasies inti terumbu (Gambar ...), ciri-ciri batuan karbonat pada fasies ini dicirikan dengan batuan karbonat

yang massif dan tidak berlapis, dan lebih spesifiknya batuan ini memiliki lingkungan pengendapan pada Subfasies terumbu depan ( Reef Front), karena penyusun utama grainnya berupa Coral dan alga yang mana tumbuh maksimal pada inti terumbu, dikarenakan pengaruh sinar matahari yang cukup, dan arus yang tenang, sehingga air tersebut jernih, yang mana mendukung pertumbuhan maksimal dari coral, dan juga dikarenakan adanya komposisi Ooids pada batuan ini, karena ooids terbentuk pada daerah slope dan tersusun dari material karbonat yang terlingkupi dan dapat membentuk mineral berupa kalsit yang terlingkupi dan tertransport secara

rolling pada daerah slope sehingga membentuk komposisi berupa ooids.

Untuk pengaruh bagaimana ia bisa terendapakan pada Subfasies terumbu depan ( Reef Front), akan dijelaskan pada sub bab berikutnya.

(7)

diatas merupakan Skeletal Grain yang berasal dari suatu tubuh organisme.

Pada batuan ini juga memiliki komposisi berupa Matriks dari Carbonate Mud dengan presentase 5%, Mud carbonate disini adalah berupa micrite, yaitu berupa lumpur karbonat yang disusun oleh calcite dengan bentuk kristal anhedral, yang berukuran halus, micrite ini relatif terbentuk pada kondisi lingkungan dengan arus tenang, yang mana kemudian terjadi proses presipitasi kimia, yang mengisi rongga antar pori pada batuan karbonat, sehingga terbentuk micrite, yang berfungsi sebagai matriks dari batuan ini, dan sedangkan semen nya berupa kalsit.

pada batuan ini semen nya

mengalami diagenesa tingkat lanjut berupa proses dolomitisasi, dapat dilihat dari adanya mineral dolomit dengan keterdapatan sebesar 45%.

Batuan ini dinamakan Mudstone karena komposisi Grain berupa coral, Blue Green Algae dan foram besar dengan presentase kecil, sehingga batuan ini dapat dikatakan sebagai Allochtonous Limestone, karena grainnya merupakan Grain klastika hasil proses transportasi, Coral, alga, dan foram tersebut mati dan tertransport hingga akhirnya terendapakan pada Fasies belakang terumbu (Gambar ...), untuk fasies ini sering disebut fasies lagoon dijelaskan pada sub bab berikutnya. LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN UMUR BATUAN

(8)

Middle shelf dan Outer shelf yang disebut juga dengan Subtidal carbonate factory

Indikasi proses karbonasisasi terjadi pada saat endapan-andapan material sedimen akan terakumulasi pada daerah lngkungan karbonat yang biasanya yaitu pada daerah yang mendapat pengaruh laut dan juga ada juga yang dipengaruhi oleh daratan Tidal flat dimana endapan pasang surut, dan sebagian lagi akan tertransport ke arah laut/ cekungan yang lebih dalam.

Dari fosil-fosil yang terdapat pada sayatan formasi Rajamandala, dimana Bufflestone merupakan salah satu litologi pada formasi Rajamandala dimana litologi didominasi oleh fosil koral dengan fosil yang sama tapi masing-masing batuan memiliki proses diagenesis dan lingkungan pengendapan yang berbeda pula dimana Buffle stone dan

Rudstone merupakan batuan yang sama-sama terbentuk pada Facies Inti terumbu tetapi pada subfacies yang berbeda ini mengindikasikan proses pengendapan yang berbeda pula sedangkan Wackstone terbentuk pada daerah Back reef

Dari komposisi fosil dan jenis batuan yang terdapat pada Formasi Rajamandala, dapat mengindikasikan bagaimana lingkungan pengendapan formasi Rajamandala secara umum dimana dari komposisi dan fosil yang terdapat pada beberapa sayatan batuan yang berasal dari Formasi Rajamandala merupakan batuan karbonat yang terbentuk pada facies

Back reef sampai dengan bagian facies inti terumbu (Reef core) yang terbentuk pada Reef flat dan

(9)

Facies of reef

Dan secara umum dilihat dari keseluruhan litologi dan kandungan fosil yang terdapat pada Formasi Rajamandala lingkungan pengendapannya meliputi Facies

Back reef sampai menuju daerah laut basin Toe of slope

Selain lingkungan pengendapan Formasi Rajamandala juga dapat diketahui umur pengendapannya didasarkan oleh kandungan fosil dari batuan yang menyusun Formasi Rajamandala.

Faktor penentu utama untuk menentukan umur pengendapan Formasi Rajamandala adalah dilihat dari kelimpahan suatu fosil tertentu pada suatu litologi tersebut dimana dari berbagai litologi yang terdapat pada formasi ini dominan disusun oleh fosil Large Foraminifera

dengan jenis Heterostegina borneensis, merupakan Formasi Rajamandala bagian terbawah yang diindikasikan berumur Oligosen Akhir selain itu bagian teratas ditandai litologi dengan kandungan fosil Lepidocyclina ephipioides, fosil koral dengan jenis

Rhabdophyllia sp disertai oleh

Heterostegina borneensis dan Algae

(10)

Umur Stratigrafi Formasi Rajamandala Dari uraian tersebut diatas kita dapat simpulkan bahwa umur Formasi Rajamandala adalah Oligosen Akhir sampai Miosen Awal.

Referensi

Dokumen terkait