PENYISIHAN KROMIUM PADA LIMBAH CAIR DENGAN
MENGGUNAKAN UNGGUN FILTRASI PASIR
S.P. Abrina Anggraini
Program Studi Teknik Kimia, Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang. e-mail : sinar_abrina@yahoo.co.id
ABSTRAK
Banyak limbah berbahaya yang ditimbulkan pada industri kimia, salah satunya
adalah industri pelapis logam karena air bilasannya mengandung ratusan ppm asam
kromat. Muncul perhatian dari masyarakat terhadap semakin banyaknya polusi dan
pembuangan limbah yang sangat berbahaya bagi kehidupan, sehingga diharapkan residu limbah solid yang mengandung konsentrasi tinggi logam berat harus diatas level ramah lingkungan. Salah satu metode yang digunakan adalah menggunakan cara filtrasi pasir. Filtrasi pasir merupakan proses pemisahan zat-zat atau senyawa-senyawa kimia yang tidak dibutuhkan dengan menggunakan pasir sebagai media penyaring. Penelitian ini dipusatkan pada penyisihan kromium (VI) pada limbah cair industri dengan menggunakan filtasi pasir .variasi pasir yang digunakan masing-masing sebesar 20gram, 40gram, 60gram dan 80gram dengan konsentrasi 20ppm, 40 ppm, 60ppm dan 80ppm. Berbagai variasi pasir dapat mengadsorbsi larutan kromium (VI) dalam jumlah yang cukup besar, namun dari setiap variasi pasir mempunyai kemampuan mengadsorbsi kromium (VI) yang berbeda-beda. Semakin besar massa pasir yang digunakan, maka semakin besar pula kromium (VI) yang teradsorbsi, hal ini disebabkan karena semakin besar massa pasir yang digunakan maka luas permuakaannya akan semakin besar yang mengakibatkan tingkat adsoorpsi semakin tinggi. Pada penelitian ini ditemukan bahwa persentase adsorbsi maksimum terjadi pada filtrasi dengan massa pasir sebesar 80 gram yang dapat mengadsorbsi larutan kromiun (VI) sampai dengan 86 %.
Kata kunci : limbah, filtrasi, pasir
ABSTRACT
Many dangerous residues produced by the chemical industries, one of which is metal coating industry resulted from water rinse containing hundreds of ppm of chromate acid. It comes into sight that there is awareness from the society towards the increasing pollution and residue discharging which is very harmful to the livelihood, with the intention that the solid residues containing high concentrate of heavy metal must be above ecosystem friendly level. One of the methods used is sand filtration. Sand filtration is a process of separating unused chemical element using sands as filtering media. This research is focused on the separation of Chromium (VI) on industrial liquid residues using sand filtration. Variation of sands used are 20grams, 40grams, 60grams and 80grams with concentration of 20ppm, 40ppm, 60ppm and 80ppm. A number of sand variations can absorb kromium (VI) in a great amount, however each sand variation has different capability in absorbing the Chromium (VI). The greater of sand mass used, the greater Chromium (VI) would be absorbed, since the increase of the sand mass would result in the increase of its surface width which would result in the higher absorbtion level. This research reveals that the maximum absorbtion percentage occurs on the filtration with sand mass of 80 grams which can absorb the kromium (VI) up to 86%.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Salah satu industri yang paling banyak menimbulkan masalah limbah berbahaya adalah industri pelapis logam, karena air bilasannya mengandung ratusan ppm asam kromat. Standar limbah Cr (VI) pada industri pelapis krom yang diijinkan adalah 0,3 ppm dengan kisaran pH 6,0-9,0 (Potter,dkk, 1994). Keberadaan logam berat di lingkungan menjadi perhatian utama karena mengandung racun bagi berbagai bentuk kehidupan. Berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), logam-logam yang dapat membahayakan adalah Alumunium, Mangan, Besi, Kobalt, Nikel, Tembaga, Seng, Kadmium, Merkuri, Timah dan Kromium.
Kromium merupakan elemen berbahaya dipermukaan bumi dan dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr (II) sampai Cr (VI). Kromium enam valensi merupakan salah satu material organik pengoksidasi tinggi.
Melihat dampak negatif yang ditimbulkan oleh industri pelapis krom tersebut, maka limbah yang mengandung logam kromium dengan konsentrasi tinggi sebelum dibuang ke lingkungan harus diolah terlebih dahulu sehingga kandungan logamnya memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Metode umum yang biasa digunakan untuk menghilangkan logam-logam berat dari limbah meliputi Pengendapan kimia, Ekstraksi pelarut, Dialysis, Osmosis bolak-balik, Pertukaran ion, Penyerapan dan Filtrasi.
Filtrasi merupakan alternatif yang digunakan untuk menghilangkan logam berat kromium. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pasir sebagai media filtrasi. Menurut penelitian Setianingsih (2001) menunjukkan bahwa penggunaan pasir laut tanpa aktivasi memberikan nilai adsorbsi lebih tinggi dibandingkan pasir sungai, bentoit dan zeolit. Hal ini diperkuat dengan hasil
penelitian dari Septayanti (2004) bahwa adsorbsi Cr (VI) dengan konsentrasi 300 ppm pada pH 4 dan pasir laut yang diaktivasi memberi nilai adsorbsi 36,83 mg/g. Sedangkan penggunaan zeolit terfosfatasi yang dilakukan oleh Suraya (2003) pada kondisi yang sama memberikan nilai adsorbsi 22,15 mg/l. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada maka permasalahan yang dikaji adalah:
- Bagaimana pengaruh penggunaan pasir filtrasi dalam menyisihkan kromium dalam limbah cair industri ? - Bagaimana pengaruh massa pasir dan
konsentrasi pada penyisihan kromium dalam limbah cair industri ?
Batasan Masalah
Agar penelitian ini terarah maka dapat dibatasi sebagai berikut:
- Penelitian dilakukan pada skala laboratorium
- Pasir laut dari Malang - Limbah sintetik
- Pengaruh konsentrasi dan massa pasir - Alat filtrasi berupa kolom
Tujuan Penelitian
Menentukan derajat penyisihan kromium pada limbah cair dengan memvariasikan konsentrasi larutan dan massa pasir.
Manfaat Penelitian
Menambah pengetahuan dan memberikan informasi bahwa penyisihan kromium dengan filtrasi pasir merupakan salah satu alternatif yang efektif.
Landasan Teori Pasir Laut
Pasir laut merupakan batuan sedimen yang umumnya disusun oleh mineral kuarsa, berbutir halus hingga kasar. Pasir kuarsa terdapat sebagai endapan sedimen, berasal dari rombakan batuan yang mengandung silikon dioksida (Kuarsa-SiO2) seperti granit, reolit dan granodiorit.
feldspar (KAlSi3O8), Ilmenit (FeO.TiO2), Magnetik (Fe3O4), Limonit [FeO(OH)nH2O], Pirit (FeS2), Mika (Gabungan mineral), Zircon (ZrSiO4), Biotit [K(MgFe3(AlSiO3O10)(OH)2], Hornblende
[Ca2Na(MgFe)4Al(OH)2(AlSi7O22)] dan zat-zat organik hasil pelapukan sisa hewan dan tumbuh-tumbuhan (Sukandarrumidi, 1999).
Pasir yang berukuran kasar mempunyai luas permukaan spesifik yang rendah dan tidak menunjukkan sifat-sifat koloidal. Meskipun tidak begitu aktif dalam reaksi kimia pasir terlibat dalam sejumlah reaksi dan menunjukkan suatu fenomena serapan (Kusumoyudo, 1986). Masing-masing tipe pasir dapat dijumpai dalam bentuk α dan β. Bentuk α adalah jenis kuarsa pada temperatur rendah, sedangkan modifikasi β adalah bentuk kuarsa pada temperatur tinggi. Transformasi tersebut yang disebut konversi α ke β, biasanya terjadi secara seketika dan reversibel dan disertai oleh perubahan struktur (Tan, 1998).
Kuarsa memiliki ukuran kekerasan 7 pada skala mohs, berat jenis untuk kuarsa α pada temperatur 25 OC sebesar 2,648 g/cm3 sedangkan kuarsa β pada temperatur 575 OC sebesar 2,533 g/cm3. Kuarsa tidak mudah terbakar, meleleh pada temperatur 1713 OC dan tidak dapat larut dalam asam kecuali asam fluoride (Frye, 1981).
Pasir Filtrasi (Sand Filtration)
Filtrasi pasir merupakan proses pemisahan zat-zat atau senyawa-senyawakimia yang tidak dibutuhkan dengan menggunakan pasir sebagai media penyaring. Filtrasi merupakan suatu proses untuk mendapatkan suatu bahan dengan tingkat kemurnian tinggi. Penyaringan pasir dapat digunakan untuk pengangkatan zat-zat padat dari sisa-sisa industri yang mengandung koloid (Mahida, 1992).
Aerasi dan filtrasi dapat mengatasi kekeruhan serta menurunkan kandungan kation yang larut (Kusnaedi,
1995). Filtrasi merupakan pemisahan partikel zat padat dari fluida dengan jalan melewatkan fluida itu melalui media penyaring (Septum) dimana zat padat itu tertahan (Werren, 1985).
Air keruh atau kotor yang berasal dari danau atau sungai dapat diproses menjadi air jernih dan siap untuk dikonsumsi setelah melalui saringan pasir (Widarto, 1996). Pengolahan air menggunakan penyaring pasir karena pasir murah, mudah didapat, mudah dioperasikan, dapat dikelola secara berkelanjutan dan dapat menghasilkan air yang sehat (Tersiawan, 1995).
Ciri khas filter adalah medianya, karena filter memiliki ruang antar butir (porositas) yang berfungsi sebagai ruang sedimentasi. Secara umum proses yang terjadi pada wadah saringan pasir adalah pemisahan fisika, pengendapan, penyerapan, oksida (Bio-Chemical) dan aktivitas bakteriologis. Media filtrasi yang digunakan yaitu pasir kuarsa dengan diameter 0,45 mm. Kecepatan alir proses filtrasi untuk melewati pori pasir yang baik adalah 0,03-0,1 mm/detik, dengan angka kekeruhan sekitar 50 NTU (Tersiawan, 1995).
Kromium
Kromium berasal dari bahasa Yunani ( Chroma) yang berarti warna. Kromium dengan lambang unsur kimia Cr merupakan logam berat dengan no atom (NA) 24 dan mempunyai berat atom (BA) 51,996 (Palar, 1994). Jumlah adsorbsi kromium dipengaruhi oleh pH, sebab pH menentukan derajat disosiasi kromium. Selain itu pH larutan juga dapat mempengaruhi muatan permukaan adsorben sehingga mengubah kemampuan untuk menyerap senyawa berbentuk ion. pH dari limbah keluaran industri krom berkisar antara 0,5-4,5 (Svehla, 1999).
METODOLOGI PENELITIAN Variabel Tetap
Variabel Berubah
- Kosentrasi larutan 20, 40, 60 dan 80 ppm
- Massa pasir 20, 40, 60 dan 80 gram Parameter yang Diukur
Dalam penelitian ini parameter yang dikur adalah untuk mengetahui kromium sisa yang tidak tersaring oleh pasir filtrasi.
Alat-Alat yang Digunakan - Kolom filtrasi
- pH meter - spektrofotometer
Bahan-Bahan Yang Digunakan - Pasir laut
- K2Cr2O7 - H2SO4 pekat - Difenilkarbazida - Aseton
Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode percobaan di Laboratorium berupa filtrasi Cr (VI) oleh filtrasi pasir dan menggunakan spektrofotometer sebagai alat analisa.
Tahap-tahap Penelitian
Tahap I : Penyiapan pasir filtrasi
Tahap II : Pembuatan preparasi larutan :
• Larutan stok I 1000 ppm
• Larutan stok II 10 ppm
• Larutan berbagai konsentrasi
Tahap III : Penentuan kromium secara spektrofotometer
• Penentuan panjang gelombang maksimum
• Pembuatan kurva baku Tahap IV : Proses filtrasi Tahap V : Analisa sampel Tahap VI : Analisa data
HASIL
Tabel 1. Data Pengaruh Massa Pasir Terhadap Absorbansi Cr (VI) Sisa
Cr (VI) Awal
Massa Pasir (gram
Absorbansi Cr (VI) Sisa (ppm) Cr (VI) Sisa
Rerata (ppm) I II III Rerata I II III Jumlah
20
20 0.24 0.21 0.27 0.24 12.35 13.31 11.38 37.04 12.35±
40 0.22 0.20 0.21 0.21 12.99 13.63 13.31 39.93 13.31±
60 0.20 0.18 0.20 0.19 13.63 14.26 13.63 41.52 13.84±
80 0.18 0.16 0.14 0.16 14.26 14.90 15.54 44.71 14.90±
163.20
40
20 0.38 0.36 0.376 0.376 27.57 27.89 28.53 83.97 27.99±
40 0.35 0.31 0.330 0.330 28.84 30.12 29.48 88.44 29.48±
60 0.30 0.29 0.320 0.303 30.44 30.76 29.80 90.99 30.33±
80 0.20 0.21 0.190 0.200 33.63 33.31 33.94 100.89 33.63±
364.29
60
20 0.87 0.84 0.79 0.833 32.27 33.23 34.82 100.32 33.44±
40 0.70 0.78 0.76 0.746 37.69 35.14 35.78 108.60 36.20±
60 0.47 0.45 0.51 0.476 45.02 45.66 43.75 134.43 44.81±
80 0.28 0.32 0.35 0.316 51.08 49.80 48.84 149.73 49.91±
493.08
80
20 1.10 0.99 0.98 1.023 44.94 48.45 48.77 142.17 47.39±
40 0.99 0.97 0.76 0.906 48.45 49.08 55.78 153.31 51.10±
60 0.73 0.75 0.76 0.746 56.73 56.10 55.78 168.61 56.20±
80 0.33 0.35 0.34 0.340 69.48 68.84 69.16 207.48 69.16±
671.57
Tabel 2. Data Pengaruh Massa Pasir Terhadap % Cr (VI) teradsorbsi Cr (VI)
Awal
Massa Pasir (gram
Absorbansi % Cr (VI) Teradsorbsi Cr (VI) Sisa
Rerata (ppm)
I II III Rerata I II III Jumlah
20
20 0.24 0.21 0.27 0.24 61.75 66.55 56.95 185.25 61.75±
40 0.22 0.20 0.21 0.21 64.95 68.15 66.55 199.65 66.55±
60 0.20 0.18 0.20 0.19 68.15 71.30 68.15 207.60 69.20±
80 0.18 0.16 0.14 0.16 71.30 74.50 77.70 223.50 74.50±
816
40
20 0.38 0.36 0.376 0.376 68.93 69.73 71.33 209.94 69.98±
40 0.35 0.31 0330 0.330 72.10 75.30 73.70 221.10 73.70±
60 0.30 0.29 0.320 0.303 76.10 76.90 74.50 227.49 75.83±
80 0.20 0.21 0.190 0.200 84.07 83.28 84.85 252.24 84,08±
910.77
60
20 0.87 0.84 0.79 0.833 53.78 55.38 58.05 167.21 55.73±
40 0.70 0.78 0.76 0.746 62.80 58.57 59.63 181.00 60.33±
60 0.47 0.45 0.51 0.476 75.03 76.10 72.90 224.03 74.68±
80 0.28 0.32 0.35 0.316 85.13 83.00 81.40 249.54 83.18±
821.78
80
20 1.10 0.99 0.98 1.023 56.18 60.56 60.96 177.7 59.23±
40 0.99 0.97 0.76 0.906 60.56 61.35 69.73 191.64 63.88±
60 0.73 0.75 0.76 0.746 70.91 70.13 69.73 210.75 70.25±
80 0.33 0.35 0.34 0.340 86.85 86.05 86.45 259.35 86.45±
839.44
PEMBAHASAN
Pengaruh Perlakuan Pada Pasir Laut Secara umum proses adsorbsi dapat diartikan sebagai proses pemisahan
untuk berkumpul pada permukaan suatu zat padat. Zat yang diserap disebut fase terserap (adsorbat) sedangkan zat penyerap disebut adsorben yang biasanya bahan-bahan yang berpori (Werren, 1985).
Pada penelitian ini mengkaji penggunaan pasir laut sebagai media filtrasi dalam penyisihan Cr (VI). Dalam adsorbsi adsorben adalah zat yang mempunyai sifat mengikat molekul pada permukaan dan sifat ini menonjol pada padatan berpori. Pasir laut yang akan digunakan dicuci dan diovenkan selama 5 jam. Pencucian bertujuan agar mendapatkan pasir yang bersih dan bebas dari pengotornya. Sedangkan pemanasan bertujuan untuk menghilangkan molekul-molekul air yang terdapat pada pasir dan dapat membuka pori-pori agar pori-pori menjadi terbuka. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan pasir yang memiliki luas permukaan yang besar.
Menurut Oscik and Cooper (1982), efisiensi adsorbsi merupakan fungsi luas permukaan adsorben yang digunakan. Semakin besar luas permukaan media maka makin besar pula kapasitas suatu media dalam mengabsorpsi suatu adsorbat.
Pengaruh Variasi Massa Pasir Laut Terhadap Adsorbsi Cr (VI) Pada Berbagai Konsentrasi.
Pasir laut dapat digunakan sebagai media filtrasi untuk menyisihkan logam Cr (VI) pada limbah cair industri maupun limbah cair domestik. Variasi massa pasir terhadap pengukuran Cr (VI) sisa dilakukan dengan variasi pasir 20 gram, 40 gram, 60 gram dan 80 gram sedangkan variasi konsentrasi larutan Cr (VI) yang difiltrasi adalan 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm dan 80 ppm. Jumlah adsorbat sisa merupakan jumlah Cr (VI) sisa yang tidak teradsorbsi oleh pasir laut yang dinyatakan dengan (ppm).
Gambar 2 menunjukkan bahwa penambahan massa pasir dapat meningkatkan Cr (VI) sisa. Hal ini terlihat karena penambahan massa pasir
dapat memperbanyak luas permukaan sehingga jumlah Cr (VI) sisa semakin besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi massa pasir laut sebagai media filtrasi pada logam Cr (VI) memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap penyisihan Cr (VI).
y = 0,0409x + 11,555
Massa Pasir (grm)
K Linear (20 ppm) Linear (40 ppm) Linear (60 ppm) Linear (80 ppm)
Gambar 2. Hubungan Massa Pasir Terhadap Konsentrasi Cr (VI) Sisa Gambar 2 juga menunjukkan bahwa variasi konsentrasi dapat memberikan nilai yang berbeda meskipun filtrasi pada jumlah massa pasir yang sama. Pada massa pasir yang sama yaitu 20 gram dengan konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm dan 80 ppm menunjukkan bahwa Cr (VI) sisa terlihat naik pada konsentrasi yang semakin besar. Hal ini juga terjadi pada massa pasir 40 gram, 60 gram dan 80 gram.
kation-kation untuk berikatan dengan pasir menjadi lemah karena luas permukaan pasir tertutup dengan kation-kation dari Cr (VI) yang berkonsentrasi tinggi (Setiawan, 2005).
Pengaruh Massa Pasir Laut Terhadap % Cr (VI) Teradsorbsi
Persentase adsorbsi merupakan jumlah adsorbat yang teradsorbsi oleh adsorben yang dinyatakan dengan (%). Untuk mengetahui persentase Cr (VI) maksimum setiap penambahan massa pasir dilakukan uji adsorbsi pada variasi konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm dan 80 ppm dengan variasi massa pasir 20 gram, 40 gram, 60 gram dan 80 gram.
Massa Pasir (grm)
% C Linear (20 ppm) Linear (40 ppm) Linear (60 ppm) Linear (80 ppm)
Gambar 3. Hubungan Massa Pasir Terhadap % Cr (VI) Teradsorbsi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak massa pasir yang digunakan untuk mengadsorbsi Cr (VI), maka persentase Cr (VI) teradsorbsi akan semakin besar pula. Adsorbsi dengan permukaan yang luas akan memperbesar daya adsorbsi suatu adsorben. Semakin banyak massa pasir yang ditambahkan maka luas permukaan akan bertambah besar dan dapat menambah jumlah rongga pori yang tersedia untuk adsorbsi, sehingga dengan penambahan pasir laut dalam fase ruah larutan akan meningkatkan jumlah Cr (VI) yang teradsorbsi tiap gram adsorben pasir laut.
Fenomena di atas menyebabkan potensial kimia pada permukaan adsorben menjadi lebih besar dari pada potensial kimia pada permukaan fase ruah, sehingga daya tarik antara pasir laut dengan Cr (VI) semakin besar. Hal ini dikarenakan semakin banyak permukaan kosong yang nantinya akan diisi adsorbat. Adsorbsi akan mencapai maksimum
apabila terjadi kesetimbangan antara potensial kimia fase ruah dan potensial kimia pada permukaan (Oscik, 1982). Dari gambar 3 menunjukkan terjadinya kenaikkan persentase teradsorbsi dengan bertambahnya massa pasir pada setiap konsentrasi.
Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya % Cr (VI) yang teradsorbsi pada variasi massa pasir. Pada gambar 3 menunjukkan bahwa pada massa pasir 80 gram, % Cr (VI) teradsopbsi oleh pasir maksimum. Hal ini menunjukkan bahwa pada massa pasir 80 gram merupakan massa optimum yang dimiliki pasir sangat besar sehingga mampu mengadsorbsi larutan Cr (VI) pada setiap konsentrasi secara maksimal.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dengan judul: Penyisihan Kromium Pada Limbah Cair Terhadap Pengaruh Konsentrasi Dan Massa Pasir Menggunakan Unggun
Filtrasi Pasir dapat disimpulkan bahwa :
1) Filtrasi pasir sangat efektif menghilangkan kromium (VI) pada limbah cair
2) Persentase Adsorbsi maksimum terjadi pada filtrasi dengan massa pasir
sebesar 80 gram yang dapat mengadsorbsi larutan Cr (VI) sampai 86 %.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H. 1992. Kimia Unsur Dan
Radioaktif. PT. Citra Adiya
Bakti:Bandung
Cotton, F.A. dan Wikinson. 1889. Kimia
Anorganik Dasar. Penerbit
Universitas Indonesia UI-Press: Jakarta
Day, R.A dan Underwood, A.L.1986.
Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi
ke-5. Erlangga: Jakarta
Freeman. 1989. Standart Hendbook Of Hazardous Waster Treatment And
Disposal. M. Graw hill co. New
Frey, K.1981. The Encyclopedia Of
Mineralogy. Hut Chinson Ross
Publishing
Compani. Stroundburg Pensilvania. Volume IV B, PP.673-674.
Kusnaedi. 1995. Pengolahan Air Gambut
Dan Air Kotor Untuk Air Minum.
Penerbit Swalayan: Jakarta
Kusumayudo, B.,dan Wasita. 1986.
Mineralogi Dasar. Penerbit Bina
Cipta: Bandung hal 105
Mahan, M dan Myers, J.Rollie. 1987.
University Chemistry. Fourth
Edition Cummings Publishing Company Inc. New York. pp 834-835.
Mahida, U.N. 1992. Pencemaran Air Dan
Pemanfaatan Limbah Industri.
Penerbit Rajawali Press: Jakarta. Oscik.J, and Cooper, L. L. 1982.
Adsorption. Ellis Horwood Limited
John Wiley And Sons. New York. Palar, H. 2004. Pencemaran Dan
Toksikologi Logam Berat. Penerbit
Rineka Cipta: Jakarta
Putjianto, W.1984. Analisa Kwalitas Air. Penerbit Bina Indra Karya: Surabaya Sukandarrumidi. 1999. Bahan Galian
Industri. UGM-Gajamada
University Press: Yogyakarta
Svehla. 1999. Vogel Analisis Anorganik
Kualitatif Makro Dan Semi Makro.
Edisi ke-5. Penerbit PT. Kulman Media Pustaka: Jakarta
Tan, 1998. Physical Chemistri, 3rd Ed.
Wesley Publishing Company University Of Maryland: Canada Tersiawan, M. 1995. Pengolahan Air
Bersih Dengan Saringan Pasir. PT.
Balai Pustaka (Persero): Jakarta Werren, Mc. Cabe, Julian C. Smith dan
Harriot, P. 1985. Operasi Teknik
Kimia. Jilid 2 Edisi ke-4 Penerbit
Erlangga: Jakarta
Widarto, T. 1996. Membuat Alat
Penjernih Air. Penerbit Kanisius: