• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match terhadap Hasil Belajar Subtema Keragaman Budaya Bangsaku Siswa Kelas 4 SD Kristen Satya Wacana Salatiga Semes

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match terhadap Hasil Belajar Subtema Keragaman Budaya Bangsaku Siswa Kelas 4 SD Kristen Satya Wacana Salatiga Semes"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

5 2.1.1 Pembelajaran Tematik

Pembentukan karakteristik peserta didik terjadi sejak usia dini. Pengetahuan, keterampilan dan kecakapan sangat diperlukan.Meningkatkan kemampuan kognitif saja belum cukup untuk dapat mengembangkan diri peserta didik, dengan ditanamkannya keterampilan bahkan sikap yang baik dapat membantu peserta didik dalam menjalani kehidupan bermasyarakat yang semakin maju. Pembelajaran tematik yang diterapkan pada kurikulum 2013 guna menunjang pemenuhan kebutuhan peserta didik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, karena pembelajaran tematik tidak hanya mendorong peserta didik untuk mengetahui (learning to know), tapi juga belajar untuk melakukan (learning to do), belajar untuk menjadi (learning to be), dan belajar untuk hidup bersama (learning to live together).

(2)

mana dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran tersebut, digunakan suatu tema sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Menurut pengertian tematik yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah suatu pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai mata pelajaran kedalam suatu tema tertentu sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

(3)

2.1.2 Tujuan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik bertujuan agar peserta didik menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya, menunjukan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya serta cinta tanah air, memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati, dan mencoba menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya dirumah, di sekolah dan tempat bermain, menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia(Permendikbud No. 64 tahun 2013 tentang Standar Isi).

Pembelajaran tematik dilakukan agar peserta didik dapat memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sesuai dalam menghadapi keragaman dalam kebersamaan dengan ikut berperan langsung dalam proses pembelajaran dan kecakapan dalam berkomunikasi baik dengan teman, guru, orangtua bahkan dalam kehidupan bermasyarakat.Ruang lingkup pembelajaran tematik meliputi beberapa mata pelajaran seperti: (1) Bahasa Indonesia, (2) IPS, (3) PPKn, (4) PJOK, (5) SBdP. Setiap mata pelajaran diintegrasikan menjadi satu kegiatan pembelajaran yang bermakna dan memiliki tiga ranah kompetensi yang dapat dikembangkan yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan sehingga peserta didik mampu menghadapi kehidupan sosial yang beragam dalam masyarakat.

(4)

Kompetensi Dasar (KD) pada pengembangan kurikulum satuan dan jenjang pendidikan. Adapun tujuan pembelajaran tematik dalam penelitian ini dipetakan dalam tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

Pemetaan KI dan KD Tema Indahnya Kebersamaan Subtema Keragaman Budaya Bangsaku Kelas 4 Semester 1 KompetensiIn

3.2Memahamikeragamansosial,ekonomi, budaya, etisdan agama di provinsisetempatsebagaiidentitasbangsa Indonesia

Keterampilan Bahasa Indonesia

4.1Menata informasi yang didapat dari teks berdasarkan keterhubungan antar gagasan ke dalam kerangka tulis.

Menyajikan

(5)

mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Sumber: Buku Guru Kelas 4 SD Tematik Semester 1 Halaman 9-10 (2013)

Berasarkan tabel 2.1 KI yang digunakan dalam pembelajaran yaitu pengetahuan dan keterampilan dengan KD terdiri atas mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA dan IPS. Capaian yang ingin diperoleh di akhir pembelajaran yaitu siswa dapat menjelaskan keragaman sosial dalam masyarakat melalui kegiatan membaca, mengaidentifikasi dan mengingat materi yang diberikan dengan baik dan benar.

2.1.3 Efektivitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 84), efektivitas berasal dari kata efektif. Efektif berarti mempunyai efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Efektivitas menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu tercapai tujuannya. Dapat dikatakan bahwa efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai.

(6)

Menurut Eggen dan Kauchak (dalam Fauzi,2002) mengemukakan bahwa “Pembelajaran yang efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan penentuan informasi (pengetahuan). Siswa tidak hanya pasif menerima informasi yang diberikan oleh guru. Hasil belajar ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan berfikir siswa”. Keefektifan pembelajaran yang dimaksud adalah sejauh mana pembelajaran berhasil menjadikan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang dapat dilihat dari ketuntasan hasil belajar.

Menurut Suryosubroto (dalam Fauzi,2009) agar pelaksanaan pengajaran efektif yang perlu diperhatikan adalah :

1. Konsistensi kegiatan belajar dengan kurikulum dilihat dari aspek tujuan pembelajaran, bahan pengajaran, alat pelajaran yang digunakan dan strategi evaluasi.

2. Keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar meliputi: a)menyajikan alat, sumber, dan kelengkapan belajar; b)mengkondisikan kegiatan belajar mengajar; c)menggunakan waktu yang tersedia untuk kegiatan belajar mengajar secara efektif; d)motivasi belajar siswa; e)menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan; f)mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar; g)melaksanakan komunikasi interaktif kepada siswa; h)melaksanakan penilaian belajar.

Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud efektivitas dalam penelitian ini adalah keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai. Model pembelajaran kooperatif tipe

Make A Match dikatakan efektif jika ada perbedaan belajar antara pretest dan posttest.

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif TipeMake A Match

(7)

Model pembelajaran dalam sistem pengajaran sangat penting karena dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok yang disusun secara sistematis agar dapat mencapai tujuan dalam pembelajaran.

(8)

dalam pembelajarannya siswa dituntut untuk berkompetisi mencari pasangan dari kartu yang sedang dibawanya dengan waktu yang cepat.

2.1.4.2Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match

Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipeMake A Match menurut Miftahul Huda (2013: 252) yaitu :

1. Guru menyampaikan materi.

Dalam pembelajaran kurikulum 2013, materi yang disajikan berpusat pada siswa dan tanpa memisahkan materi setiap mata pelajaran.

2. Siswa dibagi dalam 2 kelompok.

Kelompok A sebagai kelompok soal dan kelompok B sebagai kelompok jawaban.

3. Guru membagi kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B.

Kartu berisi beberapa konsep atau topik yang sesuai materi dan cocok untuk sesi review.

4. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa harus mencari/mencocokan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimal waktu yang berikan kepada siswa.

Misalnya, kartu yang bertuliskan provinsi DKI Jakarta akan berkumpul dengan kartu yang bertuliskan suku Betawi, kerak telor, ondel-ondel yang sesuai dengan ciri khasnya.

5. Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya di kelompok B.

Jika siswa sudah menemukan pasangan kartu yang cocok, siswa melaporkan kepada guru dan mencatat hasil laporannya.

6. Saat waktu sudah habis, maka siswa yang belum mendapatkan pasangan diminta untuk berkumpul sendiri.

7. Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi dan siswa lain memberikan tanggapan.

(9)

8. Guru memberikan konfirmasi/penegasan tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang melakukan presentasi.

Kelompok yang telah berhasil mencocokan dan mempresentasikan kartu soal dan jawabannya dengan benar diberi penghargaan oleh guru.

9. Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan presentasi.

Dalam penjelasan tentang langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipeMake A Match menurut Miftahul Huda, kegiatan secara bertahap dan sistematis mulai dari pemberian materi penting untuk disajikan sebelum masuk kepada kegiatan utama yaitu latihan menjawab soal dengan mencari pasangan dengan kartu, kecepatan berpikir dan berinteraksi akan menentukan hasil akhir dari poin atau penilaian yang akan diperoleh siswa. Jadi, dalam penelitian eksperimen ini akan menggunakan langkah-langkah model Make A Match

menurut Miftahul Huda pada siswa kelas 4 dan subtema Keragaman Budaya Bangsaku.

2.1.4.3Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif TipeMake A Match

Menurut Miftahul Huda (2013: 253-254) kelebihan model pembelajaran kooperatif tipeMake A Match yaitu dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan; meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi; dan efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.

(10)

Dalam mengatasi kelemahan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada Kurikulum 2013 yang akan diterapkan dalam penelitian, agar tidak banyak waktu terbuang percuma dan siswa tidak saling mencari pasangan kelompoknya maka terlebih dahulu dipilih 7 orang untuk berdiri didepan kelas sebagai acuan dari pasangan jawaban kartu yang tersebar, sehingga siswa dapat langsung menuju pasangan kartu masing-masing.

2.1.5 Hasil Belajar

DimyatidanMudjiono (2002) memberidefinisibahwahasilbelajaradalahhasil

yang ditunjukkandarisuatuinteraksitindakbelajar,

danbiasanyaditunjukkandengannilaites yang diberikan guru.Menurut Sukardi dan Anton Sukarno (1995:14) mengatakan bahwa hasil belajar dalam bentuk nilai atau IP adalah pertanda tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diikuti selama proses belajar. Sedangkan menurut DjamarahdanZain (2006)

hasilbelajaradalahperolehanskor yang

dicapaiolehsiswaketikamengikutimaupunsetelahmengikutikegiatanbelajar yang menunjukangambaranpenguasaansikap,

pengetahuandanketerampilandarihasilinstrumen yang

digunakansebagaialatpengukurkeberhasilan.

Pengukuran hasil belajar peserta didik bertujuan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah tercapai. Untuk membantu mengukur hasil belajar peserta didik digunakan alat penilaian hasil belajar. Menurut

DimyatidanMudjiono, Sukardi dan Anton Sukarno,

DjamarahdanZainmengenaipengertianhasilbelajar, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir yang telah dicapai dari kegiatan belajar untuk mengetahui keberhasilan seseorang dalam penguasaan sikap, pengetahuan dan keterampilan terhadap pelajaran yang dicapai setelah mengalami proses belajar.

(11)

ketentuan yang dianggap benar (Suryanto Adi, dkk. dalam Asesmen Pembelajaran SD 2012). Adapun komponen atau kelengkapan sebuah tes yaitu lembar atau buku yang memuat butir-butir soal tes, lembar jawaban tes, kunci jawaban tes, dan pedoman penilaian. Dengan demikian hasil pengukuran dengan menggunakan tes termasuk kategori data kuantitatif. Sebagai alat evaluasi hasil belajar, tes mempunyai fungsi yaitu mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu, menentukan kedudukan atau perangkat peserta didik dalam kelompok, tentang penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran tertentu.

(12)

disamakan dengan ulangan umum yang biasa dilaksanakan pada akhir semester dan tengah semester.

Pada penilaian tes berdasarkan segi kegunaan untuk mengukur kemampuan siswa maka digunakan tes formatif. Berdasarkan cara mengerjakannya tes dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut: (1) Tes Tertulisadalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya, (2) Tes Lisan, dalam tes lisan pertanyaan maupun jawaban semuanya dalam bentuk lisan. Hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen penilaian, (3) Tes Unjuk Kerja, pada tes unjuk kerja siswa diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor. Berdasarkan cara mengerjakannya penelitian ini menggunakan tes tertulis sebagai penilaian hasil belajar.

Menurut Endang Poerwanti (2008:4-5) jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya dibedakan menjadi tiga yaitu : (1) Tes essay (Essay-type test)adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk lisan, (2) Tes jawaban pendek bisa digolongkan ke dalam tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk essay, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas, maupun angka-angka, (3) Tes objektifadalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Macam-macam tes objektif antara lain tes benar salah, tes pilihan ganda, tes menjodohkan, tes isian singkat.Menurut penjelasan mengenai macam-macam tes, dalam penelitian ini digunakan tes formatif untuk mengukur kemampuan siswa. Tes dilakukan secara tertulis dengan bentuk tes objektif berupa pilihan ganda.

(13)

bersifat mutlak disebut dengan penilaian. Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kerja (PAP/PAK), sedangkan kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penilaian Acuan Norma/Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR).

Berdasarkan uraian mengenai hasil belajar maka dapat dijelaskan bahwa hasil belajar dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan tes hasil belajar/tes formatif, tes dilakukan secara tertulis berbentuk tes objektif atau yang dikenal dengan pilihan ganda. Tes dilakukan dua kali yaitu pretest dan posttest. Nilai pretest yaitu penilaian yang dilakukan sebelum diberikan materi pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dasar siswa terhadap materi yang akan diberikan. Sedangkan nilai posttest yaitu penilaian yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan, mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil prestasi belajar siswa dan mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe

Make A Match yang diterapkan. Penilaian soal pretest dan posttest disajikan dalam bentuk soal pilihan ganda.

2.2 Penelitian yang Relevan

Pada penelitian sebelumnya yang bertujuanuntukmelihat efektivitasmodel pembelajaran kooperatif tipe Make A Matchtelahdilakukanolehparapeneliti. Penelitian yang dilakukanolehHeniKusumawati (2012) denganjudul

“EfektivitasPenggunaan Benda KonkretPada Model

(14)

uji t diperoleh hasil 0,000 yang kurang dari 0,05, ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol.

PenelitiandariParwanti Esti (2012) yang berjudul “Pengaruhpenggunaan Model PembelajaranMake A Matchdengan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPA Materi Sumber Daya Alam Siswa Kelas IV SD Negeri Kertosari Kabupaten Temanggung”. Menyimpulkan bahwa model pembelajarankooperatiftipeMake A Match berbantuan media semi konkretberpengaruhsignifikan terhadaphasilbelajarPKnpadasiswakelas V SD GugusLetkolWisnutahunajaran 2013/2014. Hal ini dibuktikan dengan data hasil penelitian yang menunjukan rata-rata skor hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen sebesar 65,28 lebih besar daripada rata-rata hasil belajar siswa pada kelompok kontrol yaitu 55,28. Dengan besarnya nilai t adalah adalah 3,432 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002 < 0,05.

Penelitianuntukmengukurkeefektivitasanmodel pembelajaran kooperatif tipe Make A MatchjugadilakukanolehEllyvia Novianti (2012)

denganjudul

Keefektifan Model Make A

MatchDalamPembelajaranPemahamanPantunPadaSiswaKelas IV

SekolahDasarNegeri 2 KarangjatiKabupatenBanjarnegara”. Menyimpulkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan pada pembelajaran model Make A Matchterhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini dibuktikan dengan data Sig (2-tailed) adalah 0,003 yang artinya sangat signifikan karena karena nilai signifikansinya kurang dari 0,05 ditunjukan dengan hasil belajar kelas eksperimen leih baik yaitu sebesar 85,17 dibandingkan dengan hasil belajar kelas kontrol yaitu sebesar 77,93.

(15)

meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Ellyvia Novianti (2012) yang menyimpulkan bahwa model pembelajaran Make A Matchjuga meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Matchdapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai penelitian yang dilakukan sebelumnya.Hal yang membedakanpenelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu untuk membuktikan apakah efektiitas model pembelajaran kooperatif tipe Make A Matchjuga akan berhasil pada Kurikulum 2013.

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran tematik yang diterapkan di SD Kristen Satya Wacana Salatiga sudah baik namun akan lebih menarik apabila dipadukan dengan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan keaktifan dan interaksi siswa dalam pembelajaran. Sehingga siswa dapat tertarik dan merasa senang dalam mengikuti pembelajaran, serta dapat memenuhi KKM yang ditentukan oleh guru maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match karena siswa dapat melatih kemampuan berpikir cepat dan interaksi antar siswa dalam mencari pasangan, mengolah langsung keterampilan dan dapat berinteraksi secara aktif dengan teman dan guru. Dengan siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran maka siswa dapat mendapatkan makna dari pembelajaran yang dilakukan dan dapat lebih memahami maksud dari materi yang disampaikan.

(16)

belum mendapatkan pasangan diminta untuk berkumpul sendiri, guru memanggil satu pasangan untuk presentasi dan siswa lain memberikan tanggapan, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang melakukan presentasi, guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan presentasi. Pengukuranhasilbelajarmenggunakantekniktesdanobservasi,

instrumentekniktesadalahbutirsoalpilihangandadaninstrumenobservasiadalahlemb arobservasi.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

a) Ho = Tidak terdapat perbedaan rata-rata pretest dan posttest (Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match tidak efektif terhadap hasil belajar Subtema Keragaman Budaya Bangsaku siswa kelas 4 SD Kristen satya Wacana Salatiga semester 1 tahun pelajaran 2016/2017).

Gambar

Tabel 2.1 Pemetaan KI dan KD Tema Indahnya Kebersamaan Subtema

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hasil evaluasi dokumen kualifikasi saudar a, per ihal Penawar an Peker jaan Pembangunan Pagar.. kecamatan Sebuku, maka dengan ini kami mengundang

KUDUS-PURWODADI NO.93 MENGUMUMKAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA UNTUK PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013, SEPERTI TERSEBUT DIBAWAH INI. NON LELANG/

Pengetahuan fisis adalah suatu pengetahuan yang menunjukkan karakteristik fisik (ukuran, bentuk, warna, tekstur dsb) dari suatu objek/benda dan interaksi maupun

Berdasarkan hasil yang diperoleh juga menunjukkan persentase penurunan bobot kering akar rumput lebih besar daripada persentase penurunan bobot kering tajuk pada setiap

Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang tumbuhan yang digunakan oleh pedagang jamu gendong sebagai bahan jamu yang bermanfaat dalam perawatan kulit

Pengamatan yang dilakukan pada kelompok perlakuan yang diberi esktrak Andaliman dengan konsentrasi yang bervariasi pada induk mencit umur kebuntingan 0 hingga 13 hari,

- Pengadaan Kendaraan Roda Dua Penyedia Barang 1 Unit Donggala 20.000.000 P A D JUNI 2012 30 Hari. - Pengadaan Kendaraan Roda Dua Penyedia Barang 2 Unit Donggala 35.000.000

− Prototipe sistem SDR skala lab dengan frekuensi maksimal RF 50 MHz dengan daya RF kurang dari 1 mW menggunakan daughterboard Basic Tx-Rx dapat dikembangkan untuk sebuah