• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Perjanjian Hukum Perjanjian secara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hukum Perjanjian Hukum Perjanjian secara"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

A. Definisi

Hukum pada umumnya yang dimaksudkan adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaedah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan tentang perilaku yang berlaku dalam suatu kehidpan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanakannya dengan suatu sanksi. Dalam usahanya mengatur, hukum menyesuaikan kepentingan perorangan dengan kepentingan masyarakat dengan sebaik-baiknya, berusaha mencari keseimbangan antara member kebebasan kepada individu dan melindungi masyarakat terhadap kebebasan individu. Mengingat bahwa masyarakat itu terdiri atas individu-individu yang menyebabkan terjadinya interaksi, maka akan selalu terjadi konflik atau ketegangan antara kepentingan perorangan dan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan masyarakat. Hukum berusaha menampung ketegangan atau konflik ini sebaik-baiknya.1

Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum yang didasarkan atas kata sepakat yang dapat menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian, perjanjian tidak merupakan satu perbuatan hukum, akan tetapi merupakan hubungan hukum antara dua orang yang bersepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Perjanjian

hendaknya dibedakan dengan janji. Janji memang didasarkan atas kesepakatan, namun kata sepakat itu tidak menimbulkan akibat hukum, yang berarti bahwa apabila janji itu dilangar maka tidak ada akibat hukumnya, si pelanggar tidak dapat dikenakan sanksi.2

Perihal pengertian perjanjian, perikatan dan persetujuan yang dibahas dalam BW/ KUHPer memiliki pengertian yang tidak sama. Perjanjian, pada dasarnya suatu perbuatan hukum antara para pihak untuk bersama-sama mencapai suatu

1 Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum; Suatu Pengantar, (Yogyakarta, Liberty: 2003), hal. 40

2 Ibid,Mengenal Hukum; Suatu Pengantar, hal. 117

Desain Kontrak Perjanjian Syari’ah Nining Fitriyatul Badriyah (2823133114)

Nur Azizah (2823133118)

Perbankan Syari’ah V-D Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

(2)

atau beberapa tujuan yang sama dengan melakukan atau tidak me;akukan suatu sikap tindak hukum tertentu. Contoh, Hambali dan Ahmad masing-masing pemilik restoran dan hotel yang terletak berdampingan mengadakan perjanjian kerja sama untuk meningkatkan keuntungan usah mereka. Perikatan, pada

dasarnya adalah suatu hubungan hukum yang terbentuk oleh perjanjian yang telah diadakan oleh para pihak terikat untuk menaatinya. Contoh, perikatan antara Hambali dan Ahmad untuk melaksanakan perjanjian kerja sama usaha yang telah mereka adakan. Akibatnya, masing-masing telah terikat secara timbale balik untuk bekerja sama. Persetujuan ialah penuangan kesatuan niat dari para pelaku

perjanjian serta kesatuan pemikiran untuk mencapai atau mewujudkan niat

mereka bersama. Contoh, persetujuan Hambali dan Ahmad untuk menggabungkan usaha perhotelan dan restoran yang mereka miliki sebagai suatu perkongsian atau lainnya.3

B. Penjelasan

1. Hukum Perjanjian dalam Sorotan Hukum Bisnis

a) Unsure Perjanjian4

Unsure pertama yang mutlak memunculkan perjanjian adala unsure

essentialia. Masing-masing pihak memang menginginkan dan menyetujui untuk mewujudkan suatu perjanjian antara pihak yang terwujud dalam suatu kesepakatan atau kata sepakat antar pihak.

Untuk adanya perjanjian harus ada dua kehendak yang mencapai kata sepakat atau consensus. Tidak menjadi soal apakah sepakat dituangkan lewat tulisan, lisan ataupun bahasa isyarat. Masing-masing pihak harus cakap membuat perjanjian. Anak yang belum dewasa, mereka yang memiliki penyakit ingatan dianggap tidak cakap atau mampu membuat perjanjian (secara individual), mereka ini termasuk golongan persone miserabile. Obyek yang diperjanjikan harus pasti. Isi perjanjian tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.

Kedua ialah unsure yang lazimnya melekat dalam perjanjian. Unsure yang tanpa diperjanjikan secara khusus dalam perjanjian tetapi dengan sendirinya

(3)

melekat pada perjanjian. Misalnya, seorang penjual harus menjamin pembeli terhadap kecacatan barang yang diterima. Unsure ini disebut naturalia.

Unsure ketiga ialah accidentalia, yaitu unsure yang harus dimuat atau disebut secara tegas dalam perjanjian, misalnya dimanakah tempat atau lokasi yang akan dijadikan objek pendirian usaha bersama.

Selain unsure-unsur diatas, dalam perjanjian dikenal beberapa asas. Asas konsensualisme menjelaskan bahwa perjanjian tidak dibuat secara formal namun hasil perjanjiannya dapat diformalkan. Persesuaian kehendak menjadi sebab dasar terjadinya suatu perjanjian. Asas selanjutnya ialah asas kekuatan, bahwa kedua pihak terikat oleh kesepakatan perjanjian yang dibuat. Para pihak harus melaksanakan apa yang telah mereka sepakati sehingga perjanjian tersebut sebagai undang-undang mereka. Sudah selayaknya sesuatu yang disepakati oleh kedua pihak dipatuhi pula oleh kedua pihak sebagai wujud kepastian hukum atas kesepakatan mereka dalam perjanjian.

Asas kebebasan berkontrak menjadi asas selanjutnya. Pada dasarnya tiap orang bebas mengadakan dan menentukan isi perjanjian. Kalau asas

konsensualisme berhubungan dengan lahirnya suatu perjanjian, asas kekuatan mengikat dengan akibat perjanjian, asas kebebasan berkontrak berhubungan kebebasan kehendak masing-masing pihak terhadap isi perjanjian.

b) Syarat Sah Perjanjian

1) Syarat subyektif, syarat yang melekat pada subyek hukum yang mengadakan perjanjian. Menurut pasal 1320 BW/ KUHPer adalah hal-hal berikut:

a. Adanya kesepakatan bukan akibat dari hal-hal seperti paksaan atau tekanan dari pihak lain dan manapun, kekhilafan salah satu atau kedua belah pihakyang mengadakan perjanjian, penipuan.

b. Adanya kecakapan hukum para pihak yang mengadakan perjanjian, seperti yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya.

2) Syarat obyektif, syarat yang melekat pada obyek perjanjian yang harus dipenuhi.

(4)

belah pihak yang mengadakan perjanjian dalam pelaksanaan perjanjian tersebut.

b. Adanya sebab halal, artinya dalam isi perjanjian tersebut tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan hukum, ketertiban umum, kesusilaan atau nilai lain yang berlaku dalam

masyarakat.

Apabila suatu perjanjian telah sah karena semua persyaratan sahnya telah terpenuhi, maka akan berakibat hukum mengikat bagi para pihak yang mengadakan dengan kekuatan undang-undang yang sama. Apabila satu dari kedua syarat subyektif perjanjian tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan melalui keputusan hakim atas permohonan para pihak yang merasa dirugikan atau akan dirugikan bila perjanjian tersebut akan atau tetap dilaksanakan. Begitu pula dengan syarat obyektif, apabila salah satunya tidak terpenuhi, maka perjanjian tersebut otomatis batal atau batal demi hukum. Dalam Hukum Perjanjian, dikenal dua dalil hukum tentang akibat hukum suatu perjanjian.

1) Pacta Sund Servanda, bahwa setiap hukum yang telah dibuat secara wajib, wajib ditaati atau dipenuhi oleh para pihak yang mengadakannya. Perjanjian yang telah disepakati, menurut pasal 1338 b BW/ KUHPer, tidak boleh diubah begitu saja oleh suatu pihak tanpa izin dan persetujuan dari pihak lainnya yang juga terlibat dalam perjanjian tersebut.

(5)

Force majeure6, suatu keadaan yang bersifat memaksa sehingga

menimbulkan situasi dan kondisi yang bersifat darurat sebagai akibat dari terjadinya suatu sebab kahar, atau peristiwa luar biasa. Force majeure ini perlu dipertimbangkan dalam suatu perjanjian karena hal ini bisa saja menyebabkan batal atau terganggunya pelaksanaan perjanjian. Sebab kahar ialah peristiwa luar biasa yang:

1. Terjadi di luar dugaan akal sehat manusia.

2. Bila dapat diduga terjadi, tetapi di luar daya atau kemampuan manusia untuk mencegah ataupun menghindari bahkan mengatasinya.

Contoh sebab kahar yang dapat menimbulkan force majeure misalnya seperti hal-hal di bawah ini:

1. Bencana alam dalam segala bentuk dan wujudnya, seperti banjir, gempa bumi, tsunami, dan sebagainya.

2. Bencana wabah penyakit, mulai dari tingkatan endemic (satu daerah) atau bahkan epidemic (menyebar ke seluruh wilayah yang lebih luas) hingga akhirnya pandemic (menyebar ke seluruh wilayah negara atau benua).

3. Bencana peperangan yang berkecamuk di wilayah di mana perjanjian itu mesti dilakukan.

4. Bencana krisis ekonomi dan moneter yang berkepanjangan sehingga banyak perusahaan yang gulung tikar.

5. Bencana kebakaran.

6. Bencana dahsyat lain, termasuk bencana yang diawali oleh kesalahan manusia, seperti kerusakan hutan yang berakibat pada tanah longsor.

c) Macam-macam Perjanjian

1) Dari sudut derajat kedudukan hukum para pihak yang mengadakan perjanjian:

a. Perjanjian antara para pihak yang kedudukan hukumnya sederajat. Misalnya, perjanjian jual beli antara pedagang dan pembeli secara kontan, perjanjian kerja sama antara dua usahawan ataupun dua perusahaan atau lebih yang berkongsi.

(6)

b. Perjanjian antara para pihak yang kedudukan hukumnya berbeda derajat. Misalnya, perjanjian jual beli kredit antara penjual dan pembeli dimana kedudukan hukum pembeli yang melakukan kredit lebih rendah dari penjual.

2) Dari sudut jenis perjanjian menurut isinya:

a. Perjanjian yang isinya disusun oleh kedua pihak atau para pihak dengan jalan tawar menawar antara mereka, karena mereka memiliki kedudukan hukum yang sama kuatnya. Misalnya, perjanjian kerja sama dagang dan penyertaan modal.

b. Perjanjian yang isinya disusun secara sepihak oleh satu pihak saja sehingga pihak lain tidak punya pilihan lain selain menerima sepenuhnya atau menolak perjanjian tersebut. Misalnya, perjanjian kerja antara majikan dan pekerjanya.

3) Dari sudut fungsi dan peranannya:

a. Perjanjian inti atau pokok, perjanjian yang isinya secara mandiri dapat mengikat para pihak yang mengadakannya. Misalnya, perjanjian jual beli baik tunai maupun kredit, perjanjian sewa-menyewa.

b. Perjanjian tambahan atau dampingan, perjanjian yang keberadaannya tergantung pada perjanjian pokok. Misalnya, hak tanggungan atas tanah yang mengikuti perjanjian utang piutangnya.

4) Dari sudut ada atau tidak kepastian pada isinya:

a. Perjanjian yang serba pasti sehingga jelas untung ruginya bagi para pihak. Misalnya, perjanjian kerja dalam hubungan

perburuhan.

b. Perjanjian untung-untungan, perjanjian yang isinya sepenuhnya digantungkan pada keadaan yang akan terjadi dan tidak bisa diprediksi oleh para pihak sebelumnya. Misalnya, pelaksaan sayembara dengan perjanjian yang telah diumumkan

sebelumnya.

5) Dari sudut ada atau tidaknya anasir ketimbalbalikan antarpara pihak yang mengadakannya:

(7)

tertentu adalah kewajiban bagi pihak lainnya dan begitu pula sebaliknya. Misalnya, perjanjian jual beli tentang ketimbal balikan hak dan kewajiban antara penjual dan pembeli, perjanjian sewa-menyewa tentang ketimbal balikan hak dan kewajiban antara penyewa dan pemilik barang yang disewakan.

b. Perjanjian tidak timbale balik, perjanjian yang isinya bersifat sejurus, salah satu pihak hanya memiliki untuk memenuhi isi perjanjian itu, sementara pihak lain tidak mempunyai

kewajiban imbalan kepada pihak tersebut selain menerima pemenuhan hal yang diperjanjikan dari pihak lain yang mengadakan perjanjian. Misalnya, perjanjian pemberian tunjangan hidup cuma-cuma dari satu pihak kepada pihak lain.

6) Dari sudut wujudnya

a. Perjanjian lisan, perjanjian yang hanya melalui perkataan yang biasanya disertai dua orang saksi paling sedikit. Misalnya, perjanjian yang diadakan dalam masyarakat hukum adat.

b. Perjanjian tertulis, perjanjian yang isinya dituangkan secara yuridis formal diatas kertas atau surat yang menjadi bukti telah terjadinya suatu perjanjian. Misalnya, perjanjian pada pumunya dengan surat atau akta.

d) Wanprestasi dan Berakhirnya Perjanjian

Wanprestasi7 ialah suatu hal tidak terlaksananya atau tidak terpenuhinya

prestasi (target yang mesti atau ingin dicapai dalam perjanjian yang diadakan) tanpa sebab yang dapat dimaklumi atau alasan yang dapat dibenarkan.

Wanprestasi dapat berbentuk kenyataan bahwa pihak yang berkewajiban:

1. Tidak memenuhi prestasi yang diwajibkan dalam perjanjian, baik seluruhnya maupun sebagian.

2. Terlambat memenuhi prestasinya.

3. Salah dalam memberi prestasi kepada yang berhak.

Tentunya ketika terjadi wanprestasi akan menimbulka akibat-akibat hukum. Akibat-akibat hukum yang muncul karena adanya wanprestasi ialah:

1. Perjanjian yang bersangkutan bisa dibatalkan oleh pihak yang merasa dirugikan, berdasarkan syarat kebatalan yang telah ditetapkan menurut perjanjian itu sendiri. (Pasal 1266 BW/ KUHPer).

(8)

2. Pihak yang dirugikan berhak menggugat pembayaran ongkos pengganti kerugian berikut bunganya. (Pasal 1243 BW/ KUHPer).

3. Sebelum mengajukan gugatan penggantian kerugian tersebut ke pengadilan, pihak yang dirugikan wajib terlebih dahulu

mengirimkan somasi kepada pihak yang dianggap telah merugikan untuk segera menyudahkan masalahnya dengan baik. Peringatan dalam bentuk somasi ini mesti diajukan dengan tertulis. (Pasal 1238 BW/ KUHPer)

4. Hal yang dapat membebaskan suatu pihak dari kewajibannya memenuhi prestasi tanpa bisa dikatakan wanprestasi ialah dalam hal sebab luar biasa atau sebab kahar yang menimbulkan

kedaruratan sehingga keadaan ini tidak memungkinkan yang bersangkutan untuk tetap bisa memenuhi prestasinya. Contoh, keadaan perang atau dalam hal terjadinya musibah, bencana alam, kerusakan sosial dan lain sebagainya.

Selanjutnya, hal-hal yang dapat mengakhiri suatu perjanjian adalah sebagai berikut:

1. Pembayaran atau pelunasan, baik pembayaran harga atau tarif dan ongkos-ongkos maupun pelunasan utang.

2. Penawaran pembayaran tunai atau kontan diikuti dengan penyimpanan dan penitipan barang yang hendak dibayarkan.

3. Pembebasan utang.

4. Musnahnya barang yang menjadi objek perjanjian.

5. Pembatalan perjanjian.

6. Akibat hukum dari berlakunya syarat kebatalan yang telah ditetapkan dalam perjanjian itu sendiri.

7. Kedaluwarsa atau telah lewatnya waktu. (Pasal 1381 BW/ KUHPer)

C. Analisa/ Studi Kasus

(9)

dapat meminta pemenuhan haknya. Seperti kasus wanprestasi dalam perjanjian antara ByTheWay Entertainment dengan 09.00 PM.

Adapun bentuk-bentuk wanprestasi dalam perjanjian bisnis pertunjukan musik antara ByTheWay Entertainment dengan 09.00 PM adalah sebagai berikut:

1. Pihak Pertama menganggap Pihak Kedua telah melaksanakan apa yang dijanjikan tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan. Dalam perjanjian disebutkan Pihak Kedua akan membawakan 10 lagu, namun hanya membawakan 6 lagu dalam pertunjukan.

2. Pihak Kedua membawa peralatan band yang melebihi kapasitas daya pada tempat pertunjukan yang menyebabkan listrik padam. Sebelumnya disepakati peralatan band dan sound system maksimal 10.000 watt untuk in door.

3. Pihak Pertama tidak mampu menjamin keamanan dan kenyamanan acara. Pihak Pertama dianggap tidak mampu mengendalikan emosi penonton setelah padamnya listrik, yang berakibat pada kericuhan.

Upaya hukum yang dilakukan para pihak atas terjadinya wanprestasi dalam kasus di atas adalah dengan melakukan negosiasi. Dalam negosiasi tersebut, Pihak Pertama meminta ganti rugi sebesar Rp 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah) kepada Pihak Kedua, karena mereka hanya membawakan 6 lagu. Untuk membebaskan diri dari hukuman ganti rugi, maka Pihak Kedua mengajukan alasan bahwa Pihak Pertama juga lalai terhadap kewajibannya menjamin keamanan dan kenyamanan pada saat pertunjukan. Adapun betuk pertanggung jawaban para pihak atas terjadinya wanprestasi tersebut, diperoleh beberapa kesepakatan sebagai berikut:

1. Pihak Pertama akan menjaga nama baik Pihak Kedua di depan publik, dengan tidak menggembor-gemborkan masalah tersebut.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan utama penelitian pengem- bangan ini adalah membuat program simulasi praktikum efek fotolistrik dengan pendekatan inkuiri dengan harapan dapat memecahkan

Orang tua yang memiliki anak autis diharapkan mampu membangun sikap yang tepat agar dapat membantu anaknya yang autis secara tepat pula. Orang tua terlebih dahulu harus bisa

Penelitian yang dilakukan Mailina Harahap (2017) dengan judul “Kajian modal sosial pada usaha tani sayur” Studi kasus pada Kelompok Tani Barokah Kelurahan Tanah

Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut: 1 Pelaksanaan Bimbingan belajar dilakukan setelah menghadapi UTS, pelaksnaanya di lakukan di luar jam pelajaran setelah pulang sekolah

Kualitatif, (Surabaya: Airlangga, 2001), 129.. 26 Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data-data yang dibutuhkan melalui observasi, wawancara serta dokumentasi. Teori yang

Pelanggan yang Layak yang tidak menerima Pulangan Tunai dari hari ketiga puluh satu (31) hingga hari keenam puluh (60) pada akhir setiap Bulan Kempen / Januari 2021 (untuk

Dengan tahapan semacam itu maka kegiatan penelitian ini telah mengarah pada realisasi dari tujuannya yaitu: mengembangkan pembelajaran tentang deteksi dini dan

Intervensi garam beriodium dosis 15-25 ppm; 25-35 ppm; 35-45 ppm; dan 45-55 ppm KIO3 selama empat bulan masih dapat memberikan kadar iodium dan fungsi tiroid normal pada anak