• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT KERAJAAN MAJ (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT KERAJAAN MAJ (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Ida Fitriana Luluk Nura Yusfita

Rica Filasari Yuan Erinda Santi

Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang

ABSTRACT

Majapahit Kingdom is a big kingdom that respected and its remit influence until the other country of Indonesia. This kingdom is continuity from Singhasari Kingdom, because it’s built after the Singhasari Kingdom was felt out. So that, Majapahit get a culture political unsure and economic social from Singhasari. Majapahit reach a peak of glory by Hayam Wuruk King govermental. This glory period marked by the posperous of civilization life and produce much of high quality of creation that leaved.

Keywords:Majapahit Kingdom, peak of glory, Hayam Wuruk King, civilization life.

Periode Majapahit merupakan periode yang paling mengesankan, karena periode ini di Indonesia terdapat suatu kerajaan besar yang disegani oleh banyak negara asing dan membawa keharuman nama Indonesia sampai jauh keluar wilayah Indonesia. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan agung masa lampau, secara historis dimulai dari munculnya Kerajaan Singhasari (Riana, 2009:ix).

(2)

suatu prasasti disebutkan bahwa pendiri pertama Kerajaan Majapahit ialah Raden Wijaya, menantu dari Prabu Kertanegara dari Kerajaan Singhasari.

Majapahit memperoleh masa keemasan atau kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk, dengan dibantu Mahapati Gajah Mada serta Laksamana Nala. Pada masa Raja Hayam Wuruk, kehidupan sosial masyarakat Majapahit sangat damai, rukun, aman, tentram, dan sentosa. Strata sosial hanya sebagai teoretis istana saja. Keadilan dan kemakmuran yang menjadi sebuah tujuan utama. Pada masa Raja Hayam Wuruk inilah sebuah karya-karya budaya yang bermutu tercipta. Beberapa pujangga yang cakap memberikan sumbangan-sumbangan dalam bidang sastra seperti Mpu Tantular, Mpu Rusadansanta, pengarang kitab-kitab Arjunawiwaha dan Sutasoma. Selain itu dari segi bangunan berupa candi-candi seperti Candi Sumberjati, Candi Rimbi, Candi Panataran, Candi Surawana, Candi Nangkal, Candi Ngetos, Candi Sawentar, dan lain-lain.

Pada artikel ini penulis mengambil salah satu masa pada Kerajaan Majapahit, yakni masa kejayaan Kerajaan Majapahit ketika dipimpin oleh Raja Hayam Wuruk. Pada masa ini kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Majapahit sangat damai, rukun, aman, tentram, dan sentosa. Masyarakat pada masa Raja Hayam Wuruk memperoleh kemakmuran dan keadilan yang merata. Pada masa Raja Hayam Wuruk, tidak bisa dipungkiri bahwa keadaan sosial masyarakatnya pada saat itu beragam terutama dalam kasta dan agama. Namun, semua itu bisa disatukan melalui sebuah perpaduan tradisi budaya. Karena itulah penulis artikel ini akan membahas tentang kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Majapahit pada masa kejayaan Raja Hayam Wuruk.

TUJUAN

Tulisan ini bermaksud untuk menelaah tentang sejarah awal berdirinya Kerajaan Majapahit. Selanjutnya tentang letak dan wilayah Kerajaan Majapahit pada masa kejayaan Raja Hayam Wuruk dan yang terakhir tentang kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Majapahit pada masa kejayaan Raja Hayam Wuruk.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(3)

Sejarah berdirinya Kerajaan Majapahit, tidak lepas dari Kerajaan Singhasari, setelah Kertanagara gugur, Kerajaan Singhasari berada di bawah kekuasan Raja Kadiri Jayakatwang yang mengakiri riwayat Kerajaan Singhasari. Salah seorang keturunan penguasa Singhasari yaitu Wijaya berusaha merebut kembali kekuasaan nenek moyangnya dari tangan Raja Jayakatwang. Dari genealoginya ia masih keponakan Raja Kertanegara, bahkan ia diambil menantu oleh Raja Kertanegara dan dikawinkan dengan putrinya. Dalam kitab kesustraan yaitu kitab Pararaton dan beberapa kitab kidung, menyebutkan ia kawin dengan dua orang putri raja, sedangkan sumber-sumber prasasti dan kakawin Nagarakrtagama menyebutkan ia kawin dengan empat orang putri Kertanegara.

Pada awalnya, Wijaya adalah seorang utusan Kertanegara yang ditunjuk untuk memimpin pasukan Singhasari melawan pasukan Kadiri yang bergerak dari arah utara. Wijaya sangatlah taat kepada Sri Kertanegara. Dalam Prasasti Kudadu, diceritakan pada saat memimpin perang, pasukan Wijaya hampir habis, lalu ia berunding dengan pengikutnya agar menemukan cara lain untuk mengatasi hal ini. Wijaya dan pengikutnya akhirnya memutuskan untuk singgah di Desa Kamadadu, lalu ia diterima dengan baik dan warga desa tersebut menyembunyikan Wijaya dari pencarian musuh. Kemudian Wijaya berniat untuk melarikan diri ke Madura seperti yang telah dijelaskan pada Prasasti Sukamrta (Hardiati, dkk, 2010:447-450).

(4)

Gambar 1. Prasasti Sukamerta (https://www.google.com/search?q=gambar+prasasti+sukamerta)

Pada awal tahun 1293 Masehi, datanglah tentara Kubilai Khan yang sebenarnya dikirim untuk menyerang Singhasari. Kedatangan pasukan Cina tersebut terdengar oleh Wijaya dan ia mau menggabungkan diri dengan pasukan Cina untuk menggempur Daha. Keputusan Wijaya itu diterima dengan baik oleh panglima pasukan Cina. Pada saat pertempuran, Daha dapat ditaklukan. Dengan runtuhnya Daha yang menjadi cita-cita Wijaya dan ia berhasil pula menyingkirkan pasukan Mongol itu dari ke luar Jawa, maka Wijaya menobatkan dirinya sebagai raja Majapahit. Penobatan ini berlangsung pada tanggal 15 Kartika 1215 Saka (Hardiati, dkk, 2010:451-456).

Raden Wijaya adalah raja pertama Kerajaan Majapahit. Sebelumnya nama Raden Wijaya banyak disebut dalam kitab Pararaton yang ditulis sekitar akhir abad ke-15. Kitab tersebut menyebutkan nama Raden Wijaya secara lengkap, yakni Raden Harsawijaya. Pada waktu itu, gelar Raden belum populer dikalangan bangsawan. Raja pertama Kerajaan Majapahit adalah Nararya Sanggramawijaya dengan nama Abhiseka Kertarajasa Jayawardana. Nama Nararya Sanggramawijaya biasa disingkat Wijaya saja. Demikianlah namanya yang banyak dikenal ialah Raden Wijaya. Dalam Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda, Raja Majapahit itu disebut Brawijaya. Sudah pasti bahwa nama Brawijaya itu perpanjangan dari nama Wijaya (Muljana, 2013:1).

(5)

wijaya, karena mereka jelas bersedia atalang jiwa atau mempertaruhkan jiwanya demi sang raja. Tidak ketinggalan juga, Lembu Sora dan Arya Wiraraja. Mereka diberikan kedudukan yang sangat tinggi sesuai dengan jasa mereka. Menurut kidung Sorandaka, Lembu Sora atau Ken Sora diangkat menjadi rakrian demang. Sementara itu, Arya Wiraraja diberikan kedudukan yang tinggi untuk memerintah daerah di bagian timur, yakni Lumajang. Arya Wiraraja ternyata tidak kembali ke Madura setelah Majapahit resmi berdiri (Panji, 2015:95).

Raden wijaya ingin membalas budi baik semua pengikutnya yang setia tanpa terkecuali. Dalam Prasasti Gunung Butak lihat gambar 2, yang bertarik Saka 1216 atau tahun 1294 Masehi, merupakan prasasti yang berkaitan dengan pendirian kerajaan Majapahit tahun 1293 Masehi oleh Nararya Sanggramawijaya. Prasasti ini ditemukan di jajaran Pegunungan Puteri Tidur yang termasuk Kabupaten Malang dan Blitar. Prasasti ini dibuat oleh Nararya Sanggramawijaya (Raden Wijaya) pada tanggal 11 September 1294. Prasasti ini berisikan anugrah dan penetapan sima (tanah perdikan) kepada petinggi Desa Kudadu yang bernama Macan Kuping. Karena toko ini telah berjasa terhadap Sanggramawijaya yang kala itu masih menempuh perjuangan melawan pasukan Jayakatwang dari Gelang-Gelang dan invasi tentara Mongol (Ahmad, 2015:91).

Gambar 2. Prasasti Gunung Butak

(https://www.google.com/search?q= gambar+Prasasti+Gunung+Butak)

Letak dan Wilayah Kerajaan Majapahit pada Masa Kejayaan Raja Hayam Wuruk

(6)

Provinsi Jawa Timur dan menjadi pusat Kerajaan Majapahit, lihat gambar 3. Kenyakinan identitas tersebut ternyata didukung oleh sumber sejarah, karya sastra, dan laporan dari orang asing. Ia juga membuat sebuah hipotesis lain yaitu:istana Majapahit ada dua. Istana lama Raja Rajasanagara yang dilukiskan Prapanca di Sentonorejo, dan istana baru Majapahit yang merupakan pemindahan dari istana lama ke Trowulan. Pemindahan karena Perang Paregreg tahun 1406 Masehi atau karena bencana alam. Trowulan pada masa Prapanca adalah dharma Antarasasi dan berada di pinggir kota.

Gambar 3. Peta Letak Kerajaan Majapahit

(https://www.google.com/search?q=gambar+Peta+Letak+Kerajaan+Majapahit)

Tafsiran Hadi Sidomulyo sekalipun didasarkan pada berbagai data tetapi data utamanya adalah informasi buku Ying-yai Sheng-lan karya Ma Huan tahun 1413 Masehi. Dalam buku itu Ma Huan menyebutkan raja Jawa tinggal di Man-che-po-i (Majapahit), sebuah kota tanpa tembok yang dapat dicapai melalui sungai dari Su-lu-ma-i (Surabaya) sampai ke Chang-ku (Canggu), kemudian dengan berjalan ke arah barat laut selama satu setengah hari. Dari hal itu semua dapat dikatakan bila informasi Ma Huan tentang Majapahit tidak dapat dijadikan dasar untuk merekonstruksi letak istana Majapahit. Posisi Canggu pada masa itu, kini diidentifikasikan tidak jauh dengan Desa Canggu sekarang, di sebelah Timur Laut Kota Mojokerto di pinggir Sungai Kalimas (Nugroho, 2009:101-104).

(7)

ditemukan dengan pasti. Situs peninggalan yang selama ini ditemukan, berada dua atau tiga meter di bawah.

Struktur Kerajaan Majapahit sendiri terdiri atas ibu kota dan negara daerah. Ibu kota merupakan daerah pusat pemerintahan. Di ibu kota inilah, raja beserta para menteri dan petinggi istana bertempat tinggal. Di kota ini juga, seluruh kegiatan politik yang mengatur jalannya pemerintahan digerakkan. Kedudukan ibu kota tersebut bagi Majapahit tak ubahnya seperti jantung. Jika ibu kota ini aman maka negara-negara daerah dapat dengan mudah dikendalikan. Ibu Kota Majapahit juga merupakan pusat pengendalian seluruh kegiatan baik yang bersifat yang politis maupun kultural (Panji, 2015:174).

Candrasengkala ri purneng kartikamasa pancadasi sukleng catur yang berarti kerajaan itu berdiri pada 13 November 1293 Masehi dan berakhir pada 1478 Masehi (185 tahun) menandai proklamasi berdirinya Kerajaan Majapahit. Wilayah Kerajaan Majapahit meliputi kepulauan Nusantara ditambah Semenanjung Malaka, Tumese (Singapura) sampai Madagaskar. Kerajaan Majapahit mengausai wilayah yang sangat luas, meskipun komunikasi saat itu belum lancar. Belum ada telepon seluler, satelit ataupun pesawat udara. Dengan demikian jarak dan waktu tidak menjadi kendala bagi tokoh-tokoh Majapahit untuk mengendalikan pemerintahannya karena mereka adalah ahli bertapa dan ilmu laduni. Semua kerajaan di Nusantara dipimpin oleh raja yang ada hubungan pertalian darah (Waluyo, 2015:26-27).

(8)

termasuk juga Madura yang semula menyatu dengan Jawa. Selain itu tercatat pula daerah di luar Nusantara juga bersahabat dengan Majapahit seperti: Siam, Ayodya Pura, Darmai Nagari, Marutma, Kamboja, Yawana (Riana, 2009:36).

Sebagai kerajaan yang besar, Majapahit memiliki struktur pemerintahan yang lengkap. Struktur pemerintahan meliputi beberapa hal berikut.

1) Raja, pemegang puncak kepemimpinan kerajaan.

2) Yuwaraja atau Kamararaja, jabatan yang diduduki oleh putra atau putri raja.

3) Rakryan Mahamantri Katrini, dewan yang bertugas melaksanakan politik negara.

4) Rakryan Mahamantri ri Pakiran-kiran, dewan yang juga melaksanakan politik negara

5) Dharmadyaksa, kepala bidang agama.

6) Dharmopapati, dewan yang juga mengurusi keagamaan (Panji, 2015:169). Menurut Suwelo Hadiwijoyo Majapahit menjalankan politik bernegara yang menyatu dengan konsep jagat raya melahirkan pandangan cosmoginos. Pandangan ini menyatakan bahwa kekuasaan yang bersifat teritorial dan desentralisasi dipegang sepenuhnya oleh raja. Raja dianggap sebagai penjelma dewa yang tertinggi yang memegang otoritas politik tertinggi dan menduduki puncak hierarki kerajaan (Panji, 2015:180).

Kebesaran dan kemegahan masa Majapahit tidak lepas dari angkatan perang dan Mahapatih Gajah Mada. Angkatan perang yang kuat menjadi salah satu alasan Kerajaan Majapahit dapat bertahan hingga 185 tahun. Angkatan darat Majapahit terdiri dari puluhan paasukan gajah, ribuan pasukan kuda, dan satuan pasukan jalan kaki (infanteri) yang jumlahnya puluhan ribu prajurit. Angkatan laut di bawah kepimpinanan Laksamana Nala memiliki 6.000 lebih kapal tersebar di seluruh kepulauan Nusantara (Waluyo, 2015:27).

(9)

diikrarkannya. Gajah Mada adalah seorang mahapatih sekaligus panglima angakatan perang yang sangat disegani kawan maupun lawan. Tidak hanya itu, kesaktian Gajah Mada pilih tanding dan mumpuni sebagai hasil dari ilmu bertapa dan ilmu landuni yang dijalaninya. Raja Hayam Wuruk ketika masih muda setelah melakukan upacara-upacara di istana, urusan-urusan resmi akan diserahkan kepada Mahapatih Gajah Mada. Meskipun itulah yang membuat ibunya Tribuana khawatir tentang Hayam Wuruk (Drake, 2012:139).

Kehidupan Sosial Masyarakat Kerajaan Majapahit pada Masa Kejayaan Raja Hayam Wuruk

Pada tahun 1293 Masehi berdirilah Kerajaan Majapahit, dan mencapai zaman keemasannya pada pemerintahan Raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada yang dibantu oleh Laksamana Nala dalam memimpin armadanya untuk menguasai Nusantara. Pada waktu itu agama Hindu dan Buddha hidup berdampingan dengan damai dalam satu kerajaan. Pada zaman Kerajaan Majapahit tersebut hidup berbagai agama dan aliran antara lain Hindu dengan berbagai macam aliran sektenya, serta agama Buddha dengan berbagai aliran sektenya, serta berbagai macam tradisi yang tampak dalam Tantrayana dan upacara Crada (yaitu upacara dalam menghormati nenek moyang yang telah meninggal) kemudian bercampur yang disebut dengan ‘syncritisme’.

Berbagai unsur agama yang berbeda tersebut hidup dalam suatu kerajaan di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit dan di bawah hukum negara (dharma) dan hidup rukun dan damai dengan penuh toleransi antara umat berbagai agama. Dalam hal lain Raja Hayam Wuruk senantiasa mengadakan hubungan bertentangga dengan baik dengan kerajaan-kerajaan Tiongkok, Ayodya, Champa dan Kamboja. Menurut Prasati Brumbung, dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam penasehat kepada Rakyan I Hino, I Sirikan, dan I Halu yang bertugas memberikan nasehat kepada raja, hal ini sebagai nilai-nilai musyawarah mufakat yang dilakukan oleh sistem Kerajaan Majapahit (Kaelan, 2014:22-24).

(10)

mencapai puncak kejayaan. Politik Hayam Wuruk sesuai dengan politik Gajah Mada ialah politik Persatuan Nusantara. Hal ini sesuai dengan sumpah “Palapa” yang diucapkan Gajah Mada pada tahun 1331, maka dasar politik luar negeri Gajah Mada ialah Persatuan Nusantara. Usaha-usaha Majapahit yang berhasil dalam bidang politik kemiliteran, hingga membawa kemasyuran nama Majapahit dan mengakibatkan pula keadaan aman tentram dan teraturnya masyarakat.

Pancaran dari keadaan ini tampak antara lain dalam bidang kebudayaan, sebab hanya masyarakat yang keadannya teratur aman pada umumnya mampu menciptakan karya-karya budaya yang bermutu. Bukti dari kemajuan dalam bidang kebudayaan ini, antara lain kesusasteraan. Diantaranya yang terpenting ialah Mpu Tantular, pengarang kitab-kitab Arjunawiwaha dan Sutasoma (Mpu Rusadansanta). Kitab Sutasoma ini penting karena berisikaan ajaran-ajaran tentang agama Buddha dan Siwa karena iti bersifat “syncretisme” dalam bidang agama. Dari buku Sutasoma itu semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang terkenal itu diambil. Candi-candi zaman Majapahit antara lain: Candi Sumberjati, Candi Rimbi, Candi Panataran, Candi Surawana, Candi Nangkal (dekat Majakerta), Candi Ngetos, Candi Sawentar dan Candi Tikus (Trowulan) (Asmito, 1988:107-108).

Gambar 4. Candi Tikus di Trowulan

(https://www.google.com/search?q=gambar+Candi+Tikus+di+Trowulan)

(11)

dan jagung. Kemudian hasil pertaniaan tersebut diperdagangkann di pelabukan-pelabuhan yang berada di Tuban, Gresik, dan Surabaya. Selain dari pertanian, perekonomian Majapahit juga didorong oleh kegiatan terbentuknya jejaring perniagaan yang baik. Jejaring ini dihuni oleh kelompok-kelompok pedagang yang berdagang di pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai oleh Majapahit. Dari pelabuhan itulah, mereka bertemu dengan para pedagang asing dari Tiongkok, Arab, India, Turki dan Persia. Mereka tidak hanya menjual hasil pertaniaan, tetapi juga menukar hasil pertanian itu dengan barang-barang lain, seperti keramik dan tekstil (Panji, 2015:180).

Strata sosial masyarakat Majapahit mirip seperti empat kasta yang terdapat di India, yakni brahmana, kesatria, waisya dan sudra. Namun diluar itu, terdapat pula strata sosial yang tingkatannya berada di bawah empat strata sosial tersebut, yakni candala, mieccha, dan tuccha. Walaupun di Majapahit terdapat strata sosial seperti itu, akan tetapi itu hanya bersifat toeretis dalam literatur istana (Panji, 2015:186)

Masyarakat yang menghuni strata sosial brahmana (kaum pendeta) mempunyai kewajiban menjalankan enam dharma yaitu mengajar, belajar, melakukan persajian untuk diri sendiri dan orang lain, membagi dan menerima derma (sedekah) untuk mencapai kesempurnaan hidup, dan bersatu dengan brahman (dewa). Mereka mempunyai pengaruh dalam sistem pemerintahan. Mereka juga berkesempatan dekat dengan raja dan bekerja dalam bidang birokrasi Dharmadyaksa dan Dharmopapati. Selama itu pula mereka berkesempatan untuk menjadi pendeta tinggi dari gama Siwa dan Buddha, yang disebut sebagai Saiwadharmadhyaksa dan Buddhadharmadyaksa. Saiwadharmadhyaksa memimpin tempat pemukiman empu (kalagyan) dan tempat suci (pahyangan). Sementara itu, Buddhadharmadyaksa memimpin tempat sembahyang (kuti) dan bihara (wiraha). Masyarakat yang menghuni strata sosial brahmana semuanya menjadi rohaniawan yang menghambahkan hidupnya pada raja. Mereka biasanya tinggal di sekitar bangunan agama, yaitu mandala, sima, dharma, dan wihara sesuai dengan agama dan kepercayaan mereka.

(12)

dekat dengan kerajaan sekarang. Mereka juga bisa berasal dari keturunan raja yang memimpin sekarang dari para istri, baik yang permaisuri maupun selir. Pada masa pemerintahan Majapahit, banyak dari keturunan Singhasari yang masih hidup. Karena itu, mereka diberikan hak menghuni strata sosial kesatria dan diberikan tugas memimpin negara daerah (Panji, 2015:187).

Masyarakat yang menghuni strata sosial waisya merupakan masyarakat yang menekuni bidang pertanian dan perdagangan. Mereka bekerja sebagai petani, penggarap sawah, peternak dan pedagang. Sementara itu, masyarakat yang menghuni strata sosial sudra adalah mereka yang memiliki kewajiban untuk mengabdi kepada masyarakat yang memiliki strata sosial yang lebih tinggi. Mereka yang menghuni strata sosial ini biasanya adalah para pekerja kasar dan budak.

Strata sosial yang kedudukannya berada di bawah atau diluar empat strata sosial yang telah disebut adalah candala, mleccha, dan tuccha. Strata sosial candala dihuni oleh masyarakat yang merupakan keturunan dari perkawinan campuran antara laki-laki golongan sudra dengan wanita golongan lain (brahmana, kesatria, waisya), sehingga anak mereka memiliki strata sosial yang lebih rendah dari ayahnya. Strata sosial mleccha dihuni oleh masyarakat pendatang dari luar negara Majapahit tanpa memandang bahasa dan warna kulit, seperti para pedagang asing yang berasal dari India, Arab, Tiongkok, Siam, Persia dan sebagainya yang tidak menganut agama Hindu. Strata sosial tuccha dihuni oleh masyarakat yang merugikan masyarakat lainnya, seperti para perampok, pencuri, dan penjahat. Masyarakat yang menghuni strata sosial tuccha biasanya akan dijatuhi hukuman mati oleh raja setelah mereka terbukti melakukan tatayi atau perbuatan jahat (Panji, 2015:188).

(13)

Majapahit, kaum wanita yang sudah menikah juga tidak boleh bercakap-cakap dengan kaum laki-laki yang bukan suami atau keluarganya (Panji, 2015:189).

KESIMPULAN

Berakhirnya Kerajaan Singhasari merupakan tonggak awal dari lahirnya kerajaan besar yang pernah ada di Nusantara yaitu Kerajaan Majapahit. Berawal diri salah seorang keturunan penguasa Singhasari yaitu Wijaya berusaha merebut kembali kekuasaan nenek moyangnya dari tangan Raja Jayakatwang. Dalam kitab kesustraan seperti kitab Pararaton, sumber-sumber prasasti dan kakawin Nagarakrtagama menyebutkan ia kawin dengan putri Kertanegara dari Kerajaan Singhasari. Raden Wijaya dalam sebuah prasasti digambarkan sebagai orang yang taat dan setia kepada Raja Kertanegara. Kisah tentang Raden Wijaya sebagai pendiri Kerajaan Majapahit dapat dijelaskan melalui beberapa prasasti diantaranya Prasasti Kudadu, Prasasti Sukamrta, dan Prasasti Gunung Butak.

Letak persis Kota Majapahit hingga sekarang belum pernah ditemukan bukti konkrit, kiranya posisinya berada di sekitar Desa Trowulan sekarang, 12 km di sebelah Barat Daya Kota Mojokerto di Provinsi Jawa Timur dan menjadi pusat Kerajaan Majapahit. Kenyakinan identitas tersebut ternyata didukung oleh sumber sejarah, karya sastra, dan laporan dari orang asing. Struktur Kerajaan Majapahit sendiri terdiri atas ibu kota dan negara daerah. Ibu kota merupakan daerah pusat pemerintahan. Majapahit mencapai zaman kebesaran atau keemasannya pada pemeritahan Raja Hayam Wuruk.

(14)

mieccha, dan tuccha. Walaupun di Majapahit terdapat strata sosial seperti itu, akan tetapi itu hanya bersifat toeretis dalam literatur istana. Dari aspek kedudukan antara kaum wanita dengan laki-laiki dalam masyarakat Majapahit, kaum wanita lebih rendah daripada laki-laki.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmad, Z. 2015. Menelusuri Jejak Sejarah Jember Kuno. Jogyakarta: Araska.

Asmito. 1988. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Drake, E. 2012. Gayatri Rajapatni. Yogyakarta: Ombak.

Hardiati, E.S., Djafar, H., Soeroso, Ferdinandus, P.E.J., & Nastiti, T.S. 2010. Zaman Kuno. Dalam R.P. Seojono & R.Z. Leirissa Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.

Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Muljono, S. 2013. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.

Nugroho, I.D. 2009. Meluruskan Sejarah Majapahit. Jakarta: Ragam Media.

Panji, T. 2015. Kitab Sejarah Terlengkap Majapahit. Jakarta: Laksana.

Riana, I.K. 2009. Kakawin Desa Warnnana Uthawi NagaraKrtagama Masa Keemasan Majapahit. Jakarta: Kompas.

Gambar

Gambar 1. Prasasti Sukamerta
Gambar 2. Prasasti Gunung Butak
Gambar 3. Peta Letak Kerajaan Majapahit
Gambar 4. Candi Tikus di Trowulan

Referensi

Dokumen terkait

Kontainer pada Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Daerah Kota Blitar Tahun 2013, bahwa untuk. paket pekerjaan tersebut tidak ada peserta yang lulus

The analysis could further be broken down to tourist expenditures, tourism contribution to G D P , how much tourism buys from other sectors, how much tourism contributes to

Kajian ini bertujuan untuk mengenal pasti pengaruh moderasi kepercayaan organisasi dan pemimpin terhadap hubungan antara keadilan organisasi dengan perlakuan

Seperti pada penjelasan hasil penelitian Suryaningsih (2011) diatas, maka dalam menjalankan peranan sebagai bunda PAUD diperlukan motivasi yang kuat secara intrinsik,

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan mengenai pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kebijakan utang terhadap nilai

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Aditya (2016) dengan judul pengaruh pembiayaan mudharabah dan musyarakah terhadap profitabilitas bank umum syariah periode

dalam menentukan kebijakan dan langkah-langkah untuk memberikan perlindungan hukum yang baik terhadap konsumen yang berkaitan dengan agen asuransi dalam penyampaian

ISSN NO : 1978 - 6522 Tulisan ini dimaksudkan untuk memahami kondisi UMKM kita sehingga mengarahkan kepada suatu potret pemetaan tentang suatu strategi yang