• Tidak ada hasil yang ditemukan

perbandingan hukum orang di indonesia de

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "perbandingan hukum orang di indonesia de"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MATA KULIAH

PERBANDINGAN HUKUM PERDATA

PERBANDINGAN HUKUM ORANG DI BELANDA

DENGAN HUKUM ORANG DI INDONESIA”

Disusun oleh :

Muhammad Iqbal

(2)

PERBANDINGAN HUKUM ORANG DI BELANDA

DAN HUKUM ORANG DI INDONESIA

Hukum orang dapat diartikan dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas meliputi ketentuan-ketentuan mengenai orang sebagai subjek hukum dan kekeluargaan. Sedangkan dalam arti sempit meliputi ketentuan orang sebagai subjek hukum. Orang (pribadi) dalam hukum disebut sebagai subjek hukum, subjek hukum artinya setiap pendukung hak dan kewajiban. Berbicara dengan subjek hukum erat kaitannya dengan istilah cakap dalam arti hukum, artinya Didalam buku I KUHPerdata yang disebut subjek hukum ialah hanya orang yang disebut pribadi kodrat tidak termasuk badan hukum yang disebut dengan pribadi hukum. namun dalam perkembangan selanjutnya badan hukum tidak dimasukkan menjadi subjek hukum yang diatur dalam kitab undang-undang hukum dagang, sehingga subjek hukum itu meliputi

1. Orang disebut pribadi kodrati

2. Badan hukum disebut pribadi hukum

Orang sebagai subjek hukum mulai sejak lahir hingga meninggal dunia. Terhadap asas ini ada pengecualian yaitu sebagai perluasan yang diatur dalam pasal 2 KUHPerdata yang mengatakan bahwa bayi yang masih berada dalam kandungan ibunya dianggap telah dilahirkan hidup apabila ada kepentingan bayi itu yang menghendaki. Jadi walaupun anak itu belum lahir dapat dianggap sebagai subjek hukum. terhadap asas ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Anak telah dibenihkan pada saat timbul kepentingan anak.

2. Anak dilahirkan hidup pada saat dilahirkan walaupun sekejap dan meninggal.

3. Ada kepentingan anak yang menghendaki bahwa anak dianggap telah lahir.

Adapun tujuan pembentukan undang-undang untuk melindungi kepentingan anak yang masih dalam kandungan kalau kemudian dilahirkan hidup. Berbicara syarat subjek hukum berkaitan dengan soal cakap dalam arti hukum artinya undang-undang mengatur juga golongan orang-orang yang tak cakap dalam arti hukum yang diatur dalam pasal 1330 KUH perdata yaitu :

(3)

2. Orang yang ditawan dibawah pengampunan.

3. Wanita yang telah bersuami (di Indonesia tidak berlaku lagi berdasarkan Keputusan Mahkamah Agung No 3/1963)

Kedudukan seseorang sebagai subjek hukum dipengaruhi beberapa faktor sebagai berikut :

1. Usia artinya bahwa sebelum berusia 21 tahun belum cakap dalam arti hukum.

2. Kelamin artinya menurut pasal 29 KUH perdata bahwa untuk laki-laki minimal 18 tahun dan wanita 15 tahun untuk dapat kawin. Menurut undang-undang no 1/1974 laki-laki 19 tahun dan wanita 16 tahun.

3. Keturunan artinya ada perbedaan antara anak sah dengan anak luar kawin. 4. Kewarganegaraan artinya dibedakan antara WNI dengan WNA untuk

memperoleh hak diwilayah RI.

5. Perkawinan artinya dengan melakukan perkawinan membuat seseorang menjadi dewasa.

Di dalam hukum orang terdapat Pendewasaan, yang dimaksud Pendewasaan yaitu suatu lembaga hukum dimana orang yang belum dewasa setelah menempuh syarat – syarat tertentu sampai batas – batas tertentu menurut ketentuan UU saat memiliki kedudukan hukum yang sama dengan orang dewasa. Pendewasaan dalam hukum perdata Indonesia terbagi menjadi 2, yaitu:

1. Pendewasaan Penuh (ps 420 – 425). 2. Pendewasaan Terbatas.

Aturan mengenai hukum perdata di Indonesia merupakan aturan yang diambil langsung dari hukum Belanda akibat sistem konkordansi oleh Belanda pada saat penjajahan belanda di Indonesia. BW tersebut sampai sekarang masih diberlakukan di Indonesia. Kitab Undang-undang Hukum perdata atau BW yang berlaku di Indonesia saat ini terdiri dari 4 buku, yaitu Buku I tentang orang, Buku II tentang Benda, Buku III tentang Perikatan, dan Buku IV tentang Daluarsa. Berbeda dengan Indonesia, di belanda aturan mengenai hukum perdata saat ini telah mengalami perubahan akibat adanya perkembangan zaman. Perubahan tersebut dapat dilihat dari jumlah buku mengenai peraturan hukum perdata di belanda atau yang dikenal dengan civil code. Jika di Indonesia KUHPerdata terdiri dari 4 buku, di Belanda saat ini di dalam civil code tersebut terdiri dari 10 buku, yang terdiri dari:

(4)

- Book 2 Legal Persons

- Book 3 Property law in general - Book 4 Law of Succession - Book 5 Real Property Rights - Book 6 Law of Obligations - Book 7 Particular Contracts - Book 7a Particular Contracts II - Book 8 Transport Law

- Book 9 Intellectual Property - Book 10 International Private Law

Sehingga jika dibandingkan antara aturan hukum perdata di Indonesia dan belanda, terdapat beberapa perbedaan-perbedaan antara kedua BW tersebut. Perbedaan itu juga terdapat pada pengaturan Hukum Orang. Dalam hukum orang, perbedaan antara pengaturan di belanda dan Indonesia dapat terletak pada kecakapan subjek hukum, domisili, pemberian nama, serta orang yang hilang. Yang selanjutnya akan dijelaskan lebih lanjut pada tulisan ini.

Hukum orang itu sendiri merupakan suatu hukum yang mempelajari ketentuan mengenai orang sebagai subjek hukum. Dalam arti luas meliputi ketentuan-ketentuan mengenai orang sebagi subjek hukum dan kekeluargaan. Sedangkan dalam arti sempit meliputi ketentuan orang sebagai subjek hukum. Subjek hukum disini diartikan sebagai orang yang mengemban hak dan kewajiban. Yang dapat masuk kedalam kategori dari subjek hukum itu sendiri ialah manusia (naturlijkpersoon) sebagai pribadi kodrati serta badan hukum (rechtpersoon) sebagai pribadi hukum. Dan dalam hal ini yang akan dibicarakan ialah subjek hukum sebagai pribadi kodrati. Orang dapat dikatakan mulai memiliki hak dan kewajiban sebagai subjek hukum ialah saat ia dilahirkan dan berakhir ketika ia meninggal dunia. Namun seseorang yang masih di dalam kandungan dapat dikatakan sebagai subjek hukum sesuai pasal 2 BW, yaitu bayi yang masih berada dalam rahim dianggap telah lahir jika hal ini diharuskan oleh kepentingan bayi.

(5)

Di belanda, sesuai dengan pasal 1:233 BW, dikatakan bahwa anak-anak yang belum dewasa ialah orang yang belum mencapai usia delapan belas tahun.1

Jadi dapat dikatakan bahwa seseorang dapat disebut sebagai subjek hukum yang memiliki kecapakan di muka hukum apabila orang tersebut telah menginjak usia dewasa yaitu 18 tahun. Namun terdapat pengecualian dari pasal tersebut, yang mana disebutkan pada pasal 1:234 BW. Yaitu anak-anak yang belum dewasa sudah kompeten secara hukum jika mereka bertindak dengan persetujuan dari kuasa hukum mereka. Dan menurut pasal 1:234(3) BW, persetujuan tersebut dapat diasumsikan telah diberikan ketika anak yang belum dewasa itu melakukan tindakan hukum yang umumnya diterima menjadi suatu perbuatan yang anak-anak seusianya dapat melakukannya secara mandiri. Dan jika suatu perbuatan dilakukan tanpa persetujuan orang tua maka hal tersebut dapat dibatalkan berdasarkan pasal 3:32 BW.

Ketika seorang anak bertumbuh dan kemudian menginjak usia dewasa, kewenangan sebagai orang tua atau perwalian pun berakhir. Seorang pewaris yang ingin mendukung seorang anak yang belum dewasa dalam wasiatnya memiliki pilihan – pilihan untuk pengaturan pengelolaan atas bagian dalam warisan dari anak yang belum dewasa tersebut (Pasal 4:153dst.BW). Hak pengelolaan ini bisa berlanjut sampai setelah anak kecil tersebut mencapai usia dewasa (misalnya, sampai anak tersebut menginjak usia 23 atau 25 tahun, meskipun kewenangan sebagai orang tua wali telah berakhir)2

Ada pengecualian untuk aturan yang ditetapkan dalam Pasal 1:234 BW. Khususnya, jika seorang anak yang belum dewasa telah mencapai usia enam belas tahun maka ada lebih banyak kemungkinan. Misalnya, dari titik itu dan seterusnya anak yang belum dewasa dapat membuat wasiat yang sah secara hukum (Pasal 4:55 BW). Dari usia enam belas dan seterusnya seorang anak yang belum dewasa juga secara legal kompeten untuk menjadi pihak dalam sebuah kontrak kerja (Pasal 7:612 BW). Sehubungan dengan kontrak kerja itu, anak yang belum dewasa tersebut sama dengan orang yang sudah berusia penuh (dewasa) dalam segala hal dan boleh masuk dalam proses hukum tanpa bantuan dari kuasa hukumnya. Jika dikaitkan dengan perkawinan, anak-anak yang berusia 16 tahun atau lebih boleh

1 W.D. Kolkman Leon, et al., HUKUM TENTANG ORANG, HUKUM KELUARGA DAN HUKUM WARIS DI BELANDA DAN INDONESIA, (Denpasar: Pustaka Larasan, 2012), hlm.15.

(6)

menikah dengan syarat bahwa pihak wanita mengajukan sertifikat medis yang menyatakan bahwa ia hamil atau telah memiliki anak, berdasarkan pasal 1:31 BW.

Di Indonesia, jika kita berbicara mengenai apa itu dewasa dalam lingkup subjek hukum, maka yang harus dibicarakan pertama kali ialah mengenai kecakapan dari subjek hukum itu sendiri. Dalam pasal 1330 KUHPerdata, disebutkan kondisi apa saja yang termasuk kedalam kategori ketidakcakapan dimuka hukum. yaitu:

- Orang yang belum dewasa

- Orang yang berada dibawah pengampuan

- Wanita yang telah bersuami (tidak berlaku lagi berdasarkan putusan MA no. 3/1963)

Sehingga sebagai seorang subjek hukum yang ingin dikatakan cakap hukum, maka syarat utamanya ialah subjek hukum tersebut haruslah dewasa. Namun terdapat ketidakseragaman mengenai pengaturan usia yang dapat dikatakan seseorang telah menjadi dewasa di mata hukum. Pada pasal 330 KUHPerdata, disebutkan bahwa yang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan tidak kawin sebelumnya. Namun terdapat suatu upaya yang dapat membuat orang yang belum genap berusia 21 tahun untuk dikatakan dewasa. Yaitu ada yang dinamakan pendewasaan, yang aturannya terdapat pada pasal 419 – 432 KUHPerdata. Defisini dari pendewasaan ialah suatu upaya hukum untuk mempersamakan kedudukan seseorang yang masih dibawah umur dengan seseorang yang dewasa baik untuk seluruh hak maupun untuk sebagian hak untuk bertindak dalam lalu lintas hukum.

II. Pengampuan (Curatele)

Pengampuan atau curatele dapat dikatakan sebagai lawan dari Pendewasaan

(7)

Undang-Undang Hukum Perdata), ada 3 alasan untuk pengampuan3, yaitu:

1. Keborosan (verkwisting)

2. Lemah akal budinya (zwakheid van vermogen), misalnya imbisil atau debisil 3. Kekurangan daya berpikir: sakit ingatan (krankzinnigheid), dungu

(onnozelheid), dan dungu disertai sering mengamuk (razernij).

Sesuai dengan ketentuan Pasal 436 Burgerlijk Wetboek, yang berwenang untuk menetapkan pengampuan adalah Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman orang yang akan berada di bawah pengampuan. Sedangkan menurut Pasal 434 Burgerlijk Wetboek, orang-orang yang berhak untuk mengajukan pengampuan adalah:

1. Untuk keborosan oleh setiap anggota keluarga sedarah dan sanak keluarga dalam garis ke samping sampai derajat ke-4 dan istri atau suaminya.

2. Untuk lemah akal budinya oleh pihak yang bersangkutan sendiri apabila ia merasa tidak mampu untuk mengurus kepentingannya sendiri

3. Untuk kekurangan daya berpikir oleh: setiap anggota keluarga sedarah dan istri atau suami & Jaksa, dalam hal ia tidak mempunyai istri atau suami maupun keluarga sedarah di wilayah Indonesia

Orang yang ditaruh di bawah pengampuan disebut curandus. Sedangkan orang yang menjadi pengampu disebut curator. Pengampuan mulai berlaku sejak hari diucapkannya putusan atau ketetetapan pengadilan. Dengan adanya putusan tersebut maka curandus yang berada di bawah pengampuan karena alasan kekurangan daya berpikir dinyatakan tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum dan semua perbuatan yang dilakukannya dapat dinyatakan batal. Sedangkan bagi curandus yang berada di bawah pengampuan karena keborosan, maka ia hanya tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum yang berkaitan dengan harta kekayaan. Sedangkan untuk perbuatan hukum lainnya, misalnya perkawinan tetap sah. Untuk curandus yang berada di bawah pengampuan karena alasan lemah akal budinya, terdapat perbedaan pendapat di antara para ahli hukum. Sebagian berpendapat bahwa curandus hanya tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum yang berkaitan dengan harta kekayaan saja. Namun yang lainnya berpendapat bahwa curandus tidak cakap dalam melakukan segala perbuatan

(8)

hukum. Sekalipun curandus tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum, namun apabila curandus melakukan perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige daad), ia tetap harus bertangung gugat dengan membayar ganti rugi untuk kerugian yang terjadi karena kesalahannya.

Pengampuan dapat berakhir karena alasan absolut dan alasan relative:

1. Secara Absolut

 Curandus meninggal dunia

 Adanya putusan pengadilan yang menyatakan bahwa sebab-sebab

dan alasan-alasan di bawah pengampuan telah hapus. 2. Secara Relatif

 Curator meninggal dunia

 Curator dipecat atau dibebastugaskan

 Suami diangkat sebagai curator yang dahulunya bersatus sebagai

curandus (dahulu berada di bawah pengampuan curator karena alasan-alasan tertentu)

Berakhirnya pengampuan tersebut, menurut Pasal 141 Burgerlijk Wetboek harus diumumkan sesuai dengan formalitas-formalitas yang harus dipenuhi.

Di Belanda, pengaturan mengenai pengampuan juga dijelaskan pada BW, tepatnya pada pasal 1:378 – 1:391 BW. Jika dilihat secara menyeluruh isi dalam aturan tersebut tidak beda jauh dengan peraturan di Indonesia. Pada aturan di Belanda, yang termasuk kedalam pengampuan selain pemborosan dan sakit pada ingatan terdapat pula orang-orang yang dalam keadaan mabuk alcohol yang merugikan sekitar dan diri sendiri. Hal tersebut disebutkan pada pasal 1:378 BW.

Lalu sesuai dengan pasal 1:378 ayat 2 bahwa anak dibawah umur dapat juga minta permohonan pengampuan jika melakukan hal-hal yang disebutkan pada ayat sebelumnya. Yang mana di Indonesia pengampuan diberikan kepada orang yang sudah dewasa. Dan pada ayat 3 disebutkan bahwa ketika proses hukum tertunda karena menunggu permintaan pengampuan, pengadilan dapat menempatkan orang yang bersangkutan dibawah pengampuan.

(9)

sampai garis keturunan keempat, serta penuntut umum. Dan terlihat sedikit perbedaan antara aturan di Belanda dan di Indonesia.

III. Keadaan Tak Hadir

Keadaan tidak hadir dalam Hukum Belanda atau Dutch Civil Law diatur dalam buku 1 bab 18. Dalam pasal 1:413 BW yaitu perintah pengadilan untuk deklarasi orang hilang adalah dimana keadaan orang tersebut tidak diketahui dan telah melebihi periode lima tahun, seseorang dapat meminta permohonan kepada pengadilan negeri untuk memanggil orang tersebut ke pengadilan untuk memberi kepastian orang tersebut masih hidup. Namun apabila tidak terbukti bahwa orang tersebut masih hidup pengadilan dapat memutuskan asumsi hukum bahwa orang hilang tersebut telah meninggal dunia. Periode lima tahun tersebut dihitung dari tanda kehidupan terakhir dari orang hilang/orang tidak hadir tersebut. Putusan pengadilan yang menyatakan orang tersebut hilang dinyatakan apabila orang tersebut tidak mendatangi pengadilan atau tidak ada orang yang datang meyakinkan bahwa orang tersebut masih hidup.

Masa waktu lima tahun tersebut dalam pasal 1:413 -2b BW, dapat dipersingkat menjadi satu tahun apabila orang itu hilang dalam rentang waktu tersebut dan terdapat keadaan tertentu yang membuat pandangan orang tersebut telah meninggal. Apabila setelah dinyatakan meninggal ternyata orang tersebut masih ada dan kembali dan dalam posisi bahwa aset-asetnya telah dipindahtangankan maka terdapat hak dan kewajiban dari orang tersebut yang diatur dalam pasal 1:422, 1:423, dan 1:425 BW.4

Dalam Hukum di Indonesia, keadaan tak hadir atau orang yang hilang adalah suatu keadaan dimana seseorang meninggalkan tempat tinggalnya dengan tidak memberikan kuasa pada seseorang untuk mengurus kepentingan-kepentingannya. 5 Perihal mengenai keadaan tak hadir ini dijelaskan pada pasal

463 KUHPerdata. Terdapat 3 masa keadaan tak hadir seseorang, yaitu : 1. Masa Pengambilan tindakan sementara

Masa yang pertama terjadi apabila seseorang meninggalkan tempat tinggalnya tanpa mewakilkan kepentingannya pada seseorang. Pada keadaan ini tindakan sementara hanya diambil jika ada alasan-alasan yang mendesak untuk mengurus

4 Dutch Civil Law

(10)

seluruh atau sebagian harta kekayaannya. Tindakan sementara tersebut dimintakan kepada pengadilan negri oleh orang yang mempunya kepentingan harta kekayaannya. Yang selanjutnya hakim akan memerintahkan BHP untuk mengurus seluruh atau sebagian harta serta kepentingan orang yang tak hadir.

2. Masa Ada Dugaan Hukum Mungkin Telah Meninggal

- Ia tidak hadir selama 5 tahun tanpa meninggalkan surat kuasa

- Ia tidak hadir selama 10 tahun; surat kuasa ada, tetapi masa berlakunya sudah habis

- Ia tidak hadir selama 1 tahun, apabila orangnya termasuk awak atau penumpang kapal laut atau pesawat udara

- Ia tidak hadir selama 1 tahun, apabila orangnya hilang pada suatu peristiwa fatal yang menimpa sebuah kapal laut atau pesawat udara

Permohonan persangkaan meninggal dunia tersebut diajukan oleh pihak –pihak yang berkepentingan kepada pengadilan negeri di tempat tinggal orang yang tidak hadir dan dilakukan pemanggilan sebanyak tiga kali. Panggilan tersebut dilakukan melalui harian yang ditentukan oleh hakim dan ditempelkan di pintu pengadilan negeri serta kantor walikota. Akibat-akibat dari keterangan persangkaan meninggal dunia adalah timbul wewenang dari orang-orang yang dianggap sebagai ahli waris untuk mengambil harta kekayaan dan meminta penyerahan barang-barang dan perincian perhitungan serta pertanggungjawaban kepada pengurus Balai Harta Peninggalan. Selain itu istri/suami yang ditinggalkan dan telah kawin dengan kebersamaan harta atau dengan perjanjian kawin diberikan dua pilihan:

1. Meneruskan keadaan yang telah ada untuk jangka waktu maksimum 10 tahun

2. Segera dilakukan pembagian harta kekayaan.

Masa kedua atau masa ada dugaan hukum mungkin telah meninggal dapat berakhir dalam hal:

a. Orang yang diduga sudah meninggal tersebut ternyata hadir kembali atau ada kabar tentang hidupnya;

b. Ia meninggal dunia; atau

c. Masa pewarisan definitif dimulai 3. Masa Pewarisan Definitif

(11)

seratus tahun setelah kelahiran orang yang tidak hadir. Akibat dari dimulainya masa pewarisan definitif adalah:

- Semua jaminan dibebaskan.

- Para ahli waris dapat mempertahankan pembagian harta warisan sebagaimana telah dilakukan atau membuat pemisahan dan pembagian definitif.

- Hak menerima warisan secara terbatas berhenti dan para ahli waris dapat diwajibkan menerima warisan atau menolaknya.

Apabila orang yang tidak hadir tersebut kembali atau memberikan tanda-tanda tentang masih hidupnya setelah masa pewarisan definitif, maka ia berhak untuk meminta kembali harta kekayaannya dalam keadaan sebagaimana adanya beserta harta yang telah dipindahtangankan, semuanya tanpa hasil dan pendapatan dari hartanya, serta tanpa bunga..6

Jadi terlihat terdapat perbedaan antara hukum di Belanda dan di Indonesia. Di Belanda ketentuan mengenai keadaan tidak hadir tidak diatur kedalam tiga masa seperti pada hukum di Indonesia. Dan penentuan mengenai telah meninggalnya atau tidak seseorang yang meninggalkan tempat tanpa kabar berbeda. Di Belanda dalam waktu 5 tahun, pengadilan dapat memutuskan bahwa orang tersebut telah meninggal dan mungkin dalam 1 tahun juga dapat diputuskan mengenai hal tersebut jika ada alasan tertentu yang mendukung putusan tersebut. Dan dalam BW belanda tidak menyinggung mengenai orang yang hilang tersebut memberikan kuasa atau tidak, sehingga berbeda antara pengaturan di Belanda dan Indonesia.

IV. Domisili

Dalam Hukum Belanda yang diatur dalam Dutch Civil Law atau BW Belanda, dalam buku 1 hukum tentang orang dan keluarga dalam bab 1.3 tentang domisili menyatakan dalam pasal 1:10 BW, bahwa domisili seseorang ialah terletak pada tempat tinggalnya yang sudah biasa/lama ditinggali dan apabila tidak ditemukan, maka domisili orang tersebut adalah tempat tinggal sebenarnya. Dalam pasal selanjutnya dapat dikatakan bahwa seseorang kehilangan tempat tinggalnya dengan memperlihatkan niat untuk menelantarkannya. Di dalam peraturan ini juga terdapat pengaturan mengenai domisili dari orang yang tidak memiliki kecakapan

(12)

hukum seperti orang yang dibawah pengampuan sebagaimana diatur dalam pasal 1:12 BW, dinyatakan domisili orang dibawah pengampuan adalah alamat yang sama dengan curator dari orang yang dibawah pengampuan tersebut. Selanjutnya dalam pasal 1:15 BW seseorang dapat memilih domisilinya, maksudnya orang tersebut dapat memlilih domisili yang berbeda dari domisili yang sebenarnya apabila hukum memaksanya untuk hal itu.7

Mengenai domisili atau tempat kediaman dari subjek hukum, di Indonesia diatur pada pasal 17 – 25 KUHPerdata. Pada pasal 17 KUHPerdata dijelaskan bahwa “setiap orang dianggap mempunyai tempat tinggal dimana dia menempatkan pusat kediamannya. Bila tidak ada tempat kediaman yang demikian, maka tempat kediaman yang sesungguhnya dianggap sebagai tempat tinggalnya.” Tempat kediaman sesungguhnya dibedakan atas :

 Tempat kediaman sukarela yaitu dimana seseorang dengan bebas menurut

kehendaknya sendiri menciptakan keadaan-keadaan ditempat tertentu.

 Tempat kediaman wajib yaitu didasarkan padanya hubungan antara sesorang

dengan orang lain.

Ada 4 golongan orang yang mempunyai tempat tinggal wajib :

1. Istri dianggap bertempat tinggal ditempat tinggal suami yang tidak dalam keadaan berpisah meja dan tempat tidur.

2. Anak dibawah umur dianggap bertempat tinggal ditempat tinggal orang tuanya atau walinya.

3. Mereka yang dibawah pengampunan bertempat tinggal ditempat tingal pengampunnya.

4. Buruh (pekerja) bertempat tinggal di tempat tinggal majikannya. Kalau mereka tinggal disitu (ps 22). Tetapi buruh wanita yang telah bersuami tempat kediamannya tetap di tempat tinggal suaminya walaupun tinggal ditempat tinggal majikannya (ps 21).

Fungsi dari domisili itu sendiri ialah berhubungan dengan masalah kompetensi pengadilan untuk mengadili seseorang dan pengadilan nama seseorang untuk mengajukan gugatan, jika seseorang dipanggil atau menghadap yang berwajib atau pengadilan8

V.

Pemberian Nama Orang

7 Dutch Civil Code., Op.Cit.

(13)

Pemberian nama bagi seseorang diatur dalam hukum orang. Dalam sistem hukum belanda, pemberian nama diatur dalam pasal 1:4 sampai 1:9 BW. Pemberian nama tersebut dilakukan pada saat pendaftaran akte kelahiran seorang anak. Namun pendaftaran yang dilakukan tersebut dapat ditolak oleh pejabat yang berwenang dengan alasan tertentu. Pada prinsipnyan penganugerahan sebuah nama pemberian bersifat definitive.9 Seseorang dapat mengubah namanya jika tidak puas

dengan nama yang diberikan, dengan proses pengadilan. Sehingga banyak orang yang sering memanfaatkan hal ini untuk kepentingannya setelah melakuka penggantian jenis kelamin.10 Menggunakan nama orang lain tanpa adanya izin akan

terkena perbuatan melawan hukum apabila hal tersebut seakan memberikan pandangan bahwa orang tersebut merupakan anggota keluarga lain.

Dalam sistem hukum belanda, apabila seseorang hanya memiliki hubungna dengan ibunya, maka ia akan memiliki nama belakang dari ibunya. Di belanda juga diperbolehkan menikah sesame jenis sehingga apabila terdapat anak dari pernikahan sejenis ini memiliki nama belakang yang memang sudah melekat kepadanya namun bisa diubah apabila kedua orang tua tersebut ketika di adopsi memiliki nama belakang dari salah satu orang tuanya. Dalam hukum belanda juga dikenal dengan Registered Partnership sehingga nama keluarga anak bisa didapat dari partnership dari pasangan tersebut.

Namun di Indonesia, pengaturan mengenai pemberian nama tidaklah diatur sedemikian rinci seperti aturan yang ada di Belanda. Aturan mengenai pemberian nama di Indonesia mengatur bahwa pemberian nama keluarga pada nama seseorang apabila anak tersebut memiliki hubungan dengan ibunya saja dan pemberian nama tersebut diberikan apabila menikah dengan resmi. Penggantian nama seseorang haruslah membutuhkan izin presiden melalui pengadilan negeri yang menunggu jawaban dari kejaksaan. Mengenai pemberian nama diatur dalam buku 1 bab II KUHPerdata.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

 BUKU

 Leon, W.D. Kolkman, et al. Hukum Tentang Orang,

Hukum Keluarga dan Hukum Waris di Belanda dan Indonesia, Denpasar: Pustaka Larasan, 2012

 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa,

2003.

 R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan,

Hukum Orang dan Keluarga (Personen en Familie-Recht),

Surabaya: Airlangga University Press, 1991.

 PER UNDANG – UNDANGAN

 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dari penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kemampuan mengetahui yang di maksud yaitu kemampuan untuk mengingat kembali suatu yang telah kemampuan yang di

Conqueror yang bukan berasal dari Inggris untuk menjadi raja. Baru-baru

Reddy dalam Marschner (1995) menegaskan bahwa rangsangan tersebut dapat disebabkan oleh karena cekaman lingkungan yang akan mengaktifkan ekspresi gen dan aktivitas

yang direkomendasikan Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk

Pada dasarnya, pengakuan anak bisa dilakukan baik oleh ibu maupun bapak, tetapi karena berdasarkan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Galur okra 98048/2 mempu- nyai potensi hasil lebih tinggi dibanding galur okra lainnya dan daun normal pada kondisi tumpang sari dengan jagung yaitu 2.175 kg/ ha,

Melalui teknik analisis data dengan meng- gunakan regresi linier sederhana yang pada penelitian ini memiliki variabel X1 berupa kebisingan sedangkan variabel