• Tidak ada hasil yang ditemukan

Review Jurnal Budaya Bangsa Jati Diri da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Review Jurnal Budaya Bangsa Jati Diri da"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Kedua | Review | Kuliah Pengantar Antropologi II Elda Cipta Dwiliansyah

Program S1 Antropologi

14/369631/SA/17637

REVIEW:

Jurnal Budaya Bangsa, Jati Diri dan Integrasi Nasional

(Heddy Shri Ahimsa Putra)

& Buku Pengantar Ilmu Antropologi

(Koentjaraningrat)

Ringkasan Jurnal Budaya Bangsa, Jati Diri dan Integrasi Nasional

Dalam jurnalnya yang berjudul “Budaya Bangsa, Jati Diri dan Integrasi Nasional”, Prof. Heddy Shri Ahimsa Putra memaparkan apa itu kebudayaan dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan kebudayaan. Dijelaskan bahwa arti kebudayaan yang paling relevan atau tepat adalah yang sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan memberikan implikasi penting yang bermanfaat untuk integrasi nasional dan jati dir bangsa. Manusia dianggap sebagai homo ludens (makhluk yang selalu bermain) dan homo economicus (keinginan memperoleh hasil).

Cassirer disebutkan dalam jurnal ini sebagai salah satu landasan teori. Karena Cassirer (1945) mengatakan bahwa manusia adalah animal symbolicum (manusia termasuk ke dalam jenis binatang yang memiliki kemampuan untuk melakukan simbolisasi). Simbol-simbol tersebut dapat berupa: hal-hal yang abstrak (ide, pengetahuan, nilai-nilai, norma dan aturan yang tida dapat dilihat karena ada dalam pikiran manusia), hal-hal yang agak abstrak (perilaku dan tindakan manusia), hal-hal yang sangat konkret dan empiris (nuku, kursi, gelas dan lain-lain).

Tanda dan simbol akan dimaknai secara berbeda oleh tipa-tiap individu. Dari situlah ada yang dinamakan keanekaragaman budaya. Keanekaragaman setidaknya terjadi atau ada karena dua hal, yaitu: proses sosialisasi dan pengalaman pribadi.

(2)

pernah kita lihat dalam buku Koentjaraningrat dengan jumlah tujuh, kali ini ada sepuluh unsur, kebudayaan yang disebutkan oleh Prof. Heddy, yaitu: keagamaan, klasifikasi, komunikasi, permainan, pelestarian, organisasi, kesehatan, ekonomi, kesenian da transportasi. Masing-masing wujud tersebut dapat dipandang sebagai kumpulan atau gugusan dari sub-subunsur yang lebih kecil.

Salah satu unsur budaya penting yang sangat berkaitan dengan integrasi bangsa adalah sejarah (nasional dan lokal). Unsur budaya yang dapat mengintegrasikan berupa simbol-simbol material, perilaku, kebahasaan atau gagasan. Pemanfaatan simbol-simbol lokal untuk berbagai peristiwa nasional akan dapat meningkatkan integrasi nasional karena masyarakat atau suku bangsa pemiliknya merasakan dan memahami bahwa simbol mereka diakui oleh komunitas yang lebih besar, yaitu bangsa.

Ringkasan Bab Kebudayaan (bab 5) dalam Buku Pengantar Ilmu Antropologi (Koentjaranigrat)

Koenjtaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dir manusia dengan belajar (Koentjaraningrat : 1981 : Hal. 144).

Jika dalam jurnal Prof. Heddy menyatakan ada empat wujud kebudayaan, Koentjaraningrat menyatakan ada tiga wujud kebudayaan, yaitu: (a) wujud kebudayaan sebagai ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya; (b) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dan masyarakat; (c) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Norma yang berupa aturan-aturan untuk bertindak bersifat khusus, sedangkan perumusannya bersifat amat terperinci, jelas, tegas dan tidak meragukan. Norma-norma yang khusus itu dapat digolongkan menurut pranata yang ada di masyarakat. Dalam tiap pranata itu terdapat macam-macam kedudukan. Dalam tiap kedudukan ada seorang individu yang bertindak memetaskan peranan sosialnya terhadap tindakan-tindakan lain individu warga masyarakat dalam interaksi sosial.

(3)

norma golongan kedua folkways. Istilah moresmenurut konsepsi sumner “adat-istiadat dalam arti khusus”, sedangkan falkway dapat kita sebut “tata cara”.

Perbedaan antara adat dan hukum adat, atau mengenai ciri-ciri dasar dari hukum dan hukum ada, memang sudah sejak lama menjadi buah pemikiran para ahli antropologi. Mereka dapat kita bagi dalam dua golongan. Golongan pertama tidak ada aktivitas hukum dalam masyarakat yang tidak bernegara. Anggapan ini terutama disebabkan karena para ahli menyempitkan definisi mereka tentang hukum hanya pada ativitas-aktivitas hukum dalam masyarakat yang bernegara.

Golongan kedua tidak mengkhususkan definisi mereka tentang hukum, hanya kepada hukum dalam masyarakat bernegara dengan suatu sistem alat-alat kekuasaan saja. B. Malinowski berpendapat bahwa ada suatu dasar universal yang sama antara “hukum” dalam masyarakat bernegara dan masyarakat bterbelakang.

Ada tujuh unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat, yaitu:

1. Bahasa

2. Sistem pengetahuan 3. Organisasi sosial

4. Sistem peralatan hidup dan teknologi 5. Sistem mata pencaharian hidup 6. Sistem religi

7. Kesenian

Para ahli antopologi biasanya memakai istilah “holistik” (bolistic) untuk menggambarkan metode tinjauan yang mendekati suatu kebudayaan itu sebagai suatu kesatuan yang terintegrasi.

Durkheim berpendapat bahwa suatu gagasan yang sudah dimiliki oleh sebagian besar warga masyarakat bukan lagi berupa satu gagasan lain yang sejenis menjadi suatu kompleks gagasan-gagasan, sehingga ia selalu mempergunakan istilah respresentations collectives dalam bentuk jamak.

M.E. Spiro, pernah mendapat bahwa dalam karangan ilmiah ada tiga cara pemakain kata “fungsi” itu, ialah:

 Menerangkan “fungsi” itu sebagai hubungan antara suatu hal dengan suatu tujuan tertentu

(4)

 Menerangkan hubungan yang terjadi antara satu hal dengan hal-hal lain dalam suatu system yang terintegrasi.

Banyak kebudayaan mempunyai suatu unsur kebudayaan atau beberapa pranata tertentu yang merupakan suatu unsure pusat dalam kebudayaan, sehingga digemari oleh sebagian besar dari warga masyarakat. Dengan demikian mendominasi banyak aktivitas atau pranata lain dalam kehidupan masyarakat.

Suatu kompleks unsure-unsur kebudayaan yang tampak seolah-olah mendominasi seluruh kehidupan masyarakat yang bersangkutan, oleh ahli antropologi Amerika R. Linton, disebut cultural interest, atau kadang-kadang juga social interest. Penulis mengusulkan untuk menggunakan istilah focus kebudayaan, suatu istilah yang pertama-tama digunakan oleh M.J. Herskovits.

Suatu kebudayaan sering memancarkan keluar suatu watak khas tertentu yang tampak. Watak khas itu dalam ilmu antropologi disebut ethos, sering tampak pada gaya tingkah laku warga masyarakatnya, kegemaran-kegemaran mereka, dan berbagai benda hasil karya mereka.

Dalam ilmu antropologi, penelitian-penelitian mengenai watak kebudayaan seperti itu walaupun telah lama ada, mula-mula hanya dijalankan secara sadar oleh seorang sarjana antropologiwanita bangsa Amerika, Ruth Benedict.

Metode lain yang pernah dikembangkan oleh para ahli antropologi untuk melukiskan suatu kebudayaan secara holistik terintegrasi adalah dengan memusatkan perhatian terhadap “kepribadian umum” yang dominan dalam kebudayaan itu.

Analisa dan Perbandingan

Koentajaraningrat menyebutkan bahwa ada tiga wujud kebudayaan sedangkan Prof. Heddy memisahkan unsur bahasa dari wujud hasil, sehingga menjadi empat wujud kebudayaan dengan mengurutka dari yag paling kongkret hingga yang abstrak. Dalam jurnal tersebut tidak ditulis dengan jelas dasar identifikasi atau klasifikasi dari pembentukan empat wujud kebudayaan tersebut.

(5)

disebutkan oleh Koentjaraningrat karena Koentjaraingrat memasukan tiga unsur tersebut ke dalam unsur-unsur yang lain.

Sebenarnya sepuluh unsur kebudayaan menurut Prof. Heddy kurang lebih sudah tercakup dalam tujuh unsur kebudayaan menurut Koetjaraningrat. Contohnya, unsur transportasi, yang sebenarnya bisa dimasukkan ke dalam sistim peralatan hidup dan teknologi. Lalu, klasifikasi, yang bisa dimasukkan ke dalam ilmu pengetahuan. Tapi hal yang menarik adalah ketika unsur permainan masuk menjadi salah satu unsur kebudayaan yang dipisahkan dengan unsur-unsur yang lain. Ini nampaknya sesuai dengan penjabaran di awal pada jurnal tersebut bahwa manusia adalah homo ludens, yaitu mahluk yang selalu bermain. Unsur ini mungkin sulit untuk dimasukkan ke salah satu dari tujuh unsur kebudayaan versi Koentjaraningrat. Kalau pun bisa, permainan akan lebih condong kepada sistem mata pencaharian hidup sebagai pemenuhan kebutuhan dari kebosanan. Yang menjadi sulit karena ia (permainan) mengandung atau berkaitan dengan unsur-unsur lainnya, seperti: kesenian, olahraga, pengetahuan dan lain-lain.

Pertanyaan:

1. Metode atau pendekatan apakah yang menjadi dasar identifikasi dan klasifikasi kebudayaan (secara umum) entah itu dalam jurnal Budaya Bangsa, Jati Diri dan Integrasi Nasional atau buku Pengantar Antropologi?

2. Mengapa aspek bahasa dipisahkan dari aspek fisik atau budaya material? Bukankah bahasa itu termasuk ke dalam aspek fisik atau budaya material? Sebagai hasil dari proses terbentuknya kebudayaan.

3. Bagaimanakah peran antropolog demi terwujudnya integrasi nasional melihat keadaan saat ini konflik sosial sangat mudah terjadi di tengah pudarnya simol nasional sebagai pemersatu?

4. Masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam dan agama islam tidak terlepas dari kebudayaan Arab yang berbeda dengan budaya Indonesia bahkan bertentangan dengan kebudayaan asli Indonesia. Tak jarang terjadi konflik karena hal tersebut. Bagaimana menempatkan unsur kebudayaan luar supaya tidak timbul disintegrasi?

DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa-Putra, H.S. (2013), “Jurnal Budaya Bangsa, Jati Diri dan Integrasi Nasional”, Jurnal Sejarah dan Nilai Budaya.

(6)

Referensi

Dokumen terkait

yang sering kita dengar adalah istilah asing yang dicampuradukkan dengan bahasa Indonesia atau digunakan secara bersamaan (tumpang tindih), dan tidak tepat dalam

demikian, jati diri bangsa tidak dibentuk dari budaya asing (seperti tampak dalam fenomena yang terjadi sekarang ini pada anak-anak bangsa kita), tetapi seharusnya

Selain sistem penyuluhan yang efektif, penyediaan akses informasi, penerapan teknologi pertanian, upaya lain adalah pengembangan strategi komunikasi massa dalam

diperoleh alternatif lokasi yang paling optimal adalah Desa Tempurukan de- ngan persentase sebesar 42%. Kemu- dian Desa Suka Bangun mendapat persentase sebesar 38% dan Desa

Kontribusi Kajian Sastra sebagai Penguat Jati Diri Bangsa Syair-syair lagu daerah sebagai bahan kajian sastra merupakan bentuk perspektif ideologi yang sangat penting

Dalam penelitian ini, ada beberapa istilah yang penulis gunakan. Untuk membatasi definisi dari istilah-istilah tersebut, berikut ini dijelaskan definisi

Berkaitan dengan musik kompang, teori yang demikian dapat dianalisiskan, bahwa beberapa faktor eksternal adalah sebagai penyebab perubahan di dalam sistem sosiokultural

Relevansi Nilai Guru Wisesa dengan Mata Kuliah Kewarganegaraan Nilai-nilai Guru Wisesa yang merupakan bagian dari ajaran Catur Guru sangat relevan apabila digunakan sebagai