• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN FLAVONOID DI BIDANG KEDOKTER (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMANFAATAN FLAVONOID DI BIDANG KEDOKTER (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Publikasi pada Majalah Kedokteran Gigi (Dental Journal) FKG-Unair (Edisi Khusus TIMNAS III), 2003, vol 36, hal. 81-87.

PEMANFAATAN FLAVONOID DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI

Oleh Ardo Sabir Abstrak

Flavonoid merupakan kelompok senyawa polifenol yang tersebar luas yang karakteristiknya adalah struktur benzo-γ-piron, dan banyak terdapat pada sel yang mengalami fotosintesis. Oleh karena itu, flavonoid terdapat pada semua tumbuhan dan saat ini dikonsumsi dalam jumlah banyak pada diet sehari-hari. Flavonoid mempunyai banyak manfaat dalam bidang nutrisi. Selama berabad-abad, preparat yang mengandung flavonoid sebagai bahan yang aktif secara fisiologis telah digunakan oleh masyarakat dan para klinisi dalam upaya mengobati penyakit. Flavonoid mampu memodulasi aktivitas enzim dan mempengaruhi berbagai sistem sel. Hal ini menyebabkan senyawa ini memiliki kemampuan antibakteri, anti inflamasi, dan melindungi pembuluh darah, dll. Artikel ini mendiskusikan mengenai struktur dan golongan flavonoid, biosintesis flavonoid, farmakokinetik dan farmakodinamik flavonoid, aktivitas biologis dari flavonoid, dan beberapa laporan mengenai aplikasi terapi dari flavonoid di bidang Kedokteran Gigi. Artikel ini mengulas kejadian yang penting dari segi ilmu biologi dasar yang diperlukan untuk merangsang rasa keingintahuan para klinisi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi terapi dari bahan alam ini di bidang Kedokteran Gigi. Kesimpulan dari artikel ini adalah bahwa flavonoid memiliki beberapa aktivitas biologis. Pengaruh ini dapat digunakan sebagai terapi. Namun demikian, publikasi laporan mengenai keberhasilan klinis penggunaan flavonoid masih sedikit.Oleh karena itu, penggunaan flavonoid didalam praktek kedokteran gigi masih merupakan tantangan bagi para klinisi.

Kata Kunci: Flavonoid, Aktivitas Biologis, Potensi Farmakologis.

Bagian Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin Makassar

(2)

THE USES OF FLAVONOIDS IN DENTISTRY

By Ardo Sabir Abstract

Flavonoids are a widely distributed group of polyphenolic compounds characterized by a common benzo-γ-pyrone structure, and are ubiquitous in photosynthesizing cells. Therefore, it is widespread in the plant kingdom and currently consumed in large amounts in the daily diet. A myriad of nutritional benefits has been attributed to these phytochemicals. For centuries, laymen and physicians have used preparations, which contain flavonoids as the principal physiologically active constituents, in attempts to treat human diseases. Flavonoids are capable of modulating the activity of enzymes and affect the behavior of many cell systems, suggesting that the compounds may possess significant antibacterial, anti-inflammatory, and vascular protection activities etc. This article discusses about the structure and classes of flavonoids, the biosynthesis of flavonoids, the pharmacokenetics and pharmacodynamics of flavonoids, biological activities of flavonoids, and the few existing report about the therapeutic application of flavonoids in dentistry. This article has been made to present the fundamental evidence from the basic biological sciences which is required to stimulate the interest of clinicians to made further investigation about the therapeutic application of these natural compounds in dentistry. The conclusion from this article is that flavonoids possess several biological activities. These effects may have therapeutic uses. However, only a few reports were published about successful clinical use of flavonid in dentistry. Therefore, the use flavonoid in dental practice is still a challenge to clinicians.

Key Words: Flavonoids, Biological Activity, and Pharmacological Potency.

(3)

PENDAHULUAN

Flavonoid atau bioflavonoid merupakan suatu senyawa fenol yang tersebar luas pada hampir semua tumbuh-tumbuhan (kecuali alga)1,2, dengan penyebaran terbesar terdapat pada golongan Angiospermae1. Senyawa ini pada tumbuhan disintesis dalam jumlah sedikit (0,5% - 1,5%)1,2.Lebih dari 4.000 flavonoid telah diidentifikasi pada tumbuhan tingkat tinggi dan rendah hingga saat ini3.

Pada tumbuhan, flavonoid tidak hanya berperan sebagai pigmen yang memberi warna pada bunga dan daun saja, namun juga sangat penting bagi pertumbuhan, perkembangan, dan pertahanan tumbuhan3,4, misalnya sebagai enzim inhibitor, prekursor bahan toksik, melindungi tumbuhan (dari bakteri, virus, herbivora, radikal bebas, dan radiasi sinar ultraviolet), sebagai agen kelasi terhadap logam-logam yang berbahaya bagi tumbuhan dengan membentuk senyawa kompleks, berperan dalam fotosensasitasi dan transfer energi, morfogenesis dari tumbuhan, proses fotosintesis, ekspresi gen tumbuhan, dan sebagai regulator hormon pertumbuhan dari tumbuhan4-7. Senyawa ini ditemukan pada buah-buahan dan sayuran sehingga dapat dikatakan bahwa flavonoid merupakan unsur yang penting pada diet manusia8-10. Minuman seperti teh, kopi, dan anggur juga mengandung sejumlah besar flavonoid11. Oleh karena itu, flavonoid bukan hanya penting untuk tumbuh-tumbuhan, tetapi juga bagi manusia. Flavonoid diperkirakan terdapat pada tumbuh-tumbuhan sejak ribuan tahun lalu. Adanya interaksi antara manusia dengan tumbuh-tumbuhan menyebabkan timbulnya minat para peneliti untuk mengetahui aktivitas biokimia dan fisiologi dari senyawa ini4. Penelitian secara in vivo maupun in vitro menunjukkan bahwa flavonoid memiliki aktivitas biologis maupun farmakologis, antara lain bersifat antibakteri12-14, anti inflamasi4,15-18, anti alergi4, antikarsinogen19-22, antioksidan9-11,23, dan melindungi pembuluh darah4,10,24-26. Penggunaan flavonoid dibidang Kedokteran telah banyak dilakukan misalnya2,4,11,16,25,27-29: pada pengobatan diabetes mellitus, penyakit inflamasi, penyakit alergi, kanker, infeksi yang disebabkan oleh virus, tukak lambung, kardiovaskuler, dan osteoporosis. Sementara penelitian maupun penggunaan flavonoid sebagai bahan terapi di bidang Kedokteran Gigi masih sangat jarang dilaporkan2,29,30.

(4)

TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan artikel ini yaitu mencoba menjelaskan mengenai struktur dan golongan flavonoid, biosintesis flavonoid, farmakodinamik dan farmakokinetik flavonoid, aktivitas biologis dari flavonoid, dan beberapa laporan mengenai aplikasi terapi dari flavonoid di bidang Kedokteran Gigi.

MANFAAT YANG DIHARAPKAN

Artikel ini diharapkan menjadi dasar bagi para klinisi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi flavonoid sebagai bahan terapi di bidang Kedokteran Gigi mengingat penelitian mengenai hal tersebut masih sangat sedikit dilakukan. TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR DAN GOLONGAN FLAVONOID

Nama “flavonoid” digunakan pertama kali oleh Geissman dan Hinreiner31 sekitar 32 tahun yang lalu, yaitu untuk menamakan golongan senyawa yang mempunyai struktur kerangka dasar C6 – C3 – C6 32. Setiap bagian C6 merupakan cincin benzena yang dihubungkan dengan tiga atom karbon (C3) yang merupakan rantai alifatis yang dapat pula membentuk cincin ketiga. Ketiga cincin tersebut diberi tanda A, B, dan C untuk memudahkan dalam pembahasan. Atom karbon dinomori menurut sistem penomoran yang menggunakan angka biasa untuk cincin A dan C serta angka beraksen untuk cincin B (Gambar 1)1.

Gambar 1. Struktur umum flavonoid. Sumber: Pustaka no 1.

Terdapat 2 macam istilah dengan pengertian yang berbeda, yaitu flavonoid dan flavanoid. Istilah flavonoid berasal dari kata flavon atau fenil 2 kromon yang mempunyai kerangka dasar  piron, sedangkan istilah flavanoid berasal dari kata flavan atau fenil 2 kroman yang mempunyai kerangka dasar piran. Namun saat ini istilah flavonoid lebih umum digunakan dari pada flavanoid31,32.

(5)

Flavonoid dikelompokkan menjadi 6 golongan, yaitu: flavon, isoflavon, flavanon, flavonol, khalkon, dan antosianidin (Gambar 2)33.

Flavon Flavonol Flavanon

Isoflavon Khalkon Antosianidin

Gambar 2. Struktur dari golongan flavonoid. Sumber: Pustaka no 33.

Penggolongan flavonoid ini berdasarkan pada perbedaan struktur kimianya, yaitu perbedaan substituen cincin heterosiklik yang mengandung oksigen dan perbedaan distribusi gugus hidroksil. Sebaliknya, perbedaan oksigenasi pada atom C3 menentukan sifat, khasiat, dan tipe/golongan flavonoid1.

(6)

BIOSINTESIS FLAVONOID

Semua jenis flavonoid saling berkaitan karena memiliki jalur biosintesis yang sama yaitu kombinasi dari 2 alur yaitu alur asam sikimat dan alur asetat malonat (Gambar 3)1.

Gambar 3. Hubungan antar jenis monomer flavonoid. Sumber: Pustaka no 1.

(7)

Flavonoid yang pertama kali terbentuk pada biosintesis adalah khalkon, sedangkan turunan-turunan flavonoid lainnya diturunkan dari senyawa tersebut melalui hidroksilasi dan reduksi1,4.

FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK FLAVONOID

Flavonoid dapat ditemukan pada hampir semua bagian tumbuhan, termasuk daun, akar, kuncup, kayu, kulit kayu, tepung sari, nektar, bunga, buah, dan biji. Senyawa ini di dalam jaringan tumbuhan, lazimnya ditemukan dalam bentuk glikosida (terikat dengan molekul gula) atau aglikon (tidak terikat dengan molekul gula1. Walaupun demikian, tiap bagian dari tumbuhan mengandung flavonoid yang khas pula, misalnya anto-sianidin terdapat pada buah, bunga, dan daun, sedangkan flavon terdapat pada bunga34. Laporan mengenai adanya flavonoid pada hewan sangat sedikit, misalnya pada lebah dan kupu-kupu. Flavonoid yang terdapat pada hewan berasal dari tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanannya dan tidak dibiosintesis didalam tubuh hewan tersebut1.

Oleh karena data mengenai farmakokinetik flavonoid khususnya pada manusia masih sangat sedikit, dan tingkat kelarutan senyawa ini sangat beragam, maka untuk memprediksi kecepatan flavonoid diabsorbsi pada intestinum dan penetrasinya melalui permukaan kulit maupun mukosa masih sukar dilakukan4,35. Penelitian menunjukkan bahwa bila flavonoid yang terdapat pada makanan dalam bentuk  glikosida, maka flavonoid tersebut tidak dapat diabsorbsi. Dalam hal ini, hanya flavonoid dalam bentuk aglikon saja yang dapat melewati dinding usus. Hidrolisis ikatan  glikosida terjadi hanya pada usus besar (kolon) oleh bakteri, bersamaan dengan degradasi flavonoid yang terdapat pada makanan. Hal ini disebabkan karena tidak ada enzim yang mampu memecah ikatan antara flavonoid dengan gula atau mensekresikannya kedalam usus4. Senyawa flavonoid dalam bentuk aglikon pada usus diabsorbsi bersama-sama asam empedu dan melalui epitel masuk kedalam peredaran darah. Melalui vena porta, sebagian besar flavonoid akan menuju ke hati yang merupakan organ utama tempat metabolisme flavonoid selain dinding usus besar dan ginjal2,28. Metabolit flavonoid yang dilabel misalnya 3,5-dihidroksifenilasetat dan 3-hidroksifenilasetat ditemukan pada urine. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat residu flavonoid yang terakumulasi didalam tubuh2.

(8)

Bila flavonoid diabsorbsi, maka terjadi peningkatan beberapa fungsi biologis, antara lain sintesis protein, diferensiasi dan proliferasi sel, serta angiogenesis4. Walaupun diketahui bahwa toksisitas flavonoid sangat rendah, namun bila senyawa ini dikonsumsi secara berlebihan (dosis tinggi), maka senyawa ini mungkin dapat berperan sebagai mutagen dan menghambat enzim-enzim tertentu yang penting untuk metabolisme hormon36. Oleh karenanya, para peneliti merekomendasikan dosis maksimal untuk orang dewasa adalah 1 g/hari 2.

AKTIVITAS BIOLOGIS FLAVONOID

Penelitian secara in vivo maupun in vitro menunjukkan bahwa flavonoid memiliki aktivitas biologis maupun farmakologis. Beberapa aktivitas flavonoid yang diketahui hingga saat ini adalah: (1) bersifat antibakteri13,14,37 , (2) bersifat anti inflamasi4,15-18, (3) bersifat antialergi4, (4) bersifat antioksidan9-11,20,23, (5) bersifat melindungi pembuluh darah4,10,24,25, dan (6) bersifat antikarsinogen8,19,21,22.

(9)

jalur lipoksigenase, yang pada akhirnya akan menekan jumlah prostaglandin, prostasiklin, endoperoksida, tromboksan disatu sisi dan asam hidroperoksida, asam hidroksieikosatetraienoat, leukotrin disisi lainnya16,17,40.

Senyawa flavonoid bersifat anti alergi karena mampu menghambat enzim fosfodiesterase pada siklus AMP dan enzim calcium-dependent ATPase. Kedua enzim ini berperan dalam pelepasan histamin dari sel mast dan sel basofil4.

Setiap sel aerob senantiasa membutuhkan oksigen dalam metabolismenya agar sel tersebut dapat tetap hidup dan memperbanyak diri. Hal ini menyebabkan pembentukan radikal bebas oksigen juga terjadi terus menerus oleh karena pada metabolisme normal sel aerob akan dihasilkan radikal bebas. Fenomena yang juga merupakan karakteristik dari spesies ini dikenal dengan istilah “stress oksidasi”. Flavonoid mempunyai kemampuan antioksidan terhadap radikal bebas. Kemampuan antioksidasi dari setiap flavonoid pada prinsipnya berdasarkan struktur dari senyawa ini, yaitu kombinasi substituen yang terdapat didalam strukturnya10.

Terdapat 3 kelompok struktur yang penting untuk menentukan kemampuan antioksidasi flavonoid mulai dari terlemah hingga menjadi terkuat secara bertingkat, berturut-turut yaitu23: (1) struktur O (ortho)-dihidroksi pada cincin B, yang akan menstabilkan radikal aroksil. Hal ini terjadi akibat pengikatan hidrogen dan terjadinya dislokasi elektron, (2) ikatan rangkap posisi 2,3 pada cincin B bersama-sama dengan 4-oxo fungsional, yang bertanggungjawab atas dislokasi elektron dari cincin B, dan (3) adanya gugus hidroksil pada posisi 3 dan 5 pada cincin B.

Pengaruh flavonoid pada pembuluh darah kapiler pertamakali dilaporkan oleh Szent-Gyorgyi pada tahun 1938 yang mengisolasi flavonoid dari buah jeruk dan menemukan bahwa senyawa ini memiliki aktivitas vitamin, sehingga diberi nama vitamin P 10. Flavonoid berperan penting dalam menjaga permeabilitas serta mening-katkan resistensi pembuluh darah kapiler4,20,25, oleh karena itu flavonoid digunakan pada keadaan patologis seperti terjadinya gangguan permeabilitas dinding pembuluh darah4. Terjadinya kerusakan pembuluh darah kapiler akibat jejas menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga darah (terutama plasma darah) akan keluar dari kapiler ke jaringan, diikuti dengan terjadinya respons inflamasi. Flavonoid terutama bekerja pada endotelium mikrovaskular untuk mengurangi terjadinya hiperpermeabilitas dan udem10.

(10)

Walaupun mekanismenya belum jelas4, beberapa peneliti menduga bahwa aktivitas flavonoid terhadap pembuluh darah kapiler berkaitan erat dengan kemampuan senyawa ini dalam menghambat adhesi platelet, agregasi platelet, leukosit, dan enzim pembekuan darah15,25,26, walaupun daya hambat dari masing-masing flavonoid berbeda-beda, tergantung dari tipe penyebab dan struktur senyawa tersebut10. Mian dkk24 melaporkan bahwa fungsi flavonoid dalam melindungi dinding kapiler dimediasi oleh 2 mekanisme, yaitu: (1) terjadinya peningkatan proses biosintesis asam mukopolisakarida substansi dasar dari jaringan ikat. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya efek barrier

dari endotelium melalui stabilisasi fosfolipid membran, dan (2) adanya proses perbaikan pada pembungkus perikapiler mukopolisakarida. Meningkatnya proses biosintesis asam mukopolisakarida substansi dasar jaringan ikat ini menyebabkan terjadinya peningkatan pembentukan kapiler baru dan serabut kolagen oleh flavonoid.

Akhir-akhir ini banyak peneliti yang melakukan penelitian secara in vitro terhadap flavonoid pada tumbuhan, karena diduga merupakan senyawa yang bersifat antikarsinogen, sehingga dapat digunakan sebagai agen kemoprotektif pada penyakit kanker8,22,27. Kemampuan flavonoid untuk mengikat radikal bebas dan mengabsorbsi sinar ultraviolet menyebabkan senyawa tersebut berperan pada semua tahap karsinogenesis, yaitu pada tahap inisiasi, dengan mencegah terjadinya kerusakan DNA sel normal5,22, tahap proliferasi, yaitu dengan menghambat metabolisme sel tumor, seperti sintesis protein, replikasi DNA pada sel tumor dan mengganggu aktivitas dari beberapa enzim (kinase C, fosfolipase, fosfodiesterase) yang berperan penting dalam proses pertumbuhan dan proliferasi sel tumor21,27,41, dan pada tahap invasi, yaitu dengan menghambat motilitas dari sel tumor19.

PEMANFAATAN FLAVONOID SEBAGAI TERAPI

Pemanfaatan flavonoid telah digunakan sejak dulu kala sebagai obat untuk mengobati berbagai macam penyakit di bidang Kedokteran, antara lain2,4,11,16,25,27-29: pada pengobatan diabetes mellitus, penyakit inflamasi, penyakit alergi, kanker, infeksi yang disebabkan oleh virus, tukak lambung, kardiovaskuler, dan osteoporosis.

(11)

dimana terjadi inflamasi pada jaringan periodonsium disertai adanya kerusakan jaringan ikat. Flavonoid berperan dalam memperkuat dinding pembuluh darah kapiler sehingga perdarahan yang timbul dapat berhenti, selain itu flavonoid juga berperan sebagai anti inflamasi dengan cara menekan sintesis prostaglandin dan menstimulasi hidroksilasi prolin. Prostaglandin diketahui merupakan mediator inflamasi sehngga jaringan gingiva kembali normal2, (2) bidang Bedah Mulut. Flavonoid berperan dalam mempercepat proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi dengan cara mening-katkan/mempercepat proliferasi sel fibroblas dan produksi serabut kolagen2,29. Selain itu, aplikasi flavonoid juga dapat mengurangi rasa sakit yang timbul pasca ekstraksi gigi dengan cara menghambat jalur siklooksigenase dan fosfolipase A2 sehingga sintesis prostaglandin akan berkurang2, dan (3) bidang Konservasi Gigi. Flavonoid berperan dalam meningkatkan regenerasi pulpa gigi melalui kemampuannya menginduksi terbentuknya jembatan dentin pada perawatan kaping pulpa langsung30. Hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa sifat yang dimiliki oleh flavonoid yaitu: (a) kemampuan flavonoid dalam meningkatkan proses mitogenesis, interaksi sel, dan adhesi molekul, yang diketahui sangat penting pada proses proliferasi sel29, (b) reaktivitas flavonoid yang sangat tinggi. Hal ini tercermin dari kemampuan flavonoid mengikat logam-logam berat divalen untuk membentuk senyawa kompleks2, (c) kemampuan flavonoid dalam menjaga permeabilitas dan meningkatkan resistensi pembuluh darah kapiler terhadap jejas25,42, dan (d) adanya gugus hidroksil pada struktur flavonoid menyebabkan flavonoid bersifat antibakteri4.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa flavonoid memiliki beberapa aktivitas biologis dan farmakologis penting yang dapat mempengaruhi berbagai sistem. Pemanfaatan flavonoid didalam praktek kedokteran gigi masih sangat terbatas oleh karena kurangnya dilakukan penelitian. Oleh karena itu, artikel ini dapat menjadi dasar bagi para peneliti melakukan penelitian-penelitian yang lebih mendalam mengenai flavonoid, sehingga kemungkinan pemanfaatan yang lebih luas dari bahan alam ini di bidang Kedokteran Gigi dapat dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Markham KR. Techniques of flavonoid identification. London: Academic Press Inc Ltd. 1982; pp.1-20.

(12)

2. Havsteen B. Flavonoids, a class of natural products of high pharmacological potency. Biochem Pharmacol.1983; 32: 1141-8.

3. Harborne JB, Williams CA. Advances in flavonoid research since 1992.

Phytochemistry. 2000; 55: 481-504.

4. Di Carlo G, Mascolo N, Izzo AA, Capasso F. Flavonoids: old and new aspects of a class of natural therapeutic drugs. Life Sci. 1999; 65: 337-53.

5. Kootstra M. Protection from UV-B induced DNA damage by flavonoids. Plant Mol Biol. 1994; 26: 771- 4.

6. Stapleton AE, Walbot V. Flavonoids can protect maize DNA from the induction of ultraviolet radiation damage. Plant Physiol. 1994; 105: 881-9.

7. Kostyuk VA, Potapovich AI, Vladykovskaya EN, Korkina LG, Afanas’ev IB. In- fluence of metal ion on flavonoid protection against asbestos-induced cell injury. Arch biochem Biophys. 2001; 385: 129-37.

8. Hertog MG, Hollman PCH, Katan MB. Content of potentially anticarcinogenic fla- vonoids of 28 vegetables and fruits commonly consumed in the Netherlands. J

Agric Food Chem. 1992; 40: 2379-83.

9. Lee Y, Howard LR, Villalón B. Flavonoids and antioxidant activity of fresh pepper (Capsicum annuum) cultivars. J Food Sci. 1995; 60: 473-6.

10. Benavente-García O, Castillo J, Martin FR, Ortuño A, Del Río JA. Uses and pro- perties of Citrus flavonoids. J Agric Food Chem. 1997; 45: 4505-15.

11. Vinson JA, Dabbagh YA, Serry MM, Jang J. Plant flavonoids, especially tea fla-vonols, are powerful antioxidants using an in vitro oxidation model for heart disease. J Agric Food Chem. 1995; 43: 2800-2.

12. Pepeljnjak S, Jalšenjak I, Maysinger D. Flavonoid content in propolis extracts and growth inhibition of Bacillus subtilis. Pharmazie.1985; 40: 122-3.

13. Mirzoeva OK, Grishanin RN, Calder PC. Antimicrobial action of propolis and some of its components: the effects on growth, membrane potential, and motility of bacteria. Microbiol Res. 1997; 152: 239-46.

14. Park YK, Koo MH, Abreu JAS, Ikegaki M, Cury JA, Rosalen PL., Antimicrobial activity of propolis on oral microorganisms. Current Microbiol.1998; 36: 24-8.

15. Landolfi R, Mower RL, Steiner M. Modification of platelet function and arachidonic acid metabolism by bioflavonoids. Biochem Pharmacol.1984; 33: 1525-30.

16. Gabor M. Anti-inflammatory and anti-allergic properties of flavonoids. Dalam V Cody, E Middleton, JB Harborne, A Beretz (eds). Plant Flavonoids in Biology and Medicine: Biochemical, Pharmacological, and Structure-Activity Relationships. New York: Alan R Liss Inc. 1986; pp. 471-80.

17. Tordera M, Ferrandiz ML, Alcaraz MJ. Influence of anti-inflamatory flavonoids on granulation and arachidonic acid release in rat neutrophils. Z Naturforsch. 1994; 49: 235-40.

18. Dehmlow C, Murawski N, de Groot H. Scavenging of reactive oxygen species and inhibition of arachidonic acid metabolism by silibinin in human cells. Life Sci. 1996; 58: 1591-600.

(13)

20. Hertog MGL, Feskeens EJM, Hollman CH, Katan MB, Kromhout D. Dietary anti- oxidant flavonoids and risk of coronary heart disease: de Zutphen elderly study. Lancet. 1993; 342: 1007-11.

21. Huang YT, Kuo ML, Liu JY, Huang SY, Lin JK. Inhibitions of protein kinase C and proto-oncogene expressions in NIH 3T3 cells by apigenin. Eur J Cancer.1996; 32A: 146-51.

22. Webster RP, Gawde MD, Bhattacharya RK. Protective effect of rutin, a flavonol glycoside, on the carcinogen-induced DNA damage and repair enzymes in rats.

Cancer Lett. 1996; 109: 185-91.

23. Bors W, Saran M. Radical scavenging by flavonoid antioxidants. Free Radical

Res Commun. 1987; 2: 289-94.

24. Mian E, Curri SB, Lietti A, Bombardelli E. Anthocyanosides and the walls of the microvessels: further aspects of the mechanism of action of their protective effect in syndromes due to abnormal capillary fragility. Minerva Med. 1977; 68: 3565-81.

25. Beretz A, Cazenave JP. The effect of flavonoids on blood-vessel wall interactions. Dalam V Cody, E Middleton, JB Harborne, A Beretz (eds). Plant flavonoids in biology and medicine II: biochemical, cellular, and medicinal

properties. New York: Alan R Liss Inc. 1988; pp. 187-90.

26. Shu-Huey T, Wun-Chang K, Feng-Nien K, Che-Ming T. Inhibition of platelet ag- gregation by some flavonoids. Thromb Res. 1991; 64: 91-100.

27. Kandaswami C, Perkins E, Soloniuk DS, Drzewiecki G, Middleton E. Antiprolife-rative effects of citrus flavonoids on a human squamous cell carcinoma

in vitro. Cancer Lett. 1991; 56: 147-52.

28. Hollman PC, Katan MB. Bioavailability and health effects of dietary flavonols in man. Arch Toxicol Suppl. 1998; 20: 237-48.

29. Kim SJ, Lim MH, Chun IK, Won YH. Effects of flavonoids of Ginkgo biloba on proliferation of human skin fibroblast. Skin Pharmacol. 1997; 10: 200-5.

30. Sabir A. Pengaruh propolis Trigona sp terhadap pulpa gigi tikus pada perawatan kaping pulpa langsung dan identifikasi flavonoidnya. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 2001.

31. Soegihardjo CJ. Pemeriksaan kandungan flavonoid dan daya hepatotoksik dari

Souchus oleraceus L, Disertasi. Bandung: Institut Teknologi Bandung. 1984;

hal.1-4.

32. Pramono S. Pemisahan flavonoid. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. 1989; hal. 1-18.

33. Mabry TJ, Markham KR, Thomas MB. The systematic identification of

flavonoids. New York: Springer-Verlag. 1970; pp.12, 50-5.

34. Geissman TA. The chemistry of flavonoid compounds. New York: The Mac Millan Co. 1962; pp.154-60.

35. Harborne JB. Phytochemical methods: a guide to modern techniques of plant

analysis. London: Chapman and Hall Ltd. 1973; pp. 52-5.

36. Skibola CF, Smith MT. Potential health impacts of excessive flavonoid intake.

Free Radic Biol Med. 2000; 29: 375-83.

37. Bryan LE. Bacterial resistance and suspectibility. Sydney: McGraw-Hill Co. 1982; pp.20-4.

38. Wilson G. Kimia farmasi dan medisinal organic. edisi ke-8. terj oleh Achmad Mustofa Fatah. Jakarta: Dirjen Dikti dan Kebudayaan. 1982; hal 25-32.

(14)

39. Estrela C, Sydney GB, Bammann LL, Felippe Jr O. Mechanism of action calcium and hydroxyl ions of calcium hydroxide on tissue and bacteria. Brazil Dent J. 1995; 6: 85-90.

40. Yoshimoto T, Furukawa M, Yamamoto S, Horie T, Watanabe-Kohno S. Flavonoids: potent inhibitors of arachidonate 5-lipoxygenase. Biochem Biophys Res

Communs. 1983;116: 612-18.

41. Hirano T, Oka K, Akiba M. Effects of synthetic and naturally occuring flavonoids on Na+, K+-ATPase: aspects of structure-activity relationship and action mechanisms. Life Sci. 1989; 45: 1111-7.

Gambar

Gambar 2.  Struktur dari golongan flavonoid.                                  Sumber: Pustaka no 33.
Gambar 3. Hubungan antar jenis monomer flavonoid.                            Sumber: Pustaka no 1.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui Bentuk kegiatan promosi, Pemilihan media promosi, dan Faktor pendukung dan penghambat aktivitas

Tujuan Penelitian yang dilakukan dalam penulisan mengenai Pengaruh Tingkat Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai Persepsi Sanksi Di Bidang Perpajakan

SEKILAS MENGENAI HKI DAN SEKILAS MENGENAI HKI DAN PEMANFAATAN INFORMASI PATEN PEMANFAATAN INFORMASI PATEN DALAM MENENTUKAN STRATEGI DALAM MENENTUKAN STRATEGI PENELITIAN DI

Dengan demikian, penelitian ini mencoba untuk mengungkap mengenai penerapan model Theory of Planned Behavior (TPB) yang dikembangkan dalam menjelaskan dan memprediksi

Dan tujuan penulisan artikel ini dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ( Cooperative Integrated Reading And Composition) pada pembelajaran di

6 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada bayi dan balita berdasarkan hasil

Adapun sistematika penulisan laporan proyek akhir Perencanaan dan Pembuatan Bisnis Tahu Walikku adalah sebagai berikut: BAB 1: PENDAHULUAN Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai

Struktur artikel ini terdiri dari: 1 kajian literatur yang membahas mengenai prompt engineering dan bagaimana pola yang dapat digunakan secara umum; 2 metode penelitian yang berisi