• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBANGUNAN BENDUNGAN dan Pencapaian Target

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBANGUNAN BENDUNGAN dan Pencapaian Target"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBANGUNAN BENDUNGAN

Pencapaian Target dan

Kebutuhan Pendanaannya

Studi Kasus : Bendungan Tanju dan Mila

Direktorat Alokasi Pendanaan Pembangunan

(2)

1

1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Review

Dalam konteks pencapaian target prioritas Ketahanan Pangan, tidak hanya irigasi

bendungan juga memberikan kontribusi dalam peningkatan produksi pangan.

Melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 2/2015 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 Pemerintah menargetkan 49 waduk

baru terbangun dan melanjutkan pembangunan 16 waduk yang telah dimulai

sebelum tahun 2015. Sehingga total ditargetkan pembangunan sebanyak 65 waduk

sampai dengan 2019 (29 waduk diantaranya ditargetkan selesai).

Grafik 1

Sasaran Pembangunan Bendungan 2015 - 2019

Sumber : Kedeputian Bidang Sarana dan Prasarana, 2018

Target pembangunan bendungan memberikan konsekuensi besar dalam

pendanaan. Pemerintah diperkirakan harus menyiapkan pendanaan sebesar Rp.

70,5 T dari tahun 2010 – 2023. Sedangkan untuk tahun 2015 – 2019 pendanaan diperkirakan sebesar Rp. 31,0 T, dimana 50% nya atau sekitar Rp. 12,8 T diharapkan

dapat dipenuhi di tahun 2019. Kebutuhan pendanaan yang besar tersebut tentu saja

memberikan beban tersendiri dalam pengalokasian anggaran, mengingat

ketersediaan anggaran Belanja K/L tidak mengalami kenaikan signifikan setiap

tahunnya.

Selain permasalahan pemenuhan kebutuhan pendanaan, isu – isu lain terkait pembangunan waduk juga menjadi faktor penentu tercapainya target tersebut. Isu – isu tersebut antara lain permasalahan pembebasan lahan, kesiapan lahan, serta

(3)

2 integrasinya dengan irigasi sehingga waduk dapat berfungsi dengan baik setelah

dibangun.

Mempertimbangkan hal tersebut, diperlukan review terkait rencana

pembangunan bendungan. Review diperlukan untuk melihat perkembangan capaian

pembangunan bendungan dan sebagai rujukan dalam penyusunan perencanaan dan

penganggaran pembangunan bendungan di RKP 2019. Sehingga target

pembangunan bendungan dalam RPJMN 2015 – 2019 dapat tercapai secara lebih efektif dan efisien.

1.2.Tujuan pelaksanaan Review

1. Untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan pembangunan

bendungan dalam RPJMN 2015 – 2019 dan RKP 2018 serta integrasinya dalam prioritas ketahanan pangan.

2. Untuk mendapatkan informasi rencana kebutuhan pendanaan pembangunan

bendungan sebagai acuan atau pertimbangan untuk penyusunan pendanaan

pembangunan bendungan yang tengah berjalan dan waduk yang akan

dimulai pembangunannya untuk RKP 2019.

2. KONDISI UMUM

Merujuk Peraturan Pemerintah No. 37

tahun 2010 tentang bendungan, Waduk

adalah wadah buatan yang terbentuk

sebagai akibat dibangunnya bendungan.

Sedangkan bendungan adalah bangunan

yang berupa urukan tanah, urukan batu,

beton, dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan

menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah

tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk.

2.1.Tahapan dan Mekanisme Pembangunan Bendungan

Dalam membangun bendungan aspek kelayakan dalam membangun menjadi

pertimbangan, seperti kelayakan secara teknis, kelayakan ekonomi, kelayakan sosial

dan kelayakan politik (Sukardi, 1998). Sehingga sebelum dilakukannya survey

Fakta

Potensi sumber air Indonesia sangat besar yaitu 3.9 triliun M3 namun yang dimanfaatkan baru

mencapai ± 13,8 milyar M3 atau ± 58 M3

perkapita yang dapat dikelola melalui reservoir. Angka ini jauh lebih rendah dari Thailand 1.277 M3 perkapita dan satu tingkat di atas Ethiopia

(38 M3/Kapita).

(4)

3 pembangunan penting untuk ditinjau eksistensi bendungan dari sisi ekonomis dan

sosial, tujuan pembangunan bendungan, fungsi utama bendungan, serta perkiraan

kemampuan teknis bendungan. Mekanisme pembangunan sebagaimana bagan

berikut:

Bagan 1

Mekanisme Pembangunan Bendungan

Sumber : PP No. 37 Tahun 2010 tentang Bendungan, diolah

Sedangkan tipe - tipe bendungan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Bagan 2

Pembagian Tipe Bendungan

(5)

4 2.2.Pembangunan Bendungan dalam Prioritas Ketahanan Pangan

Pembangunan bendungan memiliki beberapa manfaat, diantaranya sebagai

pengendali banjir, pembangkit tenaga listrik, penyedia air baku dan irigasi. Terkait

Prioritas Ketahanan Pangan, pembangunan bendungan memberikan peranan

penting dalam mendukung peningkatan produksi pangan khususnya dalam

fungsinya sebagai sarana dan prasarana pertanian mendukung irigasi.

Bagan 3

Program dan Kegiatan Prioritas Ketahanan Pangan

Sumber : Perpres No. 79/2017 tentang RKP 2018, diolah

Fungsi bendungan sebagai salah satu sarana untuk mengairi persawahan

(irigasi) memberikan peran cukup signifikan dalam prioritas ketahanan pangan.

Bendungan memberikan kontribusi sekitar 10,71% terhadap ketersediaan air irigasi

persawahan. Selain itu, dengan selesai dibangunnya waduk sebanyak 29 pada tahun

2019 diperkirakan dapat meningkatkan kontribusi penyediaan air irigasi

(6)

5

Grafik 2

Kontribusi Waduk Terhadap Ketersediaan Air Irigasi Persawahan

Sumber : Dirjen SDA, Kementerian PU & Pera, 2016

Gambar 1

Rencana Pembangunan Waduk Tahun 2018

Keterangan : Waduk mendukung ketahanan Pangan (Font Merah)

Sumber : Kedeputian Sarana dan Prasarana, Bappenas

Meskipun bendungan dibangun dengan tujuan multipurpose, namun pada

umumnya pembangunan bendungan memiliki fungsi untuk mendukung irigasi.

Untuk tahun 2017 dan 2018 direncanakan beberapa bendungan yang menunjang

ketahanan pangan dapat diselesaikan, diantaranya Bendungan Raknamo, Tanju dan

Mila, Kuningan dan Gondang. Namun, penyelesaian pembangunan bendungan

tersebut perlu untuk diperhatikan integrasinya dengan pembangunan irigasi,

sehingga dukungan pencapaian target prioritas ketahanan pangan dapat lebih

optimal.

Sumatera Jawa Bali & NT Kalimantan Sulawesi Maluku Papua Waduk 117,751 574,717 29,971 - 33,562 - -Non Waduk 1,784,194 2,280,985 599,343 480,320 988,359 152,487 39,517

-500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000

Sumber Air Sawah di Indonesia (Ha)

(7)

6

3. ANALISA PEMBANGUNAN BENDUNGAN

3.1.Rencana Kebutuhan dan Pemenuhan Pendanaan Pembangunan

Bendungan

3.1.1. Skema Pendanaan Pembangunan Bendungan

Kebutuhan pendanaan pembangunan bendungan (on – going dan baru) selama

kurun waktu 2010 – 2023 diperkirakan mencapai Rp. 70,5 T atau sekitar Rp. 31,0 T

untuk tahun 2015 – 2019 (grafik 3). Mengingat kebutuhan pendanaan

pembangunan bendungan yang besar serta untuk menjamin kesinambungan

pendanaannya, maka pemenuhan pendanaan untuk pembangunan bendungan pada

umumnya dilakukan melalui skema Multi Years Contract (MYC).

Grafik 3

Kebutuhan Pendanaan Pembangunan Bendungan 2010 – 2023

Sumber : Dirjen SDA, Kementerian PU & Pera, Januari 2017, diolah

Sebagaimana terlihat dialam grafik, melalui skema MYC, kebutuhan pendanaan

pada tahun pertama masih sangat kecil yang kemudian akan semakin meningkat di

tahun – tahun berikutnya. Dari sisi penganggaran, dengan trend penganggaran yang terus meningkat perlu untuk diwaspadai karena dimungkinkan disuatu titik tahun

beberapa pembangunan bendungan membutuhkan pendanaan yang besar karena

(8)

7 Seperti pada tahun 2019, perlu untuk menjadi perhatian adanya peningkatan

yang cukup signifikan untuk pendanaan pembangunan bendungan mengingat tahun

2019 merupakan tahun terakhir RPJMN 2015 – 2019. Pada tahun 2019 diperkirakan kebutuhan pendanaan mencapai Rp. 12,8 T, hampir dua kali lipat dibandingkan

tahun 2018 yang hanya sebesar Rp. 7,4 T karena di tahun 2019 diharapkan dapat

diselesaikan pembanngunan 11 bendungan dan groundbreaking 8 bendungan.

Jika diamati lebih lanjut trend pendanaan dari masing – masing bendungan terutama di tahun pertama, kebutuhan pendanaan untuk pembangunan bendungan

di tahun pertama dapat bervariasi. Pada umumnya kebutuhan pendanaan hanya

berkisar Rp. 10,0 Milyar yang biasanya digunakan antara lain untuk feasibility study

atau dapat melebihi dari Rp. 10,0 M dikarenakan beberapa pekerjaan yang

dilakukan sekaligus seperti untuk amdal, sertifikasi, DED, desain dan lain

sebagainya.

Namun dalam beberapa pembangunan bendungan pendanaan tahun pertama

dapat melebihi dari Rp. 200,0 Milyar dikarenakan adanya pembebasan lahan seperti

dalam pembangunan bendungan Raknamo. Tetapi pada umumnya, besaran alokasi

pembangunan bendungan tidak akan terlampau besar pada tahun pertama yang

kemudian akan mulai meningkat pada tahun kedua dan ketiga.

Grafik 4

Tren Pendanaan Pembangunan Bendungan

Sumber : Kedeputian Bidang Sarana dan Prasarana, Bappenas, 2017, diolah

2.442,3 3.393,4

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023

R

Bendungan Raknamo Bendungan Paselloreng Bendungan Pamukkulu Bendungan Pelosika

(9)

8 Melalui mekanisme MYC memungkinkan K/L untuk merubah komposisi atau

melakukan rekompoisisi antar tahun dan antar bendungan namun masih dalam

batas pagu MYC yang ditetapkan. Hal ini perlu untuk menjadi perhatian karena

dapat menyebabkan pembangunan bendungan melebihi dari batas waktu yang

direncanakan ataupun dapat menyebabkan penumpukan di tahun – tahun tertentu dan bahkan dapat menghambat penyelesaian pembangunan bendungan. Selain itu

dalam mekanisme MYC, keterlibatan Kementerian PPN/Bappenas juga masih sangat

minim karena pengusulan dilakukan langsung kepada Kemenkeu. Penentuan

bendungan serta besaran alokasi MYC diajukan K/L langsung kepada Kemenkeu,

sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu pencapaian target prioritas.

3.1.2. Sumber Pendanaan Pembangunan Bendungan

Sumber pendanaan pembangunan bendungan masih sangat terbatas pada Rupiah

Murni. Dari hasil identifikasi, hanya sekitar kurang dari 10% sumber pendanaan

berasal dari PHLN. Selain itu dengan scope pendanaan yang besar, pendanaan

pembangunan bendungan juga saat ini belum dapat dilakukan dengan menggunakan

Dana Transfer Khusus. Sehingga pendanaan pembangunan masih sepenuhnya

menggunakan Rupiah Murni sebagai sumber utama pendanaan. Hal ini,

menyebabkan kurangnya alternative mekanisme sumber – sumber pendanaan pembangunan bendungan.

BOX 2

Skema Pendanaan Multiyears

Skema Multi Years Contract (MYC) atau kontrak tahun jamak memungkinkan pelaksanaan pekerjaan membebani APBN lebih dari 1 tahun anggaran. MYC diatur melalui PMK No. 238/PMK.02/2015 tentang Tata Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak Tahun Jamak (Multi Years Contract) dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah kepada Menteri Keuangan. MYC dapat mempercepat penyerapan anggaran, karena proses lelang hanya dilakukan di tahun pertama setelah ada izin kontrak MYC. Sedangkan pada tahun kedua dan ketiga tidak perlu dilakukan lelang untuk proyek sama selama dalam batas pagu yang tersedia. Hal ini menyebabkan pola MYC dianggap lebih efektif karena lelang tidak perlu dilakukan setiap tahun. Proses pengerjaan menjadi tidak terganggu dan tidak perlu menunggu persetujuan Kementerian Keuangan meskipun terdapat pergantian tahun anggaran proyek.

(10)

9

Tabel 1

Daftar Proyek PHLN Terkait Pembangunan Waduk dan Irigasi

Tahun 2017 dan 2018

Sumber : Kedeputian Bidang Pendanaan Pembangunan, 2017, diolah

Untuk kedepan, dapat dijajaki kemungkinan pendanaan dengan mekanisme

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atau melalui Availability

Payment (AP). Namun mengingat pembangunan bendungan tidak semua memiliki

keuntungan secara finansial, maka pemilihan bendungan yang dapat didanai melalui

skema ini masih sangat terbatas pada bendungan dengan skala besar yang dapat

dimanfaatkan sebagai PLTA.

3.1.3. Perkiraan Kebutuhan Pendanaan Tahun 2019

Pada tahun 2019 diperkirakan dibutuhkan pendanaan sebesar Rp. 12,8 T, atau

meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan rencana tahun 2018 sebesar Rp. 7,4

T. Dari total Rp. 12,8 T tersebut, sekitar hampir 68% nya atau Rp. 8,8 T merupakan

kebutuhan untuk pembangunan bendungan yang terkait dengan irigasi.

(11)

10

Tabel 2

Pendanaan dan Kebutuhan Pembangunan Bendungan 2015 - 2019

Tahun 2019 merupakan tahun terakhir RPJMN 2015 – 2019, sehingga direncanakan akan diselesaikan pembangunan 11 bendungan (10 bendungan

irigasi), 8 bendungan akan di groundbreaking untuk mengejar target pembangunan

yang ditetapkan. Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan Rp. 12,8 T dengan

rincian sebesar Rp. 1,7 T merupakan kebutuhan untuk penyelesaian bendungan, Rp.

1,9 T yang merupakan kebutuhan pendanaan pembangunan baru (groundbreaking),

dan sisanya Rp. 10,2 untuk pembangunan bendungan on – going.

Terkait dengan pencapaian target Ketahanan Pangan, setidaknya dari total Rp.

9,0 T kebutuhan pendanaan untuk penyelesaian waduk dan groundbreaking

pembangunan bendungan baru yang harus diprioritaskan atau dipastikan

pendanaannya. Kebutuhan tersebut diperkirakan sebesar Rp. 2,1 T, terdiri dari Rp.

1,7 T untuk penyelesaian bendungan dan Rp. 418, 1 M untuk groundbreaking

(12)

11

Tabel 3

Rencana kebutuhan Penyelesaian Pembangunan dan Pembangunan Baru

a. Rencana Penyelesaian Bendungan b. Rencana Pembangunan Bendungan Baru

Sumber : Kedeputian Sarana dan Prasarana, diolah

3.1.4. Pengadaan Tanah Pembangunan Bendungan

Sejak tahun 2016 pendanaan pengadaan tanah untuk beberapa pembangunan

bendungan tidak lagi dialokasikan melalui Kementerian PU & Pera namun dilakukan

melalui Lembaga Management Aset Negara (LMAN)1. Kebutuhan pengadaan tanah

diperkirakan sebagaimana dalam table berikut :

Tabel 4

Kebutuhan Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Bendungan

*Berdasarkan data status September 2016

** Berdasarkan estimasi (status Januari 2016)

Sumber : Dirjen SDA, Kementerian PU & Pera, Januari 2017

1

LMAN merupakan Badan Layanan Umum (BLU) berada dibawah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Pada awalnya, LMAN bertugas untuk mengelola aset negara, namun institusi ini kemudian juga mendapat tugas untuk perencanaan pendanaan dan pendayagunaan lahan landbank serta pembayaran ganti rugi pengadaan tanah. Sehingga LMAN mempunyai fungsi tidak hanya sebagai treasurer atau

(13)

12

Tabel 5

Rencana Pengadaan Tanah dengan LMAN

No. Nama Bendungan Usulan Pagu 2017

(Rp. Milyar)

14 Kuwil Kawangkoan 202,5

15 Ladongi 40,0

16 Ciawi 157,9

17 Sukamahi 82,7

18 Leuwikeris 263,0

19 Cipanas 25,0

20 Komering II /Tigadihadji 55,0

21 Pamukkulu 25,0

22 Bener 150,0

23 Lausimeme 40,0

24 Sidan 10,0

TOTAL 2.378,4

Sumber : Dirjen SDA, Kementerian PU & Pera, Januari 2017

Melalui LMAN, pembebasan lahan menjadi lebih flexible dan tidak terikat pada

K/L tertentu dan bergantung pada penetapan APBN. Pemerintah dapat

menggunakan asset lahan yang dimiliki BLU, menggunakan dana dalam LMAN

sebagai dana talangan pembebasan lahan atau digunakan untuk pembayaran

langsung dalam pembebasan lahan. Namun proyek – proyek yang dijamin pendanaannya melalui LMAN masih terbatas pada proyek – proyek yang termasuk dalam Proyek Strategis Nasional yang ditetapkan melalui Perpres No. 58/2017

tentang Perubahan atas Perpres 3/2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek

Strategis Nasional.

Untuk pembangunan bendungan, terdapat 53 bendungan yang termasuk dalam

Proyek Strategis Nasional. Namun, dari 8 bendungan yang akan di groundbreaking

(14)

13 Kalimantan Timur belum termasuk dalam Proyek Strategis Nasional. Untuk itu perlu

untuk dipastikan pendanaan pengadaaan tanahnya, agar tidak mengganggu

pencapaian target RPJMN. Lebih lanjut, Bappenas perlu untuk lebih dilibatkan dalam

penentuan proyek – proyek yang akan diprioritaskan didanai dari LMAN. Hal ini untuk memastikan sinergi antar sumber pendanaan serta untuk memastikan

pencapaian target prioritas tidak terkendala dikarenakan permasalahan lahan.

4. STUDI KASUS PEMBANGUNAN BENDUNGAN TANJU DAN MILA

4.1. Gambaran Umum Bendungan

Bendungan Tanju dan bendungan Mila dibangun di Desa Tanju Kec. Manggalewa,

Desa Matua & Desa Rababaka Kecamatan Woja Kabupaten Dompu, Sumbawa, Nusa

Tenggara Barat. Luas wilayah Sumbawa lebih besar dibandingkan Lombok yakni

mencapai 2/3 dari total luas wilayah, dengan iklim yang kering dengan intensitas

curah hujan yang cenderung rendah terutama pada bulan Mei dan Oktober, bahkan

pada bulan Agustus – Oktober tidak terdapat hujan.

Lahan pertanian di Kabupaten Dompu masih mengandalkan Bendung Rababaka

yang telah dibangun sejak zaman Belanda ditahun 1920. Sungai Rababaka di

Kabupaten Dompu memiliki potensi yang besar terdiri dari Daerah Irigasi seluas

1.869 ha dengan intensitas tanam 186%, Daerah Irigasi Kambeu seluas 115 ha

dengan intensitas tanam 100% dan air baku 100 l/dt.

Namun potensi manfaat dari sungai Rababaka ini hanya dimanfaatkan oleh

penduduk di wilayah Barat Kabupaten Dompu dikarenakan infrastruktur yang

belum memadai. Debit air yang ada belum dapat dimanfaatkan secara maksimal dan

dialirkan kembali laut, bahkan di musim hujan sungai Rababaka dengan debit air

yang besar menyebabkan bencana banjir di wilayah sekitar. Untuk itulah

direncanakan dibangun Rababaka Komplek.

4.2. Rencana Pengembangan Rababaka Komplek

Pengembangan Rababaka Komplek bertujuan untuk mengoptimalkan potensi

sumber daya air secara merata dan optimal melalui pemerataan air dari wilayah

surplus (Sungai Rababaka) menuju wilayah minus air (Kawasan Tanju) dalam

(15)

14

Gambar 2

Sistem Jaringan Rababaka Kompleks

Secara garis besar, rencana sistem Rababaka Komplek terdiri atas:

a. Bendung Pengalih Rababaka (Rababaka Feeder) berfungsi untuk mengatur

masuknya inflow di bendung ini menuju Saluran Hantar Rababaka – Mila - Tanju. b. Saluran Hantar Rababaka – Mila - Tanju berfungsi untuk mengalirkan air dari

Bendung Pengalih Rababaka untuk mengisi waduk Mila dan waduk Tanju.

c. Bendungan Mila berfungsi untuk menampung potensi air DAS Mila dan tambahan

air dari Saluran Hantar Rababaka yang nantinya akan digunakan untuk menambah

keandalan pengairan DI. Rababaka eksisting seluas 1.689 ha khususnya pada

musim Tanam II dan III.

d. Bendungan Tanju berfungsi untuk menampung potensi air DAS Sori Tanju dan

tambahan air dari Saluran Hantar Rababaka yang nantinya akan digunakan untuk

mengairi Daerah Irigasi Tanju seluas 2.242,25 ha.

e. Jaringan Irigasi Tanju merupakan system jaringan irigasi yang akan mengalirkan

air secara teknis dari Bendungan Tanju menuju rencana areal irigasi.

f. Daerah Irigasi Rababaka merupakan daerah irigasi yang sudah ada (luas 1.689

ha) dan pada rencana pengembangan ini akan menjadi satu system dengan jaringan

irigasi Rababaka Komplek.

4.3. Rencana Integrasi Pembangunan Bendungan dan Irigasi

Rencana pembangunan bendungan Tanju dan bendungan Mila telah terintegrasi

(16)

15 interkoneksi antar DAS untuk mengoptimalkan potensi inflow serta lahan yang ada.

Pembangunan irigasi yang dilakukan merupakan pembangunan irigasi primer yang

akan mengaliri daerah irigasi Tanju seluas 2.250 Ha dan irigasi Mila 1.689 Ha.

Dua daerah irigasi direncanakan akan diintegrasikan, yaitu DI. Tanju dan

Rababaka untuk dijadikan satu sistem jaringan irigasi interkoneksi dengan

membuat saluran penghubung antar sungai (interbasin transfer). Melalui saluran

hantar, kelebihan air dari Sungai Rababaka akan dapat dibawa dan disimpan dalam

waduk Tanju untuk menambah keandalan pengairan di rencana Daerah Irigasi

Tanju. Kemudian sebagian kelebihan air Sungai Rababaka pada musim hujan akan

disimpan dalam Waduk Mila yang kemudian diharapkan dapat digunakan untuk

menambah air irigasi DI. Rababaka di musim kemarau.

Gambar 3

Peta Integrasi Pembangunan Bendungan dan Irigasi

Sumber : Dinas Kementerian Pekerjaan Umum, Balai Wilayah Sungai I, Provinsi NTB

Selain itu juga, untuk memastikan irigasi dapat mengairi seluruh area irigasi di

sekitar bendungan Tanju maka direncanakan akan dibangun siphon di saluran

(17)

16 terdapat permasalahan lahan yang belum dibebaskan, namun pembangunan irigasi

tidak mengalami kendala berat. Sehingga jika pembangunan bendungan Tanju dan

Mila dapat selesai, maka di tahun 2018 jaringan irigasi sudah terintegrasi dengan

pembangunan bendungan dan dapat beroperasi.

4.4. Progress Pembangunan

Bendungan Tanju dan Bendungan Mila termasuk dalam Proyek Strategis Nasional

yang ditetetapkan melalui Peraturan Presiden No.3 Tahun 2016. Selain itu

Bendungan Tanju dan Bendungan Mila terdapat dalam Proyek Prioritas yang

mendapat penekanan di tahun 2018. Skema pendanaan pembangunan bendungan

tanju dan Bendungan Mila direncanakan dilakukan melalui skema Multiyears

Contract (MYC) sebesar Rp. 377,8 Milyar untuk konstruksi dan Rp. 26,8 Milyar

untuk supervisi.

Tabel 6

Alokasi MYC Bendungan Tanju dan Mila

Sumber : Dinas Kementerian Pekerjaan Umum, Balai Wilayah Sungai I, Provinsi NTB

Untuk pembangunan bendungan Tanju diperkirakan diperlukan luas tanah

394,29 ha yang terdiri dari kawasan hutan 220 ha dan Non Kawasan Hutan 174,285

ha. Sedangkan untuk Bendungan Mila diperkirakan dibutuhkan luas tanah 169,78 ha

yang sepenuhnya merupakan kawasan hutan. Secara fisik di sampai dengan bulan

(18)

17 rencana pembangunan yang ditargetkan sebesar sekitar 84%. Seperti halnya

bendungan Tanju, pembangunan bendungan Mila saat ini masih belum seluruhnya

terbangun sesuai dengan rencana, dari rencana pembangunan fisik 68% saat ini

baru terealisasi pembangunan fisik nya sekitar 60%.

Tabel 7

Rekapitulasi Progres Fisik

Sumber : Dinas Kementerian Pekerjaan Umum, Balai Wilayah Sungai I, Provinsi NTB

Gambar 4

Perkembangan Pembangunan Fisik Bendungan Tanju

Gambar 5

(19)

18 Sedangkan untuk realisasi anggaran, dari total Rp. 105,8 T di tahun 2017, masih

terdapat sisa yang belum terserap sebesar Rp. 40,8 T. Khusus untuk termin ke 5 – 6 Tahun 2017, dari yang direncanakan Rp. 71,1 T baru terealisasi Rp. 65,0 T. Masih

terdapat sisa yang belum terserap di termin 5- 6 sebesar Rp. 6,0 T.

Tabel 8

Realisasi Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017

Keterangan :

 Realisasi keuangan terhadap DIPA (Rp. 65,016,799,305 termasuk PPN 10%) merupakan termin ke-5 -6 (thn 2017)

 Realisasi keuangan terhadap MYC (Rp. 199,494,153,100 termasuk PPN 10%) merupakan akumulasi termin 1-6

Sumber : Dinas Kementerian Pekerjaan Umum, Balai Wilayah Sungai I, Provinsi NTB

4.5.Kendala Pelaksanaan

4.5.1. Permasalahan sosial

a. Bendungan Tanju

Permasalahan sosial menjadi kendala utama pembangunan bendungan Tanju

dan bendungan Mila. Untuk kasus bendungan Tanju, permasalahan sosial yang

dihadapi adalah permasalahan relokasi warga yang tinggal lokasi genangan.

Penduduk melakukan pemblokiran akses masuk menuju wilayah pembangunan

bendungan. Hal ini menyebabkan pembangunan bendungan terhambat selama

kurang lebih 2,5 bulan. Saat ini penduduk di daerah genangan telah direlokasi oleh

Pemerintah Daerah dengan difasilitasi oleh Kementerian PU & PERA. Sehingga

pemblokiran oleh warga pada lokasi pembangunan bendungan Tanju telah dibuka

dan kontraktor telah diizinkan untuk bekerja kembali. Namun masih perlu

diantisipasi pemblokiran lanjutan karena sampai dengan saat ini jika ganti rugi

(20)

19

b. Bendungan Mila

Untuk pembangunan bendungan Mila, meskipun pada tahap awal

pembangunannya juga mengalami pemblokiran oleh penduduk sekitar namun saat

ini sudah tidak ada pemblokiran. Permasalahan sosial utama yang dihadapi

bendungan Mila adalah rusaknya daerah vegetasi hutan dikarenakan adanya

penebangan dan pembakaran liar oleh penduduk. Selain itu adanya kebijakan dari

pemerintah daerah kabupaten Dompu untuk meningkatkan perekonomian

masyarakat, pemda mendorong masyarakat untuk mengembangkan budidaya

tanaman jagung di areal sekitar waduk. Hal ini secara tidak langsung dapat

mendorong kerusakan daerah vegetasi di areal sekitar waduk. Rusaknya daerah

vegetasi dikhawatirkan dapat menyebabkan menurunkan debit jumlah air yang

ditampung bendungan Mila.

4.5.2. Ganti Rugi Lahan

a. Bendungan Tanju

Permasalahan lain yang dihadapi untuk pembangunan bendungan Tanju yakni

permasalahan ganti rugi lahan. Pada tahun 2016 dari total 392,3 ha kebutuhan

tanah, baru 60% atau sekitar 386,5 ha yang telah diberikan ganti rugi sebesar Rp.

3.875,0 T. Masih terdapat sekitar 40% lahan yang belum dibebaskan oleh

Pemerintah Daerah Dompu dikarenakan keterbatasan APBD. Telah dilakukan

koordinasi antara Kementerian PU & PERA (Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara I)

dengan Pemerintah Kabupaten Dompu, namun mengingat bendungan Tanju

merupakan Proyek Strategis Nasional maka biaya pembayaran ganti rugi lahan tidak

dapat dilakukan melalui anggaran Kementerian PU & PERA. Untuk itu kebutuhan

ganti rugi lahan sebesar Rp. 1,7 T diusulkan dipenuhi ditahun 2017 melalui skema

LMAN.

Berdasarkan informasi, pembebasan lahan bendungan Tanju belum terdapat

dalam list proyek yang akan dibebaskan lahannya oleh LMAN. Bendungan Tanju

dijadwalkan mulai dioperasikan akhir tahun 2018, dan jika ganti rugi lahan tidak

segera diselesaikan maka dikhawatirkan pembangunan bendungan akan kembali

(21)

20

Tabel 9

Status Tanah Bendungan Tanju

b. Bendungan Mila

Untuk pembangunan bendungan Mila, tidak terdapat kendala dalam

pembebasan lahannya. Hal ini dikarenakan lokasi lahan seluas 169,8 ha yang

rencananya akan dibangun bendungan Mila berada dalam Kawasan hutan.

Koordinasi yang dilakukan hanya melibatkan Kementerian LHK. Saat ini

pembebasan lahan baru terealisasi sekitar 149 ha, untuk sisanya seluas 19,4 yang

direncanakan akan digunakan untuk lokasi spillway (3 ha), disposal 1 (11,06 ha),

disposal 2 (5,07 Ha) dan Direksi Keet (0,65 Ha) telah dilakukakan proses MoU

antara BWS dan KPHL Kabupaten Dompu.

Tabel 10

Status Tanah Bendungan Mila

4.6. Kebutuhan Pendanaan

Berdasarkan informasi yang diperoleh, pada tahun 2016 terdapat penghematan (self

blocking) untuk pembangunan bendungan Tanju dan bendungan Mila sebesar Rp.

Kaw.

220 ha 174,285 394,29 ha 217,68 ha 168,83 386,51 ha 20 ha Yang sudah terealisasi pada TA. 2016 ±60% x Sisa Belum Terbebaskan Kebutuhan Biaya Pembebasan Tanah

(22)

21 31,0 Milyar dan terjadi rekomposisi antar bendungan. Hal ini menyebabkan terdapat

kekurangan pendanaan untuk penyelesaian pembangunan bendungan Tanju dan

Mila.

Tabel 11

Kebutuhan Pembangunan Bendungan Tanju dan Mila

TAHUN DIPA AWAL (Rp. Juta) DIPA REALISASI (Rp. Juta)

DIPA 2015 50.000,0 50.000,0

DIPA 2016 127.557,6 *96.557,6

DIPA 2017 105.790,9 105.790,9

DIPA 2018 94.456,2 **94.456,2

Jumlah 377.804,8 346.804,8

Selisih Kebutuhan - 31.000,0

Kontrak 357.168,9 357.168,9

* Penghematan sebesar 31 Milyar ** Perkiraan Realisasi (akhir periode pembangunan)

Berdasarkan informasi yang diperoleh, saat ini sudah tidak terdapat lagi

permasalahan dalam pendanaan bendungan Tanju dan Mila karena telah dilakukan

rekomposisi. Sehingga bendungan Tanju dan Mila optimis dapat diselesaikan

dengan asumsi tidak adanya lagi permasalahan lahan/ganti rugi lahan. Namun

sebagai catatan, rekomposisi pendanaan MYC dapat berakibat pada terhambatnya

penyelesaian proyek prioritas. Untuk itu, rekomposisi pendanaan MYC hendaknya

tetap memperhatikan target – target pencapaian prioritas dalam RPJMN dan RKP.

4.7.Rencana Penyelesaian Pembangunan Bendungan Tanju dan Mila

Pembangunan bendungan Tanju dan Mila sudah memasuki tahap akhir, dan

ditargetkan untuk dilakukan pervonding (perendaman) di akhir di tahun 2017.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, beberapa hal yang perlu menjadi

perhatian agar penyelesaian pembangunan bendungan tidak terhambat adalah

sebagai berikut:

a. Permasalahan Sosial

 Perlu dilakukan sosialisasi dan pendekatan dengan berkoordinasi dengan

(23)

22 pemblokiran yang dapat menghambat penyelesaian pembangunan bendungan

yang pada akhirnya akan merugikan penduduk setempat karena bendungan

tidak dapat segera dioperasikan.

 Perlu dilakukan sosialisasi dan pendekatan oleh Pemerintah Daerah dan

Kementerian LHK terkait dampak penebangan pohon/pembakaran pohon di

Kawasan Hutan disekitar pembangunan bendungan Mila.

b. Penyelesaian Ganti Rugi lahan

 Perlu untuk dilakukan koordinasi antara Kementerian PPN/Bappenas,

Kementerian Keuangan dan Kementerian PU & PERA untuk memastikan

penggantian lahan bendungan Tanju ada dalam rencana penggantian lahan

LMAN di tahun 2017

 Apabila proses penggantian lahan tidak dimungkinkan di Tahun 2017, maka

diusulkan penggantian lahan dapat dipenuhi di 2018. Hal ini untuk memastikan

target penyelesaian pembangunan bendungan dapat diselesaikan di Tahun 2018.

5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1.KESIMPULAN

 Peraturan Presiden (Perpres) No. 2/2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 mengamanatkan pembangunan 65

bendungan (49 waduk baru dan 16 waduk lanjutan), 29 waduk diantaranya

ditargetkan selesai di 2019.

 Pembangunan bendungan memiliki peranan dalam pencapaian target Prioritas

Nasional Ketahanan Pangan, terutama terkait fungsinya sebagai sarana dan

prasarana pertanian mendukung irigasi. Untuk itu dengan diselesaikannya

pembangunan 29 waduk di 2019 diharapkan dapat berkontribusi 13%

menyediakan air irigasi persawahan.

 Target pembangunan bendungan memberikan konsekuensi besar dalam

pendanaan. Pemerintah diperkirakan harus menyiapkan pendanaan sebesar Rp.

(24)

23

 Untuk menjamin kesinambungan pendanaannya, pendanaan untuk

pembangunan bendungan dilakukan melalui skema Multi Years Contract (MYC).

Beberapa isu yang perlu menjadi perhatian melalui skema MYC :

o Penumpukan kebutuhan pendanaan di satu titik tahun yang sama untuk

beberapa waduk karena telah memasuki siklus tahun ke 2 dan ke 3

o Rekomposisi yang dapat menghambat penyelesaian pembangunan waduk.

 Pada Tahun 2019, untuk menuntaskan RPJMN diperkirakan dibutuhkan

pendanaan sebesar Rp. 12,8 T, atau meningkat hampir dua kali lipat

dibandingkan rencana tahun 2018 sebesar Rp. 7,4 T. Dari total Rp. 12,8 T

tersebut, sekitar hampir 70,2% nya atau Rp. 9,0 T merupakan kebutuhan untuk

pembangunan bendungan yang terkait dengan irigasi dan setidaknya Rp. 2,1 T

harus dipastikan pendanaannya karena digunakan untuk penyelesaian

pembangunan dan groubreaking bendungan baru yang terkait dengan irigasi.  Terkait kebutuhan pendanaan untuk pengadaan lahan terdapat isu :

o Belum seluruh bendungan terjamin pengadaan lahannya oleh LMAN. Hanya

bendungan yang termasuk dalam Perpres No. 58/2017 tentang Perubahan

atas Perpres 3/2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis

Nasional pembebasan lahan telah dilakukan melalui LMAN.

o Untuk itu dalam pembangunan bendungan baru tetap harus

mempertimbangkan penyediaan lahannya. Jika pengadaan lahan masih

belum terjamin maka dapat menimbulkan permasalahan sosial dan

menghambat pembangunan bendungan.

 Berdasarkan studi kasus, permasalahan sosial masih menjadi kendala utama

dalam pembangunan bendungan, terutama terkait realokasi/pemukiman

kembali penduduk yang terkena dampak pembangunan bendungan serta ganti

rugi lahan.

 Sampai saat ini pembangunan bendungan Tanju dan Mila masih terdapat

kendala penggantian lahan karena Bendungan Tanju dan Mila belum terdapat

dalam list LMAN. Apabila belum terdapat kepastian dalam penggantian lahan

maka dikhawatirkan akan terjadi pemblokiran oleh warga dan menyebabkan

terhambatnya penyelesaian pembangunan bendungan Tanju dan Mila.

 Permasalahan lain yang muncul dari studi kasus yang dilakukan, adanya

(25)

24 penyelesaian pembangunan bendungan Tanju dan Mila. Untuk kedepan

selfblocking ataupun rekomposisi harus tetap mempertimbangkan pencapaian

target prioritas RKP, sehingga tidak menghambat penyelesaian dari proyek – proyek prioritas.

5.2.REKOMENDASI

 Untuk sumber pendanaan pembangunan bendungan saat ini masih terbatas pada

rupiah murni. Hanya sekitar kurang dari 10%nya berasal dari PHLN. Dengan

terbatasnya skema pendanaan, perlu untuk dijajaki alternatif sumber pendanaan

lain seperti skema KPBU atau AP, meskipun alternatif bendungan yang layak di

KPBU masih sangat terbatas.

 Tahun 2019 merupakan tahun terakhir RPJMN 2015 – 2019, untuk tahun 2019

direncanakan akan diselesaikan pembangunan 11 bendungan (10 bendungan

irigasi), 8 bendungan akan di groundbreaking. Untuk itu diperlukan prioritasi

pemenuhan kebutuhan pendanaan.

 Perlu pengawalan Bappenas dalam mekanisme MYC, termasuk rekomposisi

pendanaan yang dilakukan. Rekomposisi yang dilakukan hendaknya tetap

memperhatikan target – target prioritas dalam RPJMN dan RKP sehingga tidak mengganggu pencapaian target.

 Peningkatan koordinasi antar stakeholder Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah

dan Masyarakat terdampak untuk mengurangi permasalahan sosial yang dapat

menghambat pembangunan bendungan.

 Perlu adanya keterlibatan Bappenas dalam menentukan proyek – proyek yang masuk dalam list penjaminan LMAN

Gambar

Grafik 1 Sasaran Pembangunan Bendungan 2015 - 2019
Grafik 2 Kontribusi Waduk Terhadap Ketersediaan Air Irigasi Persawahan
Grafik 4
Tabel 1
+7

Referensi

Dokumen terkait