• Tidak ada hasil yang ditemukan

BITUMEN PADAT MUARA SELAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BITUMEN PADAT MUARA SELAYA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN “OUTCROP DRILLING”

DAERAH MUARA SELAYA, PROVINSI RIAU

Oleh :

Deddy Amarullah dan Dede Ibnu Suhada

Kelompok Program Penelitian Energi Fosil

ABSTRAK

Sesuai dengan kebijakan pemerintah, pada tahun anggara 2006 Kelompok Kerja Energi Fosil telah melakukan inventarisasi bitumen padat dengan “outcrop drilling” didaerah Muara Selaya, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Secara geografis daerah Muara Selaya terletak pada koordinat antara 0000’00,00” - 0007’00” Lintang Selatan dan 100055’00” – 101000’00” Bujur Timur.

Secara geologi daerah Inventarisasi merupakan cekungan kecil tipe “intra montane” yang termasuk kedalam Peta Geologi lembar Solok (Silitonga P.H. dan Kastowo, 1995), dan merupakan salah satu bagian dari Cekungan Sumatera Tengah. Formasi yang dianggap sebagai pembawa bitumen padat adalah Anggota Bawah Formasi Telisa yang berumur Miosen Bawah, perlapisannya membentuk sinklin yang sumbunya berarah baratlaut-tenggara. Kemiringan lapisan batuan pada sayap sinklin bagian timurlaut berkisar antara 4o-85o, dan kemiringan lapisan pada sayap sinklin bagian baratdaya berkisar antara 15o-75o. Di beberapa tempat perlapisan tersebut mengalami pensesaran yang berarah baratdaya-timurlaut.

Didaerah Inventarisasi terdapat 5 (lima) blok bitumen padat, di blok I pada sayap sinklin bagian timurlaut terdapat 8 (delapan) lapisan, tebalnya berkisar antara 0,20 m – 8,55 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 300 m. Pada sayap bagian baratdaya terdapat 4 (empat) lapisan, tebalnya berkisar antara 1,40 m – 2,85 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 250 m.

Bitumen padat di blok II pada sayap sinklin bagian timurlaut sebanyak 1(satu) lapisan, tebalnya sekitar 2,55 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Jumlah lapisan pada sayap sinklin bagian baratdaya sebanyak 1(satu) lapisan, tebalnya > 1,20 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m.

Bitumen padat di blok III pada sayap sinklin bagian timurlaut terdiri dari 2 (dua) lapisan, tebalnya berkisar antara 0,30 m – 3,90 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Bitumen padat untuk sayap sinklin bagian baratdaya sebanyak 8 (delapan) lapisan, tebal lapisan berkisar antara 0,30 m – 9,25 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 400 m.

Bitumen padat di blok IV pada sayap sinklin bagian timurlaut hanya 1 (satu) lapisan, tebal lapisan sekitar 2,80 m, sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 200 m. Bitumen padat pada sayap sinklin bagian baratdaya hanya 1 (satu) lapisan, tebal total lapisan sekitar 7,60 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 400 m.

Bitumen padat di blok V hanya ditemukan 1 (satu) lapisan pada sayap sinklin bagian timurlaut, tebal total lapisan sekitar 4,00 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 300 m.

1. PENDAHULUAN

Dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kegiatan pendataan dan informasi sumberdaya energi, Pusat Sumberdaya Geologi Tahun Anggaran 2006 telah melakukan inventarisasi endapan bitumen padat dengan outcrop drilling di daerah Muara Selaya, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Didaerah tersebut terdapat

potensi sumberdaya bitumen padat yang mempunyai peluang untuk dikembangkan menjadi sumberdaya energi alternatif.

(2)

Selain itu juga untuk mengetahui kuantitas dan kualitas sumberdaya bitumen padat di daerah tersebut di atas.

Daerah inventarisasi termasuk dalam wilayah Desa Muara Selaya, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Secara geografis daerah ini terletak diantara koordinat 0000’00,00” - 0007’00” Lintang Selatan dan 100055’00” – 101000’00” Bujur Timur. Lokasi tersebut terletak sekitar 60 km. sebelah baratdaya Pekanbaru.

2. GEOLOGI UMUM

Daerah Inventarisasi termasuk dalam Peta Geologi Lembar Solok yang disusun oleh Silitonga P.H. dan Kastowo (1995). Berdasarkan kerangka tektonik Cekungan Sedimen Tersier Indonesia bagian Barat (Koesoemadinata R.P. & Pulunggono, 1975) Peta Geologi Lembar Solok merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Tengah. Didalam Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa sub cekungan. Daerah Inventarisasi merupakan sub cekungan kecil yang termasuk dalam kelompok Cekungan ”Intra Montane” (Sub Cekungan Sumatera Tengah) yang dibatasi oleh batuan Pra Tersier sebagai batuan dasar.

Menurut Mertosono dan Nayoan (1974) sedimentasi Cekungan Sumatera Tengah dimulai pada Paleogen, yang dicirikan oleh batulempung, serpih karbonan, batupasir halus dan batulanau yang diendapkan pada lingkungan ”fluvio”-”lacustrine”-”paludal”, disebut sebagai Formasi Pematang. Selanjutnya pada Awal Miosen terjadi fase transgresi yang dicirikan oleh batupasir, serpih, batulanau, batubara dan gamping yang diendapkan dalam lingkungan ”fluvial channel” hingga laut terbuka, disebut sebagai Kelompok Sihapas dan Formasi Telisa. Fase regresi terjadi pada Miosen Tengah-Plio Plistosen, dicirikan oleh serpih berwarna abu-abu kehijau-hijauan dan batupasir yang disebut Formasi Petani, diendapkan dalam lingkungan payau (”brackish”).

Pola tektonik Sumatera Tengah dicirikan oleh struktur-struktur ”horst” & ”graben” atau sesar bongkah dan sesar geser (Mertosono & Nayoan, 1974). Sistim Sesar Bongkah yang berarah Baratlaut-Tenggara membentuk deretan horst & graben yang mengendalikan pola pengendapan sedimen Tersier Awal.

3. GEOLOGI DAERAH INVENTARISASI

Berdasarkan aspek morfologi daerah inventarisasi dapat dipisahkan menjadi satuan morfologi perbukitan berlereng landai dan satuan morfologi perbukitan berlereng sedang. Satuan morfologi berlereng landai menempati bagian tengah daerah inventarisasi, ketinggian satuan ini berkisar antara 100 m - 200 m diatas permukaan laut, pola pengalirannya adalah sub trellis. Litologi yang menyusun morfologi satuan ini umumnya adalah batuan sedimen berumur Tersier. Satuan morfologi berlereng sedang mengelilingi perbukitan berlereng landai, ketinggian satuan ini berkisar antara 100 m - 350 m, pola pengalirannya adalah trellis. Litologi yang menyusun morfologi satuan ini umumnya adalah batuan berumur Pra Tersier.

Daerah Muara Selaya merupakan suatu cekungan kecil yang disusun oleh batuan berumur Pra Tersier yang berfungsi sebagai batuan dasar dan batuan berumur Tersier, urutan stratigrafi dari bawah ke atas adalah sebagai berikut.

Batuan Pra Tersier

Anggota Bawah Formasi Kuantan terdiri dari kuarsit dan batupasir sisipan filit, batusabak, serpih, batuan gunungapi, tuf klorit, konglomerat dan rijang. tersebar di bagian baratdaya daerah inventarisasi, yaitu disekitar daerah Ludai. Anggota Batugamping Formasi Kuantan terdiri dari batugamping, batusabak, filit, serpih terkersikan dan kuarsit, tersingkap di S. Batukuda. Anggota Filit dan Serpih Formasi Kuantan terdiri dari serpih, filit sisipan batusabak, kuarsit, batulanau, rijang dan aliran lava, tersingkap di bagian hulu S. Lengkuas. Umur Formasi Kuantan adalah Perm sampai Karbon (Silitonga PH dan Kastowo, 1995).

Batuan Tersier

(3)

dari batulempung dengan sisipan batupasir dan batupasir glaukonitan, berumur Miosen Atas.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran jurus kemiringan lapisan batuan di lapangan, daerah inventarisasi membentuk sinklin yang sumbunya berarah baratlaut-tenggara. Kemiringan lapisan batuan pada sayap sinklin bagian timurlaut berkisar antara 4o-85o, dan kemiringan lapisan pada sayap sinklin bagian baratdaya berkisar antara 15o -75o. Besar sudut kemiringan yang sangat bervariasi pada beberapa singkapan yang jaraknya berdekatan mencirikan bahwa didaerah inventarisasi telah terjadi pensesaran. Dari hasil rekonstruksi singkapan-singkapan yang ditemukan diperkirakan terdapat tiga sesar yang berarah baratdaya-timurlaut.

4. BITUMEN PADAT

Dari hasil pemetaan geologi ditemukan sekitar 31 singkapan batuan, sedangkan pemboran yang dapat dikerjakan sebanyak 5 (lima) lubang bor. Didaerah inventarisasi terdapat 5 blok singkapan, yaitu Blok I terletak dibagian baratlaut atau sekitar S. Danau, Blok II terletak sebelah tenggara Blok I, Blok III terletak sebelah tenggara Blok II, Blok IV terletak sebelah tenggara Blok III dan Blok V terletak dibagian tenggara daerah inventarisasi (lihat peta geologi dan sebaran bitumen padat).

Berdasarkan data singkapan dan pemboran terdapat banyak lapisan batuan yang dianggap sebagai bitumen padat, yaitu coaly shale, coaly clay, shale, carbonaceous shale, carbonaceous clay dan dull coal. Walaupun dull coal (batubara kusam) dianggap sebagai bitumen padat tetapi tidak dijadikan target utama karena didaerah ini juga telah dilakukan inventarisasi batubara secara tersendiri, oleh karena itu khusus untuk batubara tidak diambil sampelnya.

Bitumen padat didaerah Muara Selaya membentuk sinklin yang sumbunya berarah baratlaut-tenggara. Bitumen padat di blok I pada sayap sinklin bagian timurlaut sebanyak 8 (delapan) lapisan, tebalnya berkisar antara 0,20 m – 8,55 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 300m. Pada sayap bagian baratdaya terdiri dari 4 (empat) lapisan, tebalnya berkisar antara 1,40 m – 2,85 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 250 m.

Bitumen padat di blok II pada sayap sinklin bagian timurlaut sebanyak 1 (satu) lapisan, tebalnya sekitar 2,55 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Pada sayap sinklin bagian baratdaya sebanyak 1(satu) lapisan, tebalnya > 1,20 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m.

Bitumen padat di blok III pada sayap sinklin bagian timurlaut terdiri dari 2 (dua) lapisan, tebalnya berkisar antara 0,30 m – 3,90 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Pada sayap sinklin bagian baratdaya terdiri dari 8 (delapan) lapisan, tebal lapisan berkisar antara 0,30 m – 9,25 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 400 m.

Bitumen padat di blok IV pada sayap sinklin bagian timurlaut hanya 1 (satu) lapisan, tebal lapisan sekitar 2,80 m, sebaran kearah jurus sekitar 200 m. Pada sayap sinklin bagian baratdaya hanya 1 (satu) lapisan, tebal lapisan sekitar 7,60 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 400 m.

Bitumen padat di blok V hanya ditemukan 1 (satu) lapisan pada sayap sinklin bagian timurlaut, tebal lapisan sekitar 4,00 m, panjang sebaran kearah jurus sekitar 300 m.

Jumlah lapisan batuan yang dianggap sebagai bitumen padat didaerah Muara Selaya cukup melimpah, namun kandungan minyak dari lapisan-lapisan tersebut belum diketahui. Sebaran lapisan-lapisan tersebut tidak terlalu luas karena cekungan yang dianggap sebagai wadah formasi pembawa bitumen padat hanya merupakan cekungan kecil.

Lokasi daerah inventarisasi masih agak sulit untuk dicapai karena jalan masuk dari Lipat Kain yang jaraknya sekitar 50 km masih merupakan jalan tanah yang sebagian sudah diperkeras, dan masih banyak jembatan-jembatan yang kondisinya tidak sesuai untuk dilalui kendaraan roda empat, terutama antara Muara Selaya dengan Durian Tumbang.

(4)

Berhubung kandungan minyak pada bitumen padat daerah Muara Selaya belum diketahui, maka prospek pemanfaatan dan pengembangannya belum bisa dibahas.

4. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut

1. Daerah Muara Selaya merupakan suatu cekungan kecil yang disusun oleh batuan berumur Pra Tersier yang berfungsi sebagai batuan dasar dan batuan berumur Tersier.

2. Anggota Bawah Formasi Telisa, dianggap sebagai formasi yang mengandung endapan bitumen padat terdiri dari batulempung, batulanau, batubara, serpih dan batupasir, berumur Miosen Bawah.

3. Didaerah Inventarisasi, Anggota Bawah Formasi Telisa membentuk sinklin yang sumbunya berarah baratlaut-tenggara. 4. Kemiringan lapisan batuan pada sayap

sinklin bagian timurlaut berkisar antara 4o -85o, dan kemiringan lapisan pada sayap sinklin bagian baratdaya berkisar antara 15o-75o. Besar sudut kemiringan yang sangat bervariasi pada beberapa singkapan yang jaraknya berdekatan mencirikan bahwa didaerah inventarisasi telah terjadi pensesaran. Dari hasil rekonstruksi singkapan-singkapan yang ditemukan diperkirakan terdapat tiga sesar yang berarah baratdaya-timurlaut.

5.Dari hasil pemetaan geologi ditemukan sekitar 31 singkapan batuan, sedangkan pemboran yang dapat dikerjakan sebanyak 5 (lima) lubang bor.

6.Singkapan yang terdapat didaerah inventarisasi ditemukan secara berkelompok, oleh karena itu pembahasannya juga dikelompokan menjadi 5 kelompok atau blok. Blok I terletak dibagian baratlaut atau sekitar S. Danau, Blok II terletak sebelah tenggara Blok I, Blok III terletak sebelah tenggara Blok II, Blok IV terletak sebelah tenggara Blok III dan Blok V terletak dibagian tenggara daerah inventarisasi.

7. Endapan yang dianggap sebagai bitumen padat didaerah Muara Selaya adalah sebagai berikut

Di blok I pada sayap sinklin bagian timurlaut terdapat 8 (delapan) lapisan, tebalnya antara 0,20 m – 8,55 m, sebaran kearah jurus ekitar 300 m. Pada sayap bagian baratdaya terdapat 4 (empat) lapisan, tebalnya antara 1,40 m – 2,85 m, sebaran kearah jurus sekitar 250 m.

Bitumen padat di blok II pada sayap sinklin bagian timurlaut sebanyak 1(satu) lapisan, tebalnya sekitar 2,55 m, sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Jumlah lapisan pada sayap sinklin bagian baratdaya sebanyak 1(satu) lapisan, tebalnya > 1,20 m, sebaran kearah jurus sekitar 150 m.

Bitumen padat di blok III pada sayap sinklin bagian timurlaut sebanyak 2 (dua) lapisan, tebalnya antara 0,30 m – 3,90 m, sebaran kearah jurus sekitar 150 m. Bitumen padat pada sayap sinklin bagian baratdaya sebanyak 8 (delapan) lapisan, tebal lapisan antara 0,30 m – 9,25 m, sebaran kearah jurus sekitar 400 m.

Bitumen padat di blok IV pada sayap sinklin bagian timurlaut hanya 1 (satu) lapisan, tebal lapisan sekitar 2,80 m, sebaran kearah jurus sekitar 200 m. Bitumen padat pada sayap sinklin bagian baratdaya hanya 1 (satu) lapisan, tebal lapisan sekitar 7,60 m, sebaran kearah jurus sekitar 400 m.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

- Amarullah D., 2001 :

Penyelidikan

Pendahuluan Bitumen Padat

didaerah Tangko Kabupaten

Kuantan Singingi, Provinsi

Riau

, DIM, Laporan.

- Ari Dinarna T., 2004 :

Inventarisasi dan

Evaluasi Endapan Bitumen

Padat Kab. Kuantan Singingi

dan Kab. Kampar, Prov. Riau

,

DIM, Laporan.

- De Coster G.L., 1974 :

The Geology of

Central Sumatera Basins,

Proceeding Indonesian

Petroleum Assoc., 4

th

Annual

Convention.

- Koesoemadinata R.P. & Hardjono,

1977 :

Kerangka

SedimenterEndapan Batubara

Tersier Indonesia,

Pertemuan

Ilmiah Tahunan Ke VI, IAGI.

- Koesoemadinata R.P. & Pulunggono A.,

1975 :

Geology of The

Shouthern Sunda in reference

to the tectonic framework of

Tertiary sedimentary basins of

Western Indonesia,

IAGI,

Vol.2.

- Mertosono S. & Nayoan G.A.S., 1974 :

The

Tertiary Basinal area of

Central Sumatera,

Proceeding

Indenesian Petroleum Assoc.,

3

rd

Annual Convention.

- Silitonga P.H. & Kastowo, 1995 :

Peta

Geologi Lembar Solok,

Sumatera,

Peta Geologi

bersistem Sumatera, PPPG,

Bandung.

Tabel 1. Stratigrafi Daerah Muara Selaya (sumber : Silitonga & Kastowo,1995)

UMUR FORMASI &

ANGGOTA PEMERIAN

AKHIR Anggota Bawah

F.Palembang Batulempung sisipan batupasir dan batupasir glaukonitan TENGAH Anggota Atas F.Telisa Serpih,batugamping napalan sisipan tuf andesit

MI

OSE

N

AWAL Anggota Bawah

F.Telisa Batulempung, batulanau, batubara, serpih dan batupasir

OLIGOSEN

TERSIER

EOSEN

TRIAS

PERM

KARBON

Anggota Filit & Serpih F. Kuantan Anggota

Btgamping

F.Kuantan Anggota Bawah F.Kuantan

Angota Filit &serpih terdiri dari serpih,filit sisipan slate,kuarsit,batulanau,rijang &lava

Anggota Btgamping terdiri dari btgamping,slate, kuarsit,serpih terkersikan

(6)

Tabel 2. Endapan Bitumen Padat Daerah Muara Selaya

Blok

Jumlah

Lapisan

Nomor

Lapisan

Jenis

Bitumen

Padat

Tebal

lapisan

(m)

Panjang

Sebaran

(m)

Keterangan

I-1TL Dull coal > 0,20 100

I-2TL

Coaly shale sisipan dull coal

1,85 300

I-3TL

Dull coal,coaly shale & coaly clay

8,55 300

I-4TL Coaly clay &

dull coal 3,50 300

I-5TL Dull coal 0,60 100 I-6TL Carbonaceous

clay >1,00 300

I-7TL Coaly shale 0,30 100 8

I-8TL Dull coal &

coaly shale 1,10 300

Sayap sinklin bagian timurlaut

I-1BD Coaly shale &

dull coal 1,40 250

I-2BD Coaly shale &

dull coal 2,85 250

I-3BD Coaly shale 2,20 250 I

4

I-4BD Coaly shale 2,10 250

Sayap sinklin bagian baratdaya

1 II-1TL Coaly clay 2,55 150 Sayap sinklin bagian timurlaut

II

1 II-1BD Dull coal &

coaly clay >1,20 150

Sayap sinklin bagian baratdaya

III-1TL Coaly shale 0,30 100

III 2 III-2TL

Carb.shale, coaly shale, dull coal,carb clay

3,50 150

Sayap sinklin bagian timurlaut

III-1BD Coaly shale 1,49 400 III-2BD Dull coal 0,80 100 III-3BD Dull coal 0,40 100 III-4BD Coaly shale, 2,53 400

III-5BD

Coaly shale, dull coal, carb clay

2,65 100

III-6BD Dull coal 0,35 100 III-7BD Dull coal 0,35 100

III 8

III-8BD Coaly shale &

dull coal 9,25 400

Sayap sinklin bagian baratdaya

1 IV-1TL Dull coal &

coaly shla 2,80 200

Sayap sinklin bagian timurlaut

IV

1 IV-1BD Dull coal &

coaly shla 7,60 400

Sayap sinklin bagian baratdaya

V 1 V-1TL Dull coal &

coaly shla 4,10 300

(7)

Gambar

Tabel 1. Stratigrafi Daerah Muara Selaya
Tabel 2. Endapan Bitumen Padat Daerah Muara Selaya

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi

Materi yang menjadi pokok bahasan mata kuliah ini mencakupi: (1) permasalahan pembelajaran IPS di SD dan penyebabnya; (2) alternatif solusi pemecahan permasalahan

Hasil belajar merupakan suatu gambaran dari penguasaan kemampuan para peserta didik.Sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu.Setiap usaha yang

Spesifikasi Kebutuhan Spesifikasi System Perancangan System Detail Perancangan Acceptance Test plan System I ntegration Test plan Sub-System I ntegration Test plan Module and

Dan merupakan suatu hal yang biasa bahwa beberapa kalimat dalam bahasa natural untuk mendeskripsikan kejadian/objek yang mengalami perubahan tsb. juga mengalami

[r]

Pada hari ini Rabu Tanggal Lima Belas Bulan Januari Tahun Dua Ribu Empat Belas bertempat di Sekretariat Panitia Pengadaan Barang dan Jasa (P2BJ) di Lingkungan Dinas

Demikian agar menjadi maklum dan atas perhatian saudara-saudara kami mengucapkan