• Tidak ada hasil yang ditemukan

Downloud Kisi-kisi Materi PLPG Guru Kelas SD dan TK 2016 Informasi Seputar Pendidikan GURU KELAS SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Downloud Kisi-kisi Materi PLPG Guru Kelas SD dan TK 2016 Informasi Seputar Pendidikan GURU KELAS SD"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN

GURU KELAS SD

BAB I

HAKIKAT BAHASA DAN PEMEROLEHAN BAHASA

Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd.

Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd.

Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd.

Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed.

Widya Karmila Sari Achmad, S.Pd., M.Pd.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

(2)

1

BAB I

HAKIKAT BAHASA DAN PEMEROLEHAN BAHASA

A.Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Setelah Anda mengkaji unit 1, kompetensi yang diharapkan adalah Anda dapat memahami hakikat bahasa dan pemerolehan bahasa dengan indikator (1) menjelaskan hakikat bahasa Indonesia melalui ilustrasi kasus, (2) mengemukakan hakikat pemerolehan bahasa melalui ilustrasi kasus.

B. Uraian Materi

1. Hakikat Bahasa Indonesia Pengertian Bahasa

Kata bahasa tidaklah asing bagi kita. Setiap hari kita menggunakan bahasa. Dalam aktivitas untuk berkomunikasi digunakan bahasa, tidak ada peradaban tanpa bahasa tulis. Pernyataan tersebut menunjukkan betapa pentingnya peranan bahasa bagi perkembangan manusia dan kemanusiaan. Namun, apakah setiap alat komunikasi dapat disebut bahasa? Apakah penanda khusus bahasa manusia sebagai alat komunikasi yang membedakan dengan alat komunikasi yang lain? Perhatikan ilustarsi kasus berikut ini.

Pada suatu hari dalam perjalanan menumpangi mobil angkot. Dua penumpang yang masih muda belia tertawa, tetapi tidak terdengar mereka melakukan interaksi secara verbal. Karena penasaran, saya mencoba memperhatikan apa yang mereka lakukan. Ternyata mereka adalah siswa-siswa tuna rungu sedang asyik berkomunikasi, akan tetapi komunikasi yang dilakukan tidak menggunakan bahasa. Mereka menggunakan jari -jari tangan untuk berkomunikasi. Dengan demikian mereka menggunakan bahasa isyarat. Kasus lain, ketika mengikuti kegiatan perkemahan pramuka. Hanya bunyi sempruitan dan sandi morse serta menggerakkan bendera, mereka sudah berkumpul di lapangan.

(3)

2

bahasa Indonesia atau bahasa yang lain. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Akan tetapi menggunakan alat-alat/tanda misalnya dengan gerakan jari tangan, ekspresi wajah, menggunakan benda-benda tertentu.

Perlu pula diperhatikan bahwa tidak semua ujaran atau bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia dapat dikatakan bahasa, karena ujaran dapat dikatakan sebagai bahasa apabila mengandung makna. Perhatikan kata [kelinci], [hotel], [sakit], adalah contoh kata yang mempunyai makna dan dapat disebut bahasa. Lain halnya [dskhj], [ahjgt], merupakan contoh bunyi yang tidak bermakna atau bukan bahasa.

Secara konvensional disepakati bahwa setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentu pula. Kesatuan-kesatuan arus ujaran yang mengandung suatu makna tertentu, secara bersama-sama membentuk perbendaharaan kata dari suatu masyarakat bahasa. Perbendaharaan kata tersebut dapat berfungsi apabila suatu arus ujaran mengadakan inter-relasi antar anggota-anggota masyarakat. Penyusunan kata mengikuti kaidah tertentu yang bila diucapkan dapat mengikuti gelombang ujaran.

Sifat-sifat Bahasa

Sebagai alat komunikasi, bahasa mengandung beberapa sifat, yaitu: (a) Sistematik, (b) Mana suka, (c) Ujaran, (d) Manusiawi, dan (e) Komunikatif.

Bahasa dikatakan bersifat sistematik karena bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus ditaati agar dapat dipahami oleh pemakainya. Bahasa diatur oleh dua sistem yaitu sistem bunyi dan sistem makna.

(4)

3 2. Pemerolehan Bahasa Anak

Terdapat dua keterampilan yang dilibatkan dalam pemerolehan bahasa anak, yaitu kemampuan untuk menghasilkan tuturan secara spontan dan kemampuan memahami tuturan orang lain. Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman atau pun pengungkapan secara alami, tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal (Tarigan dkk, 1998). Dengan demikian, proses pemerolehan bahasa adalah merupakan proses bawah sadar. Penguasaan bahasa tidak disadari dan tidak dipengaruhi oleh pengajaran yang secara eksplisit tentang sistem kaidah yang ada di dalam bahasa kedua. Berbeda dengan proses pembelajaran, adalah proses yang dilakukan secara sengaja atau secara sadar dilakukan oleh pembelajar di dalam menguasai bahasa.

Adapun karakteristik pemerolehan bahasa menurut Tarigan dkk (1998) adalah: (a) Berlangsung dalam situasi informal, anak-anak belajar bahasa tanpa beban, dan di luar sekolah; (b) pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembaga -lembaga pendidikan seperti sekolah atau kursus (dilakukan tanpa sadar atau secara spontan; (c) Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang bermakna bagi anak.

Waktu Pemerolehan Bahasa Dimulai

Sejak Kapankah sebenarnya anak mulai berbahasa? Karena berbahasa mencakup komprehensif maupun produksi. Oleh karena itu maka sebenarnya anak sudah mulai berbahasa sebelum dia dilahirkan. Melalui saluran intrauterine anak telah terekspos pada bahasa manusia waktu dia masih janin. Kata-kata dari ibunya tiap hari dia dengar dan secara biologis kata-kata itu '`masuk" ke janin. Kata-kata ibunya ini rupanya "tertanam" pa da janin anak. Itulah salah satu sebabnya mengapa di mana pun anak selalu lebih dekat pada ibunya daripada ayahnya. Seorang anak yang menangis akan berhenti menangisnya bila digendong oleh ibunya.

(5)

4

untuk minta digendong. Ketika itulah bayi pertama kali mengenal sosialisasi dan merasakan bahwa dunia ini adalah tempat orang saling berbagi rasa.

Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal dapat disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Ketika pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa, kini telah memperoleh satu bahasa.

Bahasa Siswa Sekolah Dasar (SD)

Kemampuan berbahasa anak berkembang bersama-sama pertambahan usianya. Ketika baru lahir seorang bayi tidak berdaya. la hanya dapat meronta dan menangis jika basah, lapar atau sakit. Pada usia tiga minggu ia dapat tersenyum dan mulai bereaksi terhadap rangsangan. Pada usia dua atau tiga bulan ia mulai mengeluarkan bunyi-bunyi vokal. Kira-kira pada usia enam bulan ia mulai pandai mengucapkan suku-suku kata dan tak lama kemudian meraban. Menjelang usia satu tahun, biasanya ia sudah memahami beberapa nama benda dan dapat mengucapkan kata-kata seperti papa, mama, baba dan sebagainya. Setelah berumur satu tahun, ia pandai membuat kalimat satu kata.

Pada usia menjelang dua tahun ia sudah dapat membuat kalimat dua kata. Perkembangan selanjutnya berlangsung cepat. Perbendaharaan katanya bertambah dengan pesat, demikian pula kemampuannya dalam membuat kalimat yang lebih panjang. la sering kali mencoba menggunakan kata-kata baru, meniru orang dewasa. Pada usia prasekolah ia boleh dikatakan telah menguasai bahasa ibunya seperti orang dewasa di sekitarnya.

(6)

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN

GURU KELAS SD

BAB II

DASAR-DASAR DAN KAIDAH BAHASA INDONESIA SEBAGAI RUJUKAN

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd.

Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd.

Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd.

Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed.

Widya Karmila Sari Achmad, S.Pd., M.Pd.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

(7)

1

BAB II

DASAR-DASAR DAN KAIDAH BAHASA INDONESIA SEBAGAI RUJUKAN

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

A.Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan Anda dapat menguasai dasar-dasar dan kaidah bahasa Indonesia sebagai rujukan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dengan indikator (1) mengkategorikan penggunaan huruf kapital yang benar dalam kalimat, (2) menyusun huruf miring yang benar dalam kalimat melalui ilustrasi, (3) menerapkan penggunaan tanda baca yang benar (koma, titk dua, dan tanda seru) melalui sajian kalimat.

B. Uraian Materi

1. Penggunaan Huruf Kapital atau Huruf Besar yang Benar Dalam Kalimat Huruf kapital dipakai pada huruf pertama:

a. Petika la gsu g, isal ya: Adik berta ya, “Kapa kita pula g?”

b. Dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan, misalnya: Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Weda, Islam, Kristen, Budha, bimbinglah hamba-Mu.

c. Nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang, misalnya: Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Nabi Ibrahim. (Huruf kapital tidak dipakai bila tidak diikuti nama orang, misalnya: Ia naik haji tahun lalu, ia diangkat menjadi sultan).

d. Unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat, misalnya: Presiden Jokowi, Jaksa Agung, Profesor Supomo. (Huruf kapital tidak dipakai bila tidak diikuti nama orang atau nama tempat, misalnya: Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?

(8)

2

g. Nama geografi, seperti: Maros, Danau Tempe, Gunung Latimojong, Sungai Saddang, Selat Makassar, Teluk Bone. (Huruf kapital tidak dipakai bila tidak diikuti nama, misalnya: saya mandi di sungai, berlayar ke teluk.

h. Setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah, dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi, misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.

i. Semua kata (termasuk kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, yang, untuk, yang tidak terletak pada posisi awal, seperti: “Dari A e Maria ke Jala Lai ke Ro a”, ia e yelesaika akalah “Asas-Asas Huku Perdata”.

j. Kata penunjuk hukum kekerabatan (bapak, adik, ibu, paman, dll) yang dipakai dalam pe yapaa da pe ga ua , isal ya: “Kapa Bapak bera gkat?” ta ya Dirman. (Jika bukan sebagai penyapaan atau pengacuan maka tidak ditulis dengan huruf kapital, seperti: semua adik dan kakak saya sudah berkeluarga.

k. Kata ganti Anda, seperti: Surat Anda telah kami terima.

2. Menyusun Huruf Miring Yang Benar Dalam Kalimat Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk

a. menulis judul buku, nama majalah dan nama surat kabar yang dikutip dalam karangan. Contoh: Salah satu buku yang menceritakan keadaan Indonesia pada masa lampau ialah Negarakertagama karangan Prapanca.

b. menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata Contoh:

Bahasa Indonesia Baku adalah bahasa Indonesia yang mengikuti kaidah atau pola bahasa Indonesia yang sedang berlaku.

 Susunlah kalimat dengan menggunakan kata depan masing-masing: di, ke, dan dari c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau

ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

(9)

3

3. Penggunaan Tanda Baca yang Benar melalui sajian Kalimat a. Pemakaian Tanda Baca (Titik dua, Koma, dan Seru)

Pemakaian Tanda Titik dua(:) Tanda titik dipakai:

1) Pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian Contoh:

Kita sekarang memerlukan prabot rumah tangga: meja, kursi, dan lemari.

Tidak dipakai jika rangkaian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Contoh: Kita sekarang memerlukan meja, kursi, dan lemari.

2) Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Contoh:

a) Ketua ujian : Muhammad Arif Sekretaris : Sutina

Bendahara : Putri Anugrah b) Tempat sidang : Ruang PGSD lantai 3

Hari/tanggal : Senin/17 Oktober 2016 Waktu : 09.00

3) Dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Contoh:

Ibu : ele par tas pakaia “A bil baju i i da pergi!” Ni a: “Baik, Bu.” e ga bil tas pakaia sa bil e a gis Ibu : “Dasar a ak tak tahu diri” duduk di kursi

4) Di antara jilid atau nomor halaman, di antara bab, ayat,judul dan anak judul, nama kota dan penerbit buku pada suatu karangan.

Contoh:

- Surah Yasin:7

(10)

4 Pemakaian Tanda Koma

Tanda koma dipakai:

1) di antara unsur-unsur dalam suatu perincian;

Contoh: Saya membeli tempat tidur, lemari pakaian, dan meja belajar. 2) untuk memisahkan kalimat majemuk setara yang menggunakan kata tetapi;

Contoh: Saya ingin cepat datang, tetapi jalan macet.

3) untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimat;

Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak ke lapangan karebosi. (saya tidak ke lapangan karebosi kalau hari hujan)

4) di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat ( jadi, akan tetapi, oleh karena itu, namun demikian, dll.);

Contoh: Jadi, dia memang cerdas. Akan tetapi, belum banyak latihan

5) Untuk memisahkan kata seperti (o, ya, wah,aduh, kasihan) dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.

Contoh: O, begitu? Wah, bagus, ya!

Aduh, sakitnya bukan main.

6) Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Contoh:

Kata ibu, “Saya bahagia sekali”.

“Saya berbahagia sekali,” kata ibu, “kare a ka u berhasil”

7) Di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Contoh:

Makassar, 11 Juni 2016 Bangkok, Thailand

8) di antara nama orang dan gelar akademik yang mengiutinya untuk membedakan dari singkatan nama keluarga;

Contoh:

(11)

5

9) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Contoh: Guru saya, Pak Yani, pandai sekali.

10) Untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Contoh: Atas pertolongan Rina, Darmi mengucapkan terima kasih.

11) Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Contoh:

“Di a a perta di ga itu diadaka ?” ta ya Arif.

Pemakaian Tanda Seru dan Tanda Tanya Tanda seru (!)

Tanda seru dipakai untuk kalimat perintah dan kalimat yang menggambarkan emosi atau kesungguhan yang kuat, suara yang tinggi, dan sering menandai akhir suatu kalimat. a. Dipakai pada kalimat yang menyatakan perintah.

Contoh:

1) Simpan HP dalam tasmu!

2) Pilihlah bus malam yang lebih nyaman!

b. Dipakai pada kalimat yang menyatakan kesungguhan. Contoh:

1) Sungguh, Pak! saya tadi berjalan kaki ke sini!

2) Benar, Pak! uang saya tidak cukup untuk beli karcis! c. Kalimat yang menyatakan perasaan emosi.

Contoh:

1) Celaka, jalan macet! 2) Aduh, rumah berantakan! Tanda

Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat tanya; Contoh:

(12)

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN

GURU KELAS SD

BAB III

KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA

Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd.

Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd.

Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd.

Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed.

Widya Karmila Sari Achmad, S.Pd., M.Pd.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

(13)

1

BAB III

KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA

(MENYIMAK, BERBICARA, MEMBACA, DAN MENULIS)

A.Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan Anda dapat memiliki keterampilan berbahasa Indonesia (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis), dengan indikator 1) mengkategorikan menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa, 2) menegaskan keterampilan membaca di kelas rendah dan kelas tinggi, 3) menyimpulkan jenis-jenis membaca melalui sebuah kasus,

B. Uraian Materi

1. Menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa Hubungan Menyimak dengan Berbicara

Kegiatan menyimak merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keterampilan berbahasa. Sebagaimana Tompkins dan Hoskisson (Aminuddin, 1997:71) disebut sebagai "most mysterious language process'. Dinyatakan demikian karena seseorang yang tampak dengan serius menyimak belum tentu memahami isi simakan. Sementara itu, menyimak sambil melakukan aktivitas lain, misalnya membaca, ternyata tidak mampu menanggapi secara tepat ketika ditanya.

Di antara ketiga kegiatan, mendengar, mendengarkan, dan menyimak, maka taraf tertinggi adalah kegiatan menyimak. Dalam peristiwa menyimak sudah ada faktor kesengajaan. Faktor pemahaman merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak. Bahkan lebih dari itu, faktor perhatian dan penilaian pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak. Bila mendengar sudah tercakup dalam mendengarkan maka baik mendengar maupun mendengarkan sudah tercakup dalam menyimak.

Peristiwa menyimak diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung atau melalui rekaman radio, telepon, atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga kita diindentifikasi menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Jeda dan intonasi pun ikut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan maknanya dan dinilai kebenarannya agar dapat diputuskan diterima tidaknya.

(14)

2

dan mereaksi terhadap makna yang termuat pada wacana lisan. Jadi, peristiwa menyimak pada hakikatnya merupakan rangkaian kegiatan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Pada kenyataanya, peristiwa berbicara selalu dibarengi dengan peristiwa menyimak. Atau peristiwa menyimak pasti ada dalam peristiwa berbicara. Dalam kegiatan komunikasi keduanya secara fungsional tidak terpisahkan. Dengan demikian, komunikasi lisan tidak akan terjadi jika kedua kegiatan itu, yaitu berbicara dan menyimak, tidak berlangsung sekaligus atau tidak saling melengkapi.

Dengan uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam komunikasi lisan pembicara dan penyimak berpadu dalam satu kegiatan yang resiprokal. Keduanya dapat berganti peran secara spontan, dari pembicara menjadi penyimak atau sebaliknya, dari penyimak menjadi pembicara. Dengan demikian, kegiatan berbicara dan menyimak saling mengisi atau saling melengkapi.

Tujuan Menyimak

Setiap orang tentu mempunyai tujuan dalam menyimak antara lain: Ada bertujuan agar dapat memeroleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara. Ada pula orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan. Ada pula yang menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai apa-apa yang disimaknya.

Ada pula penyimak bermaksud untuk dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (misalnya: pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan). Ada pula yang menyimak dengan maksud agar dia dapat mengomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.

(15)

3 Jenis-Jenis Mendengarkan

Tarigan (1981) membagi jenis mendengarkan atas dasar proses mendengarkannya dan diperoleh dua jenis mendengarkan yaitu (1) mendengarkan ekstensif, dan (2) mendengarkan intensif.

Mendengarkan ekstensif ialah proses mendengarkan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Ada empat jenis kegiatan mendengarkan ekstensif yang meliputi mendengarkan sekunder, sosial, estetika, dan pasip.

a) Mendengarkan sekunder

Mendengarkan sekunder adalah proses mendengarkan yang terjadi secara kebetulan. Misalnya, seseorang sedang membaca suatu bacaan sambil mendengarkan percakapan orang lain, siaran radio, suara televisi, atau yang lainnya.

b) Mendengarkan sosial

Mendengarkan sosial adalah proses mendengarkan yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial atau di tempat umum seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, atau di tempat yang umum lainnya.

c) Mendengarkan estetika

Mendengarkan estetika atau mendengarkan apresiatif yaitu proses mendengarkan untuk menikmati dan menghayati keindahan misalnya; mendengarkan pembacaan puisi, rekaman drama, cerita, lagu, dan yang sejenisnya.

d) Mendengarkan pasif

Mendengarkan pasif adalah proses mendengarkan suatu yang dilakukan tanpa sadar. Misalnya, kita tinggal di suatu daerah yang menggunakan bahasa daerah. Sedangkan kita sendiri menggunakan bahasa nasional. Setelah beberapa lama tanpa disadari kita dapat mampu menggunakan bahasa daerah tersebut. Kemampuan menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan tanpa sengaja dan tanpa sadar. Tetapi, kenyataannya orang tersebut mampu menggunakan bahasa bahasa daerah dengan baik.

(16)

4

mendengarkan dengan tujuan untuk memahami makna pembicaraan dengan baik. Berbeda dengan mendengarkan ekstensif yang lebih menekankan pada hiburan, kontak sosial, dan sebagainya.

Mendengarkan intensif memerlukan konsentrasi tinggi yaitu pemusatan pikiran terhadap makna pembicaraan.

Cara yang dapat dilakukan agar kita dapat mendengarkan dengan konsentrasi yang tinggi adalah kita harus mampu menjaga pikiran agar tidak terpecah dan perasaan agar tenang, serta menjaga perhatian agar terpusat pada makna pembicaraan serta menghindari berbagai hal yang dapat mengganggu.

Tahapan Mendengarkan

Tarigan, (1991) menjelaskan tahapan-tahapan mendengarkan yaitu tahapan mendengarkan, memahami, menginterpretasi, dan tahap mengevaluasi. Tahap mendengarkan merupakan tahap mendengarkan pembicaraan. Tahap memahami adalah tahap memahami isi pembicaraan. Tahap menginterpretasi adalah tahap menafsirkan isi yang tersirat dalam pembicaraan. Tahap mengevaluasi tahap menerima pesan, ide, dan pendapat yang disampaikan oleh pembicara yang selanjutnya menanggapinya.

2. Keterampilan Membaca di Kelas Tinggi dan Kelas Rendah Pengertian membaca

Membaca merupakan salah satu kemampuan yang perlu dimiliki oleh siswa mulai sekolah dasar sampai sekolah lanjutan. Dengan memiliki kemampuan membaca, berbagai pengetahuan dapat diperoleh. Kemampuan membaca, seperti juga halnya dengan kemampuan berbahasa yang lain, dapat dimiliki melalui bimbingan dan latihan yang intensif. Latihan kemampuan membaca pada tingkat dasar sangat penting karena merupakan penanaman dasar membaca. Latihan dasar ini sangat menentukan kemampuan siswa dalam membaca lanjut.

(17)

5 Tujuan Membaca

Pelajaran membaca di SD kelas rendah dan kelas tinggi memiliki perbedaan. Membaca permulaan yang diberikan di kelas I, II dan III bertujuan agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Mengupayakan agar siswa dapat mengenal dan membaca huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat dengan lafal yang tepat dan lancar dan intonasi yang wajar. Pada awal bacaan hendaknya diberikan materi bacaan dengan memperhatikan pengenalan huruf secara bertahap (a, i, m, n.), (u, l, b), (o, d), (k, s), dan seterusnya), dan diupayakan menghindari bacaan yang terdapat huruf yang sulit dibaca anak, seperti: f, v, r, sy, ny, ng, dan str.

Adapun membaca lanjut diberikan pada kelas III, IV, V, dan VI bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Keterampilan membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mampu berkomunikasi secara tertulis. Oleh karena itu, peranan pengajaran bahasa Indonesia khususnya pengajaran membaca di SD menjadi sangat penting. Peran tersebut semakin penting bila dikaitkan dengan tuntutan pemilikan kemahirwacanaan dalam abad informasi (Joni, 1995:5) Pengajaran bahasa Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan.

Aspek-aspek keterampilan untuk membaca lanjut, untuk memahami isi bacaan ada bermacam-macam Syaf'ie (1994)menyebutkan empat tingkatan atau kategori pemahaman membaca, yaitu literal, inferensial, kritis, dan kreatif. Pembahasan mengenai tingkat pemahaman berikut mengacu pada Burns dan Roe sebagaimana diuraikan sebagai berikut.

Pemahaman literal adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Pemahaman literal merupakan pemahaman tingkat paling rendah. Walaupun tergolong tingkat rendah, pemahaman literal tetap penting, karena dibutuhkan dalam proses pemahaman bacaan secara keseluruhan. Pemahaman literal merupakan prasyarat bagi pemahaman yang lebih tinggi (Burns dan Roe, 1996:225).

(18)

6

dalam teks. Dalam hal ini, pembaca menggunakan informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks, latar belakang pengetahuan, dan pengalaman pribadi secara terpadu untuk membuat dugaan atau hipotesis.

Pemahaman kritis merupakan kemampuan mengevaluasi materi teks. Pemahaman kritis pada dasarnya sama dengan pemahaman evaluatif. Dalam pemahaman ini, pembaca membandingkan informasi yang ditemukan dalam teks dengan norma-norma tertentu, pengetahuan, dan latar belakang pengalaman pembaca untuk menilai teks.

Pemahaman kreatif merupakan kemampuan untuk mengungkapkan respon emosional dan estetis terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan standar profesional. Pemahaman kreatif melibatkan seluruh dimensi kognitif membaca karena berkaitan dengan dampak psikologi dan estetis teks terhadap pembaca. (Hafni, 1981) dalam pemahaman kreatif, pembaca dituntut menggunakan daya imajinasinya untuk memperoleh gambaran baru yang melebihi apa yang disajikan penulis.

3. Jenis Membaca di SD

Jenis membaca berdasarkan tujuan membaca yang harus dicapai pada tiap kelas menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pandidikan BI SD, adalah:

(1) membaca teknik, (2) membaca sekilas, (3) membaca memindai, (4) membaca intensif, (5) membaca cepat, dan (6) membaca indah.

Membaca teknik

(19)

7 Membaca Pemahaman/Membaca Dalam Hati

Membaca merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memahami isi bacaan melalui kegiatan pengenalan kata demi kata atau kalimat demi kalimat. Durkin (1989: 7) membaca merupakan kegiatan mengenali kata-kata pengarang dan memahami isinya sesuai konteks yang ada. Untuk mencapai hal tersebut, pembaca perlu melakukan berbagai proses, seperti:

(1) mengajukan dan atau menjawab pertanyaan sesuai isi bacaan, (2) menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri,

(3) meringkas bacaaan,

(4) mengemukakan gagasan utama,

(5) menentukan bagian yang menarik dalam cerita, (6) mengemukakan pesan cerita dan sifat pelaku, dan (7) memberi tanggapan.

Membaca menurut Antony dkk (Miller, 1993: 283) bukan hanya sekedar melafalkan huruf demi huruf atau kata demi kata dalam wacana, melainkan suatu proses menyusun makna melalui interaksi yang dinamis antara pengetahuan pembaca yang dikuasainya dengan informasi yang ada dalam bahasa tulis dan konteks situasi membaca. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa membaca menuntut adanya interaksi aktif antara pikiran dengan bahasa pembaca dan antara pikiran dengan bahasa penulis yang dinyatakan dalam teks tertulis.

Membaca Cepat

(20)

8 Teknik Membaca Cepat

Macam-macam teknik membaca cepat terbagi dua yaitu: skiming dan skaning.Skiming adalah teknik untuk mencari gagasan pokok atau hal-hal penting yang ada dalam bacaan. Orang yang sedang membaca skiming berarti tidak harus membaca kata demi kata. Contoh skiming untuk mendapatkan gagasan utama dari sebuah buku teks sehingga dapat memutuskan apakah buku tersebut berguna dan perlu dibaca lebih pelan dan mendetail. Jadi, Skiming bisa dilakukan apabila: - Ingin mengenal topik bacaan

- Melakukan penyegaran akan yang pernah dibaca - Mendapatkan bagian penting dari suatu bacaan - Sebagai penyegaran yang pernah dibaca

- Mempersiapkan sebelum menyampaikan ceramah - dsb.

Skanning adalah teknik membaca untuk memahami informasi dari suatu bacaan. Teknik ini biasanya dilakukan jika Anda telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang Anda cari sehingga berkonsentrasi mencari jawaban yang spesifik. Tujuan membaca ini yaitu ingin mengetahui isi keseluruhan sebuah buku secara cepat dan menyeluruh, sementara waktu yang tersedia sangat terbatas. Contoh: bila Anda menemukan buku yang menarik di perpustakaan. Sementara waktu Anda hanya 15 menit. Lalu buku itu Anda buka-buka secara keseluruhan dengan cepat ingin mengetahui isinya. Skaning dapat dilakukan bila:

- Menemukan nomor tertentu pada direktori telepon. - Mencari arti kata dalam kamus.

- Membaca daftar menu makanan di rumah makan - Membaca jadwal pelajaran

- dsb.

Membaca Sekilas

(21)

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN

GURU KELAS SD

BAB IV

TEORI DAN APRESIASI BAHASA INDONESIA

Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd.

Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd.

Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd.

Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed.

Widya Karmila Sari Achmad, S.Pd., M.Pd.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

(22)

1

BAB IV

TEORI DAN APRESIASI SASTRA INDONESIA

A.Kompetensi Dasar dan Indikator

Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan Anda dapat memahami teori dan apresiasi sastra Indonesia dengan indikator 1) menganalisis jenis-jenis sastra Indonesia, 2) menentukan tema puisi, 3) melengkapi puisi yang rumpang, 4) mengubah puisi menjadi prosa.

B. Uraian Materi

1. Jenis-jenis Sastra Indonesia/ Genre Sastra

Karya sastra menurut genre atau jenisnya terbagi atas puisi, prosa, dan drama. Pembagian tersebut semata-mata didasarkan atas perbedaan bentuk fisiknya saja, bukan substansinya. Substansi karya sastra apa pun bentuknya tetap sama, yakni pengalaman kemanusiaan dalam segala wujud dan dimensinya. Berikut ini dipaparkan ketiga bentuk karya sastra tersebut.

a. Puisi Pengertian

Secara etimologis, puisi berasal dari bahasa Inggris, poetry "mencipta". Secara terminologis, puisi menurut W.Dunton adalah ekspresi yang konkret atau bersifat artisti k dari pikiran manusia dalam bahasa yang emosional dan berirama. Penggunaan bahasanya berupa pengalaman bathin yang disusun secara khas pula. Susunan kata singkat dan padat, menggunakan majas untuk memperindah dari berbagai segi: makna, citraan, rima, ritme, nada, rasa, dan jangkauan simboliknya.

(23)

2

keselarasan, dan kepadatan ucapan, dan bukan terletak pada jumlah bait dan larik yang membangunnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa puisi merupakan pengungkapan pikiran dan perasaan dengan kata-kata yang terbatas jumlahnya serta dengan bahasa yang emosional dan berirama.

Unsur-unsur puisi

Unsur-unsur puisi terbagi atas unsur lahiriah (struktur fisik puisi) dan unsur batiniah (struktur bati).

Unsur lahiriah yaitu: rima atau irama adalah persamaan bunyi yang terdapat pada puisi, baik pada awal, tengah, atau pada akhir baris puisi. Imaji merupakan suatu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi seperti perasaan, penglihatan, dan pendengaran. Diksi yaitu pemilihan beberapa kata yang dilakukan penyair dalam karyanya. Kata konkret adalah kata yang dapat ditangkap dengan menggunakan indra yang memungkinkan menculnya imaji. Gaya bahasa yang dapat menghidupkan efek serta menimbulkan konotasi tertentu. Tipografi adalah bentuk puisi yang tepi kanan dan kiri tidak dipenuhi kata, tidak selalu dimulai dengan huruf besar pada setiap baris serta tidak diakhiri tanda titik.

Unsur batiniah yaitu: tema atau makna baik tiap kata atau makna keseluruhan. Rasa merupakan sikap penyair terhadap suatu pokok permasalahan yang ada dalam puisi, Nada adalah sikap penyair terhadap pembacanya serta nada berhubungan dengan tema dan rasa. Amanat merupakan pesan yang akan disampaikan penyair kepada pembaca.

Menentukan Makna Puisi

Pemahaman makna puisi bila memaknai secara literal, pengertian tersirat, dan nilai kehidupan. Makna literal merupakan makna yang digambarkan oleh kata-kata dalam puisi seperti lazim dipersepsikan dalam kehidupan sehari-hari, merupakan perbandingan atau metafora aku layaknya atau bagaikan binatang jalang.

Menentukan Tema Puisi

(24)

3 Contoh menentukan tema puisi:

SAAT ITU

Saat mentari mulai terbit

Itulah awal Aku mengenalmu dalam buku Saat raja siang membakar

Itulah awal Aku bersamamu Saat hujan turun dengan lebat Itulah saat Aku mengkhawatirkanmu Saat bintang bertabur dan bulan tersenyum Itulah saat Aku memikirkanmu

Saat malam semakin larut

Saat itulah aku merasa takut untuk kehilangan dirimu

Sumber: soal ujian Nasional Bahasa Indonesia SMP/MTs.

Pembahasan

Kata yang berulang dan semakna adalah sebagai berikut: a. Kata-kata penunjuk waktu adalah: pagi, siang, dan malam.

b. Kata-kata penunjuk kepada sikap perhatian yaitu: mengenalmu, bersamamu, mengkhawatirkanmu, memikirkanmu, takut kehilanganmu.

Dengan demikian berdasarkan kata-kata itu, puisi tersebut menunjukkan seseorang yang sangat perhatian/ kesetiaan pada sesuatu (apakah orang ataupun benda).

Melengkapi Puisi yang Rumpang

Puisi rumpang adalah bagian dari suatu puisi yang hilang dan biasanya dijadikan sebagai latihan dalam menulis puisi bagi siswa. Silakan Anda perhatikan puisi lama berikut:

Kalau ada jarum yang patah Jangan disimpan di dalam laci Kalau ada kata yang salah Jangan disimpan di dalam hati

(25)

4

setiap lariknya harus antara delapan dan dua belas, rimanya mesti berpola a-b-a-b (larik ke-1 dan larik ke-3 mesti sama, demikian juga larik ke-2 dan larik ke-4), dan dua larik pertama mesti memuat sampiran. Adapun dua larik terakhir mesti memuat isi, makna, amanat, atau pesan pantun.

Penyebutan puisi lama disebabkan adanya fenomena puisi setelahnya yang dianggap baru. Namun, yang lebih perlu Anda pahami adalah bahwa puisi lama merupakan pancaran masyarakat lama atau warisan budaya nenek moyang kita yang masih hidup dalam tradisi lisan. Bentuk lainnya yang juga termasuk puisi lama adalah bidal, gazal, gurindam, mantra, masnawi, nazam, kithah, rubai, seloka, syair, talibun, dan teromba.

Contoh puisi lama (pantun) yang rumpang di bawah ini: Jalan-jalan ke Mall (...).

Janganlah sampai lupa (...). Jika pandai menanam budi Kelak akan dikenang orang

Contoh puisi baru yang rumpang adalah sebagai berikut: Pagiku hilang sudah membayang

Hari mudaku sudah pergi

Sekarang petang datang membayang (...)

Mengubah Puisi Menjadi Prosa (Parafrasa Pusi)

Parafrasa adalah pengungkapan kembali suatu tuturan bahasa dalam bentuk bahasa lain tanpa mengubah pengertian. Pengungkapan kembali bertujuan untuk menjelaskan makna yang tersembunyi.

Cara membuat parafrasa adalah pertama-tama hendaklah memahami puisi. Untuk memahami puisi beberapa langkah yang harus dilalui dengan seksama. Langkah-langkah tersebut adalah : (1) membaca puisi secara berulang-ulang, (2) memahami arti lugas kata-kata tiap larik dan bait, (3) menambahkan kata-kata-kata-kata untuk memperjelas hubungan makna kata dalam larik dan bait, (4) memahami makna symbolik/konotatif, (5) memparafrasekan tiap bait, (6) merumuskan makna utuh, (7) mengungkapkan amanat puisi. Contoh parafrase puisi menjadi prosa adalah sebagai berikut:

(26)

5 DOA

Chairil Anwar Tuhanku

Dalam termangu

Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh Mengingat kau penuh seluruh Cahayamu panas suci

Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku

Aku hilang bentuk Remuk Tuhanku

Aku mengembara di negeri asing Tuhanku

Di pintumu aku mengetuk Aku tak bisa berpaling.

Tuhanku Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, di tengah malam yang sunyi hening ini, aku duduk dalam keadaan termangu lalu secara serta merta aku menyebut nama-Mu, berzikir dengan asma-Mu sembari mengingat segala dosa dan nista yang telah mewarnai setiap langkah kehidupanku di masa lalu.

Kehidupanku sungguh gelap gulita, pelita hatiku seakan padam. Betapun gelapnya hidupku dan hatiku; namun aku tetap berikhtiar sekuat tenaga untuk mengingat asma-Mu Yang Maha Agung, sekalipun hal itu kulakukan dengan perjuangan batin yang sangat berat.

(27)

6

Ya Tuhan, aku kini telah menyadari dan menyesali segala perbuatanku yang selalu melanggar perintah dan larangan-Mu. Penyesalan itu muncul karena kurasakan jiwaku kering kerontang, sengsara tiada tara, dan terasa hancur berkeping-keping, remuk, dan hanya dengan ampunan-Mu dan rahmah-rahim-Mu yang dapat mempersatukan kembali seperti fitrah-Mu semula.

Pada akhir hayatku ini, baru aku sering mengingat dan memohon ampun atas segala dosa yang telah kuperbuat di masa lalu, dengan demikian aku merasakan diriku bagaikan mengembara di negeri asing, negeri yang tak kukenal, negeri yang dihuni oleh manusia yang berprilaku yang keji dan kejam daripada setan-iblis. Olehnya itu, Ya Allah Yang Maha Pemberi Hidayah dan taufik, kiranya Engaku melimpahkan taufik dan hidayah-Mu agar aku bisa keluar dari negeri yang pernah onar dan nista ini.

Ya Allah Yang Maha Pengampun atas segala dosa, kini aku datang bersimpuh dipangkuan kemuliaanmu, mengetuk di pintu ampunan-Mu. Karena aku menyadari dengan seyakin-yakinnya bahwa hanya dengan kasih sayang-Mu dan mapunan-Mu, aku dapat selamat menjalani hidup dan kehidupan di dunia fana ini. oleh karena itu, aku berjanji kepada-Mu bahwa aku tak akan berpaling kembali melakukan dosa-dosa seperti masa silam. Aku benar-benar sadar dan hanya ingin berbakti dan menjalankan perintah dan mejauhi larangan-Mu semata.

b. Prosa

(28)

7

Pembagian bentuk prosa seperti yang dikemukakan oleh H.B.Yassin adalah cerpen, novel, dan roman. Menurutnya, cerpen adalah cerita fiksi yang habis dibaca dalam sekali duduk. Novel adalah cerita fiksi yang mengisahkan perjalanan hidup para tokohnya dengan segala liku-liku perjalanan dan perubahan nasibnya. sedangkan roman adalah cerita fiksi yang mengisahkan tokoh-tokohnya sejak kanak-kanak sampai tutup usia. Namun, sekarang ini istilah roman sudah jarang digunakan karena dianggap sama dengan novel.

Unsur-unsur pembangun karya sastra biasa disebut dengan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Menurut Jakob Sumardjo (1986) yang dimaksud dengan unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang berasal dari dalam karya sastra itu sendiri, seperti: tema, tokoh, alur, latar, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa. Sementara itu, unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berasal dari luar karya sastra, misalnya sosial, budaya, ekonomi, politik, agama, dan filsafat. Faktor ekstrinsik tidak menjadi penentu yang menggoyahkan karya sastra.

Beberapa kegiatan yang telah kita lakukan dalam menulis puisi dapat pula kita manfaatkan juga untuk kepentingan menulis prosa, khususnya cerpen. Kegiatan yang dimaksud adalah mendeskripsikan objek konkret secara emotif dan menulis cerpen berdasarkan tokoh dalam sejarah, mitologi, atau karya sastra lainnya.

Menulis prosa pun dapat kita lakukan dengan cara memperhatikan konvensi yang terdapat dalam sebuah karya prosa. Jika cara ini yang kita pilih, maka Anda harus memerhatikan hal-hal berikut.

a. Tentukanlah tema cerita berdasarkan persoalan yang Anda kuasai, kemudian konkretkan tema tersebut dengan judul yang menarik dan sesingkat mungkin, misalnya tidak lebih dari lima kata.

b. Sadarilah bahwa cerita yang konvensional selain menyertakan judul dan pengarangnya harus juga dilengkapi aspek formal cerpen lainnya, yaitu adanya narasi dan dialog tokoh.

c. Kembangkanlah tema ke dalam unsur-unsur cerita, seperti fakta cerita (alur, tokoh, dan latar), sarana cerita (sudut pandang, penceritaan, dan gaya bahasa). d. Padukanlah unsur-unsur cerita dengan memerhatikan kaidah alur, yaitu peristiwa

(29)

8 c. Drama

(30)

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN

GURU KELAS SD

BAB I

GEJALA ALAM BIOTIK DAN ABIOTIK

Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd.

Dra. Nurfaizah, M.Hum.

Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd.

Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed.

Widya Karmila Sari Achmad, S.Pd., M.Pd.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

(31)

1

BAB I

GEJALA ALAM BIOTIK DAN ABIOTIK

A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Setelah unit ini diharapkan peserta dapat mengetahui gejala alam baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun idikator Pencapaian kompetensi (IPK) sebagai berikut:

1. Menelaah beberapa gejala alam biotik.

2. Merancang penelitian tentang gejala alam biotik. 3. Melakukan observasi beberapa gejala alam biotik.

4. Menyusun laporan hasil observasi beberapa gejala alam biotik. 5. Menilai hasil observasi beberapa gejala alam biotik.

6. Menelaah beberapa gejala alam abiotik.

7. Merancang penelitian tentang gejala alam abiotik 8. Melakukan observasi beberapa gejala alam abiotik.

9. Menyusun laporan hasil observasi beberapa gejala alam abiotik. 10.Menilai hasil observasi beberapa gejala alam abiotik

B. Uraian Materi

1. Gejala Alam Biotik

(32)

2 Mari kita perhatikan gambar berikut ini:

Sumber:www.ipapedia.web.id/2015/09/gejala-alam-biotik-dan-abiotik.html

Apa saja yang dapat anda dapat amati dari gambar tersebut? Kita akan sepakat bahwa paling kurang ada dua kelompok yang bisa diamati yakni kelompok makhluk yang hidup (lingkungan biotik) dan kelompok makhluk yang tak hidup (lingkungan abiotik). Jika dicermati lebih jauh maka Anda akan melihat pada gambar ada bahwa yang termasuk lingkungan biotik adalah pohon, rerumputan, dan rusa. Sedangkan yang termasuk lingkungan abiotik adalah tanah, air, dan batu-batuan. Isilah tabel berikut ini:

Tabel 1. Contoh lingkungan biotik dan lingkungan abiotik.

No. Lingkungan Biotik No. Lingkungan Abiotik

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 7

(33)

3

Perhatikan gambar-gambar berikut ini, ciri apakah yang diperlihat-kan pada setiap gambar. Setiap gambar memperlihatkan salah satu ciri yang dimiliki makhluk hidup.

1. ... 2. ... 3. ... 4. ... 5. ...

Sumber: Daniel, Keskel, dan Siegel (Focus on Life Science,1987,

h.89)

Jika Anda cermat melihatnya maka akan menemukan gejala-gejala alam biotik (cocokkan dengan hasil yang anda peroleh) sebagai berikut:

a. Memerlukan makanan b. Bernapas (respirasi) c. Bertumbuh/berkembang d. Gerak

e. Reprodukasi

2. Gejala Alam Abiotik

Gejala alam abiotik berkaitan dengan sifat fisik dan kimia di luar makhluk hidup, contohnya hujan, pelapukan, erosi, ledakan, dan sebagainya. Beberapa karakteristik atau sifat gejala alam abiotik antara lain sebagai berikut.

(34)

4

Selanjutnya kita perhatikan salah satu komponen abiotik, seperti air. Air akan mengalami gejala alam berupa menerima suhu tinggi sehingga terjadi penguapan yang menjadi awan. Apabila awannya sudah terkumpul, penurunan suhu akan menimbulkan pengembunan. Pengembunan akan mengubah awan kembali menjadi air melalui hujan. Dengan demikian, gejala alam yang diterima oleh air terdiri dari penaikan suhu, penguapan, terbentuk awan, penurunan suhu, pengembunan, hujan, dan kembali menjadi air.

Gambar: Contoh Gejala Alam Abiotik pada Air

Kita dapat menemukan banyak contoh lain gejala alam abiotik di sekitar lingkungan kita. Beberapa di antaranya antara lain terjadinya gunung meletus, tsunami, hujan, kemarau, dan terjadinya angin.

Indonesia dikenal memiliki banyak gunung berapi, coba dsikusikan dalam kelompok apa keuntungan dan kekurangan gunung berapi? Alasan ilmiah apa yang menjadikan masyarakat sekitar gunung berapi enggan meninggalkan desa mereka?

3. Interaksi Peristiwa Alam Biotik dan Abiotik

(35)

5

menjadi mahkluk hidup (biotik), akan tetapi apakah bisa bertumbuh atau mati sangat ditentukan oleh faktor abiotik di lingkungannya. Jika temperatur sesuai dan tanah tempatnya berada cukup subur maka biji akan tumbuh menjadi tanaman baru. Keadaan akan berbeda jika temperatur sangat panas atau sangat dingin serta tanah yang gersang maka kemungkinan biji tidak akan tumbuh dengan baik. Nah..anda tahu bahwa temperatur dan tanah adalah faktor abiotik sedangkan biji adalah faktor biotik. Dalam hal ini faktor abiotik sangat berpengaruh terhadap faktor alam biotik.

Sebaliknya, tidak jarang faktor biotik mempengaruhi alam biotik. Pernakah anda melihat batu kerikil yang banyak di sungai? Batu-batu kerikil diolah dijadikan campuran semen untuk membuat beton yang kuat. Manusia sebagai faktor biotik dapat menjadikan alam biotik berubah dan seringkali berdampak kembali kepada alam biotik. Terjadinya longsor yang mengerikan dibeberapa daerah disebabkan karena manusia (biotik) tidak memperlakukan secara bijak gunung yang sudah tandus (abiotik).

Amati gambar biji yang sedang berkecambah di bawah ini. Bagian yang dekat dengan ujung akar akan memanjang lebih cepat karena disamping terjadi pertambahan jumlah sel juga terjadi pembentangan sel-sel di bagian tersebut.

Sumber: Haryanto (Sains, SD Kelas II, 2004, h.21).

(36)

6

Tugas: Perhatikanlah gambar di samping. Idebtifikasi faktor-faktor biotik dan abiotik yang ada dan diskusikan bagaimana terjadinya interaksi antara abiotik dan biotik. Buat kesimpulan, mengapa berteduh dibawah pohon terasa sejuk di siang hari.

Sumber: Slesnick,dkk.,(Biology, 1988,h.655)

Selanjutnya, silahkan Anda mengisi tabel berikut ini dan tentukan faktor apa yang lebih berpengaruh dalam interaksi biotik dan abiotik. Berikan tanda centang (V) pada kolom yang sesuai.

Tabel 2. Pengaruh Alam Biotik dan Biotik

No. Gejala/ Peristiwa Aalam Biotik  Abiotik

Abiotik  Biotik

Biotik  Biotik

Abiotik  Abiotik 1 Lumut tumbuh dibatuan sehingga

terjadi pelapukan

2 Fotosintesis pada tumbuhan 3 Respirasi pada manusia

4 Respon tumbuhan terhadap cahaya 5 Metamorfosis pada kupu-kupu 6 Perkarataan pada besi

7 Pengendapan lumpur di sungai 8 Mentega yang mencair

9 Benalu tumbuh di pohon lain

4. Mengamati Peristiwa Alam Biotik dan Abiotik

(37)

7

dipertanggung jawabkan maka digunakanlah langkah ilmiah yang sering disebut metode Ilmiah (Scientific Methods)

Metode ilmiah mulai digunakan Aristoteles ribuan tahun lalu, bertumpu pada metode deduktif, sampai pada masa Francis Bacon pada abad ke 17 yang mengembangkan metode keilmuan yang bertumpu pada metode induktif. Menurut Bacon, logika tidak cukup untuk menemukan kebenaran dan dapat menimbulkan penyimpangan dari keadaan yang sebenarnya (Cain, 1986).

Perkembangan keilmuan masa kini adalah gabungan antara metode deduksi dan metode induksi. Para peneliti dapat menggunakan metode induksi untuk menghubungkan antara apa yang diamati, hasil pengamatan, dan hipotesis yang diajukan. Selanjutnya, secara deduktif hipotesis dihubungkan dengan pengetahuan yang ada untuk melihat kesesuain inplikasinya. Hipotesis diuji melalui serangkaian data yang dikumpulkan melalui observasi dan eksperimen untuk menguji sah atau tidaknya hipotesis tersebut secara empiris (Sarkim, 1998).

Metode keilmuan masa kini adalah perpaduan antara observational and theoretical. Sedangkan, Horner dan Hunt (Sarkim, 1998) menyatakan bahwa metode keilmuan itu adalah perpaduan antara rasionalisme dan emperisme, dengan kerangka dasar dalam enam langkah, yaitu (a) menyadari adanya masalah dan merumuskan masalah, (b) mengumpulkan data yang relevan melalui pengamatan, (c) menyusun atau mengklasifikasi data, (d)

merumuskan hipotesis, (e) deduksi hipotesis, dan (f) tes dan pengujian kebenaran hopotesis.

Model-model lain metode keilmuwan (scientific methods) dikemukakan banyak ahli. Urutan langkah yang dikemukakan meng-gunakan istilah yang sedikit berbeda tetapi pada hakikatnya tujuannya adalah sama. Goodman,et.al. (1986) menggunakan langkah: (a) men-defenisikan masalah, (b) mengumpulkan informasi yang sesuai, (c) menyusun hipotesis, (d) menguji hipotesis, (e) merekam dan menganalisis data, dan (f) menarik kesimpulan.

(38)

8

Gega (1986) sebagai berikut: pertanyaan  pengamatan  hipotesis  percobaan  kesimpulan.

Penerapan dalam proses pembelajaran di kelas, (Bundu, 2010) mengemukakan bahwa untuk lebih teraturnya pembelajaran IPA khususnya dalam percobaan sederhana dapat diurutkan langkah sebagai berikut:

1) Pangantar/ Deskripsi singkat 2) Penyampaian tujuan percobaan 3) Menetapkan langkah percobaan

4) Pelaksanaan percobaan (kerja kelompok) 5) Kesimpulan/ Konfirmasi hasil percobaan

Berikut ini contoh pengamatan dan percobaan sederhana yang memperlihatkan gejala alam biotik. Untuk memudahkan disajikan dalam bentuk pendekatan inkuiri tipe terbimbing

model “cook book” (buku resep).

Mengamati Pengaruh Latihan pada Denyut Jantung

Pendahuluan

Latihan menjadikan kebutuhan energi bagi otot meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan energi otot memerlukan oksigen dan zat makanan. Ketika otot menggunkanan energi dalam jumlah banyak, maka pernapasan, denyut nadi/ jantung, dan tekanan darah akan mengalami perubahan karena harus bekerja lebih cepat untuk memenuhi kebetuhan energi tersebut

Tujuan

Untuk mengukur jumlah denyut nadi/ jantung dalam keadaan diam, dan memban-dingkannya dalam keadaan sesudah latihan.

Alat dan Bahan

Arloji dengan ukuran detik atau Stowatch Prosedur Kegiatan

a. Bekerjalah secara berpasangan dan bergantian melakukan pengukuran.

(39)

9

c. Hitunglah berapa denyutan dalam 15 detik. Ulangi sampai tiga kali, hitung rata-ratanya, kemudian kalikan dengan 4 untuk mendapatkan jumlah denyutan dalam satu menit. Ulangi sampai tiga kali.

Lakukan kegiatan yang sama secara bergantian. Catat hasil pengamatan Anda.

Hasil Denyut Nadi/Jantung Teman Anda (Diam)

Hasil Denyut Nadi/Jantung Anda (Diam)

Pengukuran 15 dtk

(40)

10

Petanyaan/ Kesimpulan

1. Buatlah grafik data dari hasil pengukuran yang Anda lakukan! 2. Mengapa harus mengukur denyut nadi sebelum melakukan latihan?

3. Buatlah laporan hasil percobaan tentang pengaruh latihan terhadap denyut jantung, dan hubungannya dengan tekanan darah.

Kita tentu sepakat bahwa hasil percobaan atau kegiatan ilmiah yang dilakukan harus dilaporkan sebagai pertanggung jawaban secara ilmiah. Pola laporan yang paling sederhana adalah:

(41)

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN

GURU KELAS SD

BAB II

KONSEP DAN HUKUM IPA DALAM BERBAGAI

KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd.

Dra. Nurfaizah, M.Hum.

Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd.

Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed.

Widya Karmila Sari Achmad, S.Pd., M.Pd.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

(42)

1

BAB II

KONSEP DAN HUKUM IPA DALAM BERBAGAI

KEHIDUPAN SEHARI-HARI

A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Pada akhir pembelajaran diharapkan peserta mampu memanfaatkan konsep-konsep dan hukum-hukum ilmu pengetahuan alam dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari. Adapun indikator pencapaian kompetensi (IPK) sebagai berikut.

1. Menerapkan ilmu pengetahuan alam dengan cara ikut menjaga, lingkungan alam sekitar.

2. Meningkatkan perawatan/pemeliharaan lingkunan alam sekitar.

3. Menerapkan ilmu pengetahuan alam dengan cara ikut mengelola lingkungan alam. 4. Menerapkan ilmu pengetahuan alam dengan cara ikut melestarikan lingkungan alam 5. Menciptakan ide-ide untuk memperbaiki lingkungan alam sekitar.

6. Menganalisis hukum-hukum ilmu pengetahuan alam yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

7. Menerapkan hukum-hukum ilmu pengetahuan alam melalui contoh yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Uraian Materi

1. Pengelolaan dan Pelestarian Lingkungan Hidup

Kehidupan manusia tidak terlepas dilepaskan dengan air dan udara. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain.

(43)

2

Mari kita berlatih dan menganalisis siklus air dalam kehidupan kita dan bagaimana kita berusaha untuk menghemat air (Usaid, 2014).

Siklus Air

1) Disediakan potongan-potongan konsep tentang siklus air: titik air hujan, awan, laut, daratan, angin, uap air, sungai, matahari.

TITIK AIR HUJAN AWAN LAUT DARATAN

ANGIN UAP AIR SUNGAI MATAHARI

2) Susun potongan konsep tersebut menjadi sebuah siklus air. Tambahkan tanda panah untuk menunjukkan arah siklus tersebut!

3) Berikan penjelasan siklus air dan menjelaskan prosesnya dengan kata-kata sendiri.

Penghematan Air

Coba diskusikan pemanfaatan air dalam kehidupan sehari-hari. Berapa banyak jumlah air yang diperlukan setiap hari? Sangat banyak bukan, apalagi jika kita tidak hemat dalam pemakaian air. Bagaimana tindakan yang dapat dilakukan untuk menghemat air di rumah, di sekolah, dan di masyarakat?

Tabel. 2.1. Tindakan Penghematan Air

No Tempat Tindakan Penghematan Air

1 Rumah.

2 Sekolah/kampus

3 Lingkungan masyarakat ...

2. Menjaga Keseimbangan Lingkungan1

1 Sumber: Usaid Prioritas, 2014. Curricula and Material for Primary School. Jakarta: USAID Siklusi Air di Alam

(44)

3

Lingkungan adalah suatu media dimana makhluk hidup tinggal, mencari penghidupannya, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peran yang lebih kompleks. Menurut Programme on Flood Management (2006), lingkungan terdiri unsur, air, tanah, sumber daya alam, flora, fauna, manusia dan keterkaitan antara unsur-unsur tersebut.

a. Upaya Pelestarian Lingkungan

Perhatikan gambar-gambar berikut, galilah informasi melalui eksplorasi gambar secara cermat

www.mutiadra.blogspot.com

www. anangsupriady.blogspot.com

 Apa yang dilakukan siswa Sekolah Dasar di atas? Mengapa penting

 Apa fungsi dari hutan bakau?

Rangkailah kedua gambar tersebut menjadi sebuah narasi yang lebih bermakna.

(45)

4

Percobaan Konservasi Tanah

Judul Percobaan : Praktikum Konservasi Tanah

Tujuan Percobaan :

Mengetahui fungsi pohon sebagai penyimpan air

Alat dan Bahan :

1. tiga wadah besar berukuran sama (dapat memanfaatkan botol air mineral bekas berukuran 1,5 liter)

2. tiga wadah dengan volume 500 ml

3. tanah untuk mengisi ketiga wadah tersebut 4. Tanah yang di tumbuhi rumput

5. Serasah 6. Air 1 liter 7. Gunting Prosedur Kerja

1. Wadah pertama isi dengan tanah yang ditumbuhi rumput, wadah kedua isi dengan tanah bercampur serasah, dan wadah ketiga diisi tanah saja

2. Bagi dua wadah 500 ml kemudian lubangi ujungnya setelah itu pasang benang sehingga botol bisa digantung

3. Tuangkan air kedalam wadah yang telah dipotong di ujung wadah berukuran 1,5 liter

4. Tuang air di masing-masing wadah secara perlahan sebanyak 100 ml. 5. Amati tingkat kekeruhan air yang telah ditampung dibagian bawah wadah 6. Untuk lebih memahami langkah percobaan dapat dilihat gambar di bawah ini.

(46)

5

Setelah melakukan praktikum konservasi tanah, diskusikanlah:

1) Apa yang terjadi ketika kita mengalirkan air ke dalam ketiga wadah tersebut?

2) Dari ketiga wadah, mana yang memiliki air yang lebih banyak dan jernih?

3) Apa pendapat anda tentang fungsi dari tanaman rumput di wadah 1?

4) Diskusikan mengapa terjadi banjir bandang serta bagaimana cara mengantisipasinya.

b. Produk Ramah Lingkungan

Masalah lingkungan adalah berbicara tentang kelangsungan hidup (manusia dan alam). Melestarikan lingkungan sama maknanya dengan menjamin kelangsungan hidup manusia dan segala yang ada di alam dan sekitarnya. Sebaliknya, merusak lingkungan hidup, apapun bentuknya merupakan ancaman serius bagi kelangsungan hidup alam dan segala isinya, tidak terkecuali manusia. Sikap ramah lingkungan harus tumbuh dari diri kita sendiri, kita harus sadar bahwa “saya adalah bagian dari lingkungan”.

Perhatikan tabel berikut ini yang berisikan produk/bahan dan aktivitas ramah lingkungan dan tidak ramah lingkungan yang sering digunakan dalam kehidupan sehari–hari! Kemudian isilah kolom-kolom bagian kanan yang sesuai dengan karakteristik produk atau bahan di kolom sebelah kiri. Presentasi hasil kerja kelompok dan kelompok lain memberikan tanggapan.

Tabel.2.2 Produk/Bahan dan Aktivitas ramah lingkungan dan tidak ramah lingkungan

No Produk/bahan Ramah Lingkungan Alasan Alternatif /Solusi Ya Tidak

1. Daun pisang pem-bungkus makanan

2. Botol Air mineral Plastik 3. Botol Parfum dari kaca 4. Kantong dari kertas bekas 5. Bungkus biskuit dari seng 6. Menggunakan lampu tenaga

surya

7. Lemari pendingin 8. Televisi

(47)

6 10 Menggunakan AC

11 Menggunakan Sepeda motor ke kantor

12 Menggunakan Ankutan Umum

c. Upaya Pelestarian Lingkungan

Ada beberapa bentuk upaya pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup pada wilayah daratan, perairan, udara, flora dan fauna ( http://jokowarino.id/upaya-pelestarian-lingkungan-hidup.html) sebagai berikut:

1) Upaya pelestarian lingkungan daratan

 Reboisasi atau penanaman kembali hutan dan daerah perbukitan yang gundul.  Rehabilitasi lahan atau pengembalian kesuburan tanah kritis yang tidak produktif.  Pengaturan tata guna lahan dan menerapkan pola tata ruang wilayah yang tepat.  Menjaga daerah-daerah yang menjadi resapan air agar selalu hijau dan asri.  Pembuatan terasering atau sengkedan pada daerah kemiringan yang rawan erosi.  Rotasi tanaman dengan berbagai teknik.

 Penanaman hingga pemeliharaan hutan kota sebagai paru-paru suatu wilayah.

2) Upaya pelestarian lingkungan perairan

o Penyediaan tempat sampah memadai, terutama daerah pantai dan lokasi wisata. o Larangan membuang limbah rumah tangga, terutama daerah dekat sungai.

o Mengantisipasi kebocoran tangki pengangkut bahan bakar di wilayah laut.

o Melakukan netralisasi limbah industri sebelum dilakukan pembuangan ke sungai. o Mengontrol kadar polusi udara atau yang dikenal dengan istilah emisi gas buang.

o Melakukan pencagaran habitat laut dengan nilai sumber daya tinggi. 3) Upaya pelestarian udara

 Menggalakkan upaya penanaman pohon maupun tanaman hias.

 Mengupayakan pengurangan proses pembuangan gas sisa pembakaran atau emisi, baik dari pembakaran hutan maupun mesin.

 Mengurangi hingga menghindari penggunaan gas kimia merusak lapisan ozon.

4) Upaya pelestarian flora dan fauna

o Mendirikan suaka marga satwa dan cagar alam, terutama menjaga kelestarian

(48)

7

o Melarang adanya kegiatan perburuan liar yang dapat mengancam pelestarian flora serta

fauna. Menindak dengan tegas jika ditemukan ragam bentuk pelanggaran yang berkaitan dengan praktek perburuan liar dan tindakan sejenisnya.

o Menggalakkan kegiatan penghijauan hutan pada lingkungan sekitar tempat tinggal

maupun wilayah hutan terdekat.

3. Penerapan Konsep IPA dalam Kehidupan Sehari-hari

Ada banyak orang ketika sudah selesai belajar tentang sesuatu tidak tahu untuk apa teori atau konsep yang sudah dipelajari, sehingga ilmu yang mereka peroleh hanya sekedar untuk melewati saja mata pelajaran/mata kuliah yang harus ditempuh. Padahal apabila kita mau menerapkan konsep itu kita bisa menyelesaikan masalah yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan ketika mereka belajar tidak berusaha memahami konsep namun lebih banyak menganggap itu sebagai pengetahuan saja sehingga lebih bersifat hafalan. Lebih bagus lagi sebenarnya bila kita mau mencari manfaat dari konsep yang kita pelajari untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga seseorang dikatakan cerdas bila dapat menyelesaikan masalah yang dia jumpai dalam waktu singkat,

tidak sekedar mendapatkan nilai bagus ketika

ujian/ulangan.( http://www.kompasiana.com/mintadi/penerapan-konsep-ipa-dalamkehidup-an-sehari-hari.html )

Konsep/ hukum IPA yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari adalah: (1) Penerapan konsep gaya (2) Penerapan konsep energi (3), Pesawat sederhana, (2) Penerapan Hukum Archimedes, (3) Penerapan Energi Cahaya, dan (4) Penerapan Energi Magnet dan Listrik.

a. Penerapan Konsep Gaya

Dalam ilmu fisika gaya diartikan sebagai tarikan atau dorongan yang diberikan kepada suatu benda. Gaya yang diberikan pun dapat merubah bentuk benda, mengubah arah gerak benda hingga menyebabkan benda bergerak. Dengan kata lain, sebuah gaya dapat menyebabkan suatu obyek dengan massa tertentu untuk mengubah kecepatannya. Secara umum gaya dibedakan menjadi dua jenis yaitu gaya sentuh dan gaya tak sentuh. Gaya sentuh sendiri merupakan gaya yang dilakukan secara langsung antara benda yang mengerjakan dan benda yang dikenai gaya.

(49)

8

dengan benda dalam mengerjakan gaya. Gaya sendiri memiliki besaran dan arah, sehingga gaya merupakan salah satu kuantitas vektor. Satuan SI yang digunakan untuk mengukur gaya adalah Newton yang dilambangkan dengan N. Lantas apa saja macam-macam gaya dalam ilmu fisika? Berikut ulasannya (http://benergi.com/energi-magnet.html)

1) Gaya gesek

Yang pertama adalah gaya gesek. Gaya gesek merupakan salah satu jenis gaya yang ditimbulkan karena adanya dua benda yang saling bergesekan. Beberapa contoh yang termasuk ke dalam gaya gesek adalah mengasah pisau, mengamplas dinding, antara rem dan ban dan lainnya.

2) Gaya magnet Yang kedua adalah gaya magnet. Jenis gaya yang satu ini merupakan gaya yang terjadi karena muatan listrik. Contohnya yaitu pasir akan menempel pada magnet jika didekatkan, besi akan menempel jika didekatkan dengan magnet dan lainnya.

3) Gaya pegas

Macam-macam gaya dalam ilmu fisika selanjutnya adalah gaya pegas. Pegas sendiri juga identik dengan benda yang bersifat elastis. Oleh karena itu, gaya pegas adalah gaya yang disebabkan dan ditimbulkan oleh pegas atau benda yang memiliki sifat elastis. Misalnya saja, shockbreaker motor ketika di pakai, karet gelang yang ditarik, panah yang dilepaskan dari busurnya, dan lain-lain. Baca juga pengertian energi potensial pegas dan contohnya.

4) Gaya listrik

Berikutnya adalah gaya listrik. Sama seperti namanya, gaya listrik adalah gaya yang ditimbulkan oleh benda yang bermuatan yang berada dalam medan listrik. Contohnya adalah kipas angin akan bergerak ketika dihubungkan dengan sumber listrik, serpihan kertas akan bergeral ketika didekatkan dengan sisir atau penggarasi plastik yang telah digosokkan pada rambut.

(50)

9

Gaya otot adalah gaya yang berupa dorongan atau tarikan terhadap suatu benda yang dihasilkan. Contohnya, menendang bola, membawa air dalam ember, tarik tambang dan lainnya.

6) Gaya gravitasi

Yang terakhir adalah gaya gravitasi. Gaya gravitasi adalah gaya tarik menarik pada semua partikel yang memiliki massa di alam semesta, contohnya yaitu benda yang dilempar ke atas akan kembali dan jatuh ke tanah, buah mangga jatuh dari pohoh dan lainnya.

Setelah mengetahui pengertian dan macam-macam gaya dalam ilmu fisika, tak ada salahnya untuk mengetahui apa saja pengaruh gaya terhadap suatu benda. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasannya berikut ini. Apa yang akan terjadi pada sebuah benda ketika benda tersebut dikenakan suatu gaya? Apakah benda tersebut akan bergerak, mengubah kecepatan, merubah bentuk benda ataupun ketiga hal tersebut?

Sebagai contoh lain adalah plastisin. Pernah Anda bermain plastisin? Hampir setiap orang pastinya sudah pernah bermain permainan yang satu ini. Sebelum dibentuk, plastisin atau malam memiliki bentuk yang bulat ataupun kotak. Akan tetapi pada saat Anda menekan plastisin, tangan akan memberikan gaya pada permainan tersebut. Lantas bagaimana bentuk dari plastisin itu? Ya, plastisin akan berubah bentuk. Selain dapat mengubah kecepatan suatu benda, gaya juga dapat merubah bentuk suatu benda.

1) Mengubah arah benda

Yang pertama adalah dapat mengubah arah benda. Sebagai contoh adalah air mancur. Air seharusnya bergerak dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Karena diberikan gaya, maka air mancur dapat berubah arah geraknya.

2) Menyebabkan perubahan kecepatan

Yang kedua adalah dapat menyebabkan perubahan kecepatan. Contohnya adalah buah kelapa yang jatuh dari pohonnya.

3) Menyebabkan benda diam menjadi bergerak ataupun sebaliknya

Contohnya yaitu ketika mendang bola, pastinya benda diam tersebut akan menjadi bergerak dan juga mengerem sepeda, benda bergerak tersebut akan menjadi diam atau berhenti.

4) Mengubah posisi benda

Gambar

Tabel 1. Contoh lingkungan biotik dan lingkungan abiotik.
gambar. Setiap gambar memperlihatkan salah satu ciri yang dimiliki makhluk hidup.
Tabel 2. Pengaruh Alam Biotik dan Biotik
Tabel. 2.1. Tindakan Penghematan Air
+7

Referensi

Dokumen terkait