• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROS Nurul I Opportunities and Challenges Asean Fulltext

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROS Nurul I Opportunities and Challenges Asean Fulltext"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

OPPORTUNITIES AND CHALLENGES ASEAN ECONOMIC

INTEGRATION OF INDONESIAN

’S

ECONOMY

Nurul Istifadah

Economics And Business Airlangga University Surabaya nistifadah@yahoo.com.au

Abstract

The development of the world economy led to the process of globalization and the increasing openness of economic relations between nations. This global conditions improve competition in both domestic and world markets. Some trade agreements between countries and between the region over the years, in an effort to create a more free trade and open. An example is AFTA, which is a free trade agreement between ASEAN countries in which the date of January 1, 1993 it was agreed that tariff / customs trade among ASEAN countries was reduced to 0-5 percent over a period of 15 years.

AFTA agreement led to the agreement and the ASEAN economic integration leads to the formation of the ASEAN single market. The goal is to create an integrated market (single market) among ASEAN member countries. And, the goal is to increase the economic competitiveness of ASEAN as a production base in the face of competition in the world market. Thus, the production is directed by leveraging the advantages of each ASEAN member country.

Establishment of the ASEAN economic integration will certainly have an impact on the creation of a number of opportunities and challenges. The purpose of this analysis is to identify and analyze the opportunities and challenges of ASEAN economic integration and national economic development strategy in the face of the global phenomenon.

The analysis showed that ASEAN economic integration opportunities for Indonesia's economy is expanding market potential for the opening of Indonesia's export commodities and increased competition among businesses, increasing the quality of the goods, economies of scale, and increased GDP of Indonesia. While the challenge is the loss of employment opportunities due to a market for products other ASEAN member countries are unable to compete due. Another challenge is the limited authority of the state in setting fiscal policy, financial, and monetary policy in an effort to influence the performance of the domestic economy.

(2)

428 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

PELUANG DAN TANTANGAN INTEGRASI EKONOMI ASEAN

BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA

Nurul Istifadah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya nistifadah@yahoo.com.au

Abstrak

Perkembangan ekonomi dunia saat ini semakin mengarah pada proses globalisasi dan meningkatnya keterbukaan hubungan ekonomi antar-bangsa. Kondisi global ini semakin meningkatkan persaingan, baik di pasar domestik maupun dunia. Berbagai kesepakatan perdagangan antar-negara maupun antar kawasan regional selama ini, dalam usaha untuk menciptakan perdagangan yang lebih bebas dan terbuka. Salah satu kesepakatan tersebut adalah AFTA (ASEAN Free Trade Area), yaitu kesepakatan perdagangan bebas antar negara ASEAN dimana sejak tanggal 1 Januari 1993 disepakati bahwa tarif/bea masuk perdagangan antar negara ASEAN diturunkan menjadi 0-5 persen selama kurun waktu 15 tahun.

Pembentukan AFTA mengarah pada kesepakatan integrasi ekonomi ASEAN dan mengukuhkan terbentuknya pasar tunggal ASEAN. Tujuannya adalah untuk menciptakan pasar yang terintegrasi (pasar tunggal) antar negara anggota ASEAN. Dan, sasarannya adalah meningkatkan daya saing ekonomi ASEAN sebagai production base dalam menghadapi persaingan di pasar dunia, sehingga kegiatan produksi diarahkan dengan memanfaatkan keunggulan masing-masing negara anggota ASEAN.

Terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN tersebut tentu saja akan berdampak pada terciptanya sejumlah peluang dan tantangan. Tujuan makalah ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis peluang dan tantangan integrasi ekonomi ASEAN serta menyusun strategi pengembangan ekonomi nasional dalam menghadapi fenomena global tersebut.

Hasil analisis menunjukkan bahwa peluang integrasi ekonomi ASEAN bagi perekonomian Indonesia adalah potensi pasar yang semakin luas bagi terbukanya komoditas ekspor Indonesia serta meningkatnya kompetisi di antara pelaku usaha, kualitas barang, skala ekonomi, dan GDP Indonesia. Sedangkan tantangannya adalah hilangnya kesempatan kerja akibat menjadi pasar bagi produk negara anggota ASEAN lainnya akibat tidak mampu bersaing, serta terbatasnya wewenang negara dalam menetapkan kebijakan fiskal, keuangan, dan moneter dalam upaya mempengaruhi kinerja ekonomi dalam negeri.

(3)

Pendahuluan

Perkembangan ekonomi dunia saat ini semakin mengarah pada proses globalisasi dan meningkatnya keterbukaan hubungan ekonomi antar-bangsa. Berbagai kesepakatan perdagangan antar-negara maupun antar kawasan regional selama ini, dalam usaha untuk menciptakan perdagangan internasional dan regional yang lebih bebas dan terbuka. Kondisi global ini semakin meningkatkan persaingan, baik di pasar domestik maupun pasar dunia. Fenomena globalisasi ini juga semakin mendorong bangkitnya kesadaran regionalisasi dan integrasi ekonomi.

Salah satu contoh regionalisasi dan integrasi ekonomi adalah terbentuknya AFTA (ASEAN Free Trade Area), yaitu kesepakatan perdagangan bebas antar negara ASEAN. Kesepakatan AFTA merupakan hasil dari pertemuan Menteri Perdagangan ASEAN-6 di Singapura pada tanggal 28 Januari 1992 dimana sejak tanggal 1 Januari 1993 disepakati bahwa tarif/bea masuk perdagangan antar negara ASEAN diturunkan menjadi 0-5 persen selama kurun waktu 15 tahun dan tahun 2018 untuk empat negara ASEAN lainnya (Prabowo, 2004:21). Negara ASEAN-6 meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam, sedangkan empat negara ASEAN lainnya adalah Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja.

Pembentukan AFTA mengukuhkan terbentuknya pasar tunggal ASEAN. Tujuannya adalah untuk menciptakan pasar yang terintegrasi (pasar tunggal) antar negara anggota ASEAN. Dan, sasarannya adalah meningkatkan daya saing ekonomi ASEAN sebagai production base dalam menghadapi persaingan di pasar dunia, sehingga kegiatan produksi dilakukan dengan memanfaatkan keunggulan masing-masing negara anggota. Dengan menghilangkan hambatan tarif dan nontarif inter-regional di kawasan ASEAN, daya saing negara-negara ASEAN diharapkan lebih kompetitif sehingga rasio volume perdagangan ASEAN maupun volume perdagangan masing-masing negara anggota ASEAN terhadap volume ekspor dunia semakin meningkat.

Proses kesepakatan integrasi ekonomi ASEAN didasarkan pada lima pilar, yaitu liberalisasi aliran barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, serta modal. Konsekuensi integrasi ekonomi atau pembentukan pasar tunggal ASEAN tersebut bagi Indonesia adalah memberi peluang pasar yang semakin luas bagi terbukanya komoditas ekspor Indonesia, namun juga memberi tantangan bagi Indonesia yang akan menjadi pasar bagi produk dan jasa dari negara-negara ASEAN lainnya. Oleh karena itu, perekonomian Indonesia harus mampu menangkap peluang dan meminimalkan tantangan integrasi ekonomi ASEAN tersebut dengan memaksimalkan seluruh potensi ekonominya.

(4)

430 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Konsep Integrasi Ekonomi

Istilah integrasi pada awalnya digunakan untuk menggambarkan kombinasi atau penyatuan beberapa perusahaan dalam suatu industri baik secara vertikal maupun horizontal. Sedangkan istilah integrasi dalam konteks negara menggambarkan penyatuan beberapa negara dalam satu kesatuan, diawali dengan kemunculan teori Custom Union oleh Viner.

Berbagai definisi integrasi berkembang hingga saat ini. Salah satunya dikemukakan oleh Holzman yang menyatakan bahwa integrasi ekonomi sebagai situasi dimana dua kawasan menjadi satu atau mempunyai satu pasar yang ditandai harga barang dan faktor produksi yang sama di antara dua kawasan tersebut. Definisi tersebut mengasumsikan tidak ada hambatan dalam pergerakan barang, jasa dan faktor produksi di antara dua kawasan dan adanya lembaga-lembaga yang memfasilitasi pergerakan tersebut.

Proses integrasi ekonomi selalu ditandai oleh proses integrasi pasar di antara negara yang berpartisipasi dalam integrasi. Integrasi pasar merupakan suatu konsep dimana pelaku pasar dalam kawasan yang berbeda atau negara-negara anggota dalam union digerakkan oleh kondisi supply dan demand. Kondisi ini ditunjukkan dengan pergerakan lintas barang, jasa, dan faktor produksi yang meningkat pesat dalam satu union.

Proses integrasi ekonomi dilandasi oleh konsep dasar bahwa manfaat ekonomi yang akan diperoleh dari proses tersebut lebih besar dibandingkan dengan biaya atau resiko yang mungkin dihadapi. Kebijakan liberalisasi maupun kesepakatan integrasi digunakan sebagai alat untuk mendapatkan akses pasar yang lebih luas dan mendorong pertumbuhan dalam rangka meningkatkan kemakmuran. Namun demikian, isu kedaulatan negara juga menjadi salah satu kritik yang sering dilontarkan terhadap kesepakatan integrasi ekonomi tersebut. Hal ini karena adanya pandangan bahwa integrasi ekonomi akan mengurangi kedaulatan nasional suatu negara karena adanya kesepakatan kebijakan bersama.

Metode Analisis

Identifikasi dan analisis peluang dan tantangan perekonomian Indonesia dalam menghadapi integrasi ekonomi ASEAN yang akan diberlakukan efektif pada tahun 2015 dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT (Strength-Weaknesses-Opportunities-Threats). Analisis SWOT digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dari kesepakatan integrasi ekonomi ASEAN. Kekuatan dan kelemahan merupakan faktor internal, sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor eksternal. Identifikasi kekuatan dan kelemahan digunakan sebagai dasar untuk menangkap peluang dan menghadapi tantangan/ancaman dari dampak integrasi ekonomi ASEAN. Kemudian, disusun strategi peningkatan ekonomi dan daya saing nasional berdasarkan hasil identifikasi SWOT, yang meliputi:

1. Strategi SO disusun berdasarkan kekuatan perekonomian nasional (strengths) dalam meraih keuntungan (advantage) dari peluang integrasi ekonomi ASEAN (opportunities) 2. Strategi WO disusun untuk mengatasi kelemahan perekonomian nasional (weaknesses)

(5)

3. Strategi ST disusun berdasarkan kekuatan perekonomian nasional (strengths) dalam menghadapi ancaman sebagai dampak dari terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN (threats)

4. Strategi WT disusun untuk mengatasi kelemahan perekonomian nasional (weaknesses) dalam menghadapi ancaman integrasi ekonomi ASEAN (threats)

Pembahasan dan Hasil Analisis

Gambaran Perekonomian ASEAN

Pertumbuhan ekonomi ASEAN selama tujuh tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang meningkat pesat, yaitu meningkat dua kali lipat. Pada tahun 2010, Gross Domestic Product (GDP) nominal ASEAN telah tumbuh hingga mencapai USD 1.8 Triliun. Jika ASEAN adalah sebuah entitas tunggal, maka posisi ekonomi ASEAN tersebut berada di urutan kesembilan dunia setelah Amerika Serikat, Cina, Jepang, Jerman, Perancis, Brazil, Inggris, dan Italia.

Tabel 1.1

Distribusi Perdagangan ASEAN dengan Mitra Dagang Utama Tahun 2008-2010 (%)

Pangsa (%)

Negara Mitra Ekspor Impor Total

2008 2009 2010 2008 2009 2010 2008 2009 2010

ASEAN 24.52 24.60 25.02 29.18 23.81 25.83 26.78 24.23 25.41

Jepang 12.18 10.14 9.61 12.62 13.26 10.64 12.39 11.61 10.10

European Union (EU)-251/ 10.18 11.06 10.74 13.58 11.29 9.60 11.83 11.17 10.20

China 12.18 9.69 10.55 10.29 11.45 12.21 11.26 10.52 11.34 Amerika 9.09 10.00 9.38 12.17 9.22 8.84 10.58 9.63 9.13 Republik Korea 4.61 4.27 4.20 4.20 5.58 5.50 4.41 4.89 4.82 Australia 2.04 3.87 3.29 4.05 2.20 2.07 3.02 3.08 2.71 India 1.98 3.35 3.36 3.62 1.97 1.99 2.78 2.70 2.71 Negara lainnya 23.23 23.02 23.84 10.29 21.23 23.31 16.94 22.17 23.59

Total ASEAN 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber: www.aseansec.org

Catatan: */ Austria, Belgia, Syprus, Republik Czech, Denmark, Estonia, Finlandia, Perancis, Jerman, Greece, Hungaria, Irlandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luxemburg, Malta, Belanda, Polandia, Portugal, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Inggris.

(6)

432 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Volume perdagangan intra ASEAN terus mengalami peningkatan. Pangsa perdagangan intra ASEAN didominasi oleh tiga negara, yaitu Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Singapura mendominasi share perdagangan intra ASEAN dengan kecenderungan yang semakin meningkat. Namun demikian, tidak demikian halnya dengan kontribusi perdagangan Indonesia. Kontribusi Indonesia dalam perdagangan intra ASEAN menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun dan perannya digantikan oleh Thailand. Lihat Tabel 1.2 berikut ini.

Tabel 1.2

Kontribusi Enam Negara Anggota ASEAN Terhadap Ekspor Intra ASEAN Tahun 2002 - 2009 (%)

Kecenderungan turunnya peran ekonomi Indonesia dalam perdagangan intra ASEAN merupakan indikasi turunnya daya saing perekonomian Indonesia dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Perkembangan peran ekonomi Thailand dalam perdagangan intra ASEAN merupakan bentuk warning terhadap daya saing ekonomi nasional. Menurut penelitian Global Competitiveness Report (GCR) tentang daya saing global, peringkat daya saing Indonesia terus menerus turun. Turunnya peringkat daya saing ini menurut GCR disebabkan karena kondisi infrastruktur, institusi dan pendidikan dasar di Indonesia yang masih buruk. Peran infrastruktur, institusi (birokrasi), dan pendidikan yang berkualitas (human capital) dalam proses produksi sangatlah penting. Sehingga, inefisiensi ketiga faktor tersebut dapat menyebabkan tingginya cost of production dan berakibat pada rendahnya daya saing komoditas nasional. Di Asia, negara dengan tingkat daya saing global yang tinggi adalah Singapura dan Taiwan. Lihat Tabel 1.3 berikut ini.

Tabel 1.3

(7)

Gambaran Perekonomian Indonesia

Seperti terlihat dalam Gambar 1 dan 2 di bawah ini disimpulkan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi nasional semakin meningkat. Tingkat pertumbuhan ekonomi diukur dari kenaikan PDB (Produk Domestik Bruto) atas dasar harga konstan atau kenaikan PDB per kapita. Produk Domestik Bruto Indonesia atas dasar harga konstan tahun 2000 dalam periode tahun 2006-2011 terus meningkat secara konsisten walaupun tidak sebesar PDB harga berlaku. Hal ini menunjukkan bahwa beban inflasi nasional masih sangat besar. Demikian juga untuk nilai PDB per kapita, yang menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat pula. Kedua indikator tersebut menggambarkan capaian hasil pembangunan nasional di bidang ekonomi.

Sumber : BPS, diolah.

Perekonomian Indonesia selama ini didominasi oleh output tiga sektor ekonomi, yaitu industri manufaktur; perdagangan, hotel & restoran; serta sektor pertanian. Dalam Tabel 1.4 di bawah ini terlihat bahwa selama periode tahun 2006-2011, kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional adalah yang tertinggi, yaitu antara 25,81-27.83 persen, namun dengan kecenderungan yang semakin menurun. Sebaliknya, sektor perdagangan, hotel & restoran memiliki kecenderungan kontribusi yang semakin meningkat terhadap PDB nasional.

Tabel 1.4

(8)

434 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

Sumber: BPS, diolah.

Meskipun kontribusi industri manufaktur terhadap PDB cenderung turun, namun apabila dikelola secara efisien diharapkan dapat meningkatkan daya saing perekonomian nasional karena kontribusinya paling besar dibanding sektor lain dalam perekonomian nasional. Efisiensi proses produksi industri manufaktur dapat dilakukan dengan mengalokasikan sumber daya secara efisien, efektif dan lebih inovatif (Ramelan, 1998; Landiyanto, 2005). Oleh karena itu, prioritas utama perekonomian nasional adalah dengan mengembangkan industri manufaktur unggulan di setiap daerah yang berbasis potensi sumber daya lokal dengan menggunakan tehnologi yang lebih inovatif.

Ditinjau dari aspek spasial, lokasi industri manufaktur nasional menyebar tidak merata ke seluruh provinsi. Penyebaran yang tidak merata ini disebabkan karena potensi dan sumberdaya masing-masing provinsi tidak sama. Perbedaan potensi ini dipengaruhi oleh proses pemberdayaan sumber daya di masing-masing provinsi sebagai satu kesatuan ekonomi nasional yang berbeda-beda.

Pada kenyataannya, lokasi industri manufaktur nasional terkonsentrasi hanya di beberapa wilayah strategis di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Output industri manufaktur di pulau Jawa menyumbang lebih dari 70 persen total output industri manufaktur nasional. Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat, merupakan pusat konsentrasi industri manufaktur di pulau Jawa dan bahkan Indonesia. Sebagian besar kawasan industri berada di provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat menyumbang lebih dari 25 persen total output industri manufaktur nasional dengan trend yang meningkat, sedangkan Jawa Timur menyumbang lebih dari 16 persen total output industri manufaktur nasional, namun dengan trend yang semakin menurun. Lihat Tabel 1.5 berikut ini.

Tabel 1.5

Distribusi Industri Manufaktur Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Berdasar Kontribusi Masing-Masing Pulau di Indonesia

(9)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa industri manufaktur merupakan salah satu sektor unggulan yang potensial untuk dikembangkan dan merupakan penggerak perekonomian nasional. Industri manufaktur memiliki linkage yang besar terhadap sektor ekonomi lainnya. Apabila industri manufaktur meningkat, maka akan mendorong peningkatan di sektor ekonomi lainnya. Namun demikian, selain potensi di atas, industri manufaktur juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya: fenomena sunset industry, trend pertumbuhan yang semakin turun, serta daya saing yang masih rendah di pasar global.

Integrasi Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community)

ASEAN dibentuk pada tahun 1967 oleh lima negara pendiri, yaitu Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Kini ASEAN terdiri dari sepuluh negara anggota, yaitu Brunei Darussalam (1984), Vietnam (1995), Myanmar dan Laos (1997), dan Kamboja (1999).

Kerjasama ASEAN pada awalnya ditujukan untuk kerjasama yang berorientasi politik, yaitu untuk mencapai perdamaian dan keamanan di kawasan Asia Tenggara. Namun, dalam perkembangannya, seiring dengan tantangan perkembangan global, kerjasama ASEAN semakin diperkuat oleh semangat stabilitas ekonomi dan sosial di kawasan Asia Tenggara, antara lain melalui percepatan pertumbuhan ekonomi, sosial, dan budaya dengan tetap memperhatikan kesetaraan dan kemitraan sebagai landasan untuk tercapainya masyarakat ASEAN yang sejahtera dan damai. Oleh karena itu, kerjasama ASEAN didasarkan pada tiga pilar utama, yaitu ASEAN Security Community, ASEAN Economic Community dan ASEAN Socio-Cultural Community dimana ketiganya membentuk ASEAN Community.

ASEAN Economic Community terbentuk karena adanya kesepakatan atau integrasi ekonomi yang telah menjadi elemen penting dalam proses globalisasi. Integrasi ekonomi dilandasi oleh konsep dasar bahwa manfaat ekonomi yang akan diperoleh lebih besar dibanding biaya/resiko yang mungkin dihadapi. Kebijakan integrasi ekonomi ASEAN dimaksudkan untuk mendapatkan akses pasar yang lebih luas dan mendorong pertumbuhan ekonomi ASEAN dalam rangka meningkatkan kemakmuran seluruh masyarakat ASEAN serta memperkuat daya saing kawasan ekonomi ASEAN dalam rangka menghadapi persaingan global.

ASEAN Economic Community (AEC) merupakan proses integrasi ekonomi akibat dari proses liberalisasi perdagangan barang dan jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja di kawasan negara-negara ASEAN yang membentuk pasar tunggal ASEAN. Integrasi ekonomi ASEAN ditindaklanjuti dengan beberapa kesepakatan perdagangan dan investasi (PTA, 1977; AFTA, 1992; AFAS, 1995; serta AIA, 1998) yang kemudian diikuti dengan perumusan sektor prioritas integrasi dan kerja sama di bidang moneter. Bahkan, untuk menghadapi tantangan global telah diputuskan mempercepat pembentukan AEC dari tahun 2020 menjadi tahun 2015. Percepatan integrasi ekonomi ASEAN ini diharapkan dapat memanfaatkan semua potensi yang ada.

(10)

436 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

ekonomi antar negara ASEAN dapat diperkecil. Melalui integrasi ekonomi ASEAN secara bertahap negara-negara anggota ASEAN membebaskan aliran perdagangan barang, jasa, dan faktor produksinya, serta melakukan harmonisasi peraturan-peraturan terkait lainnya secara bertahap dan terjadwal.

Berbagai langkah implementatif kemudian ditindaklanjuti sebagai keberlanjutan dari proses integrasi ekonomi ASEAN, seperti: peningkatan kerjasama perdagangan dan investasi, pengembangan sumber daya manusia, kerjasama kebijakan makroekonomi dan moneter, peningkatan infrastruktur, pengembangan transaksi on-line (e-ASEAN), peningkatan keterlibatan sektor swasta dan lain-lain. Integrasi ekonomi ASEAN diharapkan juga memberi manfaat bagi sektor swasta yang terlibat dalam proses integrasi.

Target waktu pencapaian AEC terbagi dalam empat fase, yaitu 2008-2009, 2010- 2011, 2012-2013, dan 2014-2015. Grand design AEC menjadi arah bagi negara-negara anggota ASEAN untuk mencapai AEC 2015. Mengingat pentingnya perdagangan eksternal bagi ASEAN (outward looking) dan strategi pembangunan ekonomi di negara-negara ASEAN (inward looking), maka grand designnya adalah:

1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas.

2. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerce.

3. ASEAN sebagai kawasan dengan perkembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara CLMV ( (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam) yang termuat dalam Initiative for ASEAN Integration.

4. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan koheren dengan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.

Peluang dan Tantangan Integrasi Ekonomi ASEAN bagi Perekonomian

Nasional

Terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN tidak disangkal akan menciptakan sejumlah peluang dan tantangan. Peluangnya adalah terciptanya pasar yang semakin luas bagi komoditas ekspor Indonesia. Disamping itu, juga meningkat nya kompetisi di antara pelaku usaha, kualitas barang, skala ekonomi, serta meningkatnya PDB nasional, dll. Sedangkan tantangannya adalah hilangnya kesempatan kerja akibat menjadi pasar bagi produk negara anggota ASEAN lainnya akibat tidak mampu bersaing serta terbatasnya wewenang negara dalam menetapkan kebijakan fiskal, keuangan, dan moneter dalam upaya mempengaruhi kinerja ekonomi dalam negeri.

(11)

nilai PDB terbesar di ASEAN harus dapat menjadi kekuatan agar Indonesia dapat menjadi pemain besar dalam pasar tunggal ASEAN.

Kawasan ASEAN juga dikenal sebagai negara eksportir, tidak hanya produk berbasis sumber daya alam, tetapi juga komoditas manufaktur lainnya. Prospek perekonomian ASEAN juga menjadi salah satu tujuan penanaman modal yang menarik bagi investor dunia. Hal ini menjadikan ASEAN sebagai peluang pasar maupun basis produksi yang menjanjikan bagi komoditas ekspor Indonesia. Indonesia sebagai salah satu kontributor besar dalam perdagangan ASEAN harus dapat memanfaatkan potensi daya tarik tersebut melalui perluasan pasarnya, dan bukan sebaliknya sebagai tempat pemasaran produk ekspor negara-negara ASEAN lainnya.

Di samping peluang-peluang yang sudah dideskripsikan di atas, terdapat pula tantangan terkait akan terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN pada tahun 2015. Yaitu, adanya kesamaan keunggulan kompetitif dengan negara anggota ASEAN lainnya, baik daya saing komoditas maupun sumber daya manusianya. Selain itu, tantangan lainnnya adalah membanjirnya produk asing terutama yang berasal dari negara anggota ASEAN sendiri

Untuk menangkap peluang dan menghadapi tantangan yang akan dihadapi sebagai dampak dari integrasi ekonomi ASEAN tersebut, maka strategi perekonomian nasional harus bersifat multi sektoral dan regional. Dengan keterbatasan sumber daya, strategi pengembangan ekonomi nasional diarahkan pada komoditas unggulan nasional yang berasal dari komoditas-komoditas andalan masing-masing daerah (local economy) melalui pendekatan prioritas (priority approach). Hal ini diharapkan dapat menciptakan keunggulan kompetitif untuk memenangkan persaingan global.

Salah satu sektor prioritas dalam perekonomian nasional adalah industri manufaktur. Pengembangan industri manufaktur harus berorientasi spasial dan regional. Kebijakan pengembangan industri manufaktur diarahkan untuk mendorong spesialisasi komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif di masing-masing daerah sehingga mampu menciptakan nilai tambah, perluasan kesempatan kerja, serta perolehan devisa yang optimal.

Sebagai salah satu negara yang memberi kontribusi besar dalam perekonomian ASEAN dan besarnya potensi ekonomi yang dimiliki, Indonesia harus mampu memanfaatkan kekuatan internal tersebut dengan memberdayakan sektor-sektor potensial serta mengefisiensikan proses produksi melalui peningkatan kualitas human capital, restrukturisasi birokrasi, serta pembangunan infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

Simpulan dan Implikasi Kebijakan

(12)

438 | Proceeding for Call Paper PEKAN ILMIAH DOSEN FEB – UKSW, 14 DESEMBER 2012

berasal dari komoditas-komoditas andalan masing-masing daerah (local economy) melalui pendekatan prioritas (priority approach). Hal ini diharapkan dapat menciptakan keunggulan kompetitf untuk memenangkan persaingan global.

Sebagai salah satu negara yang memberi kontribusi besar dalam perekonomian ASEAN dan besarnya potensi ekonomi yang dimiliki, Indonesia harus mampu memanfaatkan kekuatan internal tersebut dengan memberdayakan sektor-sektor potensial serta mengefisienkan proses produksinya melalui peningkatan kualitas human capital, restrukturisasi birokrasi, serta pembangunan infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan.

Implikasi dari strategi tersebut, antara lain:

1. Perlunya kerjasama yang serasi antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Hal ini diharapkan akan mewujudkan kekuatan bersama yang saling mendukung. Pembangunan ekonomi nasional seharusnya menempatkan dunia usaha dan masyarakat sebagai pelaku utamanya, sedangkan pemerintah berperan sebagai fasilitator dan penentu kebijakan yang membawa perekonomian nasional ke arah dan tujuan peningkatan pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan iklim investasi yang kondusif dengan menyediakan fasilitas/infrastruktur yang memadai sebagai dukungan terhadap terciptanya iklim usaha yang lebih kompetitif.

2. Mengembangkan sektor-sektor yang memiliki keunggulan kompetitif melalui peningkatan efisiensi produksi sehingga cost of productionnya renda, serta

3. Meningkatkan peran industri kecil dan menengah bersama dengan industri besar sebagai dasar kekuatan struktur industri nasional karena sebagian besar penduduk Indonesia berada di sektor usaha kecil dan menengah. Penataaan struktur industri diarahkan pada upaya-upaya yang mendorong tumbuhnya industri kecil, menengah, dan industri besar secara bersama-sama dan proporsional.

Daftar Pustaka

1. Antara News, Daya Saing Indonesia, 2007. Terperosok, http://www.antara.co.id, akses tgl 3 Juni 2010.

2. Astuti, Dewi, 2010. Peringkat Daya Saing RI Naik dari 42 jadi 35, http://web.bisnis.com, akses tgl 2 Juni 2010

3. Badan Pusat Statik Indonesia

4. Capello, Roberta, (2007), Regional Economics, Routledge, New York.

5. Djingan, 1996, Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

6. Khor, Martin, 2002a. Globalisasi Perangkap Negara-Negara Selatan, Globalization and the South: Some Critical Issues Third World Network (TWN), terjemahan, Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas (CPRC), Yogyakarta.

7. Khor, Martin, 2002b. Globalisasi Dan Krisis Pembangunan Berkelanjutan, Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas (CPRC), Yogyakarta.

8. Landiyanto, E Agustinus, 2005, Spesialisasi dan Konsentrasi Spasial pada Sektor Industri Manufaktur di Jawa Timur, paper, dipresentasikan di Jakarta dalam Seminar Industry and Trade pada tanggal 17 November 2005.

(13)

10.Morgan, Theodore, 1975. Economic Development : Concept and Strategy, Harper & Ror Publishers, New York.

11.Prabowo, Dibyo dan Sonia Wardoyo, 2004. AFTA Suatu Pengantar, BPFE, Yogyakarta. 12.Tjokroamidjojo, Bintoro, 1986. Perencanaan Pembangunan, Gunung Agung, Jakarta. 13.Wifipedia, 2010. Laporan Daya Saing Global, http://id.wikipedia.org, akses tgl 9 Juni

2010

(14)

Gambar

Tabel 1.1 Distribusi Perdagangan ASEAN dengan Mitra Dagang Utama
Tabel 1.2
Gambar 1  Gambar 2
Tabel 1.5 Distribusi Industri Manufaktur Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Referensi

Dokumen terkait