• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MULTIMEDIA MODEL SIMULASI DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI I ULUBONGKA KABUPATEN TOJO UNA UNA | Kariasi | JSTT 6978 23313 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MULTIMEDIA MODEL SIMULASI DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI I ULUBONGKA KABUPATEN TOJO UNA UNA | Kariasi | JSTT 6978 23313 1 PB"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

31

ULUBONGKA KABUPATEN TOJO UNA UNA

Karnila Kariasi¹; Mohamad Jamhari dan Sarjan N. Husain²

¹Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan IPA Pascasarjana Universitas Tadulako ² Dosen Pengajar Program Studi Magister Pendidikan IPA Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract

The research was conducted in the second semester in class VII SMPN I Ulubongka Tojo Una Una district number of students 21 he who consisted of 12 students, male and 9 female students. The school year 2014-2015. The purpose of the study was to describe the activities and learning outcomes of students of class VII SMPN I Ulubongka Tojo Una Una District after a given a learning science by using Multimedia. The method used descriptive method problem with classroom action research design according to Kemmis and Mc. Taggart with two cycles. Each cycle consists of two meetings. The results showed that the activity of the first cycle of students meeting the value 62,50%, the second cycle II meeting be 69,64%,and the second cycle of meetings I scored 80,36%,the second cycle II meeting be 91,07%. Student learning outcomes with preetest 52,52%,Absorption classical first cycle of meetings I value I 66,33%,the first cycle of meetings II value 70,76%, cycle II meeting I value 78,95%,the second cycle II meeting be 85,76%. Mastery learning classical first cycle of meetings I value 23,81%, the first cycle of meetings II value 66,67%, cycle II meeting I value 88,71%, the second cycle II meeting tobe 100%.Increased student learning outcomes in the first cycle to the value of N-Gain 0,14 (low) but then increased again to 0,30 (moderate) in cycle 2. Thus, it was cocluded that the application of multimedia in Learning Natural Science results can increase the activity and student learning in class VII SMPN I Ulubongka Tojo Una Una District.

Keywords: Multimedia, Activity and Learning Outcomes

Multimedia pada awalnya digunakan dalam dunia seni yaitu teater. pertunjukan yang memanfaatkan lebih dari satu media disebut pertunjukan multimedia. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, istilah tersebut mengalami perkembangan menjadi istilah yang digunakan dalam dunia pendidikan yaitu media yang melibatkan audio, visual dan teks. Bruner dalam Abdurrahman (2003) mengungkapkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya melibatkan semua alat indera siswa. Semakin banyak alat indera yang dilibatkan dalam menerima dan mengolah informasi pembelajaran, siswa akan semakin mudah mengerti dan mengembangkan pengetahuannya.

Sumiati dan Asra (2009) mengemukakan bahwa implikasi penggunaan ITharus mampu diterapkan oleh guru. Untuk hal tersebut guru seharusnya: (1) mempunyai pegangan asasi tentang mengajar dan dasar-dasar teori belajar; (2) dapat mengembangkan sistem pembelajaran melalui IT; (3) mampu melakukan proses pembelajaran yang efektif; (4) melakukan penilaian hasil belajar sebagai dasar umpan balik bagi seluruh proses yang ditempuh.

(2)

maka diperlukan perancangan pembelajaran yang lebih matang agar anak lebih terfokus pada isi mata pelajaran dan bukan pada medianya.

Umaedi (1999) mengusulkan bahwa untuk memberikan pengalaman khusus yang menarik yang dapat dipahami oleh peserta didik, sebaiknya pengajaran diberikan sesuai dengan struktur pengetahuan/keilmuan, sehingga peserta didik lebih siap menyerapnya; susunan penyajian pengajaran yang lebih efektif perlu dipertimbangkan dengan menciptakan kegiatan dan suasana belajar yang memungkinkan berkembangnya semua dimensi dalam pendidikan, seperti: watak, kepribadian, intelektual, emosional dan sosial. Sedangkan Zamroni (2000) menjelaskan strategi pembelajaran yang sesuai untuk mencapai dimensi di atas adalah menekankan pada perkembangan kemampuan intelektual tinggi, memiliki kepekaan (sensitif) terhadap kemajuan belajar dari tingkat konseptual rendah ke tingkat intelektual tinggi. Untuk itu Purwanto (2000) mengemukakan agar tidak terjadi dispersi perhatian anak ke media yang digunakan, guru harusnya memberikan layanan yang maksimal kepada anak baik secara individu maupun kelompok selama dalam proses pembelajaran berlangsung. Pelayanan yang dimaksud disini adalah pemberian materi melalui multimedia dengan berbagai perangkatnya antara lain penggunaan lembar kerja siswa (LKS), penuntun, buku siswa dan informasi lain dari guru secara berurutan sehingga ada sistimatika pembelajaran yang berkelajutan yang terstruktur sebagai dasar pembelajaran.

Jadi, agar pesan pembelajaran dapat diterima atau direkam dengan mudah melalui indera, maka guru harus berupaya menampilkan stimulus yang dapat diproses dengan berbagai indera pula. Stimulus dalam hal ini yaitu suatu perantara yang menjadi jembatan penghubung antara siswa dan guru sehingga terjadi komunikasi yang efektif. Dengan demikian media pembelajaran memiliki posisi sentral dalam proses

pembelajaran, berfungsi sebagai stimulan untuk memfocuskan perhatian siswa dalam memahami makna materi yang diajarkan sehingga kegiatan belajar menjadi lebih efektif dan efisien.

Motivasi bagi anak untuk belajar menurun dan tidak memiliki kegairahan dalam meraih sebanyak-banyaknya ilmu pengetahuan untuk bekal menghadapi peradaban yang semakin kompleks.Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru hanya mengacu pada rencana pembelajaran (RPP) yang sudah ada, tanpa ada pengembangan atau penyesuaian komponen-komponen dalam RPP. Hal tersebut merupakan faktor penulis untuk melakukan penelitian ini, sehingga pembelajaran yang dilakukan lebih efektif untuk menumbuhkan aktivitas belajar siswa, sehingga dapat berpengaruh pada peningkatan hasil belajar sebagaimana diharapkan.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang rencana akan dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yang mengacu pada Model Kemmis dan Mc. Taggar dalam Wiriatmaja (2009) yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi.

Desain penelitian merupakan kualitatif deskriptif. Yaitu penelitian/penyelidikan yang dilakukan untuk menemukan informasi ilmiah melalui data kualitatif, yang selanjutnya dipaparkan secara deskriptif. Namun selain informasi berupa data kualitatif, penelitian tindakan kelas ini juga menggunakan data kuantitatif sebagai data pendukung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(3)

penelitian 21 orang yang terdiri dari 12 siswa putra dan 9 siswa putri.

Penelitian ini dilakukan 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Tahap yang dilakukan terdiri dari tahap pratindakan dan pelaksanaan tindakan. Tahap pelaksanaan tindakan terdiri dari: (1) Perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Hasil perolehan data pada tiap tahapan penelitian diuraikan secara rinci sebagai berikut:

Pratindakan merupakan kegiatan awal penelitian yang dilakukan sebelum menerapkan multimedia model simulasi pada pembelajaran IPA, untuk mengetahui hal-hal yang mendasari pelaksanaan tindakan, termasuk diantaranya adalah menggali pengetahuan awal siswa berdasarkan nilai ulangan harian terakhir sebagai data pratindakan pada materi biotik dan abiotik. Hasil belajar siswa dapat diketahui dari nilai pretest yang diperoleh yaitu 52,52%. Dapat disimpulkan bahwa ketuntasan klasikal pada tahap pratindakan tidak tercapai yakni tidak mencapai 80%. Oleh sebab itu perlu adanya tindak lanjut untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran. Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, peneliti menerapkan pembelajaran multimedia model simulasi dalam pembelajaran IPA di kelas VII SMP Negeri I Ulubongka Kabupaten Tojo Una Una.

Tindakan siklus I dilaksanakan berdasarkan tahapan-tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Tahapan tindakan siklus I diuraikan sebagai berikut: Langkah-langkah yang ditempuh pada tahap perencanaan sebagai berikut: 1). Melakukan pertemuan awal dengan para observer pada mata pelajaran yang serumpun untuk membahas persiapan dan waktu pelaksanaan tindakan, 2). Menyiapkan materi pembelajaran tentang gejala alam biotik dan abiotik, 3). Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), 4). Membuat LKS, lembar observasi aktivitas siswa dan guru. 5). Membagi kelompok belajar siswa.

Tahap pelaksanaan tindakan kegiatan pada proses pembelajaran disesuaikan dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), meliputi: (1) tahap pendahuluan (apersepsi), (2) tahap pelaksanaan/kegiatan inti, dan (3) tahap evaluasi. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung dilakukan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa melalui lembar observasi aktivitas siswa dan guru. Penilaian tersebut dilakukan oleh observer.

Daya serap klasikal mengalami peningkatan 16% dibandingkan dengan pratindakan. Ketuntasan klasikal pada pratindakan 0, sedangkan ketuntasan klasikal pada tindakan siklus I mencapai 45,24%. Berdasarkan hasil tes tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan multimedia model simulasi efektif dalam proses pembelajaran, namun dalam tiap tahapan pada langkah-langkah pembelajaran dibutuhkan perbaikan yang lebih baik lagi, khususnya pada soal-soal yang belum dapat dijawab oleh siswa. Tujuan dilakukan observasi adalah untuk memperoleh informasi terhadap keterlaksanaan pembelajaran penerapan multimedia model simulasi. Observasi dilakukan oleh guru pada saat kegiatan belajar mengajar (KBM) tengah berlangsung, mulai dari pendahuluan hingga penutup. Observer melakukan pengamatan terhadap jalannya KBM berdasarkan lembar observasi aktivitas guru. Melalui lembar observasi aktivitas guru, peneliti dapat mengetahui kekurangan yang terjadi selama KBM berlangsung.

Hasil observasi aktivitas guru pada pertemuan I dan II pada siklus I, diakumulasikan menjadi rata - rata keterlaksanaan aktivitas guru pada siklus I. Untuk mengetahui kriteria keterlaksanaan, dilakukan perhitungan dengan prosentase skor. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa rata-rata keterlaksanaan aktivitas guru pada peretemuan I siklus I,66% dengan kriteria cukup, dan pada pertemuan II meningkat 9% yakni 75% dengan kriteria baik.

(4)

diakumulasi menjadi hasil observasi aktivitas siswa siklus I.

Hasil pembelajaran aktivitas siswa yang dilaksanakan berdasarkan penerapan multimedia model simulasi dapat dijelaskan bahwa keberhasilan guru dalam pengelolaan pembelajaran pertemuan I siklus I secara keseluruhan berada pada kategori baik dengan skor 67% dan pada pertemuan II mencapai skor 75% dengan kategori baik. Dengan demikian, terjadi peningkatan sebesar 8%.

Tahap refleksi ini, hasil observasi dianalisis bersama. Dari hasil analisis bersama terhadap aktivitas siswa, pelaksanaan tindakan oleh guru berdasarkan penerapan multimedia model simulasi pada pembelajaran IPA dan tes hasil belajar siswa diperoleh beberapa kesimpulan sebagai evaluasi untuk melakukan tindakan berikutnya.

Permasalahn dan kegagalan yang akan menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan perbaikan pada siklus II berikutnya. Dengan harapan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas VII SMP Negeri I Ulubongka Kabupaten Tojo Una Una yang menggunakan multimedia.

Tindakan siklus II dilakukan berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I. pelaksanaan tindakan dilkukan denagn tahapan seperti pada siklus I yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Tahapan kegiatan tindakan siklus II diuraikan sebagai berikut:

Perancanaan dilakukan dengan langkah-langkah sebagaimana dilakukan pada siklus I. langkah tersebut diuraikan sebagai berikut: 1) Melakukan pertemuan awal dengan guru

teman sejawat untuk membicarakan persiapan tindakan dan waktu tindakan, 2) Mempersiapkan sumber dan bahan yang

akan dipakai dalam pembelajaran,

3) Mempersiapkan rencana pembelajaran sesuai dengan materi yang ditetapkan, 4) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), 5) Mempersiapkan lembar tes akhir tindakan, 6) Mempersiapkan lembar observasi.

Tahap pelaksanaan tindakan yaitu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan penerapan multimedia model simulasi sebagaimana dilakukan pada siklus I. kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dann akhir yang beroreantasi pada penerapan multimedia model simulasi.

ketuntasan secara klasikal mengalami peningkatan pesat jika dibandingkan dengan tahap siklus I. siklus II ketuntasan 100%. Berdasarkan hasil tersebut, maka disimpulkan bahwa penerapan multimedia model simulasi efektif dilakukan dalam perbaikan proses pembelajaran, namun guru dan siswa perlu memperhatikan tiap tahapan yang harus dilakukan. Untuk itu, perlu dilakukan tindakan berikutnya dengan mengoptimalkan proses pembelajaran.

Observasi terhadap aktivitas siswa dan guru di kelas pada saat pembelajaran, dilakukan dengan cara mengamati kegiatan guru dalam hal melaksanakan penerapan multimedia model simulasi. Observasi dilakukan dengan mengisi lembar observasi yang telah tersedia. Observasi terhadap guru dan siswa dilakukan pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.

Hasil observasi aktivitas guru pada pertemuan I dan II siklus II terjadi peningkatan persentase nilai rata-rata pada aktivitas guru, yaitu sebesar 20% dari sikluss I, 71% dengan criteria baik, ke siklus II 91% dengan kriteria sangat baik.

Hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan I dan pertemuan II pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 11% dari pertemuan I ke pertemuan II siklus II. Persentase nilai rata-rata siswa pada pertemuan I siklus II mencapai 87% dengan kategori sangat baik, dan pada pertemuan II mencapai 98% dengan kategori sangat baik.

(5)

mengerjakan tugas dan bekerjasama dengan baik, tidak ragu-ragu untuk bertanya baik sesame teman maupun guru, dapat memberikan contoh yang baik sesuai dengan yang ada di sekitar kehidupan ataupun pengalaman masing-masing.

Capaian daya serap klasikal (DSK) maupun ketuntasan belajar klasikal (KBK) terus mengalami kenaikan persentase dari siklus I ke siklus II. Capaian tersebut pada mulanya masih dalam kategori rendah kemudian mencapai kategori sedang pada siklus II. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan multimedia dengan prosedur langkah-langkahnya memiliki kemampuan yang dapat dikatakan baik jika dilakukan dengan baik oleh guru/pengajar. Dengan demikian aktivitas guru sebagaimana telah diuraikan di atas juga merupakan gambaran pelaksanaan sintak pembelajaran oleh dengan menggunakan multimedia.

KESIMPULAN

Penerapan multimedia pada pembelajaran IPA di kelas VII SMP Negeri 1 Ulubongka Kabupaten Tojo Una Una terbukti dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dari criteria cukup menjadi sangat baik. Perolehan nilai daya serap klasikal (DSK) lebih besar dari batas minimal DSK yaitu sebesar 83.40% dan capaian ketuntasan belajar klasikal (KBK) mencapai 100% atau lebih besar dari batas KBK yang ditentukan sebesar 85%.

Penerapan multimedia pada pembelajaran IPA di kelas VII SMP Negeri 1 Ulubongka Kabupaten Tojo Una Una terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan N-gain sebesar 0.16/rendah pada Siklus I dan 0.30/sedang pada siklus II.

UCAPAN TERIMAKASIH

Dengan penuh keikhlasan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Mohamad Jamhari yang telah begitu banyak memberi masukan dan bimbingan kepada penulis, sejak awal penelitian sampai penyusunan artikel ini untuk layak dipublikasikan.

DAFTAR RUJUKAN

Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Latifah, U. (2004). Bentuk Layanan Keberbakatan di SMA Lab School Jakarta. Makalah Seminar Keberbakatan Nasional Nasional dengan tema Keberlanjutan Layanan Keberbakatan Mencegah Kemubaziran Perwujudan Potensi Unggul Generasi Muda Menyongsong Tantangan Masa Depan. Tanggal 6 Maret 2004 Jakarta: Depdiknas.

Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Rajawali Prima.

Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

Wiraatmadja, R. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Kerjasama dan PT. Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Sementara untuk emiten saham perusahaan anggota LQ45, menambah informasi terkait prediksi saham perusahaan mereka sehingga dapat melakukan langkah antisipasi terhadap

telah dilakukan ini diharapkan dapat memberikan saran sebagai berikut: proses pembelajaran fisika dengan me- nerapkan kemampuan membangun mode representasi dapat

Berdasarkan hasil regresi di atas, nilai p- value yang dihasilkan sebesar 0,4863 > α0.05 sehingga dapat dilihat bahwa tidak terdapat pengaruh yang signif ikan antara bank

Berdasarkan uji coba pengembangan dan penyebaran yang telah dilakukan terhadap perangkat pembelajaran Fisika Dasar I menggunakan model pembelaja- ran project based learning pada

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pada PT. Indomakmur Sawit Berjaya Rambah Hilir, kabupaten Rokan Hulu yang berjumlah 129 orang. Sedangkan untuk

On the other hand, early modern verse collectors also W lled their miscellanies with genres that, like anti-courtly love poems, regularly leave their original contexts rather

(misalnya melalui modul pelatihan, panduan dalam coaching dan lain- lain, bergantung pada hasil temuan). Adapun yang dimaksud dengan assessor adalah assessor yang bukan assessor

Dengan demikian, manakala seseorang berzikir kepada Allah, dengan tasbih, tahlil, takbir atau berzikir dalam keadaan shalat, berdoa, membaca al- Quran, maka Allah juga akan