MEMBANGUN BANGSA DAN
NEGARA DENGAN
SEMANGAT KRISTIANI
KOMPETENSI DASAR
3.4. Memahami makna keterlibatan
aktif umat Katolik dalam
membangun bangsa dan negara
Indonesia
4.4. Berperan aktif dalam
membangun bangsa dan negara
Indonesia
INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI
3.4.1. Menganalisis situasi masyarakat Indonesia dewasa ini
3.4.2. Menganalisis situasi masyarakat Indonesia dalam terang Kitab Suci (Luk 4:18- 19)
3.4.3. Menjelaskan ajaran Gereja tentang usaha-usaha masyarakat untuk membangun masyarakat seperti yang dikehendaki Tuhan (Evangelii Nuntiandi artikel 31)
3.4.4. Menjelaskan hambatan-hambatan dalam usaha membangun masyarakat yang dikehendaki Tuhan dan cara mengatasinya
3.4.5. Menjelaskan partisipasi-aktif yang dapat dilakukan untuk membangun masyarakat yang dikehendaki Tuhan.
MENCERMATI PERMASALAHAN DALAM KEHIDUPAN BANGSA DAN NEGARA KITA
1. Situasi Politik
Dewasa ini, politik hanya dimanfaatkan untuk
kepentingan pribadi atau kelompok, yang sedang
berlangsung sekarang, tampak bahwa politik menjadi ajang pertarungan kekuatan dan perjuangan untuk memenangkan kepentingan ekonomi atau financial pribadi dan kelompok. Yang lebih memprihatinkan lagi agama sering digunakan untuk kepentingan
kelompok politik. Simbol-simbol agama dijadikan lambang politik kelompok tertentu dan dengan
demikian membangun sekat-sekat antara penganut agama, yang kadangkala melahirkan berbagai bentuk kekerasan yang berbau SARA.
2. Situasi Ekonomi
Secara ekonomis, negeri kita praktis
dikuasai oleh segelintir orang yang kaya
raya, yang memiliki perusahaan-perusahaan
multinasional dengan modal dan kekayaan
yang sangat besar.
Selanjutnya, tatanan ekonomi yang berjalan
di Indonesia mendorong kolusi kepentingan
antara para pemilik modal dan pejabat,
untuk mendapatkan keuntungan
sebanyak-banyaknya.
3. Masalah peraturan perundang-undangan dan
hukum
Uang telah merusak segala-galanya. Peraturan
perundang-undangan dan aparat penegak
hukum dengan mudah ditaklukkan oleh
mereka yang mempunyai sumber daya
keuangan.
Akibatnya, upaya untuk menegakkan tatanan
hukum yang adil dan pemerintahan yang
bersih tak terwujud. Ketidakadilan semakin
dirasakan kelompok-kelompok yang secara
struktural sudah dalam posisi lemah, seperti
perempuan, anak-anak, orang tua, orang cacat
dan kaum miskin.
AKAR MASALAH
1. Kita beragama, namun kurang beriman
Salah satu akar yang terdalam ialah
kurangnya iman yang menjadi sumber
inspirasi kehidupan nyata. Penghayatan
iman masih lebih berkisar pada hal-hal
lahiriah, seperti symbol-simbol dan upacara
keagamaan. Dengan demikian, kehidupan
politik di Indonesia kurang tersentuh oleh
iman itu. Salah satu akibatnya ialah lemahnya
pelaksanaan etika politik, yang hanya
diucapkan di bibir, tetapi tidak dilaksanakan
secara konkrit.
2. Rakus akan kekuasaan dan
kekayaan/harta benda
Kerakusan akan kekuasaan dan
kekayaan yang menjadi bagian dari
pendorong politik kepentingan yang sangat
membatasi ruang public, yakni ruang
kebebasan politik dan ruang peran serta
warga Negara sebagai subyek. Ruang public
disamakan dengan pasar. Yang dianggap
paling penting adalah kekuatan uang dan
hasil ekonomi.
3. Egoisme
Nafsu untuk mengejar kepentingan
sendiri bahkan dengan mengabaikan
kebenaran. Meluasnya praktek korupsi tidak
lepas dari upaya memenangkan kepentingan
diri dan kelompok. Ini mendorong terjadinya
pemusatan kekuasaan dan lemahnya daya
tawar politik berhadapan dengan
kepentingan-kepentingan pihak yang menguasai sumber
daya keuangan, terutama sektor bisnis.
Akibatnya, bukan proses politik bagi kebaikan
bersama yang mengelola cita-cita hidup
bersama yang berkembang, melainkan kekuatan
finansial yang mendekte proses politik.
4. Menghalalkan segala cara untuk
mencapai tujuan
Ketika tujuan menghalalkan cara,
terjadilah kerancuan besar karena
apa yang merupakan ‘cara’
diperlakukan sebagai ‘tujuan’.
Dalam logika ini, yang digunakan
sebagai ukuran adalah hasil.
AJARAN KITAB SUCI DAN
AJARAN GEREJA
YESUS MEWARTAKAN KABAR BAIK
“Roh Tuhan ada pada-Ku,
oleh sebab Ia mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin,
dan Ia telah mengutus Aku
untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan,
dan penglihatan bagi orang-orang buta,
untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan
Kehidupan rakyat jelata semasa Yesus sungguh
parah. Mereka ditindas dan dihimpit oleh para penguasa dan pemimpin-pemimpin agama. Pajak membebani rakyat miskin, selain pajak kepada pemerintah penjajah, masih ada pajak kepada
pemerintah daerah dan pajak agama. Pajak agama ialah pajak bagi bait Allah yang berupa sepersepuluh dari hasil bumi.
Rakyat kecil masa itu dihimpit pula oleh para
rohaniwan, yaitu kaum Farisi. Kaum Farisi itu
berjuang untuk menjaga kemurnian agama. Mereka mewajibkan diri untuk melaksanakan bermacam-macam tindakan religius dan ritual, seperti puasa, matiraga dan sebagainya. Akan tetapi, mereka suka memanipulasi hokum-hukum Taurat dan
menciptakan 1001 macam peraturan yang sangat menekan rakyat kecil, tetapi menguntungkan diri mereka.
Terhadap penindasan dan ketidakadilan itu, Yesus
bangkit untuk membela rakyat kecil yang menderita. Ia menyerang the rulling class pada waktu itu tanpa takut. Ia tidak berdiam diri atau bersikap
kompromistis supaya terelak dari kesulitan. Ia sudah tahu bisa membayangkan resikonya, akan tetapi Ia
konsekwen. Ia mengecam raja-raja yang tak mengenal dan mencintai Allah, tetapi menindas rakyat.
Dengan orang Farisi, Yesus sangat berani. Padahal
kaum Farisi adalah golongan yang sangat berpengaruh pada masa itu, seperti para rohaniwan pada masa
sekarang ini. Yesus berani membela rakyat kecil.
Namun, jangan salah mengerti bahwa Yesus itu tokoh revolusioner yang mau mengubah keadaan social dan politik masa itu. Yesus tidak mewartakan suatu
revolusi kiri atau kanan untuk melawan kaum penguasa dan kaum berada pada masa itu.
Ia hanya mewartakan Kabar Gembira, dan Kabar
Gembira bukanlah suatu program social politis. Orang boleh mengikuti warta-Nya dengan
komitmen social politik apa pun. Kritik-Nya yang tajam terhadap penguasa tidak bernada politis dan perjuangan kelas. Ia hanya menegakkan nilai-nilai Kerajaan Allah, seperti keadilan, cinta kasih dan perdamaian. Para pemimpin agama harus
menegakkan nilai-nilai itu, harus melayani rakyat, bukan menindas.
Yesus seorang pembebas, membebaskan manusia
dari kekerasan. Suatu pembebasan yang:
❖terbit dari batin manusia, lalu mewujud dalam
masyarakat dalam bentuk apa pun;
❖berupa perbuatan, yaitu suatu peralihan sikap
dari segala praktek egoistis kepada sikap mengabdi Allah dan sesama.
PRINSIP-PRINSIP KRISTIANI DALAM
MEMBANGUN MASYARAKAT
Hormat terhadap martabat manusia
Prinsip ini menegaskan bahwa manusia mempunyai nilai dalam dirinya sendiri dan tidak pernah boleh diperalat. Manusia diciptakan menurut citra Allah, diperbaharui oleh Yesus Kristus yang mengangkat manusia menjadi anak Allah. Sumber Daya Manusia (SDM) yang sering digunakan tak boleh
mengabaikan kebenaran bahwa nilai manusia tak hanya terletak dalam kegunaannya. Martabat
manusia Indonesia harus dihargai sepenuhnya dan tak boleh diperalat untuk tujuan apa pun, termasuk tujuan politik.
Kebebasan
Kebebasan adalah hak setiap orang dan
kelompok: bebas dari segala bentuk
ketidakadilan dan bebas untuk
mengembangkan diri secara penuh. Setiap
warga sangat membutuhkan kebebasan dari
ancaman dan tekanan, kebebasan dari
kemiskinan yang membelenggunya, dan juga
kebebasan untuk berkembang menjadi
manusia seutuhnya. Kekuasaan Negara perlu
diingatkan akan salah satu tanggung jawab
utamanya untuk melindungi warga Negara dari
ancaman kekerasan, baik yang berasal dari
sesama warga maupun dan terutama dari
kekuasaan Negara.
Keadilan
Keadilan merupakan keutamaan yang
membuat manusia sanggup memberikan
kepada setiap orang atau pihak lain apa
yang merupakan haknya. Dewasa ini,
perjuangan untuk memperkecil kesenjangan
social ekonomi semakin mendesak untuk
dilaksanakan, demikian juga perjuangan
untuk melaksanakan fungsi social sebagai
modal bagi kesejahteraan bersama.
Solidaritas
Dalam tradisi solidaritas, sikap solider
terungkap dalam semangat gotong royong
dan kekeluargaan yang menurut pepatah
lama berbunyi: ‘berat sama dipikul, ringan
sama dijinjing’. Prinsip itu sangat mendesak
untuk diwujudkan dalam konteks dunia
modern. Dalam masyarakat di mana banyak
orang mengalami perlakuan dan keadaan
tidak adil, solider berarti berdiri di pihak
korban ketidakadilan, termasuk
Subsidiaritas
Menjalankan prinsip subsidiaritas berarti
menghargai kemampuan setiap manusia,
baik pribadi maupun kelompok, untuk
mengutamakan usahanya sendiri,
sementara pihak yang lebih kuat siap
membantu seperlunya. Dalam keadaan kita
sekarang, hubungan subsidier berarti
menciptakan relasi baru antara kemitraan
dan kesetaraan antara pemerintah,
organisasi-organisasi social, dan warga
Negara, serta kerjasama yang serasi antara
pemerintah dan swasta.
Sikap jujur dan tulus iklas
Dengan prinsip ini kebenaran dihargai dan
dipegang teguh. Dewasa ini, sikap ikhlas
(fair) berarti menciptakan aturan yang adil
dan menaatinya, menghormati pribadi dan
nama baik lawan politik, membedakan
antara wilayah public dan privat, serta
menyadari dan melaksanakan kewajiban
untuk memperjuangkan kepentingan dan
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Demokrasi
Demokrasi sebagai system tidak hanya menyangkut hidup kenegaraan, melainkan juga hidup ekonomi, social dan cultural. Dalam arti ini, demokrasi
dimengerti sebagai cara-cara pengorganisasian
kehidupan bersama yang mencerminkan kehendak umum, dengan tekanan pada peran serta,
perwakilan dan tanggung jawab. Demokrasi tidak dengan sendirinya menghasilkan apa yang
diharapkan. Dalam masyarakat kita tampak adanya kecenderungan untuk meminggirkan kelompok-kelompok minoritas, dengan alasan-alasan yang
kurang terpuji. Keputusan yang menyangkut semua warga Negara diambil sekedar atas dasar suara
mayoritas, dengan mengabaikan
pertimbangan-pertimbangan yang mendasar, matang dan berjangka panjang.
Tanggung jawab
Bertanggungjawab berarti mempunyai komitmen penuh pengabdian dalam pelaksanaan tugas.
Tanggung jawab atas pribadi disertai dengan tanggung jawab kepada sesama. Bagi politisi,
bertanggung jawab berarti bekerja sebaik-baiknya demi tercapainya tujuan Negara dan
mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada rakyat. Tanggung jawab hanya bisa dituntut bila
kebijakan umum pemerintah terumus jelas dalam hal prioritas, program, metode dan pendasaran filosofi. Atas dasar kebijakan umum ini, wakil rakyat dan kelompok-kelompok masyarakat bisa membuat evaluasi pelaksanaan kinerja pemerintah dan
menuntut pertanggungjawabannya.
Bagi warga Negara, tanggung jawab berarti ikut berperan serta dalam mewujudkan tujuan Negara sesuai dengan kedudukan masing-masing.
Gereja harus hadir untuk mewartakan
Kerajaan Allah di tengah dunia yang
penuh dengan persoalan. Gereja harus
berpihak pada orang-orang kecil dan
yang tertindas, baik secara ekonomi,
politik dan sebagainya.
Gereja melanjutkan karya keselamatan
Kristus di dunia. Gereja sebagai
sakramen Kristus, yaitu sebagai tanda
dan sarana keselamatan bagi umat
PENUGASAN
1.
Jelaskan situasi politik, ekonomi dan
hukum yang dialami oleh Yesus!
2.
Ceritakan sikap-sikap Yesus ketika
menghadapi persoalan bangsa-Nya saat
itu!
3.