• Tidak ada hasil yang ditemukan

BODY IMAGE MAHASISWA YANG MENGGUNAKAN TATO. Oleh Irianita Jati Winayu. Dibimbing oleh: Sumi Lestari, S.Psi., M.Si Yoyon Supriyono, S.Psi., M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BODY IMAGE MAHASISWA YANG MENGGUNAKAN TATO. Oleh Irianita Jati Winayu. Dibimbing oleh: Sumi Lestari, S.Psi., M.Si Yoyon Supriyono, S.Psi., M."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

Dibimbing oleh: Sumi Lestari, S.Psi., M.Si Yoyon Supriyono, S.Psi., M.Psi

Abstract

The purpose of this study was to determine in more detail about the reasons of college students using tattoos in their body and describe about body image of college students with tattos. To achieve the research objectives, a qualitative approach is used. In-depth interviews and observation techniques are employed. The subject consists of two tattooed college boys and two tattooed college girls aged 20 and 21 years. The result of the analysis shows that the main reason of three subject having tatto is to express an art and to shows the beautify of body, but one subject shows that the main reason having tatto is for problem release. Three subjects having positive body image. They feel that having tattos are more attractive and confident. Indeed, these three subjects feel proud of their tattos. One subject having negative body image. She feels uncomfortable and not confident about tattoed look.

Key words: Body Image, College students, Tattoos Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai alasan yang paling dominan mahasiswa bertato dan gambaran body image mahasiswa bertato. Untuk mencapai tujuan penelitian, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik wawancara mendalam dan observasi. Teknik tersebut dilakukan pada dua mahasiswa bertato dan dua mahasiswi bertato berusia 20 dan 21 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa alasan menggunakan tato dari ketiga subjek yang paling dominan adalah untuk mengeskpresikan suatu seni dan untuk mencapai suatu keindahan bagi tubuhnya, sedangkan satu subjek menggunakan tato sebagai pelampiasan permasalahan. Dapat diketahui juga bahwa tiga subjek memliki body image yang cenderung positif, yang ditunjukkan dengan perasaan menarik dan sikap percaya diri terhadap tubuh dan penampilan bertato, sedangkan satu subjek memiliki body image yang cenderung negatif, yang ditunjukkan dengan adanya perasaan tidak menarik dan sikap tidak percaya diri terhadap tubuh dan penampilan bertato. Kata Kunci: Body Image, Mahasiswa, Tato

(2)

LATAR BELAKANG

Tato yang merupakan suatu produk dari kegiatan menggambar pada kulit tubuh dengan menggunakan alat sejenis jarum atau benda dipertajam yang terbuat dari flora (Olong, 2006), awalnya dianggap sebagai sesuatu yang tabu tetapi sekarang dimiliki oleh banyak orang terutama oleh kalangan muda seperti remaja dan orang dewasa pun sekarang banyak memiliki tato (Agustin, 2008). Salah satunya adalah kalangan mahasiswa yang mulai banyak menunjukkan bagian tubuhnya yang bertato dengan berani di lingkungan kampus, tidak hanya mahasiswa yang memiliki tato, akan tetapi juga kebanyakan mahasiswi memiliki tato di tubuhnya.

Hurlock (1991) mengemukakan bahwa mahasiswa merupakan masa dewasa awal. Pada fase ini, mahasiswa mampu menunjukkan perilaku dan pribadi untuk mengeksplorasi berbagai gaya hidup, selain itu menurut Santrock (1993) dewasa awal merupakan puncak perkembangan fisik individu. Menunjukkan pribadi berdasarkan gaya hidup serta didukung pula dengan fisik yang semakin baik karena mahasiswa telah sampai pada puncak perkembangan fisiknya membuat mahasiswa semakin percaya diri dan berani memiliki dan menunjukkan tatonya dengan alasan ingin terlihat menarik dan untuk mempercantik penampilan.

Biasanya kaum laki-laki menganggap tato sebagai lambang untuk menunjukkan kejantanan dan sisi keras dalam dirinya, sehingga laki-laki yang menggunakan tato jarang dianggap sebagai hal yang tabu. Selain itu, tato dianggap sebagai simbol pemberontakan serta eksistensi diri (Anwar, 2009). Tato dianggap sebagai lambang identitas, identitas tersebut meliputi upaya mengungkapkan dan menempatkan individu dengan menggunakan isyarat-isyarat nonverbal seperti pakaian dan penampilan. Tak terkecuali mahasiswa yang ingin menonjolkan sisi maskulinnya dengan memakai tato di tubuhnya. Selain itu, bagi wanita yang secara lahiriah sudah terlihat indah, merasa semakin percaya diri dengan ditunjang tato. Seolah ia ingin memperlihatkan sisi kelembutannya dengan mewujudkan tato yang indah. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari pandangan yang terbentuk dari masyarakat bahwa daya tarik fisik serta bentuk badan merupakan hal yang penting. . Tidak hanya itu saja, tato dianggap sebagai seni dan keindahan dengan tujuan untuk memperindah tubuh, dianggap sebagai sesuatu yang fashionable yang dapat mempercantik tubuh maupun penampilan (Agustin, 2008). Begitu juga dengan mahasiswi, memutuskan memakai tato dengan tujuan untuk mendeskripsikan kecintaan terhadap seni, ingin tampil beda, serta dengan adanya tato dapat menunjang tubuh dan penampilan mereka (Unriyo, 2009).

Tato dianggap dapat mempercantik tubuh maupun penampilan seseorang sehingga akan berpengaruh pada body image orang tersebut. Cash dan Pruzinky (2002) menyatakan bahwa body image adalah sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif dan negatif. Guslingga (2006) mengemukakan bahwa orang yang memiliki body image positif akan cenderung merasa puas terhadap kondisi tubuhnya, memiliki harga diri yang tinggi, penerimaan jati diri yang tinggi, rasa percaya diri dan kepedulian terhadap

(3)

kondisi badan dan kesehatannya sendiri, serta adanya kepercayaan diri ketika menjalin hubungan dengan orang lain. Sedangkan orang yang memiliki body image yang negatif akan cenderung merasa tidak puas atau malu terhadap kondisi tubuhnya sehingga tidak jarang menimbulkan depresi, memiliki harga diri yang rendah atau bahkan merasa dirinya tidak berharga.

Masyarakat menganggap tato sebagai sesuatu yang negatif dan tabu hingga muncul suatu larangan untuk menggunakan tato. Namun di sisi lain, merupakan suatu seni yang dapat memperindah penampilan, mempercantik tubuh ataupun membuat individu terlihat menarik. Sehingga dapat dilihat apakah mahasiswa yang menggunakan tato memiliki body image positif ketika tato yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut memberikan rasa percaya diri, membuat dirinya lebih menarik ataupun berbeda. Sebaliknya, mahasiswa akan memiliki body image negatif ketika tato yang dimiliki memberikan rasa tidak percaya diri ataupun kurang nyaman serta mahasiswa tersebut kurang dapat diterima di lingkungan sekitar. Berdasarkan latar belakang, maka peneliti akan meneliti mengenai body image mahasiswa yang menggunakan tato.

RUMUSAN MASALAH

1. Alasan apa yang paling dominan pada mahasiswa yang menggunakan tato?

2. Bagaimana body image mahasiswa yang menggunakan tato? TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui alasan yang paling dominan pada mahasiswa yang menggunakan tato.

2. Untuk mengetahui body image mahasiswa yang menggunakan tato. KAJIAN PUSTAKA

Body Image

Papalia, Old, dan Feldman (2008) mengemukakan bahwa citra tubuh merupakan gambaran dan evaluasi mengenai penampilan seseorang. Menurut Schilder (Agustin, 2008), body image adalah gambaran tentang tubuh yang dibentuk dalam pikiran. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Duffy dan Atawater (Agustin, 2008) mengatakan bahwa body image adalah mental image mengenai tubuh seseorang, bagaimana perasaan seseorang tentang tubuhnya, bagaimana kepuasan dan ketidakpuasan seseorang terhadap tubuhnya. Definisi lain mengenai body image dikemukakan oleh Cash and Pruzinky (2002) adalah sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif dan negatif.

Cash (2002) mengemukakan tiga dimensi pada body image yaitu Evaluasi penampilan, orientasi penampilan, dan kepuasan area tubuh. Evaluasi penampilan adalah mengenai perasaan menarik atau tidak menarik, kepuasan atau ketidakpuasan yang secara instrinsik terkait pada kebahagiaan atau

(4)

ketidakbahagiaan, kenyamanan atau ketidaknyamanan terhadap penampilan keseluruhan. Orientasi penampilan adalah mengenai tingkat perhatian individu terhadap penampilannya, ditunjukkan dengan banyaknya usaha yang dilakukan individu untuk memperbaiki serta meningkatkan penampilan dirinya. Kepuasan area tubuh adalah mengenai kepuasan individu terhadap aspek-aspek tertentu dari penampilannya. Adapun area-area tersebut adalah wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, paha, pinggul, dan kaki), tubuh bagian tengah (pinggang dan perut), tampilan otot, berat, ataupun tinggi badan, dimensi ini akan menunjukkan individu merasa puas dan bahagia dengan sebagian besar area tubuhnya.

Tato

Tato adalah suatu produk dari kegiatan menggambar pada kulit tubuh dengan menggunakan alat sejenis jarum atau benda dipertajam yang terbuat dari flora (Olong, 2006). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tato berarti gambar (lukisan) pada bagian (anggota) tubuh. Sementara ditilik dari orisinalitasnya, “tato” berasal dari kata Tahitian (Tatau), yang memiliki arti menandakan sesuatu. Lemay (Yulindrasari, 2011) mengemukakan Rajah atau tato (tattoo) adalah suatu tanda yang dibuat dengan memasukkan pigmen ke dalam kulit. Dalam istilah teknis, rajah adalah implantasi pigmen mikro. Rajah dapat dibuat terhadap kulit manusia atau hewan. Rajah pada manusia adalah suatu bentuk modifikasi tubuh, sementara rajah pada hewan umumnya digunakan sebagai identifikasi.

Tato saat ini tidak hanya digunakan untuk menandakan kekastaan atau simbol terhadap dunia magis, akan tetapi sekarang tato banyak bergerak kearah modern yaitu tato digunakan untuk fashion atau gaya (Gumilar, 2007). Saat ini saja tato tidak hanya melekat pada tubuh pria, yang diyakini sebagai simbol maskulinitas. Kini wanita bertato pun makin banyak dijumpai, yang meyakini tato sebagai bagian dari ekspresi diri. Menurut Olong (2006) terdapat berbagai macam faktor yang menjadi alasan seseorang untuk mentato tubuh yaitu tato sebagai alat untuk mencerminkan kebebasan, tato sebagai ajang ekspresi kaum muda, dan tato dimiliki untuk mengikuti sang idola. Gumilar (2007) juga menambahkan alasan pengguna tato adalah membentuk ingatan masa lalu, ekspresi perasaan, sebagai identitas, sebagai seni dan keindahan, dan sebagai pelampiasan permasalahan. Mahasiswa

Menurut Sarwono (2002), mahasiswa adalah kelompok belajar yang sudah menyelesaikan pendidikannya di sekolah menengah (umum/kejuruan) kemudian mendaftar dan diterima di universitas. Kelompok pelajar yang disebut sebagai mahasiswa tersebut, dilihat dari segi umur berkisar 18 tahun sampai dengan 30 tahun, dengan mayoritas umur sekitar 18 tahun sampai dengan 25 tahun. Pada masa 18 tahun sampai dengan 25 tahun inilah masa usia mahasiswa yang sebenarnya, pada usia tersebut mahasiswa digolongkan pada masa dewasa awal. Papalia dan Old (2008) menambahkan, mahasiswa dalam perkembangannya berada pada kategori remaja akhir yang berada dalam rentang usia 18 sampai dengan 21 tahun, usia ini berada dalam tahap perkembangan dari remaja atau adolescene menuju dewasa muda atau young adulthood.

(5)

Usia dewasa awal ini memiliki karakteristik bereksperimen dan bereksplorasi (Santrock, 2002). Karakteristik usia dewasa awal lebih lanjut dikemukakan oleh Papalia dan Old (2008) bahwa perkembangan individu ditandai dengan pencarian identitas diri, adanya pengaruh dari lingkungan, serta sudah mulai membuat keputusan terhadap pemilihan pekerjaan. Potter dan Perry (2005) mengemukakan bahwa pada usia dewasa awal penampilan diri individu merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi kehidupan sosialnya. Seperti diketahui, selama masa dewasa awal, seseorang biasanya lebih perhatian terhadap pengajaran, pekerjaan, dan sosial. Pada usia dewasa awal, biasanya perempuan ataupun laki-laki dewasa sudah mulai sangat memperhatikan tubuhnya guna mencari kehidupan sosial yang lebih baik.

KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Mahasiswa merupakan masa dewasa awal yang berpikiran bahwa penampilan diri adalah hal yang penting dan sudah mulai sangat memperhatikan tubuhnya. Salah satu cara memperbaiki penampilan adalah aktivitas modifikasi tubuh. Modifikasi tubuh yang sering dilakukan oleh mahasiswa adalah dengan menggunakan tato. Tato merupakan suatu seni yang dapat memperindah penampilan, mempercantik tubuh, ataupun membuat mahasiswa lebih menarik. Hal tersebut tentunya akan menjadi alasan bagi para mahasiswa pengguna tato, ketika mahasiswa tersebut membuat tato dengan berorientasi pada penampilan dan tubuhnya. Maka, akan sangat erat kaitannya dengan body image mahasiswa tersebut. Body image merupakan gambaran tentang tubuh yang dibentuk dalam pikiran serta bagaimana perasaan seseorang tentang tubuhnya, bagaimana kepuasan dan ketidakpuasan seseorang terhadap tubuhnya. Sehingga peneliti akan melihat dan menganalisis alasan apa yang paling dominan bagi mahasiswa yang menggunakan tato serta gambaran body image masing-masing mahasiswa yang menggunakan tato.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam (in-depth interview) dan observasi. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 4 orang subjek. Karakteristik subjek yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah merupakan mahasiswa Universitas X, memiliki tato permanen di tubuhnya, 2 laki-laki dan 2 perempuan, usia 20 dan 21 tahun. Peneliti menggunakan teknik analisis

Mahasiswa Tato

Alasan yang paling dominan Gambaran Body

(6)

data yang mengacu pada Miles and Huberman yaitu Reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.

VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Untuk mendapatkan keakuratan penelitian, peneliti menggunakan teknik pemeriksaan yang didasarkan oleh beberapa kriteria tertentu yaitu derajat kepercayaan (credibility), derajat keteralihan (transferability), dan derajat kepastian (confirmability). Dalam penelitian ini, penulis menentukan kriteria kredibilitas atau kepercayaan dengan menggunakan triangulasi teknik. Sedangkan untuk menentukan kriteria kepastian dan keteralihan peneliti menyusun pedoman wawancara dan pedoman observasi untuk mempermudah proses pengumpulan data serta melakukan seluruh prosedur penelitian dengan teliti dan benar.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data diperoleh 4 orang subjek yaitu YK, DM, LS, dan HD. Masing-masing subjek merupakan mahasiswa dan mahasiswi di Universitas X yang menggunakan tato.

Hasil penelitian diketahui bahwa alasan subjek YK sebagai mahasiswa dalam menggunakan tato bermacam-macam, namun yang paling utama dan dominan adalah tato sebagai seni dan keindahan. subjek YK menggambarkan bahwa dirinya bukan termasuk seseorang yang memiliki tingkat perhatian tinggi terhadap penampilan. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa tato sebagai seni tubuh juga dapat memberikan keindahan bagi tubuhnya. Subjek YK merasakan tubuh dan penampilannya sedikit berbeda setelah ia menggunakan tato, berbeda dalam arti subjek YK merasa lebih jantan sebagai lelaki dan juga lebih memliki identitas yang diwakili oleh gambar tatonya tersebut. Merasakan lebih jantan sebagai lelaki ditunjukkan subjek YK dalam kepuasan area tubuhnya. Subjek YK juga sempat menggambarkan perasaan menyesal dan tidak percaya diri dengan penampilannya setelah menggunakan tato, karena pendapat atau komentar negatif dari orang lain yang selalu berpandangan bahwa subjek tergolong orang buruk atau jahat, namun kembali lagi subjek berpikiran bahwa menggunakan tato di tubuh adalah keinginannya sendiri dan komentar negatif dari orang lain adalah sebuah resiko yang harus ditanggung. Sehingga saat ini subjek dapat menggambarkan perasaan bahagia dan nyaman serta kepuasaan tersendiri terhadap tubuh dan penampilannya.

Hampir sama dengan subjek YK, sebagai mahasiswa subjek DM juga memiliki alasan yang paling dominan menggunakan tato yaitu sebagai seni dan keindahan tubuhnya. Subjek DM menggambarkan bahwa ia merupakan seseorang yang memiliki tingkat perhatian tinggi terhadap penampilan karena menurutnya penampilan adalah hal pertama yang dilihat oleh orang lain sehinga ia harus sebaik mungkin menjaga penampilannya, subjek mengaku bahwa membuat seni tato di tubuhnya merupakan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan. Subjek DM berpandangan bahwa seseorang yang menggunakan tato di tubuhnya penampilannya akan semakin terangkat dan

(7)

mencerminkan lelaki sejati dengan tampilan badan yang semakin baik. Setelah menggunakan tato, subjek DM mengungkapkan perasaan senangnya karena merasakan perbedaan yang berarti dibanding sebelum menggunakan tato. Subjek DM merasa bahwa penampilan nya semakin jantan dan seperti lelaki sejati dengan ditunjang tato.

Subjek LS merupakan seorang mahasiswi, didapatkan hasil bahwa alasan utama dan dominan subjek LS yaitu sebagai seni dan keindahan tubuh. Subjek LS menggambarkan perasaan menarik dalam dirinya setelah penampilannya semakin baik didukung dengan gambar tato tersebut. Subjek LS memperoleh gambaran mengenai sosok berpenampilan menarik jika menggunakan tato dari lingkungan sosial dimana lingkungan tempat subjek bergaul kebanyakan perempuan menggunakan tato dan menunjukkan kepada subjek bahwa seseorang yang menggunakan tato di tubuhnya terlihat berbeda dibanding perempuan biasa pada umunya serta terlihat lebih menarik dan indah dari sisi lekuk tubuh dan penampilan. Namun di sisi lain, subjek LS sebagai seorang perempuan tidak bisa dengan leluasa memberikan gambar tato di tubuhnya dengan bebas, hal tersebut karena kultur atau budaya yang masih memandang tato adalah sesuatu yang sangat erat kaitannya dengan hal negatif terutama jika dimiliki oleh seorang perempuan. Walaupun gambar tato tersebut ditujukan untuk keindahan tubuhnya. Subjek LS mengungkapkan perasaan bahagia dan senangnya terhadap penampilannya karena subjek merasakan lebih menarik dan indah setelah menggunakan tato. Subjek LS merasakan kepuasan terhadap area tubuh tersebut karena tato yang sekarang menempel di tubuhnya memberikan keindahan tersendiri sesuai dengan keinginannya.

Berbeda dengan subjek LS, sebagai mahasiswi subjek HD memilih tato dengan alasan sebagai media pelampiasan beban permasalahan yang sedang dialami. Subjek HD menggambarkan perasaan kebagaiaan pada awal-awal menggunakan tato karena sebagai perempuan, ia merasa berbeda dengan perempuan pada umumnya, terlebih lagi ketika HD berada di lingkungan komunitas band yang ia sukai dimana dalam lingkungan tersebut kebanyakan individu bertato. Namun, lama kelamaan subjek HD menggambarkan ia merasakan ketidaknyamanan terhadap tato yang ia miliki di tubuhnya, terutama jika subjek HD berada di lingkungan sehari-hari dan lingkungan kampus, hal tersebut membuat subjek HD malu untuk menunjukkan dirinya yang menggunakan tato, sehingga ia seringkali menutupi area tubuh yang digambari tato dengan pakaian yang sesuai. Subjek HD seringkali menggambarkan perasaan ketidaknyamanan, kurang puas, dan tidak menarik setelah menggunakan tato dalam hal tubuh dan penampilan

PEMBAHASAN

Alasan menggunakan tato

Menurut Olong (2006), ada beberapa alasan yang mendasari seseorang untuk memliki tato, yaitu karena tato sebagai alat untuk mencerminkan kebebasan, tato merupakan ajang ekspresi kaum muda, tato dimiliki seseorang karena untuk mengikuti sang idola, tato bukan merupakan tindakan penyiksaan

(8)

diri, dan karena adanya teknik penghilangan tato. diketahui bahwa alasan yang mendasari ketiga subjek yaitu subjek YK, subjek DM, dan subjek LS untuk bertato adalah untuk mengekspresikan suatu seni dan juga keindahan tubuh. Alasan lain diungkapkan oleh subjek YK dimana tato subjek YK digunakan sebagai pengingat terhadap pengalaman-pengalaman yang dialami, baik pengalaman yang positif maupun negatif. Gambar tato yang dimiliki oleh subjek YK termasuk gambar tato yang bercerita mengenai kehidupannya. Alasan tersebut menjadi alasan lain bagi subjek YK untuk memiliki tato selain sebagai sebuah seni. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Olong (2006), meskipun tergolong pada salah satu alasan utama pada masyarakat tradisional pedalaman yaitu tato merupakan pertanda atau batas seseorang dalam melewati masa-masa kritis dalam kehidupan, seperti kematian, kelahiran, pernikahan, dan memasuki masa-masa dewasa.

Alasan berbeda diungkapkan oleh subjek DM selain tato sebagai seni keindahan tubuh, dimana sebagai seorang laki-laki, tato yang melekat pada tubuh subjek DM digunakan sebagai pembuktian maskulinitas bagi dirinya dan juga sebagai daya tarik bagi orang lain. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Olong (2006) terdapat juga alasan menggunakan tato pada masyarakat tradisional pedalaman yaitu tato sebagai alat pertahanan baik dari serangan musuh maupun gangguan makhluk halus, tato merupakan ungkapan keberanian dan maskulinitas di kalangan laki-laki, dan tato merupakan daya tarik tubuh dalam menarik lawan jenis. Alasan lainnya, diungkapkan oleh subjek LS yang mengaku bahwa bertato awalnya hanya sekedar iseng dan menganggap tato sebagai sebuah seni, namun lama kelamaan subjek LS mengakui bahwa tato merupakan seni yang pas bagi keindahan tubuhnya. Menurut Gumilar (2007) alasan sebagai seni dan keindahan tubuh merupakan alasan yang paling banyak diungkapkan oleh perempuan, karena perempuan tersebut berniat memperindah tubuh mereka dengan tato. Begitupun dengan LS sebagai seorang perempuan, LS menginginkan tubuhnya berbeda dengan perempuan lain dan dipandang semakin indah dengan adanya tato, sehingga hal tersebutlah yang mendasari subjek LS membuat tato.

Pada subjek HD, ia tidak memilih tato sebagai seni dan keindahan tubuhnya. Hal tersebut karena HD memiliki alasan bahwa tato merupakan sebuah seni yang pas untuk melepaskan beban permasalahannya. Menurut Gumilar (2007) salah satu alasan seseorang menggunakan tato adalah sebagai pelampiasan permasalahan, dimana rasa sakit diakibatkan proses pembuatan tato merupakan media untuk melepaskan beban permasalahan. Hal tersebut sesuai dengan subjek HD yang memutuskan untuk bertato karena memiliki pandangan bahwa beban permasalahan akan hilang seiring dengan rasa sakit saat proses pembuatan tato.. Walaupun sebagai perempuan, subjek HD tidak memiliki alasan bertato untuk memperindah tubuhnya.

Gambaran body image

Keempat subjek merupakan mahasiswa dan mahasiswi bertato. Mahasiswa menurut Potter dan Perry (2005) merupakan usia dewasa awal dimana penampilan diri individu merupakan hal yang sangat penting karena dapat mempengaruhi kehidupan sosialnya, biasanya perempuan atau laki-laki dewasa awal sudah sangat

(9)

memperhatikan tubuhnya guna mencari kehidupan sosial yang lebih baik. Hal tersebut sesuai dengan orientasi penampilan subjek. Subjek DM dan subjek LS memiliki tingkat perhatian yang tinggi terhadap penampilan. Mereka bahkan memilih tato menjadi usaha dalam memperbaiki dan meningkatkan penampilan mereka. Subjek DM berpandangan bahwa dengan meniliki tato di tubuhnya akan menonjolkan sisi maskulinitas dan juga membuat tubuhnya semakin menarik bagi lawan jenis. Subjek DM mendapatkan gambaran tubuh menarik dan ideal seperti itu di televisi dimana subjek DM seringkali menonton film barat dengan tokoh bertatonya. Sedangkan bagi subjek LS dengan memiliki tato di tubuhnya, penampilannya akan semakin menarik dan menonjolkan sisi keindahan. Subjek LS mendapatkan pandangan mengenai tubuh yang indah setelah memiliki tato dari lingkungan sosial tempat ia bersosialisasi dimana lingkungan tersebut memberikan gambaran mengenai seorang perempuan yang penampilannya semakin baik dan indah setelah menggunakan tato. hal tersebut sesuai dengan pernyataan Dacey dan Kenny (Agustin, 2008) dimana faktor sosial dan media massa telah memberikan gambaran stereotip mengenai penampilan fisik seseorang. Berbeda dengan subjek YK dimana subjek YK merupakan seseorang yang tidak terlalu mengangap penting soal penampilan. Namun, tidak dipungkiri oleh subjek YK bahwa dengan adanya tato di tubuhnya membuat semakin baik dan menarik dalam berpenampilan. Hal yang berbeda disampaikan oleh subjek HD. Sebagai seorang mahasiswi, penampilan memang sangatlah penting namun subjek HD tidak memilih tato sebagai usaha dalam meningkatkan dan memperbaiki penampilannya, melainkan hanya sebagai media melepaskan beban permasalahan saat proses pembuatan tato. Dapat dikatakan bahwa subjek HD bertato bukanlah untuk keindahan tubuhnya serta subjek tidak memilih tato sebagai usaha dalam meningkatkan penampilannya.

Berdasarkan hal di atas, sebelum menggunakan tato subjek DM merasakan tubuh dan penampilannya biasa-biasa saja dan sama dengan kebanyakan laki-laki pada umumnya sehingga memutuskan untuk memberikan sentuhan tato di tubuhnya selain karena tato adalah sebuah seni untuk keindahan tubuh. Subjek DM merasakan penampilannya semakin menarik dan menonjol sisi maskulinitasnya setelah terdapat tato di area tubuh bagian dada, Walaupun subjek DM merasakan kurang puas dengan keseluruhan area tubuhnya disebabkan tato yang subjek miliki belum mencapai seluruh badan, namun subjek merasakan semakin percaya diri dalam berpenampilan dengan adanya tato di tubuhnya. Subjek LS merasakan sebelum menggunakan tato, tubuhnya kurang begitu indah sebagai seorang perempuan dan merasakan ketidakpuasan terhadap area tubuh bagian punggung yang terasa begitu lebar sehingga memutuskan untuk memberikan sentuhan tato di tubuhnya selain karena tato adalah sebuah seni untuk keindahan tubuh. Setelah menggunakan tato, subjek merasakan semakin percaya diri. Awalnya, sedangkan subjek LS merasakan tubuhnya kurang begitu indah dan merasakan ketidakpuasan terhadap area tubuh bagian punggung yang terasa begitu lebar. Sehingga memutuskan untuk memberikan sentuhan tato di tubuhnya selain karena tato adalah sebuah seni untuk keindahan tubuh. Setelah menggunakan tato, subjek LS merasakan semakin indah dalam berpenampilan

(10)

Berbeda dengan subjek YK yang memang memiliki tato di tubuhnya atas dasar seni dan filosofi hidupnya, subjek YK memilih area tubuh untuk digambari tato berdasarkan pandangan hidupnya tidak berdasarkan perasaan terhadap area tubuhnya. Namun, subjek YK merasakan kepercayaan diri terhadap penampilannya setelah menggunakan tato, disebabkan tato yang ia buat tidak sembrangan akan tetapi sesuai dengan perhatian dan keinginannya. Subjek YK merasakan area tubuh di bagian lengan kiri semakin berat setelah ada gambar tato singa serta gambar tato wajah ibu dan adiknya di area tubuh bagian dada yang semakin menguatkan perasaan macho atau jantan setelah terdapat gambar tato di bagian dada.

Sedangkan pada subjek HD, memang menggambarkan perasaan kebagaiaan pada awal-awal menggunakan tato karena sebagai perempuan, ia merasa berbeda dengan perempuan pada umumnya, terlebih lagi ketika HD berada di lingkungan komunitas band yang ia sukai dimana dalam lingkungan tersebut kebanyakan individu bertato, subjek HD merasa sesuai dengan identitas dalam komunitas tersebut, sehingga rasa percaya diri pun muncul begitu kuat. Namun, lama kelamaan subjek HD menggambarkan ia merasakan ketidaknyamanan terhadap tato yang ia miliki di tubuhnya, terutama jika subjek HD berada di lingkungan sehari-hari dan lingkungan kampus, hal tersebut membuat subjek HD malu untuk menunjukkan dirinya yang menggunakan tato.

Selain itu, dapat diketahui gambaran body image subjek dalam hal bersikap. Subjek YK dan subjek DM sebagai seorang laki-laki merupakan seorang yang cukup santai, tidak mempedulikan dan tidak menanggapi segala komentar orang lain atas penampilan dirinya. Berbeda dengan subjek LS dan HD. Sebagai seorang perempuan, seringkali LS dan HD mendapatkan komentar negatif dari orang lain dan lingkungan sekitar. Namun subjek LS mampu menyikapi dengan cukup santai, tidak memperdulikan, dan tidak menanggapi segala komentar orang lain atas penampilan dirinya. Sedangkan subjek HD kurang mampu menyikapi komentar negatif orang lain mengenai sosok perempuan bertato. Subjek HD menggambarkan bahwa ia merasakan ketidaknyamanan terhadap tato yang ia miliki di tubuhnya.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Levin (Cash 2002) bahwa komentar kritis memiliki kontribusi pada penilaian negatif seseorang terhadap tubuhnya, dengan kata lain body image yang negatif. artinya, seseorang yang memiliki body image negatif jika seseorang menginternalisasi komentar negatif dari orang lain mengenai penampilan. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu kematangan dalam berpikir bagi subjek agar segala komentar negatif mengenai penampilan tidak membuat penilaian diri terhadap tubuh menjadi negatif juga. Dimana subjek YK, subjek DM, dan subjek LS dapat menyikapi komentar negatif orang lain dengan baik dan tidak menginternalisasi komentar negatif orang lain dengan penampilan dirinya, sehingga ketiga subjek yaitu YK, DM, dan LS tetap menunjukkan kepercayaan diri dan penilaian positif terhadap tubuh dan penampilannya, sedangkan pada subjek HD yang terpengaruh oleh komentar negatif orang lain sehingga subjek HD menginternalisasi komentar negatif tersebut dengan penampilan dirinya, yang lama-kelamaan akan mempengaruhi penilaian subjek HD terhadap tubuh dan penampilannya.

(11)

Berdasarkan hal di atas, dapat diketahui bahwa ketiga subjek yaitu subjek YK, DM, dan LS memiliki body image positif setelah menggunakan tato. Sesuai dengan Marina (Agustin, 2008) yang menyatakan bahwa seseorang yang memiliki body image yang positif adalah orang yang penilaian diri (self worth) dan kepercayaan dirinya (self confidence) baik. Dengan memiliki body image yang positif itu, seseorang akan memiliki kepuasan citra tubuh (body image satisfaction) yang tinggi. Guslingga (2006) juga menambahkan bahwa orang yang memiliki body image positif akan cenderung merasa puas terhadap kondisi tubuhnya, memiliki harga diri yang tinggi, penerimaan jati diri yang tinggi, rasa percaya diri dan kepeduliannya terhadap kondisi badan dan kesehatannya sendiri, serta adanya kepercayaan diri ketika menjalin hubungan dengan orang lain. Sesuai dengan subjek YK dan DM sebagai seorang laki-laki yang menunjukkan penilaian positif terhadap tubuh dan penampilannya dan tetap menunjukkan percaya diri meskipun orang lain berkomentar negatif atas penampilan subjek khususnya penampilan bertato. Selain itu juga sesuai dengan subjek LS sebagai seorang perempuan bertato tetap menunjukkan penilaian positif terhadap tubuh dan penampilannya serta tetap menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi meskipun orang lain seringkali berkomentar negatif atas penampilan subjek khusunya penampilan perempuan bertato.

Berbeda dengan ketiga subjek lainnya, dapat diketahui bahwa subjek HD memiliki body image cenderung negatif. Sesuai dengan Guslingga (2006) orang yang memiliki body image yang negatif akan cenderung merasa tidak puas atau malu terhadap kondisi tubuhnya sehingga tidak jarang menimbulkan depresi, memiliki harga diri yang rendah atau bahkan merasa dirinya tidak berharga. Subjek HD seringkali menggambarkan perasaan ketidaknyamanan, kurang puas, dan tidak menarik setelah menggunakan tato dalam hal tubuh dan penampilan, karena subjek HD menggunakan tato berdasarkan pelampiasan rasa sakit bukan berdasarkan seni bagi keindahan tubuh. Selain itu, sebagai seorang perempuan bertato, subjek HD menunjukkan perasaan malu dan tidak percaya diri karena seringkali mendapatkan komentar negatif dari orang lain atas penampilan bertato. KESIMPULAN

Alasan mahasiswa menggunakan tato

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis maka diperoleh kesimpulan bahwa alasan menggunakan pada subjek YK, DM, dan LS yang paling dominan adalah sebagai seni dan keindahan tubuh. Sedangkan pada subjek HD alasan yang paling dominan menggunakan tato adalah sebagai pelampiasan permasalahan. Gambaran body image mahasiswa yang menggunakan tato

Diperoleh kesimpulan bahwa subjek YK, DM, dan LS memiliki body image cenderung positif, karena ketiganya menunjukkan perasaan menarik, bahagia, puas, dan nyaman terhadap tubuh dan penampilannya setelah menggunakan tato. sedangkan pada subjek HD diperoleh kesimpulan bahwa ia memiliki body image cenderung negatif, karena subjek HD menunjukkan

(12)

menunjukkan perasaan tidak menarik, ketidakbahagiaan, ketidakpuasan, dan ketidanyamanan terhadap tubuh dan penampilannya setelah menggunakan tato. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan peneliti adalah

1. Bagi keempat subjek penelitian, peneliti berharap agar ketiga subjek yang telah memiliki body image positif dapat mempertahankan body image yang positif, sedangkan bagi subjek yang memiliki body image negatif dapat membentuk body image yang lebih positif dalam dirinya dengan cara lebih bersikap dan memandang tubuh dan penampilan secara realistis serta menerima apapun yang ada pada diri sehingga tidak membuat individu merubah dirinya ke arah negatif.

2. Bagi keluarga khususnya dan masyarakat pada umumnya, peneliti menyarankan agar dapat membantu dalam mengembangkan body image yang positif pada para mahasiswa, khususnya adalah pengguna tato.

3. Bagi para peneliti yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai mahasiswa bertato, disarankan agar bisa meneliti aspek-aspek lainnya seperti faktor kebudayaan, faktor spiritual, faktor kematangan individu, dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, R. (2008). Body Image of teenagers with tattoos. Jurnal. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Anwar, R. (2009). Persepsi Mahasiswa Terhadap Fenomena Tato. Skripsi. Medan: Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Cash, T.F. (2002). Body Image, Development, Diviance, and Change. London: The Guildford Press

Cash, T.F., & Pruzinsky, T. (2002). Body Image: A handbook of theory, research, and clinical practice. London: The Guildford Press.

Gumilar, Gugum. (2007). Makna Komunikasi Simbolik di Kalangan Pengguna Tato Kota Bandung. Jurnal. Terakreditasi Dirjen Dikti Mediator, vol.9. No.1. Juni 2008.

Guslingga. (2006). Body image. (http://www.kapanlagi.com/a/Body-image-0000002459.htmls). (Online) Diakses pada tanggal 12 Febuari 2013 pukul 16.25 WIB.

Hurlock, E. B. (1991). Psikologi perkembangan. Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

(13)

Olong, H. A. K. (2006). Tato. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara

Papalia, D., Old, S.W., & Feldman, R.D. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi ke-sembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Papalia, D., Old, S.W. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Potter, P.A., Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Santrock, W. (2002). Life Span Development - Perkembangan Masa Hidup, Jilid 2 Edisi Kelima, alih bahasa Achmad Chusairi dan Juda Damanik. Jakarta : Erlangga.

Sarwono, S.W. (2002). Psikologi sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Unriyo. (2009). Tatto sebagai trend untuk kalangan mahasiswa dan remaja. (http://jogjapoenyainfo.wordpress.com/2011/01/13/tatto-sebagai-trend-untuk-kalangan-mahasiswa-dan-remaja/). (Online). Diakses pada tanggal 5 Febuari 2013 pukul 16.45 WIB

Usman, H., Akbar, P.S. (2009). Metodologi Penelitian Sosial Edisi Kedua. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Yulindrasari, Hani. (2011). Wanita dan tato: Studi eksploratif tentang pencarian sensasi pada wanita pengguna tato di bandung. Jurnal. Fakultas Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia.

Gambar

Gambar 1  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait