• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KOMPONEN DAN ASPEK TEKNIS BUILDING AUTOMATION SYSTEM (BAS) A. Pendekatan Sistematik dalam Perancangan Sistem Kontrol Proses

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III KOMPONEN DAN ASPEK TEKNIS BUILDING AUTOMATION SYSTEM (BAS) A. Pendekatan Sistematik dalam Perancangan Sistem Kontrol Proses"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Mercu Buana Jakarta

26 BAB III

KOMPONEN DAN ASPEK TEKNIS BUILDING AUTOMATION SYSTEM (BAS)

A. Pendekatan Sistematik dalam Perancangan Sistem Kontrol Proses Sistem kontrol proses terdiri atas sekumpulan piranti-piranti dan peralatan-peralatan elektronik yang mampu menangani kestabilan, akurasi, dan mengeliminasi transisi status yang berbahaya dalam proses produksi. Masing-masing komponen dalam sistem kontrol proses tersebut memegang peranan yang penting, tidak perduli ukurannya. Untuk merancang suatu sistem kontrol adapun pendekatan sistematiknya sebagai berikut :

1. Memilih suatu instrumen atau sistem yang hendak dikontrol. Sistem yang terotomasi bisa berupa sebuah mesin atau suatu proses yang disebut sebagai sistem kontrol proses. Fungsi dari sistem kontrol proses ini secara terus menerus akan mengamati sinyal-sinyal yang berasal dari piranti-piranti masukan (sensor) dan tanggapannya berupa suatu sinyal yang diberikan ke piranti keluaran eksternal yang secara langsung mengontrol bagaimana suatu sistem beroperasi atau bekerja. 2. Menentukan suatu instrumen masukan dan keluaran yang akan

dihubungkan ke perangkat pengendali. Piranti masukan dapat berupa saklar, sensor, dan sebagainya. Sedangkan piranti keluaran dapat berupa solenoida, kran elektromagnetik, motor, relay, starter magnet begitu juga dengan instrumen lain yang bisa menghasilkan suara atau cahaya dan lain sebagainya.

(2)

Universitas Mercu Buana Jakarta

3. Membuat program yang sesuai dengan jalannya proses yang diinginkan. Dalam hal ini dapat menggunakan terminal konsol yang langsung berhubungan dengan perangkat pengendali yang bersangkutan atau melalui komputer yang memiliki saluran komunikasi yang dibutuhkan untuk mentransfer program dari komputer ke perangkat pengendali maupun sebaliknya.

4. Program disimpan dalam perangkat pengendali, baik dilakukan secara langsung melalui komputer.

B. Building Automation System (BAS)

Building Automation System (BAS) merupakan suatu sistem kontrol yang terpusat pada suatu tempat dimana semua peralatan listrik dan mekanik yang terdapat pada gedung atau bangunan tersebut dapat dipantau dan dikontrol melelui komputer maupun mimik panel yang terdapat pada tempat itu.

Sistem Building Automation System (BAS) ini terdiri dari beberapa komponen antara lain :

1. Human Machine Interface (HMI)

Pada perangkat Human Machine Interface menggunakan suatu komputer yang dilengkapi dengan printer, dan juga monitor untuk menampilkan grafik maupun teks yang dapat dilakukan pada satu monitor yang sama. Komputer merupakan penghubung antara operator dengan sistem, jadi apabila komputer dimatikan, maka sistem dapat berfungsi penuh artinya sistem dapat menjalankan kerja tanpa perintah dari seorang operator.

(3)

Universitas Mercu Buana Jakarta

Pemasukan (download) controlling operating system, dapat dilakukan melalui komputer dan tidak memerlukan peralatan tambahan. Untuk penyetingan hardware dan pemberian alamat dapat dilakukan pada setiap slave.

2. Controller Unit

Perangkat pada suatu controller unit terdiri atas : a. Master Controller

Master Controller merupakan perangkat utama yang berfungsi sebagai pusat pengendali dan menjadi pusat dari suatu sistem. Perangkat master controller harus memiliki memori yang tidak hilang (non volatile) apabila terjadi gangguan listrik. Perangkat keras (hardware) yang digunakan pada master controller harus sama dengan yang digunakan pada slave controller , hal ini bertujuan agar jika salah satu dari hardware yang rusak dapat saling dipertukarkan. Pada master controller dapat dipasang komputer dan printer. b. Branch Controller

Pada suatu sistem BAS branch controller dapat bekerja sebagai titik pemasangan sensor-sensor (masukan) dan aktuator-aktuator (keluaran). Sama halnya dengan master controller, branch controller juga harus memiliki memori yang tidak hilang (non volatile) apabila terjadi gangguan listrik.

3. Jaringan komunikasi (networking communication)

Terdapat beberapa jenis komunikasi dalam suatu controller unit antara lain : a. Antara komputer dan master controller

Komunikasi antara komputer dan master controller terjadi secara serial menggunakan serial port RS232. Sistem komunikasi seperti ini merupakan

(4)

Universitas Mercu Buana Jakarta

perlengkapan yang standard pada komputer, tanpa tambahan suatu interface card ataupun gateway card.

b. Antara controller dengan controller

Komunikasi antara perangkat controller dengan controller menggunakan 2 wire twisted shielded cable jenis AWG 18.

c. Industrial local area network

Sistem harus mampu dikembangkan untuk dihubungkan dengan standard industrial local area network ethernet dengan kecepatan minimum 10MB dan dapat dijalankan dari workstation yang terhubung.

4. Perangkat Lunak (software)

Program yang dibutuhkan untuk Building Automation System (BAS) dapat dibuat menggunakan software PG-5 yang sudah disertakan dalam pembelian sedangkan untuk menampilkan perangkat HMI (Human Machine Interface) dapat menggunakan program Visiplus yang memang khusus digunakan untuk produk-produk dari SAIA Burgess.

a. Programming

Blok programming tidak berbentuk statemen-statemen, tetapi pada blok programming telah tersedia blok-blok untuk bermacam-macam fungsi seperti misalnya untuk pengaturan AHU, run time totalization, alarm/report block, schedule, sequencer, dan lain-lain.

(5)

Universitas Mercu Buana Jakarta

Sistem harus mampu menjalankan program-program lain, selain program BAS, pada saat menjalankan program lain tersebut sistem BAS harus tetap berfungsi.

c. Pelaporan adanya kelainan / alarm (Methode of Alarm Anuciation)

Bila tejadi kelainan / alarm pada sistem, maka alarm printer secara otomatis akan mencetak titik-titik kesalahan, bentuk-bentuk kesalahan dan waktu terjadinya kesalahan.

d. Hubungan antara Building Automation System dengan office automation system. Data-data yang diperlukan untuk pemrosesan lebih lanjut, misalnya perhitungan biaya untuk keperluan statistik dan selanjutnya dapat diproses sebagai office automation system.

5. Sensor

Sensor dapat digunakan untuk proses monitoring, controlling, dan proteksi. Harus terdapat kecocokan antara sensor dan sistem BAS. Biasanya sensor yang digunakan antara lain : sensor suhu, sensor tekanan, sensor level tetapi tidak menutup kemungkinan sensor-sensor yang lain sesuai dengan kebutuhan dan permintaan.

6. Relay MY2 coil 24 VDC

Pada sistem BAS relay digunakan pada panel untuk menghubung dan memutus arus pada saklar automatic. Relay ini diaplikasikan untuk menghidupkan maupun mematikan peralatan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Relay akan menerima tegangan 24 VDC dari PCD sehingga relay yang tadinya NO (normally open) akan terhubung NC (normally closed).

(6)

Universitas Mercu Buana Jakarta

C. SAIA Burgess Electronics

SAIA Burgess Electronics adalah sebuah sistem kontrol yang cocok digunakan untuk gedung dengan ukuran kecil, sedang, atau gedung yang berukuran besar. Hal ini dikarenakan SAIA Burgess Electronics mempunyai modul-modul yang fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan, mulai dari modul dengan kapasitas kecil (32 points) sampai dengan kapasitas besar (5100 points). Modul-modul ini dikenal dengan nama SAIA PCD (Process Control Device).

Tipe-tipe SAIA PCD yang ada yaitu tipe PCD 1 dengan kapasitas terkecil yaitu 32 points sampai dengan PCD6 dengan kapasitas terbesar yaitu 5100 points. Istilah points yang digunakan pada PCD merupakan jumlah masukan maupun keluaran yang akan diproses oleh PCD. Dalam hal ini masukan berupa status atau keadaan sedangkan output berupa proses kontrol (on/off).

Teknologi kendali yang ada pada SAIA Burgess Electronics dinamakan DDC. Sistem DDC merupakan sebuah piranti pengontrol pada sistem otomatisasi dengan multifungsi. DDC terbagi menjadi dua jenis yaitu PCD dan PCS. Baik PCD maupun PCS memiliki prinsip yang hampir sama dengan teknologi yang ada pada piranti-piranti kontrol lainnya seperti PLC.

Secara umum kesamaan antara teknologi DDC dari SAIA Burgess Electronics dibandingkan dengan teknologi kendali lainnya yang sudah terlebih dahulu dikenal adalah teknologi kendali ini dapat diprogram sesuai dengan keinginan dengan menggunakan perangkat khusus melalui komputer, program yang

(7)

di-Universitas Mercu Buana Jakarta

download (diisikan) ke dalam memori bersifat non permanen artinya program sebelumnya akan hilang apabila memori diisikan dengan program yang baru.

Teknologi kendali DDC pada saat ini banyak digunakan pada sektor-sektor yang memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari seperti bandara, pusat perbelanjaan, jalan raya, rumah sakit, pabrik, dan lain-lain.

PCD1 mempunyai kapasitas sampai 32 points (masukan/keluaran). Ini bisa dikombinasikan antara digital atau analog dan menggunakan memori sampai 140 Kbytes, dan juga serial port RS232 atau RS485. Sedangkan untuk kapasitas yang lebih besar dapat menggunakan PCD2 yang mempunyai kapasitas sampai 64 points (masukan/keluaran) dan memiliki expansion unit yang menyediakan space untuk 4 atau 8 penambahan masukan/keluaran modul, dan seterusnya PCD6 dengan kapasitas sampai 5100 points (masukan/keluaran).

Untuk gedung-gedung dengan ukuran kecil dapat digunakan sistem SAIA tanpa menggunakan komputer, dimana sistem ini dapat melakukan fungsi-fungsi Building Automation System (BAS). Sistem ini dapat dibaca hasilnya pada display yang ditambahkan pada modul yang dianggap sebagai master. Sistem seperti ini juga bisa menghemat biaya karena tidak diperlukan perangkat lunak dan operator yang mengerti komputer. Struktur modular menjamin sistem SAIA ini bisa ditingkatkan atau diperluas, dan cara pengoperasiannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Peralatan dan sistem lain bisa digabungkan dengan sistem secara optimal.

Untuk jenis PCD2 dengan tipe M110 biasa dipakai pada sistem BAS. PCD ini mempunyai kapasitas sampai 64 points (masukan/keluaran) dan memiliki

(8)

Universitas Mercu Buana Jakarta

expansion unit yang menyediakan space untuk 4 atau 8 penambahan masukan/keluaran modul.

Gambar 3.1 Bentuk PCD2 tipe M110

(9)

Universitas Mercu Buana Jakarta

Gambar 3.3 Tampak dalam dari PCD2 tipe M110 Blok diagram dari PCD2 adalah sebagai berikut :

(10)

Universitas Mercu Buana Jakarta

Berikut ini adalah komponen-komponen utama dari suatu PCD : 1. CPU (Central Processing Unit)

CPU merupakan pusat pemrosesan semua instruksi-instruksi atau perintah-perintah yang diberikan ke PCD. Saat suatu perintah-perintah diberikan ke unit ini maka perintah itu akan diterima, diterjemahkan, kemudian dipecahkan dalam kode-kodenya, kemudian kode-kode tersebut diteruskan ke unit-unit lain sebagai perintah untuk melaksanakan tugas yang diterimanya.

2. Memori

Memori dengan teknologi Flash digunakan oleh PCD untuk sistem kontrol proses. Selain berfungsi menyimpan sistem operasi, juga biasa digunakan untuk menyimpan program yang dibuat oleh pengguna atau pemrogram yang nantinya akan dijalankan. Isi dari memori Flash dapat berubah (bahkan dapat dikosongkan maupun dihapus) jika memang dikehendaki seperti itu. Tetapi yang jelas, dengan penggunaan teknologi Flash, proses penghapusan dan pengisian kembali memori dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Download program dari PCD biasanya dilakukan melalui serial port dari komputer.

Memori user dibagi menjadi beberapa blok yang memiliki fungsi khusus. Beberapa bagian memori digunakan untuk menyimpan status masukan dan keluaran sedangkan bagian lain dari memori digunakan untuk menyimpan isi variabel-variabel yang digunakan dalam program yang dituliskan.

Kapasitas memori pada PCD2 adalah 128 Kbytes RAM untuk basic assembly yang dapat ditambah sampai 640 Kbytes RAM dengan perincian 128 Kbytes RAM + 512 Kbytes EPROM atau ditambah 448 Kbytes Flash EPROM.

(11)

Universitas Mercu Buana Jakarta

Tabel 3.1 Jenis memori PCD

Type Jenis Kapasitas

4’502’7013’0 RAM 128 Kbytes

4’502’7175’0 RAM 512 Kbytes

4’502’7126’0 EPROM 128 Kbytes

4’502’7223’0 EPROM 512 Kbytes

4’502’7141’0 Flash EPROM 128 Kbytes 4’502’7224’0 Flash EPROM 512 Kbytes

PCD7.R400 Flash Card 1 Mbytes

3. Pemrograman

PCD dapat diprogram melalui komputer dengan perangkat lunak (software) PG5 yang disertakan dalam pembelian. Program PG5 dapat dijalankan pada semua perangkat SAIA PCD. Program PG5 menyediakan beberapa macam jenis pemrograman untuk PCD antara lain :

a. FUPLA (FBD)

Merupakan suatu fungsi digram blok khusus dari SAIA. File FUPLA dapat terdiri dari berbagai macam diagram blok saling berhubungan membentuk suatu program khusus.

b. GRAFCET (SFC)

Suatu metode grafis berbentuk diagram runtun yang menggambarkan suatu sistem secara sekuensial.

c. S-Edit (Instruction List)

Berisi daftar instruksi-instruksi yang fleksibel yang dapat digunakan untuk memprogram suatu PCD.

Program yang telah dibuat dapat di download melalui Programming Unit (PGU) atau RS232 serial data port.

(12)

Universitas Mercu Buana Jakarta

4. Input / Output Module

Terminal masukan akan mengirimkan sinyal dari kabel yang dihubungkan dengan masukan sensor dan transducer, sedangkan keluaran menyediakan tegangan keluaran untuk aktuator atau indikator alat. Hal yang penting dalam masukan / keluaran adalah tegangan module dan nilai arus. Input module bernilai 24 VDC dan tidak diperbolehkan bekerja pada tegangan 120 VAC atau 220VAC, tegangan ini akan membuat kerusakan pada PCD.

Pada PCD SAIA masukan / keluaran module menggunakan card dengan tipe-tipe yang dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan.

a. Digital input module PCD2 E110

Card digital input modules tipe PCD2 E110 digunakan untuk membaca status ON / OFF dan trip pada suatu alat yang dimonitor. Terdapat 8 buah input dengan input berupa tegangan 24 VDC dan arus yang mengalir sebesar 6 mA pada kondisi tersebut dan mempunyai input delay sebesar 8 ms.

(13)

Universitas Mercu Buana Jakarta

Terdapat dua macam masukan sinyal yaitu masukan sinyal low pada -30 V sampai +5 V dan masukan sinyal high pada +15 V sampai +30 V.

b. Digital output module PCD2 E110

Card digital output modules tipe PCD2 A400 digunakan untuk memberikan perintah menghidupkan (on) atau mematikan (off) suatu alat yang akan dikendalikan. Terdapat 8 buah keluaran yang dapat dihubung ke peralatan. Card ini dapat menghasilkan tegangan keluaran dengan range 10 V sampai 25 V dan arus keluaran sebesar 500 mA.

Gambar 3.6 Penampang card digital output module A400 Mempunyai output delay sebesar 10 µs untuk perintah ON dan 50 µs untuk perintah OFF.

c. Analog input module PCD2 W210

Card analog input modules tipe PCD2 W210 digunakan untuk menerima masukan berupa sinyal analog misalnya perubahan suhu dan kelembaban relatif pada suatu ruangan yang di monitor. Mempunyai 8 buah terminal masukan dan dapat menerima arus dengan range 0 sampai 20 mA.

(14)

Universitas Mercu Buana Jakarta

Gambar 3.7 Penampang card analog input module PCD2 W210 d. Analog output module PCD2 W410

Card analog output modules tipe PCD2 W410 digunakan untuk menghasilkan keluaran berupa sinyal analog (misalnya perubahan tegangan untuk pengendalian motor secara teregulasi linier sehingga diperoleh kecepatan putar tertentu). Card ini akan menghasilkan tegangan dengan range 0 sampai 10 VDC.

(15)

Universitas Mercu Buana Jakarta

5. Protokol

Agar dapat terjalin suatu komunikasi antara PCD yang satu dengan PCD yang lainnya yang ditempatkan jauh dari lokasi yang akan dikontrol maka dibutuhkan suatu protokol yang dapat digunakan untuk mengirimkan dan memerima berbagai macam informasi.

Protokol S-Bus merupakan sistem protokol yang khusus digunakan untuk komunikasi oleh SAIA PCD. Protokol ini dapat digunakan oleh semua jenis PCD dan dirancang untuk pertukaran data serta pemrograman PCD melalui program PG-5.

Protokol S-Bus pada dasarnya dapat digunakan untuk dua level aplikasi yaitu :

a. Transfer data

Protokol ini digunakan untuk transfer data (write and read) antar PCD serta dapat membaca status informasi. Jenis data yang dapat ditransfer antara lain :

1. PCD data meliputi input, output, flag, register, timer, counter, data blok, dan hardware clock.

2. Status informasi yang meliputi CPU number, tipe dan status, S-Bus station number.

b. Programming ang Commisioning

S-Bus protokol dapat digunakan untuk membantu pemrograman, serta menjalin komunikasi dengan sistem-sistem protokol lain.

(16)

Universitas Mercu Buana Jakarta

6. Catu Daya

Catu daya listrik digunakan untuk memberikan pasokan catu daya ke seluruh bagian PCD dengan catu daya 24 VDC ± 20% atau 19 VAC ± 15% full wave rectifier. PCD menggunakan catu daya yang terpisah (sebagai modul tersendiri). Pengguna harus menentukan berapa besar arus yang diambil dari modul masukan / keluaran untuk memastikan catu daya yang akan digunakan menyediakan sejumlah besar arus listrik yang berbeda.

Gambar 3.9 Instalasi pemasangan catu daya

Catu daya listrik ini biasanya tidak digunakan untuk memberikan catu daya langsung ke masukan maupun keluaran, artinya masukan dan keluaran murni merupakan saklar. Pengguna harus menyediakan sendiri catu daya terpisah untuk masukan dan keluaran PCD. Dengan demikian, maka lingkungan industri dimana PCD digunakan tidak akan merusak PCD-nya itu sendiri karena memiliki catu daya terpisah antara PCD dengan jalur-jalur masukan dan keluaran.

D. Instalasi

Dalam instalasi sistem BAS dibutuhkan kabel untuk menghubungkan masing-masing komponen. Terdapat 3 jenis kabel dalam sistem instalasi BAS antara lain :

(17)

Universitas Mercu Buana Jakarta

1. Kabel NYA 3 x 1.5 mm

Kabel ini berfungsi sebagai kabel point yang digunakan untuk menghubungkan PCD dengan point yang terdapat pada gedung.

2. Kabel AWG 18 Shielded Twisted Pair

Kabel jenis ini digunakan untuk komunikasi antar controller PCD. Kabel ini mempunyai 3 inti dengan pelindung diluarnya serta dapat lebih tahan terhadap interferensi. Untuk penggunaan jarak yang cukup jauh maka dibutuhkan suatu perangkat pengulang (repeater).

3. Kabel NYM

Kabel ini digunakan untuk menghubungkan paenel dengan PDTR (Panel Distribusi Tegangan Rendah) sebagai sumber tegangan. Penggunaan utama kabel ini sebagai kebel tembaga adalah untuk instalasi industri di dalam gedung maupun di alam terbuka, di saluran kabel dan dalam lemari hubung bagi, apabila dapat diperkirakan tidak akan ada gangguan mekanis.

E. Peralatan

Peralatan yang dapat dikontrol maupun dimonitor melalui sistem BAS antara lain :

1. AHU (Air Handling Unit)

AHU merupakan seperangkat peralatan yang digunakan untuk proses pemanasan (heating), ventilating, dan pengaturan udara (air conditioning) atau biasa dikenal dengan HVAC system.

(18)

Universitas Mercu Buana Jakarta

Pada umumnya AHU berbentuk kotak yang besar yang komponen didalamnya terdiri dari peniup (blower), filter, serta peredam suara. Cara kerjanya adalah udara keluaran dari AHU akan dihubungkan ke duckwork yang nantinya akan didistribusikan ke seluruh bagian ruangan. AHU dapat digunakan untuk mendistribusikan udara dingin dari perangkat pendingin (chiller) ataupun sesuai dengan kebutuhan pada gedung tersebut.

Gambar 3.10 Bagian-bagian AHU

Berdasarkan gambar 3.10 aliran udara berasal dari arah kanan menuju kiri. Sesuai dengan nomor yang terdapat pada gambar bagian-bagian AHU adalah sebagai berikut :

1. Supply duct

Berfungsi sebagai saluran pendistribusian. 2. Fan compartment

Bagian ini merupakan kipas yang berfungsi untuk mendistribusikan udara ke ruangan.

3. Vibration insulator

Bagian ini berfungsi untuk mengurangi getaran yang ditimbulkan kipas dengan perangkat yang lain.

(19)

Universitas Mercu Buana Jakarta

4. Heating / cooling oil

AHU dapat digunakan untuk memanaskan serta mendinginkan sesuai dengan kebutuhan, bagian inilah yang mengatur jenis udara yang akan didistribusikan.

5. Filter compartment

Bagian ini berfungsi sebagai penyaring udara yang akan masuk ke dalam perangkat yang lain setelah dimasukkan ke dalam AHU.

6. Mixed (recirculated + outside) air duct

Bagian ini merupakan masukan udara yang dapat berasal dari luar maupun udara yang kembali lagi setelah dilewatkan / didistribusikan ke ruangan.

2. Chiller

Dalam sistem HVAC perangkat chiller digunakan untuk mendinginkan udara yang selanjutnya didistribusikan ke ruangan oleh AHU. Prinsip kerjanya adalah chiller akan mendinginkan air dan udara akan dilewatkan pada air yang telah didinginkan tersebut sehingga suhu udara tersebut akan turun / dingin.

(20)

Universitas Mercu Buana Jakarta

Kapasitas beban pendingin dipantau dengan parameter suhu yang terpasang pada sisi luar dari chiller tersebut yang biasanya dengan jangkauan pengukuran (6ºC-12ºC). Jika suhu air sudah mencapai 6ºC maka chiller akan berhenti beroperasi. Tetapi pompa sirkulasi air dingin akan tetap beroperasi dengan berlangsungnya pertukaran panas pada evaporator maka akan mengalami kenaikan suhu air. Jika suhu air yang keluar dari chiller sudah mencapai 12ºC maka chiller akan kembali beroperasi dan proses operasional chiller akan berlangsung secara terus menerus seperti tahapan tersebut.

3. Boiler

Boiler pada dasarnya mempunyai cara kerja yang hampir sama dengan perangkat chiller hanya saja media yang dihasilkan adalah pemanasan. Boiler juga digunkan pada sistem HVAC untuk proses heating baik udara maupun air yang disesuaikan dengan kebutuhan.

4. Tangki

Sistem BAS juga dapat memonitor serta mengontrol dari suatu tangki melalui pembacaan status dari tangki tersebut, tentunya menggunakan sensor yang sesuai dengan jenis tangki tersebut misalnya water tank, solar tank, feeder tank. 5. STP

STP merupakan tangki limbah pada suatu gedung dapat dipantau ketinggian high / low melalui pembacaan sensor yang masuk kedalam sistem BAS.

(21)

Universitas Mercu Buana Jakarta

6. Generator set

Generator set digunakan apabila terjadi gangguan pada sistem kelistrikan pada gedung tersebut. Pada sistem BAS generator set dapat dibaca status maupun start / stop nya.

F. Kemampuan dan Keunggulan Sistem

Building Automation System memiliki kemampuan dan keunggulan sebagai berikut yaitu :

1. Sistem mampu memantau (memonitoring), mengatur, dan merekam kegiatan peralatan listrik dan mekanik yang berada dalam gedung agar dapat bekerja secara tepat guna. Dengan demikian akan diperoleh penghematan energi dan memperpanjang umur dari peralatan.

2. Sistem mampu dikembangkan tanpa harus mengganti peralatan yang sudah terpasang.

3. Sistem mampu memebrikan laporan terjadinya kelainan pada peralatan, yang mencakup nama peralatan, letak peralatan, waktu terjadinya, dan bentuk kesalahan. Laporan kesalahan ini harus tercetak pada alarm printer dan juga terekam sebagai kumpulan data (logging) pada hard disk.

4. Sistem dapat melaporkan peralatan-peralatan yang telah tiba saat perawatan berkalanya (preventive maintenance).

5. Sistem mampu memantau jaringan komunikasi antara peralatan-peralatan dalam sistem BAS itu sendiri.

(22)

Universitas Mercu Buana Jakarta

6. Sistem memiliki sandi (password) yang bertingkat dan dapat disesuaikan untuk masing-masing operator yang bertugas.

7. Apabila terjadi gangguan pada sistem BAS, maka secara mudah peralatan harus dapat dioperasikan secara manual.

Gambar

Gambar 3.1 Bentuk PCD2 tipe M110
Gambar 3.3 Tampak dalam dari PCD2 tipe M110  Blok diagram dari PCD2 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Jenis memori PCD
Gambar 3.5 Penampang card digital input module PCD2 E110
+6

Referensi

Dokumen terkait