• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE DAN MODEL PENELITIAN. dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 METODE DAN MODEL PENELITIAN. dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE DAN MODEL PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Hal-hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut.

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan ini bertumpu pada teori yang digagas oleh Wierzbicka (1997: 11) yang mengatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara kehidupan suatu masyarakat dengan leksikon bahasanya. Di samping itu, Boas (1996:59) (dalam Palmer, 1999: 11) mengatakan bahwa bahasa merupakan manifestasi terpenting dari kehidupan mental penuturnya. Teori-teori tersebut merupakan pendekatan linguistik antropologis yang dimanfaatkan untuk mengeksplorasi kaitan erat antara bahasa dengan budaya penuturnya.

3.1.2 Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judulnya, penelitian ini akan dilakukan di lingkungan masyarakat Banjarsari, yaitu di Desa Ciulu, Desa Sindangsari, dan Desa Cigayam Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis. Lokasi-lokasi penelitian ini sengaja dipilih karena merupakan daerah yang masih menuturkan mantra secara konsisten. Dengan demikian, mempelajari budaya dari bahasa penuturnya lebih mudah mengingat masyarakat Banjarsari di Desa Ciulu, Desa Sindangsari, dan Desa

(2)

Cigayam masih menuturkan mantra secara konsisten dengan adat istidat atau tradisi warisan nenek moyangnya yang masih suka dilakukan sampai sekarang.

3.1.3 Sumber Data dan Korpus

Data penelitian ini meliputi berbagai jenis mantra dangdan berbentuk teks dan lisan yang masih ataupun pernah digunakan. Oleh karena itu, data penelitian ini penulis golongkan menjadi dua, yakni data utama (primer) dan data penunjang (sekunder). Data utama penelitian ini diambil dari tuturan lisan yang menggunakan bahasa Banjarsari dalam bentuk MDB. Data mantra yang diperoleh dari lapangan secara lisan dari informan akan dicatat, direkam, dan dengan “pengambilan foto”. Sementara data penunjang (sekunder), yaitu data teks/tulisan dari informan. Penggunaan data penunjang (sekunder) ini bertujuan sebagai pelengkap sekaligus penambah kuantitas data utama (primer). Data tersebut diperoleh dari lima orang responden yang merupakan para pakar mantra, yaitu seorang Nyai Ronggeng, tiga orang sesepuh, dan satu orang responden tambahan mantan pengguna mantra. Dari data ini akan dianalisis guna memperoleh bagaimana bentuk lingual MDB, bagaimana referensi leksikon yang mencerminkan konsep cantik dalam MDB, bagaimana cermin konsep cantik orang Sunda di Banjarsari dilihat dari mantra dangdan yang digunakan, dan klasifikasi mantra dangdan.

(3)

Dalam penelitian ini menggunakan dua metode dalam mengumpulkan data, yakni observasi partisipan dan wawancara mendalam (indepth interview). Kedua metode tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

3.1.4.1 Observasi Partisipan

Metode observasi partisipan merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti ikut terjun langsung atau bergabung dengan para penutur mantra dalam kegiatan yang dilaksanakan. Peneliti mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan di tempat penelitian. Partisipasi langsung ini dimaksudkan supaya peneliti dapat lebih memahami segala hal yang menjadi aturan dalam aktivitas penggunaan atau penuturan mantra dangdan. Selain itu juga dimaksudkan supaya peneliti mendapatkan informasi langsung bentuk tuturan yang digunakan atau disampaikan ketika penuturan mantra dangdan tersebut.

Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada saat observasi partisipan adalah merekam dan mengamati pelaksanaan kegiatan penuturan mantra dangdan. Hal-hal yang diamati meliputi kondisi fisik dan psikologis penutur mantra. Di samping itu, dicermati juga anjuran-anjuran yang harus dilakukan, aturan-aturan yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan selama kegiatan penuturan mantra berlangsung. Hal itu dilakukan dengan pertimbangan ada kemungkinan hal-hal tersebut memengaruhi tuturan maupun pola pikir penutur mantra. Dalam pengamatan ini, peneliti mencatat segala hal yang berhubungan dengan kegiatan penuturan mantra dan bentuk tuturan yang disampaikan. Setelah peneliti merekam

(4)

tuturan penutur mantra, kemudian peneliti mentranskripsikan data tersebut dalam bentuk tulisan sehingga dapat digunakan sebagai bahan analisis.

3.1.4.2 Observasi Periodik ke Lapangan

Metode ini memiliki peran yang cukup penting dalam penelitian linguistik antropologi khususnya budaya secara umum. Metode ini juga terkait dengan metode sebelumnya atau lebih tepatnya merupakan kelanjutan metode sebelumnya, yakni metode observasi partisipan. Metode ini dilakukan untuk melakukan kroscek data yang telah didapatkan dari observasi partisipan. Dalam menggunakan metode ini peneliti sudah tidak lagi terjun dan ikut langsung dalam ritual mantra, melainkan secara berkala melihat prilaku-prilaku mantra tersebut dilakukan. Kegiatan yang dilakukan juga dalam observasi periodik adalah melanjutkan wawancara mendalam yang telah dilakukan.

3.1.4.3 Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Wawancara mendalam dilakukan supaya informasi yang didapatkan tidak simpang siur dan jelas dari sumbernya. Berdasarkan sifatnya wawancara yang dilakukan dibagi dalam dua kategori, yakni wawancara terbuka dan tertutup. Wawancara terbuka dilakukan dengan pengunjung dan penutur mantra di Banjarsari, sedangkan wawancara tertutup dilakukan dengan Bi Raspi (Nyai Ronggeng) selaku penutur mantra, khususnya mantra dangdan dalam aktivitas dan rutinitasnya, terutama dalam kegiatan berdandan sebelum beliau tampil menjadi Nyai Ronggeng. Berdasarkan sifat pertanyaan yang digunakan,

(5)

wawancara juga dibagi atas wawancara tertutup dan terbuka. Wawancara tertutup merupakan wawancara yang mengandung pertanyaan terfokus dalam jawabanya. Sedangkan wawancara terbuka, pertanyaan yang diajukan memungkinkan informan memberikan jawaban yang lebih bebas.

3.2 Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam tulisan ini disebut instrumen penelitian (Sugiyono, 1999: 97) (dalam Syarifudin, 2008: 77). Dalam melakukan wawancara dengan informan, penulis telah mempersiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Pertanyaan tertulis yang dimaksudkan di sini adalah pertanyaan untuk penulis saja sebagai pedoman dalam melakukan wawancara dengan informan.

Langkah selanjutnya, sebagi teknik lanjutan penulis menerapkan alat bantu kamera digital dan telepon genggam (handphone) sebagai teknik perekam pada saat melakukan wawancara dan kemudian mencatat bentuk-bentuk yang dianggap sebagai data saat melakukan wawancara. Di samping itu, dalam melakukan observasi partisipan penulis juga melakukan fotografi. Hasilnya berupa gambar dan foto. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran umum tentang situasi yang tampak pada lingkungan masyarakat Banjarsari di Desa Ciulu, Desa Sindangdasri, dan Desa Cigayam yang masih menuturkan mantra secara konsisten dengan adat istidat atau tradisi warisan nenek moyangnya dan masih suka dilakukan sampai sekarang.

(6)

Setelah semua data dikumpulkan, kemudian dianalisis melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut meliputi (1) melakukan transkripsi diikuti dengan terjemahan bebas, (2) melakukan analisis berdasarkan konteks, (3) analisis berdasarkan klasifikasi, (4) analisis bentuk (struktur) dan fungsi bahasa dalam tuturan mantra dangdan Banjarsari, (5) menginterpretasikan pola pikir atau pandangan hidup penutur mantra dangdan Banjarsari untuk memperoleh cermin konsep cantik orang Sunda di Banjarsari. Transkripsi merupakan kegiatan menyalin tuturan doa atau mantra yang dituturkan secara lisan ke dalam bentuk teks tulis. Terjemahan bebas memiliki arti bahwa peneliti mengartikan atau menerjemahkan bahasa yang digunakan dalam tuturan itu secara bebas. Penerjemahan perlu dilakukan sebab bahasa yang digunakan dalam tuturan tersebut sangat beragam. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penerjemahan guna memberikan pemahaman terhadap pembaca lain yang atau belum memahami bahasa yang digunakan.

Pada tahap klasifikasi juga akan ditemukan beragam leksikon yang digunakan untuk mencerminkan konsep cantik orang Sunda di Banjarsari. Di dalamnya juga akan terlihat kemungkinan penggunaan metafora sebagai penambah ksean magis atau mistis dalam penggunaan mantra dangdan. Klasifikasi juga memperlihatkan bentuk bahasa secara umum sampai bentuk fonologi yang berbeda dalam setiap tuturannya. Selanjutnya, analisis pola pikir dilakukan dengan memanfaatkan metode penafsiran (interpretation) oleh penulis.

Beberapa komponen yang didapat dari wawancara dan wacana mantra dangdan Banjarsari menjadi dasar peneliti untuk memberikan penafsiran

(7)

mengenai pola pikir penutur mantra dangdan Banjarsari mengenai cermin konsep cantik orang Sunda di Banjarsari. Hal itu disebabkan, beberapa atau mungkin hampir semua penutur mantra tidak akan memberikan jawaban secara langsung mengenai harapan dan tujuan mereka menggunakan mantra. Jawaban yang diberikan lebih bersifat tertutup yang memungkinkan peneliti untuk memberikan penafsiran. Dalam penelitian budaya khususnya, metode interpretatif menjadi sifat yang cukup penting. Sesuai dengan yang disarankan oleh Geertz (1992) (dalam Nuryani, 2010: 37) bahwa dalam penelitian kebudayaan senantiasa terbuka kemungkinan untuk menganalisis data dengan mempertimbangkan sifat penelitian itu sendiri. Adapun sifat penelitian itu adalah penafsiran (interpretatif).

3.4 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data dalam penelitian ini akan disajikan dengan menggunakan metode penyajian formal dan informal (Sudaryanto, 1993: 145) (dalam Usman 2008:76). Metode formal digunakan pada pemaparan hasil analisis data yang berupa kaidah-kaidah atau lambang-lambang formal dalam bidang linguistik. Lambang-lambang formal seperti lambang dalam bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis disajikan dengan metode formal. Sementara itu, metode informal digunakan pada pemaparan hasil analisis data yang berupa kata-kata atau kalimat keseharian yang sering digunakan dalam tuturan biasa tanpa lambang-lambang formal yang sifatnya teknis.

(8)

Untuk memperjelas paparan sebelumnya tentang metode penelitian, pada bagian ini akan digambarkan bagan alur penelitian dalam bentuk diagram berikut (adaptasi model Miles dan Huberman, 1992: 20).

Mantra dangdan Banjarsari

(9)

Bagan 3.1 Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif oleh Miles dan Huberman (1992:20).

Miles dan Huberman (1992: 16) melihat bahwa dalam analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu:

(10)

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Terkait dengan hal itu, penulis mencoba mengadaptasi komponen-komponen analisis data: model interaktif oleh Miles dan Huberman. Berikut ini uraian model penelitian yang dilakukan peneliti.

Setelah penulis menentukan objek penelitianya, langkah selanjutnya adalah pengumpulan data. Dalam teknik pengumpulan data, data yang dijaring dalam penelitian ini harus sesuai dengan ketentuan yang dikemukakan pada data primer dan data sekunder, yakni tuturan lisan atau tulisan mantra dangdan di Banjarsari. Dalam penelitian ini, ada dua metode dalam mengumpulkan data, yaitu: (1) observasi: observasi partisipan dan observasi periodik ke lapangan dan (2) wawancara mendalam.

Selanjutnya adalah tahap reduksi data. Menurut Miles dan Huberman (1992: 16) Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Sebagaimana kita ketahui, reduksi data, berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Sebenarnya bahkan sebelum data benar-benar terkumpul, antisipasi akan adanya reduksi data sudah tampak waktu penelitiannya memutuskan (acapkali tanpa disadari sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian, dan pendekatan pengumpulan data yang mana yang dipilihnya.

Reduksi bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Reduksi merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis

(11)

yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Tahap selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data merupakan salah satu alur penting dalam kegiatan analisis. Bentuk penyajian data dalam penelitian ini, antara lain: (1) profil situasi kebahasaan, (2) profil situasi kebudayaan, dan (3) pola pikir masyarakat Banjarsari terhadap realita dunia. Setelah tahap penyajian data, penulis melakukan penafsiran data untuk mengungkap faktor bahasa terhadap budaya dan masyarakat penuturnya.

Kegiatan analisis lainnya yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Miles dan Huberman (1992: 19) mengatakan bahwa dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan dari konfogurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Demikianlah tiga hal utama dalam analisis, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut “analisis”.

Referensi

Dokumen terkait

- Pengalaman kerja diutamakan dibidangnya - Familiar dengan bidang pemasaran property - Memiliki kemampuan negosiasi/presentasi - Networking luas, berpenampilan menarik,

Adapun konsep diri dari aspek fisik yang dirasakan oleh responden 2 sesuai dengan hasil wawancara adalah :Bahwa Septi merasa kalau ia berjilbab mode, ia akan terlihat

Orang Kelantan, walau pun yang berkelulusan PhD dari universiti di Eropah (dengan biasiswa Kerajaan Persekutuan) dan menjawat jawatan tinggi di Kementerian atau di Institusi

Metode yang digunakan untuk steganografi dalam penelitian adalah Low Bit Encoding dengan enkripsi

kesesuaian tindakan aktor yang terlibat. • Yang menunjukkan bahwa lebih berpengaruh dibandingkan variabel lainnya, yang mana menunjukkan besarnya kekuatan masyarakat dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui energi listrik yang dihasilkan oleh generator termoelektrik dengan menggunakan berbagai jenis limbah organik (tatal kayu akasia, tatal

disampaikan guru, dan diskusi, siswa dapat mempraktikkan gerak spesifik menahan (menggunakan kaki bagian dalam, dan kaki bagian luar) pada permainan sepak bola

Pada teks tersebut, bisa dilihat dengan gamblang bagaimana proses pergeseran struktur yang mengacu kepada bahasa sasaran. Faktor komunikasi yang efektif terhadap bahasa