• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK Kata Kunci: Pola, Tata Ruang, Kampung Adat Wologai.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK Kata Kunci: Pola, Tata Ruang, Kampung Adat Wologai."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

Kampung Adat Wologai merupakan salah satu kampung adat yang sudah sangat lama keberadaanya dan memiliki keunikan tersendiri, dari penataan ruang sampai dengan pemanfaatan ruang. Masyarakat di Kampung Adat Wologai sangat memegang adat istiadat serta menjaga kearifan lokal pada kampungnya. Keunikan terlihat jelas dengan adanya karakteristik ruang yang bertingkat-tingkat, budaya dan upacara adat, dan pembagian ruang yang berbeda-beda, sesuai dengan fungsinya masing-masing. Penataan ruang di Kampung Adat Wologai memiliki fungsi yang bersifat sakral maupun profan.

Pola tata ruang kampung menarik bagi wisatawan, karena kesan umum oleh wisatawan ruang Kampung Adat Wologai masih bersifat natural dan asli. Tujuan dalam penelitian ini yaitu menganalisis pola tata ruang, menganalisis filosofi, dan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pola tata ruang Kampung Adat Wologai. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsep tata ruang dan Kampung Adat Wologai. Penataan ruang dalam penelitian ini berdasarkan teori tentang tata ruang. Teori spasial membahas mengenai aspek bukan keruangan yang mempengaruhi pembentukan sebuah kampung. Faktor-faktor yang mempengaruhi penataan ruang kampung berdasarkan teori dari Amos Rapoport yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Pola ruang Desa Wologai Tengah dapat dilihat dari penggunaan ruangnya. Penggunaan ruang di Desa Wologai Tengah memiliki kemiripan seperti penggunaan ruang yang dikemukakan oleh Burgess. Di Kampung Adat Wologai penggunaan ruangnya dibagi menjadi 3 zona melingkar yang berlapis-lapis, zona tersebut terdiri dari: zona (1) Kampung Adat Wologai sebagai daerah pusat kegiatan (2) zona pemukiman masyarakat biasa, dan (3) zona hutan, ladang dan perkebunan.

Masyarakat Kampung Adat Wologai mempercayai Gunung Lepembusu, sebagai tempat asal usul leluhur Wologai dan juga karena di Gunung Lepembusu adalah kampung asal atau kampung pertama Wologai (Wologai Nua Pu’u). Hubungan kepercayaan gunung dan laut dengan kampung terlihat pada garis linear dimana puse atau pusat merupakan Kampung Adat Wologai. Struktur garis linear pada kepercayaan gunung, kampung dan laut diibaratkan seperti seorang manusia.

Pola tata ruang yang melingkar dibuat berdasarkan hubungan kekerabatan, dan bertujuan untuk membentuk interaksi dan persaudaraan yang kuat dalam kehidupan bermasyarakat. Filosofi kampung adat Wologai adalah Lio seligo, dongo kita menga se pongo”, (Lio itu besar dan banyak tetapi kita satu). Tujuan dari Filosofi Kampung Adat Wologai adalah untuk mengingatkan masyarakat adat dalam menjaga Kampung Adat Wologai agar tetap melaksanakan setiap upacara dan ritual adat yang sudah diwariskan secara turun-temurun. Dalam penataan ruang Kampung Adat Wologai terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor-faktor yang mempengaruhi penataan ruang Kampung Adat Wologai terdiri Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari Kepercayaan, sosial-budaya dan kosmologi, faktor eksternal terdiri dari topografi, iklim, ekonomi, dan material.

(2)

ix ABSTRACT

Kampung Adat Wologai is one of many indigenous villages that has been existed for a very long time and has its own uniqueness from its structuring and spatial use. People Kampung Adat Wologai really holds their customs and maintain their local wisdom in their village. One particular uniqueness of Kampung Adat Wologai can be seen from its stratified spatial characteristics, culture and traditional ceremony, and the divers space division based its functions. The spatial planning of kampung wologai has both sacred and profane functions.

The spatial pattern of this village is appealing to many tourists because it is still original and natural. It can be seen from the village it self, houses, and the rituals that is still being held by the locals. The objective of this research is to analyze the spatial patterns, philosophy, and to study other factors that influence the spatial patterns of Kampung Wologai. The concept used in this research is the concept of spatial patterns and Kampung Adat Wologai. The spatial planning in this research is based on spatial theory. Spatial theory discuses the non-spatial aspect that influence the development of Kampung Wologai. The factors that influences the spatial planning of Kampung Wologai are based on Amos Rapoport’s theory, internal and external factors.

The spatial patterns Desa Wologai Tengah can be seen from its function. The use of space in the village of Wologai Tengah has similarities as the use of space put forward by Burgess In Kampung Adat Wologai the use of space is divided into 3 layered circular zones. The first zone is the center of activies, second is the locals settlement, and third is forest, and plantations.

The Kampung Adat Wologai people believed that the ancestors of Wologai came from Gunung Lepembusu and that Gunung Lepembusu is the original village of Wologai (Wologai Nua Pu’u). The relation of the beliefs of mountain and sea to Kampung Wologai can be seen from the linear where the puse or the center of Kampung Adat Wologai. The structure of the linear line on the mountain, village, and sea is likened to a human being.

The circular spatial pattern is made based on kinship and aims to maintain interaction and strong brotherhood among locals. The philosophy Kampung Wologai is Lio seligo, dongo kita menga se pongo (Lio is big and many, but we are one). The purpose of the Wologai Adat Village Philosophy is to remind the indigenous peoples to keep Kampung Adat Wologai in order to keep performing every ceremony and customary ritual that has been passed down from generation to generation. In the spatial arrangement of Kampung Adat Wologai there are factors that influence it. Some factors that affect the spatial planning of Kampung Adat Wologai consist of internal and external factors. The internal factor is the beliefs, culture, and cosmology of Kampung Wologai. The external factors is topography, climate, economy, and materials.

(3)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

RINGKASAN ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR ARTI ISTILAH ... xxii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan ... 5

(4)

xv

1.3.2. Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat ... 6

1.4.1. Manfaat Praktis ... 6

1.4.2. Manfaat Akademis ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.1.1 Penelitian Tentang Pola Tata Ruang Permukiman Tradisional Gampong Lubuk Sukon ... 8

2.1.2 Pola Tata Ruang Kampung Adat Bena ... 9

2.1.3 Peran Kosmologi Terhadap Pembentukan Pola Ruang Permukiman Dusun Segenter ... 10

2.1.4 Penelitian Tentang Kosmologi Ruang Adat Sebagai Identitas Permukiman Kampung Naga, Tasikmalaya ... 11

2.1.5 Penelitian Tentang Kampung Adat Wologai ... 13

2.2 Kerangka Berpikir dan Konsep ... 15

2.2.1 Kerangka Berpikir ... 15

2.2.2 Konsep ... 17

1. Pola Tata Ruang... 17

2. Kampung Adat Wologai... 21

2.3 Landasan Teori ... 21

(5)

xvi

2.3.2 Teori Spasial ... 25

2.3.3 Theories of House Form and Culture ... 28

2.4 Model Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 32

3.2 Lokasi Penelitian ... 33

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 35

3.3.1 Jenis Data ... 35

3.3.2 Sumber Data ... 35

3.4 Instrumen Penelitian ... 38

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.6 Teknik Analisis Data ... 42

3.7 Penyajian Hasil Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kampung Adat Wologai ... 46

4.1.1 Sejarah Kampung Adat Wologai ... 46

4.1.2 Struktur Kelembagaan Kampung Adat Wologai ... 53

4.1.3 Sistem Perkawinan Masyarakat Wologai ... 58

4.1.4 Hukum Adat Lio Dikampung Adat Wologai ... 60

4.1.5 Potensi di Kampung Adat Wologai ... 62

(6)

xvii

4.1.7 Filosofi Bangunan Sa’O Kampung Wologai ... 70

4.2 Pola Tata Ruang ... 72

4.2.1 Pola Ruang Desa Wologai Tengah ... 72

4.2.2 Konsep Gunung dan Laut ... 77

4.2.3 Konsep Kekerabatan Kampung Adat Wologai ... 80

4.2.4 Pola Tata Ruang Kampung Adat Wologai ... 81

4.2.5 Orientasi Bangunan di Kampung Adat Wologai ... 86

4.2.6 Hubungan Ruang dan Upacara-Upacara ... 88

4.2.7 Struktur Ruang Kampung Adat Wologai ... 97

4.3 Filosofi Pembentuk Pola Tata Ruang Kampung Adat Wologai ... 113

4.3.1 Filosofi Kampung Adat Wologai ... 113

4.3.2 Kepercayaan Masyarakat Kampung Adat Wologai ... 115

4.4 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pola Tata Ruang Kampung Adat Wologai ... 116

4.4.1 Fakktor Internal ... 116

4.4.2 Faktor Eksternal ... 122

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 126

5.2 Saran ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 130

(7)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Konsepsi Spasial ... 26

Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data ... 37

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ... 40

(8)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 16

Gambar 2.2 Bentuk Pola Ruang Permukiman ... 19

Gambar 2.3 Model Penelitian ... 31

Gambar 3.1 Peta Administrasi Desa Wologai Tengah ... 38

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kampung Adat Wologai ... 52

Gambar 4.2 Struktur Lembaga Adat Wologai ... 56

Gambar 4.3 Mosalaki Pu’u dan Mosalaki Ria Bewa Kampung Adat Wologai 57 Gambar 4.4 Posisi Rumah Pemimpin Mosalaki Tertinggi ... 58

Gambar 4.5 Patung dan Ukiran di Kampung Adat Wologai ... 63

Gambar 4.6 Upacara seremonial adat di Kampung Adat Wologai ... 70

Gambar 4.7 Filosofi Bentuk Perahu di Kampung Adat Wologai ... 72

Gambar 4.8 Model Zona Konsentris Burges ... 73

Gambar 4.9 Model Zona Ruang Desa Wologai Tengah ... 74

Gambar 4.10 Peta Penggunaan Lahan Desa Wologai Tengah... 76

Gambar 4.11 Model Kuburan di Kampung Adat Wologai ... 78

Gambar 4.12 Orientasi Gunung dan Laut Kampung Adat Wologai ... 79

Gambar 4.13 Pola Melingkar Dalam Konsep Kekerabatan ... 81

Gambar 4.14 Pola Melingkar di Kampung Adat Wologai ... 82

Gambar 4.15 Peta Pola Tata Ruang Kampung Adat Wologai ... 85

(9)

xx

Gambar 4.17 Skema Proses Mosalaki Masuk Ke Dalam Keda ... 89

Gambar 4.18 Skema Proses Mosalaki Keluar Menuju Tubu Musu ... 90

Gambar 4.19 Skema Proses Tarian Dari Adat Gawi ... 91

Gambar 4.20 Hubungan Ruang Dengan Upacara Perkawinan ... 92

Gambar 4.21 Tali Yang Di Ikat Dari Atas Bubungan Tempat Letaknya Batu ... 93

Gambar 4.22 Hubungan Ruang Dengan Upacara Kematian ... 95

Gambar 4.23 Batuan Megalitik Kanga dan Tubu Musu ... 96

Gambar 4.24 Teras Semi Terbuka Menghadap Ke Ruang Tengah ... 97

Gambar 4.25 Struktur Kampung Adat Wologai ... 98

Gambar 4.26 Pola Jaringan Jalan Desa Wologai ... 100

Gambar 4.27 Posisi Pintu Gerbang Kampung Adat Wologai ... 102

Gambar 4.28 Pintu Gerbang Kampung Adat Wologai ... 102

Gambar 4.29 Batu Pelindung Anjing di Kampung Adat Wologai ... 103

Gambar 4.30 Posisi Lele Lako di Kampung Adat Wologai ... 104

Gambar 4.31 Elemen Ruang Lele Lako di Kampung Adat Wologai ... 104

Gambar 4.32 Ruang Dalam Sa’O Suku di Kampung Adat Wologai ... 106

Gambar 4.33 Posisi Sa’O Suku di Kampung Adat Wologai ... 106

Gambar 4.34 Salah Satu Sa’O Suku di Kampung Adat Wologai ... 107

Gambar 4.35 Posisi Permukiman Masyarakat Biasa... 108

Gambar 4.36 Permukiman Masyarakat Biasa di Kampung Adat Wologai ... 108

Gambar 4.37 Posisi Keda di Kampung Adat Wologai ... 109

Gambar 4.38 Elemen Ruang yaitu Keda di Kampung Adat Wologai ... 109

(10)

xxi

Gambar 4.40 Elemen Ruang yaitu Kanga di Kampung Adat Wologai ... 111 Gambar 4.41 Posisi Tubu Musu di Kampung Adat Wologai ... 112 Gambar 4.42 Elemen Ruang yaitu Tubu Musu di Kampung Adat Wologai... 112

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kampung Adat Wologai merupakan salah satu kampung yang ada di wilayah Kabupaten Ende, yang masyarakatnya masih memegang teguh adat Lio. Menurut kepercayaan masyarakat, Wologai merupakan bukit berumput. “Wolo”, (pegunungan/bukit),“Gai” (sejenis rumput). Dalam masyarakat Wologai, terdapat banyak praktek budaya dan adat istiadat Lio yang dipegang teguh oleh seluruh anakalo fai walu (sebutan bagi masyarakat/warga adat Lio) dibawah kepimpinan para pemimpin adat yaitu Mosalaki selain karena memilki kekuatan magis, juga karena merupakan warisan turun temurun serta memilki kekuatan mengikat (Aloysius Leta, Mosalaki Sa’O Sokoria).

Mosalaki adalah pemegang kekuasaan secara adat dan sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakatnya, yang biasa jadi Mosalaki adalah dilihat dari garis keturunannya. Bisa digaris keturunan ibu (matrilineal) dan bisa dari garis keturunan bapak (patrilineal). Walaupun garis keturunan dari seorang ibu bisa diangkat menjadi seorang Mosalaki, Akan tetapi peranan yang lebih utama dalam Kampung Adat Wologai sebagai Mosalaki adalah garis keturunan dari bapak.

Masyarakat Kampung Adat Wologai meyakini nenek moyangnya berasal dari Gunung Lepembusu. Setiap rumah di Kampung Adat Wologai menghadap ke

(12)

2

arah bangunan Keda yang difungsikan sebagai tempat berkumpulnya para ketua adat. Dalam Kampung Adat Wologai terdapat batuan megalitik yaitu Tubu Musu yang berada di tengah permukiman dan berfungsi sebagai tempat persembahan kepada leluhur dan sang pencipta.

Kampung Adat Wologai sangat memegang adat istiadat serta menjaga kearifan lokal pada pemukiman kampungnya. Sosio-antropologinya di Kampung Wologai terwujud pada sikap kebersamaan masyarakat terhadap kepatuhan aturan-aturan/nilai-nilai tradisi yang ada. Sistem kemasyarakatan, sistem pemerintahan dan pola permukiman memperlihatkan keseragaman. Struktur adat yang masih berlaku dipegang oleh seorang Mosalaki yang menjadi pemimpin sekaligus orang terpenting pada masyarakat Wologai. (Achmad, 2016).

Pola tata ruang Kampung Adat Wologai memiliki keunikan tersendiri, dari penataan ruang sampai dengan filosofi kampung serta kepercayaan. Hal ini terlihat jelas dengan adanya pola tata ruang yang melingkar dengan karakter yang bertingkat-tingkat semakin ke atas semakin mengerucut. Berdasarkan keunikan tersebut maka keberadaan Kampung Adat Wologai harus di eksplor sehingga keaslian ruangnya tetap terjaga dan dilestarikan serta tidak hilang seiring berkembangnya zaman modern. Adanya pembagian ruang yang berbeda-beda dan sesuai dengan fungsinya masing-masing juga menjadi keunikan yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan lokal maupun mancanegara. Ruang untuk rumah para suku, ruang untuk pemakaman, dan ruang untuk musyawarah kepala adat serta ruang sesajian untuk para leluhur.

(13)

3

Dengan tatanan ruang yang masih berpegang pada kebudayaan lama dan nilai asli yang ada menjadikan perlunya penelitian terhadap pola tata ruang Kampung Adat Wologai. Kampung Adat Wologai dibangun berdasarkan keseimbangan interaksi terhadap alam lingkungan dan hubungannya dengan pencipta alam semesta yang dipercayanya (Achmad, 2017).

Penataan ruang di Kampung Adat Wologai memiliki fungsi yang bersifat sakral maupun profan. Fungsi sakral yang berkaitan dengan aktifitas upacara-upacara baik dalam skala besar ataupun kecil seperti, upacara-upacara memberi makan (pati ka), pernikahan, kematian dan upacara peresmian rumah adat dan Tubu Musu merupakan hirarki tertinggi dari ruang sakral yang ada. Bersifat profan seperti aktivitas masyarakat dalam melakukan interaksi dengan sesama penghuni Kampung Adat Wologai. Dalam setahun di Kampung Adat terdapat dua ritual besar yakni panen padi, jagung dan kacang-kacangan (keti uta) pada bulan April, dan tumbuk padi (ta’u nggua) pada bulan September (Achmad, 2017).

Kehidupan masyarakat adat masih terbilang tradisional, begitu juga dengan Kampung Adat Wologai. Dalam pembentukanya sebagai sebuah kampung masyarakat Wologai memiliki filosofi dalam penataan ruangnya. Filosofi yang melatarbelakangi pola tata ruang Kampung Adat Wologai adalah filosofi yang sudah ada pada masa lalu dari awal berdirinya Kampung Wologai oleh para leluhur dan sebelum masuknya agama Katholik pada tahun 1900-an. Tidak dapat dipungkiri bahwa setelah masuknya agama terdapat perubahan pada perilaku dan aktivitas masyarakat setempat. Akan tetapi pandangan awal dan filosofi yang memperkuat nilai keaslian kampung dari awal berdiri tetap terjaga dan tetap sama

(14)

4

diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Masyarakat Kampung Adat Wologai yang masih meneruskan filosofi dan tradisi para leluhurnya maka diperlukan penelitian yang mendalam mengenai filosofi apakah yang melatarbelakangi penataan ruang kampung Adat Wologai.

Menurut hasil wawancara kepada bapak Aloysius Leta (23 April 2017) sebagai Mosalaki Sa’O Sokoria yang berada di dalam Kampung Wologai, mengatakan bahwa para leluhur Kampung Adat Wologai pada awalnya selalu berpindah-pindah dan nama kampung selalu berubah-ubah sebelum menetap di lokasi Kampung Wologai yang sekarang dengan nama Kampung Adat Wologai. Leluhur Wologai menetap di Kampung Adat Wologai yang sekarang ini disebabkan karena lokasi tanah yang subur dan terletak diatas bukit. Berdasarkan fenomena tersebut menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tatanan pola ruangnya. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi penataan ruang kampung Wologai. Karena itu perlu adanya penelitian terkait dengan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penataan ruang Kampung Adat Wologai .

Kampung Adat Wologai memiliki sejumlah bangunan rumah adat berarsitektur tradisional yang tertata rapi membentuk lingkaran, dengan sejumlah atraksi budaya yang dapat dipentaskan kepada pengunjung terutama saat upacara adat berlangsung. Rumah di Kampung Adat Wologai masih terjaga keaslian baik dari segi bentuk ataupun segi struktur bangunannya. Bangunan rumah adat dibuat dari kayu tanpa menggunakan paku dalam pembangunannya, sedangkan atapnya terbuat dari ijuk atau alang-alang. Pada proses pembangunan rumah adat induk,

(15)

5

diberlakukan pire (pamali) dengan jangka waktu sampai rumah adat induk selesai dibangun, dimana pada masa pire (pamali) ini masyarakat setempat dilarang bekerja atau berkebun tetapi fokus pada membangun rumah adat.

Pola tata ruang kampung menarik bagi wisatawan, karena kesan umum oleh wisatawan ruang Kampung Adat Wologai masih bersifat natural dan asli. Terlihat dari sisi kampung, rumah maupun ritual adat yang dilakukan di Wologai masih asli. Keberadaan Kampung Adat Wologai yang memiliki keunikan dari pola ruangnya, filosofi kampungnya, bersama faktor yang mempengaruhi penataan ruang kampung, tentu menjadi suatu bahan yang harus diteliti.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diangkat sebagai berikut : 1. Bagaimana pola tata ruang Kampung Adat Wologai?

2. Filosofi apakah yang melatarbelakangi pola tata ruang Kampung Adat Wologai ?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya pola tata ruang Kampung Adat Wologai ?

1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pola tata ruang di Kampung Adat Wologai .

(16)

6

1.3.2. Tujuan Khusus.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pola tata ruang Kampung Adat Wologai.

2. Menganalisis filosofi yang melatarbelakangi pola tata ruang Kampung Adat Wologai

3. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola tata ruang Kampung Adat Wologai .

1.4. Manfaat

Manfaat dari sebuah penelitian diharapkan nantinya dapat membantu dan memberikan sumbangan pemikiran atau dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya sesuai dengan disiplin ilmu yang digunakan. Manfaat penelitian terdiri dari dua bagian yaitu, manfaat praktis dan manfaat akademis.

1.4.1. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas terutama masyarakat Kampung Adat Wologai dalam melestarikan pola ruang kampung yang masih asli agar tidak hilang oleh perkembangan zaman. Penelitian ini bermanfaat bagi instansi pemerintah daerah khususnya Dinas Pariwisata agar dapat membantu dalam menjaga keaslian yang ada pada Kampung Adat Wologai. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pedoman bagi pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan keberadaan kampung adat yang ada di Kabupaten Ende.

(17)

7

1.4.2. Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat menjadi pengembangan keilmuan dalam bidang Perencanaan Manajemen Pembangunan Desa dan Kota serta penambahan refrensi serta data-data khususnya yang berkaitan dengan pola tata ruang Kampung Adat Wologai. Bagi peneliti sendiri diharapkan dapat bermanfaat untuk menerapkan konsep dan teori yang diperoleh saat penelitian dilapangan dan pengalaman dalam telaah pustaka, sehingga dapat menambah wawasan pengetahuan terkait dengan obyek yang dikaji.

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian adalah ‘Pengaruh Modernisasi Terhadap Pola Ruang Hunian Pada Desa Adat Tenganan Pegringsingan Bali ’?. Bagaimana mengatur konsep pola

Korupsi dalam penetapan zonasi kawasan hutan dalam rencana tata ruang di antaranya: (1) menciptakan ketidakpastian terhadap zonasi kawasan hutan dengan

KAJIAN POLA PERILAKU DAN PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DI KAMPUNG TEPI SUNGAI WINONGO.. KASUS STUDI : KAMPUNG SERANGAN, GENDINGAN DAN TEJOKUSUMAN

Illustrasi pengelompokan dalam penataan pola resor di atas disusun berdasarkan hirari pada pola tata ruang di kampung Naga yang kemudian direpresentasikan ke dalam

menyebabkan adanya proses kemunduran aktivitas di kampung yang mempengaruhi penggunaan fasilitas. Hal tersebut dilihat adanya perubahan pada tata ruang kampung dimana

Kesimpulan pola permukiman tersebut juga dapat digunakan untuk menjelaskan pengertian pola kampung dan rumah warga kasepuhan Kesatuan Adat Banten Kidul yang akan

Pola permukiman Di Kampung Adat Kuta berkaitan dengan faktor-faktor tertentu yang telah berkembang sejak permukiman itu terbentuk oleh pribadi, sedangkan dari arah orientasi

Berdasarkan uraian tersebut, tata ruang Weltevreden maupun tata ruang kota lama Batavia merupakan tata ruang dengan pola konsentrik atau memusat dimana pusat kawasan dikelilingi