• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASASE SWEDIA TERHADAP TINGKAT NYERI SENDI TANGAN PADA PENDERITA ARTRITIS DI PUSKESMAS SUNGAI BESAR BANJARBARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MASASE SWEDIA TERHADAP TINGKAT NYERI SENDI TANGAN PADA PENDERITA ARTRITIS DI PUSKESMAS SUNGAI BESAR BANJARBARU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

8

MASASE SWEDIA TERHADAP TINGKAT NYERI SENDI TANGAN

PADA PENDERITA ARTRITIS DI PUSKESMAS SUNGAI BESAR

BANJARBARU

Enny Zahratunnisa1, Alfi Yasmina2, Rismia Agustina3 1

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

2

Bagian Mikrobiologi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

3

Bagian Keperawatan Komunitas Program Studi ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRAK

Artritis merupakan salah satu penyakit kronis yang sering ditemui, terutama di sendi-sendi kecil pada tangan, dengan nyeri sebagai gejala yang paling signifikan. Masase Swedia merupakan teknik masase yang secara langsung memanipulasi fungsi sendi dan otot, dan diduga bisa mengurangi nyeri sendi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masase Swedia terhadap tingkat nyeri sendi tangan pada penderita artritis di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-group pretest-posttest design. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan jumlah sampel 30 orang. Pengambilan data dilakukan dengan mengukur tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan masase Swedia selama 10 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 24 responden (80%) mengalami penurunan tingkat nyeri dan tidak ada responden yang menyatakan terjadi peningkatan tingkat nyeri setelah perlakuan. Analisis statistik dengan Wilcoxon Signed Rank test menunjukkan adanya pengaruh masase Swedia terhadap tingkat nyeri sendi tangan pada penderita artritis (p = 0,000). Dapat disimpulkan bahwa secara bermakna terdapat pengaruh masase Swedia terhadap tingkat nyeri sendi tangan pada penderita artritis di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru.

Kata-kata kunci: artritis, masase swedia, nyeri sendi tangan

ABSTRACT

Arthritis is a commonly-found chronic disease, often affects the small joints of the hands, with pain as the most significant symptom. Swedish Massage is a massage technique that directly manipulates the function of joints and muscles, and is thought to be able to reduce joint pain. This study was aimed to determine the effect of Swedish massage on the level of hand joint pain in patients with arthritis in Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru. The design used in this study was one-group pretest-posttest design. Thirty samples were taken with purposive sampling. Data were collected by measuring the level of pain before and after the administration of 10-minute Swedish massage. Result showed that 24 subjects (80%) experienced a reduction in pain level, and no subject stated any increase in the level of pain after treatment. Statistical analysis with the Wilcoxon Signed Rank test showed the effect of Swedish massage on the level of hand joint pain in arthritis patients (p = 0.000). It was concluded that there was a significant effect of Swedish massage on the level of hand joint pain in patients with arthritis in Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru

(2)

9 PENDAHULUAN

Artritis adalah inflamasi pada sendi dan merupakan istilah umum penyakit yang mengacu pada satu sendi atau lebih (1). Penyakit ini sering terjadi di lokasi sendi-sendi kecil pada tangan (2). Gejala klinis yang sering dikeluhkan adalah rasa nyeri, ngilu, kaku, atau bengkak sendi dan sekitar sendi (3,4).

Artritis merupakan salah satu masalah penyakit kronis yang sering ditemui dan menjadi penyebab kedua ketidakmampuan setelah penyakit jantung pada orang Amerika dengan usia di atas 15 tahun. Sebanyak 7 juta diantaranya mengalami hambatan aktivitas sehari-hari, berjalan, berpakaian, mandi, dan lain-lain (3). Penelitian di Wisconsin, Amerika Serikat, menyebutkan bahwa 1,3 juta penduduk dewasa di sana menderita artritis, dengan angka kejadian 34%. Prevalensi meningkat bersamaan dengan usia. Sebanyak 62% orang dewasa di atas 65 tahun menderita artritis dibandingkan dengan hanya 18% orang dewasa berumur 18-44 tahun yang menderita artritis (5). Namun artritis dapat mengenai semua umur, termasuk anak-anak (3).

Penyakit ini cukup banyak menyerang masyarakat Indonesia pada usia 25-74 tahun (3). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan, dari 10 penyakit terbanyak di 8 Puskesmas di Banjarbaru, artritis adalah kasus kedua terbanyak setelah hipertensi, terutama di Puskesmas Sungai Besar. Di Puskesmas Sungai Besar, penderita artritis pada bulan Februari 2012 pada pasien berusia 20-70 berjumlah 85 kunjungan. Keluhan nyeri sendi terbanyak yang dilaporkan oleh penderita artritis rata-rata berlokasi di sendi tangan dan terbanyak terjadi pada wanita sekitar 52 orang dan laki-laki sekitar 33 orang, dengan tingkat nyeri sedang sampai berat. Menurut Hoffman & Tarzian (2001), jika dibandingkan antara wanita dan laki-laki, wanita merasakan tingkat nyeri lebih berat, lebih sering mengalami nyeri, waktu atau durasi nyeri

lebih lama, lebih sensitif terhadap nyeri. Selain itu wanita memiliki hormon estrogen yang dapat mempengaruhi berbagai mediator inflamasi dan dapat menambah sensasi nyeri (6).

Rasa nyeri merupakan gejala artritis yang paling sering menyebabkan seseorang mencari pertolongan medis dan yang paling menonjol pada orang dengan artritis (7). Nyeri merupakan proses kompleks yang mempengaruhi aspek biologis, psikologis, dan sosial, serta faktor signifikan yang mempengaruhi fungsi, membatasi aktivitas, dan menurunkan kualitas hidup pada individu dengan artritis (2,5).

Perawat memiliki peran yang penting dalam membantu menangani nyeri pada pasien (8). Penatalaksanaan pasien artritis dapat dilaksanakan dengan terapi farmakologis dan terapi nonfarmakologis (3). Terapi farmakologis untuk penatalaksanaan nyeri paling efektif bila dikombinasikan dengan terapi nonfarmakologis (9). Metode pereda nyeri nonfarmakologis mempunyai risiko yang sangat rendah. Beberapa manajemen nonfarmakologis untuk nyeri yang sudah dikenal adalah kompres, distraksi, relaksasi, dan masase (10).

Masase adalah pengurutan dan pemijatan yang menstimulasi aliran darah dan metabolisme dalam jaringan lunak tubuh dengan tujuan terapeutik dan menurunkan nyeri (11,12). Terapi masase telah dievaluasi dan ditemukan efektif untuk berbagai kondisi nyeri muskuloskeletal. Penelitian telah dilakukan oleh Field et al pada orang dewasa berusia 20-65 tahun dengan artritis yang mengeluhkan nyeri pada tangan. Mereka diberikan terapi masase dengan frekuensi sekali seminggu selama 4 minggu dan masase sendiri di rumah secara teratur. Penilaian sebelum dan sesudah dilakukan terapi menunjukkan hasil adanya penurunan tingkat nyeri, penurunan kecemasan, peningkatan kekuatan genggaman, dan penurunan depresi (2). Selain itu juga terapi masase memberikan

(3)

10 efek positif terhadap beberapa kondisi,

yaitu penyakit autoimmun (seperti asma dan kelelahan kronik), penyakit sistem imun (seperti HIV dan kanker payudara), penelitian tentang penurunan stres bekerja, stres penuaan, dan stres kehamilan (13).

Masase Swedia merupakan salah satu jenis teknik masase yang mudah dipraktikkan (14). Masase Swedia secara langsung dan alami memanipulasi fungsi sendi dan otot (15). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Perlman et al membuktikan bahwa masase Swedia efektif menurunkan nyeri, kekakuan sendi, dan peningkatan fungsi fisik pada pasien dengan osteoartritis lutut (14).

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang "pengaruh masase Swedia terhadap tingkat nyeri sendi tangan pada penderita artritis di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru".

Rumusan masalah penelitian ini adalah "apakah terdapat pengaruh masase Swedia terhadap tingkat nyeri sendi tangan pada penderita artritis di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru?". Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh masase Swedia terhadap tingkat nyeri sendi tangan pada penderita artritis di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian penelitian ini menggunakan penelitian pra-eksperimental dengan rancangan one–group pretest-posttest design. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah penderita artritis yang mengalami nyeri sendi tangan di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru, dengan jumlah penderita artritis yang mengalami nyeri sendi tangan sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, dengan besar sampel yang digunakan adalah minimal 30 orang dengan kriteria inklusi adalah antara lain: Penderita artritis wanita, penderita artritis berusia 30 sampai 60 tahun, pasien baru yang berkunjung ke Puskesmas

Sungai Besar selama bulan Juni sampai September 2012 yang tidak mengkonsumsi analgetik dan kortikosteroid dalam 24 jam terakhir, mengalami nyeri sendi tangan dengan tingkat nyeri sedang sampai dengan tingkat nyeri berat, bersedia menjadi subyek penelitian, tanpa komplikasi penyakit lain seperti flebitis atau selulitis di tangan, gangguan pendarahan, penyakit kulit yang menular, kulit mengelupas, luka bakar, serta gejala yang disertai bengkak.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar persetujuan penelitian, kertas penilaian intensitas nyeri deskriptif, perlak, handuk, tisu, baby oil, kasa, dan alkohol.

Variabel bebas penelitian ini adalah masase Swedia pada penderita artritis. Variabel terikat penelitian ini adalah tingkat nyeri sendi tangan pada penderita artritis.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan mencatat tingkat nyeri sendi tangan pada penderita artritis pada lembar observasi sebelum dan sesudah dilakukan masase Swedia. Pengolahan data yang dilakukan terdiri dari 4 tahap, yaitu editing, coding, entry data, dan tabulating.

Cara analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji hipotesis Wilcoxon Signed Rank test dengan tingkat signifikansi 5% untuk menguji perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan masase Swedia. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru pada bulan Juni-September 2012. Penelitian mengenai pengaruh masase Swedia terhadap nyeri sendi tangan pada penderita artritis di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru telah dilakukan dan didapatkan sampel penelitian sebanyak 30 responden. Responden tersebut dipilih secara

(4)

11 purposive sampling di Puskesmas Sungai

Besar Banjarbaru.

Karakteristik responden berdasarkan rentang usia

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia No Usia Jumlah (orang) Persentase (%) 1 30-39 tahun 3 10 2 40-49 tahun 11 37 3 50-59 tahun 16 53 Jumlah 30 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan rentang usia, dari 30 responden pada penderita artritis yang mengalami nyeri sendi tangan di Puskesmas Sungai Besar, usia responden yang paling muda adalah 33 tahun, sedangkan responden yang paling tua berusia 56 tahun. Usia yang paling dominan jumlahnya berada pada rentang 50-59 yaitu 16 orang (53%).

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaaan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Ibu Rumah Tangga 21 70 2 PNS 5 17 3 Wiraswasta 1 3 4 Pensiun PNS 2 7 5 Guru Swasta 1 3 Jumlah 30 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan, dari 30 responden pada penderita artritis di Puskesmas Sungai Besar, latar belakang jenis pekerjaan yang paling dominan yaitu ibu rumah tangga sebanyak 21 orang (70%), dan yang paling jarang yaitu wiraswasta sebanyak 1 orang (3%) dan guru swasta sebanyak 1 orang (3%).

Tingkat Nyeri Sendi Tangan pada Penderita Artritis Sebelum Dilakukan Masase Swedia

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri Sendi Tangan pada Penderita Artritis Sebelum Dilakukan Masase Swedia di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru No Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Tidak Nyeri 0 0 2 Ringan 6 20 3 Sedang 22 73,33 4 Berat terkontrol 2 6,67 5 Berat tidak terkontrol 0 0 Jumlah 30 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat nyeri sendi tangan sebelum dilakukan masase Swedia terhadap 30 responden pada penderita artritis yang mengalami nyeri sendi tangan di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru, hasil yang diperoleh dari pengukuran tingkat nyeri sebelum dilakukan masase Swedia yang paling dominan adalah nyeri sedang sebanyak 22 orang (73,33%), sedangkan nyeri berat terkontrol hanya sebanyak 2 orang (6,67%).

Respon nyeri yang dihasilkan oleh penderita yang mengalami nyeri berasal dari beberapa mediator kimia dari nyeri, yang diduga meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri, yaitu histamin, bradikinin, asetilkolin dan substansi-P (10).

(5)

12 Tingkat Nyeri Sendi Tangan pada

Penderita Artritis Setelah Dilakukan Masase Swedia

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri Sendi Tangan pada Penderita Artritis Setelah Dilakukan Masase Swedia di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru No Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Tidak Nyeri 0 0 2 Ringan 28 93,33 3 Sedang 2 6,67 4 Berat terkontrol 0 0 5 Berat tidak terkontrol 0 0 Jumlah 30 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat nyeri sendi tangan setelah dilakukan masase Swedia terhadap 30 responden pada penderita artritis yang mengalami nyeri sendi tangandi Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru, hasil yang diperoleh dari pengukuran tingkat nyeri setelah dilakukan masase Swedia yang paling dominan adalah nyeri ringan sebanyak 28 orang (93,33%), dan tidak ada lagi pasien yang merasakan nyeri berat.

Berdasarkan data sebelum dilakukan perlakuan, nyeri sedang merupakan nyeri yang paling dominan sebanyak 22 orang (73,33%), sedangkan setelah perlakuan, nyeri ringan merupakan yang paling dominan sebanyak 28 orang (93,33%). Dengan demikian, setelah perlakuan, sebagian besar responden mengalami perubahan nyeri dari nyeri sedang ke nyeri ringan. Sementara itu, nyeri berat terkontrol mengalami perubahan menjadi nyeri sedang sebanyak 2 orang (6,67%).

Masase dianggap bekerja menutup “pintu” di medulla spinalis, sehingga menghambat sinyal nyeri mencapai otak. Ketika seorang terapis melakukan masase jaringan lunak, sinyal-sinyal listrik ditransmisikan ke daerah setempat dan ke seluruh tubuh. Sinyal-sinyal ini, bersama dengan efek penyembuhan melalui

sentuhan, membantu menyembuhkan otot yang rusak, merangsang sirkulasi, membuang produk-produk limbah melalui sistem limfatik, meningkatkan aktivitas sistem kekebalan tubuh, menurunkan nyeri dan ketegangan, serta menginduksi perasaan tenang (16).

Pengaruh Masase Swedia terhadap Tingkat Nyeri Sendi Tangan pada Penderita Artritis

Berdasarkan analisis statistik dengan Wilcoxon signed rank test , diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh masase Swedia terhadap tingkat nyeri sendi tangan pada penderita artritis di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru, dan hasil analisis ini sesuai dengan hipotesis dalam penelitian ini.

Tabel 5. Persentase Perubahan Tingkat Nyeri Sendi Tangan Setelah Dilakukan Masase Swedia pada Penderita Artritis di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru Perubahan Tingkat Nyeri Jumlah (sampel penelitian) Persentase (%) Meningkat - - Tetap 6 orang 20% Menurun 24 orang 80% Total 30 orang 100%

Tabel 5 di atas menujukkan bahwa sebagian besar sampel mengalami perubahan tingkat nyeri sendi tangan setelah dilakukan masase swedia terbanyak adalah terjadi penurunan sebanyak 24 sampel penelitian (80%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian serupa tentang masase Swedia, yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh Field et al dan Perlman et al, masase Swedia tidak hanya dapat membantu menurunkan nyeri, namun juga menurunkan kecemasan, menurunkan depresi, kekakuan sendi, dan peningkatan fungsi fisik pada pasien OA (2,14). Selain itu penelitian oleh Field et al tentang efek masase yang diberikan pada anak dengan

(6)

13 Juvenile Rheumatoid Arthritis (JRA),

terjadi penurunan nyeri, kecemasan, dan kadar hormon stress (kortisol) (17).

Masase Swedia merupakan salah satu jenis teknik masase yang secara langsung dan alami memanipulasi fungsi sendi dan otot, yang tediri dari efflurage, petrissage, friction, dan tapotement (15,18). Terapi masase telah dievaluasi dan ditemukan efektif untuk berbagai kondisi nyeri muskuloskeletal (2). Masase dapat meningkatkan aliran darah, menurunkan ketegangan otot, dan meningkatkan kesejahteraan. Masase dapat memberikan tekanan mekanis yang membantu untuk respons relaksasi, penurunan kecemasan, dan meningkatkan suasana hati melalui relaksasi (19). Terdapat beberapa penelitian tentang efek masase Swedia, yaitu dalam menurunkan tekanan darah pada wanita dengan pre-hipertensi (19) dan menurunkan glukosa darah pada anak dengan diabetik (20).

Penurunan tingkat nyeri sendi tangan pada penderita artritis, didasarkan pada teori gate control oleh Melzack dan Wall (1965), yang mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat pertahanan ditutup, melalui mekanisme menutup pertahanan untuk menghambat impuls nyeri yang akan disampaikan ke otak untuk dipersepsikan, yaitu dengan stimulasi kutaneus, salah satunya dalam bentuk masase Swedia, dapat membantu serabut saraf beta-A untuk melepaskan neurotransmiter penghambat (neuromodulator), salah satunya yaitu opiat endogen seperti endorfin. Neuromodulator ini akan menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi-P dan memblok transmisi nyeri (21).

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masase Swedia yang diberikan untuk penderita artritis dapat membantu menurunkan nyeri sendi tangan yang dialaminya.

Penelitian ini mempunyai keterbatasan, yaitu adanya variabel-variabel pengganggu yang tidak dikendalikan dan tidak diteliti, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri seperti pemahaman tentang nyeri, kebudayaan, perhatian, kecemasan, keletihan, pengalaman masa lalu, gaya koping, serta dukungan keluarga dan sosial. Selain itu juga belum dapat secara spesifik menyatakan bahwa masase Swedia akan cocok untuk semua nyeri sendi dengan berbagai etiologi dan lokasi, serta belum dapat menjelaskan secara spesifik mekanisme masase Swedia dalam menurunkan nyeri sendi tangan selain dari dasar teori gate control. Selain itu, penelitian ini belum menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding. Beberapa keterbatasan yang ada dapat dijadikan untuk saran penelitian selanjutnya.

PENUTUP

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah tingkat nyeri sendi tangan pada penderita artritis di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru sebelum dilakukan masase Swedia adalah nyeri ringan sebanyak 6 orang (20%), nyeri sedang 22 orang (73,33%), dan nyeri berat terkontrol 2 orang (6,67%), tingkat nyeri sendi tangan pada penderita artritis di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru setelah dilakukan masase Swedia adalah nyeri ringan sebanyak 28 orang (93,33%) dan nyeri sedang sebanyak 2 orang (6,67%), dan terdapat pengaruh masase Swedia terhadap penurunan tingkat nyeri sendi tangan penderita artritis di Puskesmas Sungai Besar Banjarbaru (p = 0,000).

Bagi ilmu keperawatan, hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan literatur pengetahuan tentang teknik masase Swedia terhadap tingkat nyeri sendi tangan pada penderita artritis. Bagi pihak Puskesmas, direkomendasikan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat terkait terapi nonfarmakologis yang murah

(7)

14 dan mudah dilakukan, salah satunya yaitu

dengan masase Swedia yang dapat membantu mengurangi nyeri selain terapi farmakologis. Bagi peneliti selanjutnya, direkomendasikan untuk melakukan penelitian tentang pengaruh masase Swedia terhadap nyeri sendi tangan dengan menggunakan variabel lain yang mempengaruhi nyeri, seperti pemahaman tentang nyeri, kebudayaan, perhatian, kecemasan, keletihan, pengalaman masa lalu, gaya koping, serta dukungan keluarga dan sosial, menggunakan kontrol pada penelitiannya, dan juga dapat melakukan penelitian pada bagian tubuh lain untuk mengetahui keefektifan masase dalam mengurangi nyeri sendi di tempat lain, atau dengan mengambil salah satu dari beberapa klasifikasi artritis agar lebih spesifik.

REFERENSI

1. Asif SM, Asad A, Poonam V, et al. Arthritis database: a composite web interface for antiarthritic plants. Journal of Medicinal Plants Research 2011; 5(12): 2457-61.

2. Fielda T, Diegoa M, Reifa MH, et al. Hand arthritis pain is reduced by massage therapy. Journal of Bodywork and Movement Therapies 2007; 11: 21–4.

3. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan. Pharmaceutical care untuk pasien penyakit artritis rematik. Jakarta: Bakti Husada, 2006.

4. Theis KA, Helmic CG, Hootman JM. Arthritis burden and impact are greater among U.S. Women than men: intervention opportunities. Journal of Women’s Health 2007; 16(4): 441-53. 5. Vasudevan SV, Potts EE, Mehrotra C.

Pain management in arthritis: evidence-based guidelines. Wisconsin Medical Journal 2003; 102(7): 14-8.

6. Hoffman DE, Tarzian AJ. The girl who cried pain: a bias against women in the treatment of pain. Journal of Law Medicine & Ethics 2001; 29(1): 13-27. 7. Woolf AD, Pfleger B. Burden of major

musculoskeletal conditions. Bulletin of the World Health Organization 2003; 81(9): 646-56.

8. Stanley M, Beare PG. Buku ajar keperawatan gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2006.

9. Semijurnal Farmasi & Kedokteran. Diagnosis dan tatalaksana osteoartritis. Ethical Digest 2009; 66: 38-9.

10. Smeltzer SC, Bare BG. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner & Suddarth edisi 8 volume 1. Jakarta: EGC, 2001.

11. Kusyati E. Keterampilan dan prosedur laboratorium. Jakarta: EGC, 2006. 12. Ernst E. The safety of massage therapy.

Rheumatology 2003; 42: 1101–6. 13. Field T, Hernandez M, Diego M, et al.

Intern. Cortisol decreases and serotonin and dopamine increase following massage therapy. J. Neuroscience 2005; 115: 1397-1413.

14. Perlman AI, Sabina A, Williams AL, et al. Massage therapy for osteoarthritis of the knee. Arch Intern Med 2006; 166: 2533-8.

15. Ostrom KW. Massage and the original swedish movements. Eighth edition. Sweden: Royal University Of Upsala. (online) (diakses pada tanggal 7 April 2012).

16. Inneke V. Pengaruh massase Swedia terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien post operasi seksio sesarea di rumah sakit Ratu Zalecha Martapura. Skripsi. Banjarbaru: PSIK FK UNLAM, 2011.

17. Field T, Hernandez MR, Seligman S, et al. Juvenile rheumatoid arthritis: benefits from massage therapy. Journal of Pediatric Psychology 1997; 22(5): 607-17.

(8)

15 18. Weerapong P, Hume PA, Kolt GS. The

mechanisms of massage and effects on performance, muscle recovery and injury prevention. Sports Med 2005; 35(3): 235-56.

19. Sajedi F, Kashaninia Z, Hoseinzadeh S, et al. How effective is swedish massage on blood glucose level in children with diabetes mellitus?. Acta Medica Iranica 2011; 49(9): 592-7.

20. Moeini M, Givi M, Ghasempour Z, et al. The effect of massage therapy on blood pressure of women with pre-hypertension. IJNMR 2011; 16(1): 61-70.

21. Potter PA, Perry AG. Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses, dan praktik volume 2 edisi 4. Jakarta: EGC, 2005.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Pengelolaan laboratorium Fisika Dasar FKIP Universitas Jember berada dalam kategori

Berikan penilaian berdasarkan pengalaman Saudara selama mengikuti pendidikan Program Studi Magister/Doktor Teknik Sipil /Teknik Lingkungan / Teknik Kelautan / PSDA /

Setiap masyarakat, selama hidupnya pasti pernah mengalami perubahan-perubahan. Di dalam proses perubahan tersebut, biasanya ada suatu kekuatan yang menjadi pelopor

(2) Tarif jasa layanan di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat se bagaimana dimaksud pada ayat ( 1) ditetapkan dalam kontrak kerja sama

konsumen makin besar marjin pemasaran maka akan semakin tinggi pula harga. yang harus dibayar oleh konsumen rumah tangga (Amalia et al., 2013).. Konsep

Hasil rasio peneriman dan pengeluaran ternak kambing adalah bahwa, pengeluaran biaya sebesar 1,00 akan diperoleh penerimaan sebesar 1,03 sehingga usaha ternak

464.900.000,- (Empat ratus enam puluh empat juta sembilan ratus ribu rupiah) Tahun Anggaran 2016, maka bersama ini kami Kelompok Kerja I Unit Layanan Pengadaan