• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan mampu bersaing di ranah perjuangan ini. yang siap dan bisa menghadapi tantangan di segala aspek baik aspek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan mampu bersaing di ranah perjuangan ini. yang siap dan bisa menghadapi tantangan di segala aspek baik aspek"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Di era globalisasi sekarang ini pendidikan merupakan suatu hal yang penting. Dengan pendidikan seorang individu akan pintar, cerdas dan lebih peka dengan segala permasalahan yang ada. Oleh karena itu setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan di manapun dia berada. Tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian, pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan individu yang memiliki budi pekerti luhur, moral yang baik, berkualitas dan mampu bersaing di ranah perjuangan ini.

Seiring dengan perkembangan dan perubahan zaman, dunia pendidikan dituntut agar mampu menghasilkan sistem pendidikan yang berkualitas sehingga nantinya dapat melahirkan generasi-generasi penerus yang siap dan bisa menghadapi tantangan di segala aspek baik aspek ekonomi, politik, sosial maupun budaya. Begitu gencarnya eksistensi pendidikan diperbincangkan, hal ini menandakan pendidikan memang perlu mendapat perhatian dan penanganan yang sungguh-sungguh dari segenap pihak. Sehingga wajar adanya jika berbagai kalangan menyoroti bahkan mempertanyakan sudah sejauh mana mutu pendidikan di Indonesia sekarang ini, khususnya dalam hal prestasi belajar siswa dan sudah sejauh mana dunia

(2)

pendidikan mempersiapkan diri untuk menghadapi kemajuan zaman yang begitu kompleks.

Perkembangan dunia pendidikan yang semakin meningkat ini tentunya diwarnai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga sudah seharusnya diikuti pula dengan perkembangan tenaga pendidik (guru atau dosen) yang kompeten. Keberadaan guru dalam suatu sekolah memiliki peranan yang sangat penting bagi kelancaran sekolah dalam melaksanakan sistem belajar mengajar. Guru merupakan orang yang berhubungan secara langsung dengan para siswa dalam berbagai kegiatan, baik itu hubungan dalam kegiatan akademik maupun hubungan dalam kegiatan non akademik.

Tidak ada yang dapat memungkiri bahwa guru adalah profesi yang sangat mulia karena guru selalu mengamalkan ilmu yang dimilikinya kepada siswa-siswinya. Secara tersirat, Islam menjelaskan bahwa guru adalah profesi yang mulia di mata Allah sebagaimana disampaikan oleh Syaikh Abdurrahman bin Qasim An Najdi Rahimahullah (dalam Google) bahwa “Amal adalah buah dari ilmu”. Ilmu itu dicari demi mencapai sesuatu yang lain. Fungsi ilmu ibarat sebatang pohon, sedangkan amalan seperti buahnya. Maka setelah mengetahui ajaran agama Islam seseorang harus menyertainya dengan amalan. Sebab orang yang berilmu akan tetapi tidak beramal dengannya lebih jelek keadaannya daripada orang bodoh. Di dalam HR Bukhori Muslim disebutkan bahwa, “Orang yang paling keras siksanya adalah seorang berilmu dan tidak diberi manfaat oleh Allah dengan

(3)

sebab ilmunya.” Orang semacam inilah yang termasuk satu di antara tiga orang yang dijadikan sebagai bahan bakar pertama-tama untuk menyalakan api neraka. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika guru mendapat gelar pahlawan tanpa tanda jasa. Sebuah gelar yang dapat meninabobokan guru karena guru merasa tersanjung dalam perjuangan mencerdaskan anak bangsa. Akan tetapi, ketika dunia mulai mengglobal, tuntutan ekonomi semakin tinggi, penghargaan terhadap guru semakin luntur, penghormatan kepada guru semakin berkurang.

Pada pendidikan menengah atas, peranan guru sangat dominan dimana sebagai pendidik guru dituntut agar dapat mencerdaskan anak didiknya. Selain itu, guru dituntut untuk selalu bersikap fleksibel karena ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. Guru diharapkan dapat menghasilkan suatu temuan yang dapat meningkatkan mutu pendidikan dan guru juga diharapkan menjadi suri teladan bagi anak didiknya. Di dalam proses belajar mengajar, guru diharapkan tidak hanya mengandalkan ilmu yang sudah ada namun guru juga diharapkan dapat mengembangan daya imajinasinya dalam memahami suatu konsep ataupun fenomena yang sedang ramai diperbincangkan di kalangan masyarakat.

Dengan melihat berbagai beban tanggung jawab dan tantangan yang dihadapi guru dalam meningkatkan dan mencerdaskan anak bangsa, sudah seyogyanya jika pihak sekolah menjadi fasilitator yang handal untuk menciptakan guru-guru yang berkualitas sehingga nantinya mampu memberikan dampak positif tehadap kemajuan sekolah dengan kinerja yang

(4)

membanggakan. Kinerja yang dihasilkan oleh para guru juga tak luput dari keberadaan budaya kerja yang ada dalam organisasi tersebut. Budaya kerja merupakan falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai “kerja atau bekerja” (Triguno, 1996 dalam Prasetya, 2001 dalam Widyo, 2004). Dalam sebuah organisasi, budaya kerja merupakan aspek yang dinilai sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi. Mengapa budaya kerja dikatakan penting, karena merupakan kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam hierarki organisasi yang mewakili norma-norma perilaku yang diikuti oleh para anggota organisasi. Budaya kerja ini akan berpengaruh terhadap perilaku (behavior) seseorang. Jadi behavior merupakan tindakan yang nyata dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh apa yang diharapkan (Teman, 2005).

Selain budaya kerja berpengaruh terhadap kinerja, keberadaan motivasi pada diri individu juga tidak lepas dari nilai-nilai yang terkandung dalam budaya kerja. Motivasi merupakan variabel yang bisa mempengaruhi organisasi tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan jalannya organisasi tentunya diwarnai oleh perilaku individu yang merasa berkepentingan. Perilaku ini akan timbul akibat adanya pengaruh dari lingkungan yang ada begitu pula individu berperilaku karena adanya dorongan oleh serangkaian kebutuhan. Setiap manusia selalu

(5)

mempertimbangkan perilakunya terhadap segala sesuatu yang diinginkan agar tercapai tanpa menimbulkan konflik sehingga nantinya kinerja dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan.

Dalam teori yang disampaikan Pandji (2006, dalam Gatot, 2008), bahwa motivasi dapat berperan dalam menjadikan seorang pegawai lebih berperilaku terarah. Motivasi berperan sebagai pendorong kemauan dan keinginan seseorang. Hal ini diperkuat dengan penelitian Teman (2005) yang menyatakan bahwa pada umumnya dalam diri seseorang, ada dua hal penting yang dapat memberikan motivasi yaitu compensation dan expectancy, setiap orang pasti memiliki harapan terhadap apa yang akan dan yang telah dia lakukan, oleh karena itu tanpa adanya harapan seseorang tidak akan melakukan usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu menjadi tanggung jawab tersendiri bagi kepala sekolah agar dapat terus memotivasi para guru agar mampu menghasilkan kinerja yang maksimal tanpa meninggalkan budaya kerja yang ada atau justru meningkatkan budaya kerja tersebut.

Peningkatan budaya kerja diantaranya dapat ditunjukkan dengan menciptakan program yang bisa mendorong semangat belajar siswa agar nantinya dapat lulus dengan standar yang ditentukan. Program tersebut dapat berupa pemberian les tambahan di luar jam belajar mengajar dan meningkatkan bimbingan konseling kepada siswa agar setiap siswa tidak mengalami kesulitan dalam proses belajar, intinya peran dari guru dan Kepala Sekolah sangat diharapkan. Semakin kondusifnya suasana kerja yang

(6)

dirasakan oleh guru dan keberadaan budaya kerja yang sejalan dengan visi misi organisasi, maka akan muncul motivasi kerja yang tinggi sehingga nantinya kinerja yang dihasilkan juga akan lebih maksimal. Dengan peningkatan aspek motivasi dan kinerja melalui budaya kerja diharapkan mampu meningkatkan kualitas guru sehingga nantinya dapat memberi efek posistif dalam usaha meningkatkan prestasi siswa dan mampu menciptakan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan di era sekarang ini.

Dalam penelitian Teman (2005) disimpulkan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap motivasi dan kepuasan kerja serta kinerja pada karyawan industri pengolahan kayu skala menengah di Jawa Timur. Keempat variabel tersebut merupakan faktor-faktor dalam perilaku organisasi yang harus mendapatkan perhatian khusus bagi semua pihak yang terkait dengan proses produksi. Akan tetapi, dalam penelitian ini penulis ingin mengkaji pengaruh budaya kerja terhadap motivasi dan kinerja pada guru SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta dan SMA Negeri 1 Yogyakarta. Sehingga dari pemahaman tersebut dapat dijelaskan bahwa penelitian ini ingin mengkaji pengaruh budaya kerja terhadap motivasi dan pengaruh budaya kerja terhadap motivasi.

Adapun judul yang penulis ambil adalah “PENGARUH BUDAYA KERJA TERHADAP MOTIVASI DAN KINERJA” (Studi pada Guru SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta dan SMA Negeri 1 Yogyakarta).

(7)

B. Batasan Masalah Penelitian

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah penelitian tidak menganalisis mengenai hubungan antara variabel motivasi dengan variabel kinerja melainkan hanya menganalisis pengaruh budaya kerja terhadap motivasi dan pengaruh budaya kerja terhadap kinerja serta melihat perbandingan tingkat motivasi dan kinerja pada kedua obyek penelitian.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah budaya kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap motivasi? 2. Apakah budaya kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja? 3. Apakah terdapat perbedaan motivasi dan kinerja antara guru SMA

Muhammadiyah 1 Yogyakarta dan SMA Negeri 1 Yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya setiap penelitian mempunyai tujuan tertentu. Berkaitan dengan penelitian yang mengambil pokok pembahasan mengenai “Pengaruh budaya kerja terhadap motivasi dan kinerja guru SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta dan SMA Negeri 1 Yogyakarta”, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:

1. Menganalisis pengaruh budaya kerja terhadap motivasi. 2. Menganalisis pengaruh budaya kerja terhadap kinerja.

(8)

3. Menganalisis perbedaan motivasi dan kinerja antara guru SMA Muhammdiyah 1 Yogyakarta dan SMA Negeri 1 Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Penulis

Penelitian ini sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam menerapkan teori-teori yang di dapat di bangku perkuliahan khususnya di bidang manajemen sumber daya manusia ke dalam dunia praktek yang sebenarnya. Selain itu juga dapat menambah cakrawala berfikir penulis dalam penerapan konsep budaya kerja, motivasi dan kinerja dalam dataran pendidikan.

2. Manfaat Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu guru dalam meningkatkan motivasi dan kinerjanya melalui budaya kerja yang ada sehingga nantinya dapat lebih memberikan kontribusi positif terhadap pihak sekolah.

3. Manfaat Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini akan menjadi pertimbangan atau masukan untuk sekolah dalam mengevaluasi pengaruh budaya kerja terhadap motivasi dan kinerja guru.

(9)

4. Manfaat Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi kajian atau penelitian serupa pada ruang lingkup yang lebih luas serta dapat memberikan informasi tentang pengaruh budaya kerja terhadap motivasi dan kinerja.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa tekanan hampir tidak dirasakan oleh siswa, dimana hal tersebut dapat dilihat dari seringnya siswa mengisi waktu luang

 Responden di Kalimantan cenderung untuk berubah opini menjadi setuju pencabutan subsidi BBM setelah menerima informasi terkait daripada responden di Jawa & Bali (21,3%).

IUIPHHK FERDINAND SOUISA telah memenuhi standar verifikasi legalitas kayu untuk seluruh norma penilaian setiap verifier dan dinyatakan "LULUS" Verifikasi Legalitas Kayu

bahwa menurut Majelis, Surat Tergugat Nomor: S-8729/WPJ.07/KP.02/2013 tanggal 03 Oktober 2013 bukanlah objek gugatan sebagaimana dimaksud Pasal 23 ayat (2) huruf c

Konsep nilai waktu dari uang (time value of money) pada dasarnya menjelaskan bahwa uang dalam jumlah yang sama yang diterima hari ini nilainya lebih besar dari nilainya di masa

Dalam teks, muncul kata-kata tertentu yang dominan dan dinaturalisasikan kepada pembaca. Kata tersebut selalu diulang-ulang dalam berbagai peristiwa tutur. Kata-kata

[r]

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, mendorong penulis melakukan penelitian untuk mengetahui adakah peran Komite Audit, Audit Internal, Pengendalian