• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DATA METEOROLOGI TERHADAP NILAI KOORDINAT HASIL PENGAMATAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH DATA METEOROLOGI TERHADAP NILAI KOORDINAT HASIL PENGAMATAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Unpak

PENGARUH DATA METEOROLOGI TERHADAP NILAI KOORDINAT

HASIL PENGAMATAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)

Faqih Rizki Ramadiansyah1, Rustandi Poerawiardi2, Dadan Ramdani3 ABSTRAK

Perambatan sinyal satelit Global Positioning System (GPS) sampai ke receiver pengamat di permukaan bumi akan melewati lapisan atmosfer bumi, terutama pada lapisan troposfer, sinyal GPS akan mengalami refraksi yaitu pembelokan arah perambatan sinyal yang diakibatkan oleh medium yang dilewati memiliki indeks bias yang berbeda, perbedaan indeks bias ini disebabkan oleh data meteorlogi yaitu perbedaan suhu, tekanan dan kelembapan udara yang berbeda-beda di setiap tempatnya. Refraksi ini menyebabkan sinyal GPS mengalami perubahan kecepatan dan arah, efek utama dari troposfer dalam hal ini adalah terhadap hasil ukuran jarak dari satelit GPS ke rceiver pengamat di permukaan bumi. pada pengolahan data GPS dengan menggunakan data meteorologi memiliki presisi yang cukup tinggi namun untuk nilai akurasi yang diberikan lebih rendah dibandingkan dengan pengolahan data GPS tanpa menggunakan data meteorologi.

Kata kunci:Sinyal GPS, Medium, Refraksi, Meteorologi

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Satelit Global Positioning System (GPS) beredar mengelilingi bumi pada ketinggian sekitar 20.200 km (Abidin, 1995). GPS tidak terlepas dari bias dan kesalahan, salah satu sumber bias dan kesalahan dalam GPS adalah medium perambatan sinyal satelit yaitu lapisan ionosfer dan troposfer (Fahrurrazi, 2011) dalam Darnila, 2014) dan troposfer memiliki indeks bias yang berbeda-beda sehingga akan terjadi peristiwa refraksi. Perbedaan indeks bias pada lapisan troposfer disebabkan oleh perbedaan meteorologi (suhu, tekanan dan kelembapan) yang berbeda di setiap tempat. Refraksi troposfer ini dapat menyebabkan perubahan arah dan kecepatan dari sinyal satelit. Hal tersebut berefek pada hasil ukuran jarak dari satelit ke receiver di permukaan bumi (Abidin, 2001). Peristiwa refraksi troposfer ini berpengaruh terhadap nilai koordinat yang dihasilkan dari dua titik atau lebih dari pengamatan GPS. Peristiwa refraksi troposfer (bias troposfer) ini dapat di reduksi dengan melakukan penerapan pengamatan double difference, akan tetapi dari pengamatan double difference itu masih menyisakan bias yang kecil dan

dimodelkan dengan model troposfer. Ada beberapa macam model troposfer seperti Saastamoinen, Hopfield, Black dll (Abidin, 2001).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian kondisi yang telah dijelaskan pada latar belakang, maka dalam penelitian ini dilakukan pengkajian untuk mengetahui:

1.

Apakah data meteorologi dapat mempengaruhi hasil nilai koordinat, yang dihasilkan dari pengolahan data dengan menggunakan data meteorologi (temperatur, tekanan, dan kelembapan) dan tanpa data meteorologi

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dan manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Menguji sejauh mana data meteorologi dapat mempengaruhi nilai koordinat hasil pengolahan data pengamatan GPS.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pentingnya data meteorologi, dalam pengolahan data pengamatan GPS

(2)

2 Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Unpak

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Pengolahan data menggunakan Software ilmiahBERNESE 5.0. 2. Data yang digunakan dalam

pengolahan:

a. Data pengamatan stasiun CORS CLBG, CPTU,dan CTGR sebanyak dua belas pengamatan. b. Data pergerakan kutub, waktu

satelit, dan data orbit satelit. 3. Metode pengamatan menggunakan

pengamatan baseline dengan CLBG sebagai titik tetap.

4. Pengolahan data menggunakan data meteorologi (Temperatur, tekanan, dan kelembapan)

5. Membandingkan perbedaan hasil, dengan kedua hasil olahan data tanpa meteorologi pengolahan data dan menyimpulkannya.

II DASAR TEORI

2.1 Lapisan Atmosfer

Atmosfer adalah campuran gas yang menyelubungi permukaan bumi. Campuran gas ini mengitari permukaan bumi karena ditarik oleh gaya gravitasi yang ada di bumi, campuran gas ini disebut dengan udara. (Nugraha, 2008). Udara bercampur secara baik di atmosfer. Meskipun bercampur, atmosfer mempunyai perbedaan-perbedaan yang signifikan dalam tempratur dan tekanan dalam setiap perbedaan ketinggian

2.1.1 Lapisan Troposfer

Lapisan troposfer adalah lapisan yang ketinggian antara 0-40 km (Leick, 1989). Lapisan ini merupakan persentase terbesar dari total masa atmosfer yaitu lebih dari 75%. Sedangkan sisanya menyebar pada lapisan yang lain (Miller, 1993: Permana, 2002) dalam Nugraha, 2008). Troposfer tersusun atas nitrogen (78%) dan

oksigen (21%) dengan hanya sedikit konsentrasi gas lainnya.paling bawah dari atmosfer dengan hanya sedikit konsentrasi gas lainnya.

Rerata tekanan udara di permukaan laut ialah 1 atmosfer. Makin tinggi permukaan bumi maka tekanan udara semakin menurun dan suhu udara juga semakin menurun. Nilainya sekitar 17̊ C pada permukaan bumi sampai sekitar -52̊ C pada batas atas troposfer (Darnila, 2014).

2.1.2 Uap Air Pada Troposfer

air adalah air yang berada pada fase atau bentuk gas. Jumlahnya bervariasi secara spasial dan temporal. Namun secara umum diperkirakan jumlah atau konsentrasi uap air di atmosfer berkisar antara hampir 0% sampai dengan 4%.

Kandungan uap air di troposfer menurun secara drastis dengan kenaikan ketinggian. Dari jumlah yang berkisar antara 0% sampai dengan 4% tersebut, hampir seluruhnya (99%) berada pada lapisan troposfer.

2.1.3 Gas Ideal

Gas ideal merupakan gas yang

mematuhi persamaan gas umum dari pV = nRT dan hukum gas lainnya disemua

suhu dan tekanan.

Dimana : pV = nRT (1)

p = Tekanan absolut gas (atm) V = Volume (Liter)

n = Jumlah mol gas

R = Konstanta gas ( 8314 J.Kmol-1

atau 0.082 L.atm.mol-1 )

T = Temperatur(K)

2.1.4 Refraksi

Refraksi merupakan suatu peristiwa pembelokan arah perambatan sinyal GPS yang diakibatkan medium yang dilewati memiliki indeks bias yang berbeda. Sinyal GPS melalui lapisan atmosfer. Atmosfer itu sendiri terdiri dari lapisan- lapisan yang memiliki indeks bias yag berbeda-beda seperti pada Gambar 1.

(3)

3 Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Unpak

Gambar 1 Penyebab Refraksi Pada Sinyal GPS Sumber : Wahyuni, 2012

2.1.5 Pengaruh Refraksi Troposfer pada Perambatan Sinyal

Ketika melalui lapisan troposfer, sinyal GPS akan mengalami refraksi yang menyebabkan perubahan kecepatan dan arah sinyal GPS, seperti yang ditunjukan pada Gambar 2 efek utama dari troposfer dalam hal ini adalah terhadap hasil ukuran jarak dari satelit ke receiver GPS di permukaan.

Gambar 2 Efek bias troposfer pada sinyal GPS1 Sumber: Abidin, 2001

2.1.6 Model Koreksi Troposfer

Model troposfer yang biasa digunakan untuk mereduksi kesalahan karena bias troposfer seperti model Saastamoinen sebagai berikut:

Dtrop= (2)

Pada rumus diatas selanjutnya diperbaharui dengan menambahkan dua faktor koreksi, Dimana faktor pertama bergantung pada ketinggian dari lokasi pengamatan, dan faktor kedua bergantung pada ketinggian serta sudut zenith dari satelit, Model Saastamoinen yang telah diperbarhui ini mempunyai formulasi sebagai berikut (Bauersima, 1983) dalam Wallenhof, 1992):

Dtrop= (3)

Dimana :

Dtrop = Bias troposfer

P = tekanan (Hpa) T = Suhu (Kelvin)

B = Nilai faktor B pada model Saatamoinen (mbar)

Z = Sudut zenith (Deg) e = Water vapor pressure

δR = Nilai faktor koreksi δR pada model Saastamoinen (Km)

2.2 GPS (Global Positioning System)

GPS adalah sistem navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit. Nama formalnya adalah NAVSTAR GPS, kependekan dari “NAVigation Satellite Timing and Ranging Global Positioning System”. Sistem yang dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam segala cuaca ini, didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti, dan juga informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia.

2.2.1 Karakteristik Sinyal GPS

Sinyal GPS adalah sinyal yang dipancarkan oleh satelit GPS dalam bentuk gelombang elektromagnetik pada frekuensi tertentu, dan membawa data berupa informasi posisi satelit, informasi jarak dari pengamat ke satelit, informasi waktu dan informasi kelayakgunaan (kesehatan) satelit GPS. Sinyal GPS pada dasarnya terdiri dari tiga (3) komponen (Leick, 1989) yaitu:

1. Penginformasi jarak (Code) yang berupa kode-P(Y) dan kode-C/A. 2. Penginformasi posisi satelit

(Navigation Message)

3. Gelombang pembawa (Carrierr Wave) L1 dan L2

2.2.2 Perambatan Sinyal GPS

Dalam perambatannya dari satelit hingga ke pengamat di permukaan bumi, sinyal GPS harus melalui media ionosfer dan troposfer, dimana dalam kedua lapisan

(4)

4 Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Unpak

tersebut, sinyal akan mengalami refraksi serta perlambatan atau percepatan (atmospheric attenuation) dalam lapisan troposfer. Di samping itu, sinyal GPS juga dapat dipantulkan oleh benda-benda disekitar pengamat sehingga dapat menyebabkan multipath, yaitu fenomena dimana sinyal GPS yang diterima oleh antena melalui dua atau lebih jalur yang berbeda baik langsung maupun tidak langsung (Abidin, 2007)

2.2.3 Orbit Satelit GPS

Dalam bidang geodesi satelit, informasi tentang orbit satelit akan berguna untuk beberapa hal seperti (Abidin, 2001):

1. Untuk menghitung koordinat satelit yang nantinya diperlukan sebagai koordinat titik tetap dalam perhitungan koordinat titik-titik lainnya di atau dekat permukaan bumi beserta parameter-parameter turunannya, seperti kecepatan dan percepatan.

2. Untuk merencanakan pengamatan satelit, yaitu perencanaan waktu dan lama pengamatan yang optimal. 3. Untuk membantu mempercepat alat pengamat (receiver) sinyal satelit dalam "menemukan" satelit yang bersangkutan.

4. Untuk memilih, kalau diperlukan, satelit-satelit yang secara geometrik "lebih baik" untuk digunakan.

2.2.3.1 Precise Ephemeris

Informasi orbit pada precise ephemeris yang berdasarkan pada data pengamatan satelit GPS yang diambil oleh tracking station (jaring penjejak satelit) secara kontinyu. Semua tracking station telah memiliki nilai koordinat dalam sistem koordinat geosentrik yang terikat bumi.

2.3 Konsep Dasar Penentuan Posisi Dengan GPS

Penentuan posisi suatu titik dengan GPS pada prinsipnya adalah dengan cara reseksi (kebelakang) jarak-jarak dari receiver ke beberapa satelit sekaligus. Satelit GPS mengirimkan sinyal yang berisi informasi mengenai posisi satelit, dan

waktu pengirimnya sinyal satelit yang dikirimkan

Gambar 3 Informasi yang dikandung Sinyal GPS Sumber : Abidin, 1995

2.3.1 Pengamatan the Carrier Beat Phase Observable

Pengukuran fase yang diamati φij,

distasiun j, dan satelit i, maka dapat dituliskan persamaan 1 (King, et, al 1985) dalam Bock, 1986) seperti berikut:

φij(tj) = φRij(tj) – φLoj(tj) + nij + Vij(tj) (4) Dimana:

tj = waktu penerima sinyal satelit di statiun j

φRij = Fase pembawa yang diterima di

stasiun j dari satelit i φLoj = Fase oskilator penerima

Vij = Kesalahan pengukuran

nij =sebuah integer, mewakili

ambiguitas (bias) dalam fase yang diamati.

2.4 Differencing Data GPS

Differencing Technique adalah teknik untuk mengeliminasi dan mereduksi dari berbagai kesalahan dan bias pada data fase dengan cara menyelisihkan dua besaran pengamatan fase. Beberapa teknik differencing sebagai berikut single difference, dan double difference

2.4.1 Data pengamatan

Single-Difference (SD)

Data pengamatan single-difference (SD)adalah selisih antara dua data pengamatan one-way (OW). Berdasarkan

(5)

5 Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Unpak

pada cara pengurangan dua data OW, dikenal tiga (3) jenis data SD, yaitu:

1. Data SD Antar-Pengamat 2. Data SD Antar-Satelit 3. Data SD Antar-Epok

2.4.2 Data Pengamatan

Double-Difference (DD)

Data pengamatan DD adalah selisih antar 2 pengamatan SD. Berdasarkan pada cara pengurangan dua data pengamatan SD, dikenal 3 jenis data DD, yaitu:

1. Data DD Pengamat-Satelit 2. Data DD Pengamat-Epok 3. Data DD Satelit-Epok

2.5 Bias Atmosfer

Pada saat melalui atmosfer, pada sinyal GPS tersebut terjadi variasi-variasi yang meliputi arah perambatan sinyal, kecepatan penjalaran sinyal, dan kekuatan sinyal yang datang. Yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahan pengamatan jarak antara satelit ke receiver dan menyebabkan kesalahan dalam penentuan posisi titik pengamatan adalah variasi arah perambatan dan kecepatan penjalaran sinyal.

2.5.1 Bias Troposfer

Lapisan troposfer merupakan lapisan yang paling terdekat dengan bumi, sinyal GPS ketika melalui lapisan ini akan mengalami refraksi, yang mana akan mengakibatkan perubahan pada kecepatan dan arah dari sinyal GPS. Dampak utama dari lapisan ini terhadap sinyal GPS ialah pengaruh terhadap hasil ukuran jarak dari satelit GPS ke receiver di permukaan bumi (Indra Syafriya, 2002). delay yang terjadi pada lapisan troposfer didefiniskan sebagai:

∆trop = (5)

Hubungan antara indeks refraksi (n) dengan refraktivitas (N) ditulis dengan persamaan:

Ntrop = 10-6 (n – 1)

refraktivitas N, untuk udara, dapat dinyatakan sebagai jumlah dari dua bagian, Nd dan Nw, yang disebut komponen

"kering" dan "basah". Ekspresi untuk ini diketahui (Hopfield, 1972):

Nd

Nw

N Nd + Nw

Dimana:

T =Temperatur (K)

P =Tekanan udara dalam Hektopascal (Hpa)

e =Tekanan parsial uap air dalam

Hektopascal (Hpa)

Sehingga dengan mensubtitusikan persamaan ∆trop dan persamaan Ntrop dapat

dituliskan sebagai berikut : ∆hd 10-6 Nd ds

∆hw 10-6 Nw ds

Dengan memperhitungkan komponen hidrostatik dan komponen basah, delay troposfer untuk satelit, adalah:

∆trop = 10-6 (N

d + Nw ).ds = 10-6 N

d .ds + 10-6 Nw .ds

2.6 Standar Deviasi

Standar deviasi merupakan besar perbedaan dari nilai sampel terhadap rata-rata. dengan persamaan sebagai berikut :

(6) Dimana : n = Banyaknya titik Xi = Nilai ke-i = Nilai rata-rata SD = Standar deviasi 2.7 Perambatan Kesalahan

Perambatan kesalahan Penentuan kasalahan hitungan sebagai fungsi

(6)

6 Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Unpak

kesalahan pengukuran dengan persamaan sebagai berikut : (7) dimana :

X1,Y1,Z1 = Data dengan metorologi X,Y,Z = Data tanpa meteorologi

III PELAKSANAAN PENELITIAN Proses pelaksanaan dalam tugas

akhir ini adalah seperti pada diagram alir dibawah ini:

Gambar 4 Diagram Alir Metodologi Proses Pengolahan Data

3.1 Data Yang Digunakan

Data yang digunakan ialah data stasiun CORS CLBG, CPTU, CTGR, data meteorologi dan informasi orbit

3.2 Software yang Digunakan

Dalam pengolahan data pengamatan stasiun CORS digunakan software Bernese 5.0 yaitu perangkat lunak yang dikembangkan oleh AIUB (Astronomical Institute University of Bernese) Swiss.

Bernese 5.0 ini memberikan pengguna hasil data yang lebih akurat karena software ini mampu mereduksi kesalahan dan bias yang terjadi pada GPS secara maksimal, yang pada umumnya software GPS Bernese ini cocok digunakan untuk (Dach, et,al. 2007) dalam Nugraha, 2008) sebagai berikut:

1. Proses yang cepat untuk survey single frequecy untuk cakupan yang kecil dan survey double frequency untuk cakupan yang luas. 2. Estimasi clock offset dan

perambatan waktu.

3. Memonitor ionosphere dan troposphere.

4. Resolusi ambiguitas pada baseline yang panjang (lebih dari 2000km. 5. Perhitungan orbit dan estimasi dari

parameter orientasi bumi.

3.3 Persiapan

Sebelum dilaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan tahap persiapan meliputi pembuatan direktori, pengumpulan data stasiun CORS, Informasi Orbit (precise ephemeris), data meteorologi dan data input. Tahap persiapan data yang dilakukan akan diuraikan sub-bab berikutnya

3.3.1 Pembuatan Direktori

Pada tahapan proses pengolahan

data ini dilakukan pembuatan direktori seperti berikut:

ATM :Data yang berhubungan dengan atmosfer

OBS :Data penyimpanan pengamatan format Bernese

ORB :Data Orbit dan ERP OUT :Data keluaran dari hasil

pengolahan RAW : Semua data rinex

SOL :Data terkait solusi (NEQ and SINEX)

STA :Data yang berhubungan dengan stasiun

(7)

7 Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Unpak

Data stasiun CORS CLBG (Lembang), CPTU (Pelabuhan Ratu) dan CTGR (Tanggerang).

3.3.3 Data Koordinat Stasiun CORS CLBG

Data koordinat stasiun CORS CLBG di Lembang didapatkan dari Badan Informasi Geospasial.

3.3.4 Data Orbit

Data orbit yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu data orbit GPS (IGS), yang diperoleh dengan cara mengunduh melalui akses internet dari stasiun IGS

dengan alamat situs

http://igscb.jpl.nasa.gov. Data Precise ephemeris diperoleh dalam format file ”.sp3” (final orbit).

3.3.5 Data Meteorologi

Data meteorologi digunakan untuk memberikan parameter koreksi terhadap pengolahan data pengamatan GPS agar dapat memberikan nilai koordinat yang baik juga untuk dibandingkan dengan pengolahan data pengamatan GPS tanpa menggunakan data meteorologi.

Data meteorologi yang digunakan adalah data meteorologi di stasiun CORS CLBG, CPTU dan CTGR.

3.3.6 Data Jam Satelit

Data jam satelit diunduh melalui situs

ftp://ftp.unibe.ch/aiub/BSWUSER52/GEN. Data jam satelit diperoleh dalam format file ”.CLX”.

3.3.7 Data Earth Rotation Pole

Data earth rotation pole diunduh

melalui situs

ftp://ftp.unibe.ch/aiub/BSWUSER52/ORB. Data earth rotation pole diperoleh dalam format file ”.ERP”.

3.3.8 Data Input

Selain informasi dari setiap parameter diatas, dibutuhkan juga beberapa data input yang berupa informasi stasiun

koordinat titik dan kode titik dengan format. STA, .CRD, .ABB, dan .BSL.

3.4 Pengolahan

Proses Pengolahan data dilakukan

dalam beberapa tahap, diantaranya, yaitu: 1. Mengkonversi data hasil pengamatan

GPS format .RAW menjadi format RINEX.

2. Copy data yang sudah diunduh dan dikonversi menjadi RINEX kedalam masing-masing direktori(folder). 3. Proses pengolahan data pada Bernese,

diantaranya:

a. Pengaktifan campaign. b. Pengatur Session

c. Pengkonversian data RINEX d. Melakukan pengolahan data orbit,

diantaranya :

1) POLUPD (.ERP) 2) PRETAB (.TAB) 3) ORBGEN

e. Melakukan pengolahan data observasi, diantaranya :

1) CODSPP 2) SNGDIF. 3) MAURP 4) GPSEST

Tahap GPSET ini meliputi : a) Memeriksa kualitas data

dan mengestimasi koordinat.

b) Pemecahan ambiguitas fase menggunakan strategi Qif (baseline lebih dari 20 km) c) Phase observation dengan

ambigutas fase yang telah benar diproses kembali. 5) RESRMS

6) SATMRK

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengolahan data Global Positioning System (GPS) dengan data tambahan meteorologi menggunakan perangkat lunak Bernese versi 5.0, didapatkan RMS pada titik-titik pengamatan GPS sebagai berikut :

(8)

8 Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Unpak

Gambar 5 Nilai RMS Hasil Olahan Dengan Data Meteorologi

Tingginya nilai RMS hasil pengolahan data GPS menggunakan data Meteorologi, disebabkan karena adanya refraksi yang disebabkan karena berbedanya indeks bias pada setiap tempat dan ketinggian. semakin tinggi suatu tempat maka nilai indeks bias akan semakin kecil seperti yang di contohkan pada Gambar 2.2 sumber (Wahyuni, 2012).

Sedangkan untuk hasil pengolahan data GPS tanpa menggunakan data meteorologi menunjukan nilai RMS yang cukup baik, sebagai berikut:

Gambar 6 Nilai RMS Hasil Olahan Tanpa Data Meteorologi

Nilai RMS yang dihasilkan dari pengolahan data GPS tanpa menggunakan data meteorologi memberikan hasil yang baik dikarenakan tanpa mempertimbangkan keadaan temperatur, tekanan dan kelembapan di sekitar stasiun CORS, dan pada pemodelan troposfer nilai komponennya hanya diestimasi, tanpa adanya data lapangan meteorologi.

Dari kedua pengolahan data tersebut, kepresisian hasil pengolahan data GPS dengan data tambahan meteorologi lebih baik, namun untuk nilai keakurasian yang diberikan tidak

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut, yaitu:

1. Selisih nilai koordinat Global Positioning System (GPS) dari pengolahan data GPS menggunakan data meteorologi dan tanpa menggunakan data meteorologi menggunakan perangkat lunak Bernese 5.0 di dapatkan Koordinat pada stasiun CPTU (Pelabuhan Ratu) dan stasiuan CTGR (Tanggerang) selisih terbesar berada pada komponen X(m) = -0.1065 pada titik CTGR 1210 , komponen Y(m) = 0.4380 pada titik CTGR 2140, dan komponen Z(m) = 0.0546 pada titik CPTU 3060. Sedangkan untuk elisih terkecil berada pada komponen X(m) = -0.0493 pada titik CTGR 1830, komponen Y(m) = 0.2114 pada titik CTGR 1830, dan komponen Z(m) = -0.0163 pada titik CTGR 2750Dari hasil pengolahan data GPS, GLONASS dan GNSS, RMS error terbesar untuk komponen X dan Z ada pada pengolahan GLONASS, dan komponen Y pada pengolahan GPS, sedangkan RMS error terkecil ada pada pengolahan GNSS untuk komponen X, Y, dan Z.

2. Data meteorologi memberikan pengaruh terhadap nilai koordinat pada stasiun CORS CPTU dan CTGR 3. Nilai koordinat dengan menggunakan

data meteorologi lebih presisi namun untuk akurasi yang diberikan lebih rendah dibandingkan dengan nilai koordinat tanpa menggunakan data meteorologi

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari pelaksanaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Mengingat Global Positioning System (GPS) dapat digunakan dalam segala cuaca akan tetapi data yang ditangkap oleh receiver Global Positioning System (GPS) akan dipengaruhi oleh keadaan meteorologi (Suhu, Tekanan, dan

(9)

9 Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Unpak

Kelembapan) disekitarnya, oleh karena itu ada baiknya kita mempertimbangkan lokasi dan keadaan Meteorologi pada saat kita melakukan Survey GPS.

2. Diperlukan penguasaan dan pemahaman pada perangkat lunak

ilmiah BERNESE guna

mempermudah pengolahan data. 3. Pemahaman teori dan praktek yang

berhubungan dengan materi Tugas Akhir akan sangat membantu demi kelancaran Tugas Akhir.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2012). Pengolahan Data Pengamatan GPS Untuk Analisa Pergerakan Lempeng Tektonik Menggunakan Software Komersial GPS. Bogor: Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Pakuan.

Abidin, H. Z. (1995). Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Abidin, H. Z. (2001). Geodesi Satelit.

Jakarta: PT Pradnya Paramita. Abidin, H. Z. (2006). Penentuan Posisi

dengan GPS dan Aplikasinya. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Bock, Y. (1986). Interferometric Analysis

of GPS Phase Observations. Manuscripta Geodaetica (1986) 11:282-288, 282.

Darnila. (2014). Evaluasi Ketelitian Baseline Pada pengolahan Jaring GPS Gunung Merapi dengan Model Koreksi Troposfer. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Pradipta, W. K. (2012). Temporal Variation Analysis From Troposphere Delay Using GPS. Indonesia Journal of Geospatial vol. 1, No. 5, 2012,54-57, 54-70.

Heri, B. D. (2015). Penentuan Zenith Tropospheric Delay dan Precitable Water Vapor Menggunakan

Perangkat Lunak GAMIT. Jurnal Geodesi Undip, 76-86.

Hopfield, H. S. (1972). Tropospheric Refraction Effect On Satellite Range Measurement. APL Technical Digest, 11-19.

Indra, B. M. (2002). Pengaruh Koreksi Troposfer Model Hopfield terhadap Baseline dan Koordinat. Prosiding FIT ISI 2002, 45-52.

Leick, A. (1989). GPS Satellite Surveying. New York: John Wiley & Sons. Nugraha, A. Y. (2008). Pengembangan

Sistem GPS Realtime untuk Pengamatan Troposfer dan Ionosfer. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Wahyuni, M. F. (2012). Perhitungan Indeks Bias Atmosfer Bumi Sebagai Fungsi Ketinggian. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY, 126-129.

Wallenhof, J. C. (1992). GPS Theory and Practice. New York: ISBN 3-211-82364-6.

RIWAYAT PENULIS

1. Faqih Rizki Ramadiansyah, S.T, Alumni (Tahun 2018) Program Studi Teknik Geodesi – Fakultas Teknik – Universitas Pakuan Bogor.

2. Ir. Rustandi Poerawiardi

Pembimbing I/Staf Dosen Pengajar Program Studi Teknik Geodesi – Fakultas Teknik – Universitas Pakuan Bogor.

3. Dadan Ramdani ST, MT, Pembimbing

II/Staf Dosen Pengajar Program Studi Teknik Geodesi – Fakultas Teknik – Universitas Pakuan Bogor.

Gambar

Gambar 2 Efek bias troposfer pada sinyal GPS1  Sumber: Abidin, 2001
Gambar 5 Nilai RMS Hasil Olahan Dengan  Data Meteorologi

Referensi

Dokumen terkait

Pada prinsipnya, Undang-undang (No. 2 Tahun 2008) menetapkan bahwa laporan keuangan tahunan harus dapat diakses oleh publik. 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Legislatif) dengan

Otomatis, berbeda dengan sektor lain seperti pariwisata yang pelaku jasanya tidak semua terdaftar atau sektor jasa akuntansi yang tidak semua akuntan beregisternya

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini telah terbukti bahwa dengan meng- gunakan

D Kandou Manado belum melakukan penanganan pasien gawat darurat sesuai dengan standar prosedur yang ada, di mana terkadang pasien sudah berada dalam ruangan IGD lebih

Pada hasil refresh tersebut, apabila terdapat kekurangan dalam deskripsi produk dengan kebutuhan pelanggan, maka evaluasi ini akan memberikan point- point tambahan

Collaboration Guru membagikan dan petunjuk kerja dalam LKPD Peserta didik dibentuk dalam tiga kelompok untuk mendiskusikan, mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang,

Menentukan faktor konsentrasi tegangan pada suatu material bertakik ada beberapa cara, antara lain eksperimental dan metode elemen hingga. Secara eksperimerital

Itupun, angka diperoleh hanya jika regu yang melakukan sepak mula (service) dapat mematikan permainan lawan sehingga regu yang menerima sepak mula tidak dapat