Penentuan Modulus Geser Tanah Menggunakan Metode Analisis Multi-channel
Gelombang Permukaan
(Soil Shear Modulus Measurement Using Multi-channel Analysis of Surface Wave Method)
S
USYK.
A
RIESTIANTY,
M
OHD.
R
AIHANT
AHA,
K
HAIRULA
NUARM
OHD.
N
AYAN,
Z
AMRIC
HIKA
BSTRACTMulti-channel Analysis of Surface Wave (MASW) is one of non-destructive seismic methods that can be used to obtain the soil dynamic parameters, such as the shear wave velocity (VS) and the shear modulus (G). Indirect measurement of soil dynamic
parameters can also be estimated by the empirical correlations of VS/G and NSPT
values obtained from Standard Penetration Test (SPT). However, borehole test is required for SPT, which is relatively high cost and also may disturb in surrounding environment of investigated sites. Therefore, MASW seismic method then can be performed as alternative options in avoiding these problems. In this study MASW method was used to obtain the VS and G profile at several selected sites in Peninsular
of Malaysia, i.e., Universiti Kebangsaan Malaysia Bangi campus, Selangor and Sungai Temala, Terengganu. The Rayleigh wave propagations are recorded using 24 geophones of 4.5 Hz resonant frequency connected to the seismograph. Subsequently, the seismic data is processed and analyzed to generate the VS profile
versus depth in one-dimensional (1-D) and two-dimensional (2-D) form. In general, the shear wave velocity from MASW method measurements show reasonable agreements compared to the VS values obtained from empirical correlation of NSPT
value. A good relationship between shear modulus from this study compared to empirical correlations of NSPT value from previous researchers. Finally, MASW
method can be nondestructively used for identifying and validating subsurface soil condition of the investigated sites.
Keywords: shear wave velocity, shear modulus, MASW, NSPT
P
ENDAHULUANKecepatan gelombang geser (V
S), modulus
geser (G) dan rasio redaman (D) merupakan
parameter yang penting dan diperlukan dalam
analisis respon dinamik tanah. Penentuan
parameter dinamik tanah ini dapat dilakukan
dari pengujian lapangan dengan metode
seismik seperti cross-hole, down-hole, spectral
analysis of surface wave (SASW) dan
multi-channel analysis of surface wave (MASW).
Dua
metode
terakhir
yang
disebutkan
merupakan metode seismik non-destruktif
yang
merekam
perambatan
gelombang
permukaan
(gelombang
Rayleigh).
Sifat
kekakuan tanah dapat dinilai dari kecepatan
gelombang
gesernya,
dimana
keduanya
menunjukkan hubungan yang elastik linier.
Semakin besar nilai kecepatan gelombang
geser maka akan semakin besar juga nilai
kekakuan tanahnya atau semakin keras dan
padat. Kecepatan gelombang geser hanya
berkaitan dengan kekakuan geser dari struktur
tanah sedangkan pengaruh tingkat kejenuhan
tanah pada kecepatan gelombang geser lebih
terkaitan dengan kepadatan tanah (Stokoe et
al., 2004). Semakin rendah tingkat kejenuhan
tanah maka akan semakin tinggi nilai V
Sdan G
(Cho & Santamarina, 2001).
Parameter dinamik tanah juga dapat ditentukan
secara tidak langsung dari hasil pengujian
statis di lapangan seperti pengujian penetrasi
standar (N
SPT, N-standard penetration test).
Beberapa peneliti telah membuat korelasi
empirik antara V
Sdan G dengan nilai N
SPT,
Tonouchi (1982), Lee (1990), Athanasopoulos
(1995), Nayan (1995), Hasancebi dan Ulusay
(2006), Suharsono (2006), Dikmen (2009),
Rosyidi (2009) untuk kecepatan gelombang
geser (Vs), sedangkan untuk modulus geser
seperti Ohsaki dan Iwasaki (1973) dan Imai
dan Tonouchi (1982), dan Seed et al. (1983).
Metode SASW dikembangkan oleh Nazarian
dan Stokoe pada tahun 1984. Park et al (1995)
dan Foti (2000) mulai mengusulkan metode
MASW yang merupakan pengembangan dari
metode SASW. Kedua metode ini pada
prinsipnya mempunyai teknik analisis yang
sama. Perbedaan diantara kedua metode ini
adalah pada jumlah geofon yang digunakan.
Sepasang geofon dengan beberapa kali
konfigurasi
geometrik
digunakan
dalam
metode SASW untuk mendapatkan data
seismik hingga kedalaman tertentu, sedangkan
dalam metode MASW, data seismik direkam
sekaligus dalam satu konfigurasi geofon.
Dalam makalah ini, disampaikan mengenai
hasil pengukuran dan penentuan nilai-nilai
parameter dinamik tanah dengan menggunakan
metode MASW yang diperoleh pada beberapa
daerah kajian yang terpilih di semenanjung
Malaysia. Beberapa korelasi antara parameter
dinamis dengan nilai kekakuan tanah yang
diperoleh dari pengujian SPT juga telah
diperoleh dan ditunjukkan dalam kajian ini.
M
ETODEP
ENELITIANBahan Penelitian
Daerah kajian terletak pada Semenanjung
Malaysia, tepatnya yaitu di dalam lingkungan
kampus
Univesiti
Kebangsaan
Malaysia
(UKM) Bangi (Selangor) dan daerah Sungai
Temala (Terengganu), seperti yang terlihat
pada Gambar 1. Lokasi pertama terletak pada
daerah
rencana
pembangunan
gedung
perkuliahan tambahan pada Fakultas
Undang-Undang (FUU), lokasi kedua pada daerah
rencana pembangunan gedung taman
kanak-kanak (Pusat Pengajian Umum, PPU) dan
lokasi ketiga yaitu pada lokasi proyek
pembangunan jembatan Jabatan Kerja Raya
(JKR) Malaysia. Data-data sekunder tanah
hasil pemboran dan pengujian penetrasi
standar
(SPT)
diperoleh
dari
kegiatan
penyelidikan lapangan awal
yang telah
dilakukan
pada
lokasi-lokasi
tersebut.
Kemudian pengukuran data seismik dengan
metode MASW dilakukan pada lintasan yang
berdekatan
dengan
titik-titik
pemboran
sehingga hasilnya nanti dapat dibandingkan
dengan data-data sekunder. Lokasi titik-titik
pemboran
dan
lintasan
survai
untuk
pengambilan data seismik juga dapat dilihat
pada Gambar 1.
Penyelidikan Tanah
Pada lokasi lokasi FUU (UKM), terdapat dua
titik pemboran yaitu BH3 dan BH4 yang
dilalui oleh lintasan survai MASW. Begitu
juga pada lokasi PPU (UKM) yaitu titik-titik
pemboran BH2 dan BH3. Kemudian di lokasi
terakhir Sungai Temala (Terengganu), terdapat
sembilan titik pemboran (BH1- BH9) yang
dilalui oleh lintasan survai MASW dan untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.
(a) Tapak UKM
(b) Tapak Terengganu
Pemboran dilakukan dengan menggunakan
mesin bor putar (multi-speed rotary wash
boring machine) dan selubung berukuran NW
dan BW untuk melindungi lubang bor dari
runtuhan tanah. Untuk ketentuan kedalaman
dari pemboran adalah maksimal 45 m atau jika
nilai N
SPTdari pengujian penetrasi standar
secara tujuh kali berturut-turut telah mencapai
nilai lebih besar daripada 50 (N
SPT> 50/300
mm).
Pengujian penetrasi standar dilakukan dengan
mengacu kepada BS 1377-9:1990. Penentuan
nilai uji penetrasi tanah ini menggunakan
split-barrel sampler dan palu dengan berat 63.5+0.5
kg. Pengujian dilakukan dengan interval
kedalaman 1 m untuk kedalaman hingga 6 m,
kemudian
selanjutnya
dengan
interval
kedalaman 1.5 m atau jika terdapat perubahan
lapisan tanah.
Metode Seismik MASW
Dalam kajian ini, perambatan gelombang
permukaan
direkam
oleh
seismograf
(Seistronix RAS 24) yang dihubungkan pada
24 geofon (geophone) dengan kopeling paku
(spike coupling) yang ditanamkan kedalam
tanah sepanjang lintasan survai (Gambar 2).
Geofon yang digunakan adalah geofon
berfrekuensi rendah yaitu 4.5 Hz, sehingga
dapat merekam gelombang Rayleigh dengan
baik.
Sedangkan
sumber
getaran
yang
digunakan untuk menghasilkan gelombang,
berasal
dari
sebuah
palu
besar
yang
mempunyai berat sekitar 20 lb atau 9 kg.
Untuk
memperoleh
data
seismik
yang
berkualitas
baik,
selain
peralatan
yang
memadai,
beberapa
parameter
dalam
konfigurasi lapangan juga perlu diperhatikan
dan ditentukan dengan benar.
Langkah-langkah dalam pengambilan data
seismik dengan metode MASW ini dapat
dilihat pada Gambar 3. Terdapat beberapa
asumsi umum yang biasa digunakan dan dapat
menjadi acuan dalam pemilihan konfigurasi
lapangan, seperti yang
dianjurkan
oleh
Penumadu dan Park (2005) dan Park (2006).
Untuk kajian ini, jarak antara sumber getaran
dengan geofon pertama dipilih sebesar 5 dan
10 m sedangkan untuk spasi antara geofon
adalah 1 dan 2 m, dengan waktu perekaman
1000 mili detik serta nilai sampling 1 mili
detik.
Satu set rekaman data seismik yang mencatat
waktu dan amplitudo energi gelombang
terhadap jarak geofon kemudian diperoleh dari
satu konfigurasi lapangan. Selanjutnya dalam
satu lintasan survei akan direkam beberapa set
rekaman data seismik dengan melakukan
beberapa kali pergeseran lokasi sumber getaran
berikut geofonnya.
Rekaman data seismik kemudian diproses dan
dianalisis sehingga diperoleh profil kecepatan
gelombang geser terhadapn kedalaman. Profil
kecepatan gelombang geser satu dimensi (1-D)
diperoleh dari satu set rekaman data seismik
dan kemudian profil dua dimensi (2-D)
kecepatan gelombang geser dapat dihasilkan
dari beberapa set rakaman data seismik, seperti
diperlihatkan dalam Gambar 4. Dalam kajian
ini, pemprosesan data seismik dilakukan
dengan
menggunakan
perangkat
lunak
SurfSeis versi 2.01 yang telah dikembangkan
oleh Kansas Geological Survey, Texas,
Amerika.
seismograf
kabel konektor kotak konektor sinyal dari geofon kabel konektor geofon 4.5 Hz plat aluminium palu (9 kg)PENGAMBILAN DATA SEISMIK DENGAN METOD E MASW
REKAMA N D ATA SEISMIK
Penentuan Lintasan Survei
D Zmax max dx Zmin min x1 = 20%D T 1 – 2 detik dt 0.5 – 1 milidetik PERALATAN:
Sumber getaran (palu besi), geofon (4.5 Hz), seismograf, laptop
Puk ulan 1
Penentuan Peralatan & Konfigurasi Lapangan untuk Perekaman D ata Seismik
Pengambilan & Perekaman Gelomba ng Seismik
Perpindahan Lokasi Titik Permulaan Sumber Getaran & Geofon
Baik Tidak
Baik
Pukulan-n
Rekaman Data Seismik
GAMBAR 3.Prosedur dalam pengambilan data seismik di lapangan dengan Metode MASW
Pukulan 1 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 0 250 500 750 1000 K e d a la m a n , m
Kecepatan Gelombang Geser (Vs), m/s
Pukulan 2 Pukulan 3 X1 X2 X3 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 0 250 500 750 1000 K e d a la m a n , m
Kecepatan Gelombang Geser (Vs), m/s
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 0 250 500 750 1000 D e p th , m
Kecepatan Gelombang Geser (Vs), m/s
Profil Vs 1-D 1 set rekaman data seismik 1 set rekaman data seismik 1 set rekaman data seismik Profil Vs 1-D Profil Vs 1-D
Lokasi profil Vs 1-D yang digunakan
Profil Vs 2-D
GAMBAR 4.Rekaman data seismik dan profil VS 1-D dan 2-D yang diperoleh dari satu lintasan survei
Langkah-langkah dalam pemprosesan dan
analisis data seismik dapat dilihat pada
Gambar 5. Tahap pertama adalah melakukan
konversi dan pengkodean data seismik sesuai
dengan format yang digunakan oleh perangkat
lunak.
GAMBAR 5. Prosedur dalam pemprosesan dan analisis data seismik
Selanjutnya dilakukan proses transformasi
sehingga dihasilkan gambar spektral dispersi
gelombang dari setiap frekuensi terhadap
kecepatan
fasanya.
Proses
transformasi
dilakukan
dengan
menggunakan
metode
pergantian fasa yang telah dikembangkan oleh
Park et al. (1998). Dalam gambar spektral
dispersi, gelombang Rayleigh mempunyai
energi gelombang yang dominan dan biasa
disebut sebagai mode fundamen/dasar. Namun
jika dalam satu frekuensi terdapat dua energi
gelombang yang dominan dengan kecepatan
fasa yang berbeda, maka gelombang dengan
kecepatan fasa yang lebih tinggi disebut
sebagai gelombang Rayleigh mode tinggi.
Mode tinggi, umumnya terdapat dan terkadang
mempunyai energi yang lebih dominan pada
frekuensi tinggi. Adanya mode tinggi ini, dapat
menjadi indikasi adanya lapisan tanah lunak
diantara lapisan-lapisan tanah yang lebih keras
atau medium tanah bersifat dispersi terbalik
(Tokimatsu 1992, Foti 2000).
Kurva dispersi kemudian dibentuk dengan
membuat sebuah garis sepanjang mode
fundamen yang mempunyai nilai amplitudo
tertinggi. Kemudian proses selanjutnya adalah
proses inversi, dimana dilakukan pencocokan
antara kurva dispersi teori dan kurva dispersi
hasil pengukuran. Proses pencocokan kurva ini
(curve matching) dilakukan melalui proses
iterasi (Xia et al, 1999). Proses iterasi akan
berhenti setelah diperoleh kurva dispersi dan
profil Vs yang mempunyai nilai root mean
square error (RMSE) minimum.
Setelah profil V
S1-D diperoleh, dilakukan
proses tomografi untuk membentuk profil V
S2-D. Proses tomografi dilakukan dengan
mengkorelasikan beberapa profil V
S1-D
menggunakan teknik grid kontur (contouring
grid).
H
ASIL DANP
EMBAHASANJika dilihat dari kondisi geologinya, daerah
kajian yang berada di dalam kawasan kampus
Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) pada
umumnya tersusun atas batuan metasedimen
dari perselingan batupasir dengan serpih yang
mengalami proses metamorfosa berderajat
rendah dan termasuk ke dalam Formasi Bukit
Kenny. Proses metamorfosa yang terjadi pada
serpih menghasilkan batuan metamorf berjenis
filit. Formasi ini berumur Silur Atas – Devon
(Mohamed, 2010a,b). Daerah kajian yang
berada
di
kawasan
sungai
Temala
(Terengganu) tersusun atas batuan sedimen
(termasuk metasedimen) dan batuan beku
berumur Paleozoik Atas hingga Jura/Kapur
PEMPROSESAN DATA SEISMIK
Konversi Data Seimik (SEG KGS)
Pengkodean Konfigurasi Lapangan (Encoding Field Geometry) (SEG KGS)
Transformasi Data Seismik
Pembentukan Kurva Dispersi
Proses Inversi
Profil Vs 1-D
Penyaringan Data Seismik
Proses Tomografi
Profil Vs 2-D
Penentuan Model Lapisan Tanah (Vs, Vp, , h, z) Pembentukan Kurva Dispersi Teori Pencocokan Kurva Dispersi Eksperimental & Teori (Curve Matching)
Pr o se s It er as i Tidak Ya
Proses FFT & Penormalan Data Seismik Analisis & Perhitungan Total Amplitudo Energi Gelombang pada
setiap Frekuensi Gambar Spektral Dispersi
(Mohamed, 2010c). Dan jenis batuan beku
yang dominan dikawasan ini adalah granit.
Secara geografis, kondisi daerah penelitian
terletak pada daerah beriklim tropik dimana
proses pelapukan merupakan suatu proses yang
terjadi dan berlangsung dengan aktif. Oleh
karena itu, batuan di daerah ini pada umumnya
telah mengalami pelapukan dan berubah
menjadi tanah.
Dari hasil pemboran dan pengujian penetrasi
tanah (SPT), secara umum daerah kajian di
lokasi FUU (UKM) dominan disusun oleh
lapisan lanau dengan diselingi oleh lapisan
lanau pasiran, lanau kerikilan dan lempung
pasiran. Berdasarkan hasil pengujian SPT, nilai
maksimum N
SPT> 50, terdapat pada kedalaman
sekitar 12 m pada BH3 dan sekitar 16 m pada
BH4. Pada lokasi PPU (UKM), daerah ini
dominan tersusun oleh lapisan lanau pasiran
dimana juga terdapat lapisan-lapisan tipis
lempung pasiran dan pasir lanauan pada
lapisan bagian atas (BH2) dengan ketebalan
sekitar 1 m. Dan nilai N
SPTmaksimum
dijumpai pada kedalaman sekitar 12 m. Profil
stratifkasi dengan nilai konsistensi tanah dari
masing-masing lokasi dapat dilihat dalam
Gambar 6.
Pada lokasi Sungai Temala (Terengganu),
pemboran dan pengujian SPT telah dilakukan
masing-masing di abutmen A, pilar B, pilar C
dan abutmen D. Stratifikasi tanah untuk
masing-masing lokasi tersebut ditunjukkan
pada Gambar 7. Lapisan lempung lanauan
menyusun lapisan atas pada abutmen A dan
lapisan serpih dan granit pada bagian
bawahnya, sedangkan di bagian tengah
terdapat lapisan lanau kerikilan, lempung
pasiran dan pasir lanauan. Untuk nilai
konsistensi tanah maksimum (N
SPT> 50)
diperoleh pada kedalaman 7,5 m. Lokasi pilar
B, dominan disusun oleh lapisan lanau dan
lanau lempungan dengan ketebalan maksimum
10,2 m dan 20 m. Nilai konsistensi tanah
maksimum diperoleh pada kedalaman yang
bervariasi yaitu dari 10,5 m hingga 24 m.
Untuk lokasi pilar C, lapisan bagian atas
disusun oleh lempung dengan disisipi oleh
pasir lempungan, sedangkan pada bagian
tengah terdapat lapisan lanau yang cukup tebal
dan kemudian pada bagian bawah dilapisi oleh
batuan granit. Nilai konsistensi tanah mencapai
nilai maksimum (N
SPT> 50) yaitu pada
kedalaman 27 m. Lokasi abutmen D dominan
tersusun oleh lapisan lanau dengan sisipan
lapisan lempung dan pasir pada bagian tengah.
Batuan granit ditemukan mendasari perlapisan
tanah di lokasi ini. Nilai konsistensi tanah
maksimum didapati pada kedalaman 13,5 m
dan 21 m.
GAMBAR 6.Profil penampang tanah lokasi ukm dari hasil pemboran dan nilai NSPT (a) FUU (UKM)
GAMBAR 7.Profil penampang tanah lokasi Sungai Temala (Terengganu) dari hasil pemboran dan nilai NSPT
(a) Abutmen A
(b) Pilar B (c) Pilar C
Kemudian dari hasil pengukuran dan analisis
dengan
menggunakan
metode
MASW,
beberapa profil V
Ssatu dimensi (1-D) dan dua
dimensi (2-D) setiap lintasan pada
masing-masing lokasi telah diperoleh. Profil-profil Vs
1-D yang terletak berdekatan dengan titik-titik
pemboran dapat dilihat pada Gambar 8 dan
Gambar 9, sedangkan penampang Vs 2-D dari
salah satu lintasan di lokasi UKM dan Sungai
Temala (Terengganu) dapat dilihat pada
Gambar 10.
Nilai V
Syang diperoleh secara tidak langsung
dari
korelasi
empiris
nilai
N
SPTjuga
ditampilkan pada profil-profil tersebut, untuk
melihat perbedaan kisaran nilai V
Sdari kedua
metode itu. Beberapa korelasi empiris yang
digunakan untuk mendapatkan nilai kecepatan
gelombang geser tersebut diuraikan pada Tabel
1.
Secara umum, pada profil-profil tersebut
terlihat bahwa nilai kecepatangelombang geser
tanah yang diperoleh dari metode MASW,
mempunyai nilai yang cukup bersesuaian
dengan nilai dari korelasi N
SPT. Grafik nilai
N
SPTpada
umumnya
memperlihatkan
kecenderungan arah (trend) yang sesuai
dengan profil V
S, dimana adanya perubahan
jenis lapisan dan nilai konsistensi tanah
ditandai pula oleh peningkatan atau penurunan
nilai V
S.
GAMBAR 8.Profil tanah dan VS pada lokasi pengujian di UKM
GAMBAR 9.Bersambung ...
(a) Lokasi FUU (b) Lokasi PPU
Abutmen A
GAMBAR 9.Profil tanah dan VS pada lokasi kajian di Sungai Temala (Terengganu)
(a). Lintasan 1 pengujian MASW di lokasi FUU, UKM GAMBAR 10.Bersambung ...
Pasir lanauan lepas: 159 - 272 m/s BH2
L1_1
Lapisan tanah atas lanau pasiran: 107 – 272 m/s Lempung pasiran teguh: 199 – 272 m/s
Lanau pasiran kenyal - keras: > 272 m/s
Kecepatan gelombang geser, Vs (m/s)
(b). Lintasan 2 pengujian MASW di lokasi FUU, UKM
(c). Lintasan 1 pengujian MASW di lokasi Sungai Temala GAMBAR 10.Profil VS 2-D hasil analisis MASW di lokasi pengujian
Parameter dinamis tanah yang lain seperti
modulus geser kemudian dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan berikut ini:
G
max=
.V
s2(1)
dimana G
maxadalah modulus geser,
adalah
kerapatan massa dan V
Sadalah kecepatan
gelombang geser.
Berdasarkan persamaan tersebut di atas dan
dengan menggunakan nilai V
Syang diperoleh
dari metode MASW, nilai G untuk
masing-masing lokasi dapat ditentukan. Profil G untuk
setiap lokasi kajian ini disajikan dalam
Gambar 11 – Gambar 13.
Beberapa peneliti telah mengembangkan suatu
korelasi empiris untuk mendapatkan nilai G
secara tidak langsung berdasarkan nilai N
SPT,
diantaranya adalah Ohsaki dan Iwasaki (1973)
dan Imai dan Tonouchi (1982) yang telah
melakukan penyelidikan untuk tanah lempung
dan pasir di Jepang, juga Seed et al. (1983)
untuk tanah pasir di Amerika. Nilai G yang
diperoleh berdasarkan nilai V
Sdari metode
MASW, jika dibandingkan dengan yang
diperoleh dari korelasi empirik beberapa
peneliti terdahulu umumnya menunjukkan
nilai yang bersesuaian.
BH3 L2_1
Lempung pasiran lunak: 154 - 257 m/s Lanau lunak: 183 - 393 m/s
Lanau pasiran keras: 294 – 393 m/s
Lanau sangat kenyal – keras: > 307 m/s
Kecepatan gelombang geser, Vs (m/s)
Lapisan tanah atas lanau: 182 - 257 m/s Lanau teguh: 154 - 363 m/s
Lanau keras: 183 - 393 m/s
Lanau sangat kenyal: 294 – 495 m/s
Kecepatan gelombang geser, Vs (m/s) BH8/L1_4
Lempung lanauan kenyal: 152 – 230 m/s Lanau kerikilan kenyal: 151 – 192 m/s Lempung pasiran lunak: 151 -192 m/s Pasir lanauan sangat lepas: 192 – 333 Serpih sedang - keras: 332 – 361 m/s
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 0 500 1000 1500 2000 Ke da la m an , m
Modulus Geser (G),MPa
Ohsaki & Iwasaki (1973): lempung & pasir Imai &Tonouchi (1982): lempung & pasir Seed et al (1983): pasir Lokasi FUU (L1) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 0 500 1000 1500 2000
Modulus Geser (G), MPa
Ohsaki & Iwasaki (1973): lempung & pasir Imai &Tonouchi (1982): lempung & pasir Seed et al (1983): pasir Lokasi FUU (L2) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 0 500 1000 1500 2000
Modulus Geser (G), MPa
Ohsaki & Iwasaki (1973): lempung & pasir Imai &Tonouchi (1982): lempung & pasir Seed et al (1983): pasir Lokasi FUU (L3) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 0 500 1000 1500 2000 K e d a la m a n , m
Modulus Geser (G), MPa
Lokasi PPU: L1 Ohsaki & Iwasaki (1973): lempung & pasir Imai &Tonouchi (1982): lempung & pasir Seed et al (1983): pasir
0 500 1000 1500 2000 Modulus Geser (G), MPa
Lokasi PPU: L2 Ohsaki & Iwasaki (1973): lempung & pasir Imai &Tonouchi (1982): lempung & pasir Seed et al (1983): pasir
0 500 1000 1500 2000 Modulus Geser (G), MPa
Lokasi PPU: L3 Ohsaki & Iwasaki (1973): lempung & pasir Imai &Tonouchi (1982): lempung & pasir Seed et al (1983): pasir
0 500 1000 1500 2000 Modulus Geser (G), MPa
Lokasi PPU: L4 Ohsaki & Iwasaki (1973): lempung & pasir Imai &Tonouchi (1982): lempung & pasir Seed et al (1983): pasir
0 500 1000 1500 2000 Modulus Geser (G), MPa
Lokasi PPU: L5 Ohsaki & Iwasaki (1973): lempung & pasir Imai &Tonouchi (1982): lempung & pasir Seed et al (1983): pasir TABEL 1.Korelasi empiris VS dan NSPT dari beberapa peneliti terdahulu
GAMBAR 11. Profil modulus geser (G) di Lokasi FUU (UKM)
GAMBAR 12. Profil modulus geser (G) di lokasi PPU (UKM)
Peneliti Jenis Tanah Korelasi Empiris Koefisien
Korelasi Lokasi Seed & Idriss (1981) Semua jenis
tanah Vs = 61.4N
0.5
- USA
Imai & Tonouchi (1982) Semua jenis
tanah Vs = 97N
0.314
r = 0,86 Jepang
Lee (1990) Lanau Vs = 105.64N0.32 -
Athanasopoulos (1995) Semua jenis
tanah Vs = 107.6N
0.36
r = 0,73 Yunani Nayan (1995) Tanah residual
Granit Vs = 2.89N + 167.84 r = 0,88 Malaysia
Hasancebi & Ulusay (2006)
Semua jenis
tanah Vs = 90N
0.309
r = 0,73 Turki Suharsono (2006) Tanah & batuan Vs = 4.4431N + 213.84 r = 0,55 Malaysia
Dikmen (2009) Lanau Vs = 60N0.36 r = 0,71 Turki
Rosyidi (2009) Tanah residual sedimen Vs = 188N 0.18 r = 0,81 Malaysia & Indonesia Tanah pasiran Vs= 80.65N0.30 r = 0,66
0 5 10 15 20 25 30 35 40 0 200 400 600 800 1000 Ke da la m an , m
Modulus Geser (G), Mpa
Sgi Temala: abutmen A Ohsaki & Iwasaki (1973): lempung & pasir Imai &Tonouchi (1982): lempung & pasir Seed et al (1983): pasir Nayan (1995): tanah residual granit 0 200 400 600 800 1000
Modulus Geser (G), Mpa
Sgi Temala: pilar B
Ohsaki & Iwasaki (1973): lempung & pasir Imai &Tonouchi (1982): lempung & pasir Seed et al (1983): pasir Nayan (1995): tanah residual granit 0 200 400 600 800 1000
Modulus Geser (G), Mpa
Sgi Temala: pilar C
Ohsaki & Iwasaki (1973): lempung & pasir Imai &Tonouchi (1982): lempung & pasir Seed et al (1983): pasir Nayan (1995): tanah residual granit 0 200 400 600 800 1000
Modulus Geser (G), Mpa
Sgi Temala: abutmen D Ohsaki & Iwasaki (1973) Imai &Tonouchi (1982) Seed et al (1983) Nayan (1995): tanah residual granit Vs = 66.36N0.393 R² = 0.746 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 0 50 100 150 200 250 300 M o d u lu s G e se r (G ), M P a NSPT Tapak FUU
Ohsaki & Iwasaki (1973): lempung & pasir Imai & Tonouchi (1982): lempung & pasir
Seed et al (1983): pasir G = 19.34N0.869 R² = 0.727 0 200 400 600 800 1000 1200 0 20 40 60 80 100 120 M o d u lu s G es er ( G ), M P a NSPT Lokasi PPU
Ohsaki & Iwasaki (1973): lempung & pasir
Imai & Tonouchi (1982): lempung & pasir Seed et al (1983): pasir Vs = 37.06N0.473 R² = 0.735 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 0 20 40 60 80 100 120 140 M o d u lu s G e se r (G ), M P a NSPT Lokasi Sgi Temala Ohsaki & Iwasaki (1973): lempung & pasir Imai & Tonouchi (1982): lempung & pasir Seed et al (1983): pasir Nayan (1995): tanah baki granit
GAMBAR 13.Profil modulus geser (G) di lokasi Sungai Temala (Terengganu)
Beberapa peneliti telah mengembangkan suatu
korelasi empiris untuk mendapatkan nilai G
secara tidak langsung berdasarkan nilai N
SPT,
diantaranya adalah Ohsaki dan Iwasaki (1973)
dan Imai dan Tonouchi (1982) yang telah
melakukan penyelidikan untuk tanah lempung
dan pasir di Jepang, juga Seed et al. (1983)
untuk tanah pasir di Amerika. Nilai G yang
diperoleh berdasarkan nilai V
Sdari metode
MASW, jika dibandingkan dengan yang
diperoleh dari korelasi empirik beberapa
peneliti terdahulu umumnya menunjukkan
nilai yang bersesuaian.
Pada umumnya nilai G dari ketiga korelasi
empiris yang telah diajukan oleh
peneliti-peneliti terdahulu menghasilkan kisaran nilai G
yang hampir sama hingga kedalaman +10 m.
Meskipun demikian, untuk kedalaman lebih
dari 10 m, kisaran nilai G yang dihasilkan
mulai menunjukkan nilai yang cukup berbeda.
Untuk lebih jelasnya hubungan antara nilai G
dan nilai N
SPTdalam kajian ini, untuk
masing-masing lokasi disajikan dalam Gambar 14.
Secara keseluruhan nilai G yang diperoleh dari
metode MASW dalam kajian ini, berada dalam
kisaran nilai dari ketiga korelasi empiris
peneliti terdahulu. Nilai korelasi empiris yang
dihasilkan dari metode MASW dalam kajian
ini untuk nilai N
SPT< 100 mempunyai nilai
yang paling dekat dengan nilai korelasi dari
Seed et al. (1983), sedangkan untuk nilai
N
SPT>100 cenderung mempunyai nilai yang
lebih dekat dengan nilai korelasi dari Ohsaki
dan Iwasaki (1973) dan Imai dan Tonouchi
(1982), seperti terlihat dalam Gambar 15.
G = 56.29N0.457 R² = 0.680 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 0 50 100 150 200 250 300 M o d u lu s G es e r (G ), M P a NSPT
Ohsaki & Iwasaki (1973): lempung & pasir Imai & Tonouchi (1982): lempung & pasir Seed et al (1983): pasir Daerah Kajian
GAMBAR 15.Hubungan nilai G dan NSPT dari seluruh lokasi kajian
K
ESIMPULAN DANS
ARANBerdasarkan hasil yang telah diperoleh dari
kajian ini, metode seismik MASW
(multi-channel analysis of surface wave) dapat
menghasilkan profil V
S1-D dan 2-D yang
dapat memberikan gambaran mengenai kondisi
perlapisan tanah bawah permukaan secara
vertikal dan lateral. Teknik pemprosesan dan
analisis data untuk memperoleh profil-profil
ini tidak memerlukan waktu yang lama dan
sederhana.
Hasil
pengukuran
nilai
V
Smenunjukkan nilai yang bersesuaian dengan
nilai V
Sdari hasil korelasi empiris N
SPT. Sifat
dinamis tanah yaitu modulus geser (G), juga
dapat ditentukan berdasarkan nilai V
Syang
diperoleh dengan metode MASW ini. Hasil
pengukuran menunjukkan bahwa nilai yang
bersesuaian dengan nilai G yang dihasilkan
dari korelasi empiris N
SPT.
Pengukuran langsung nilai V
Sdan G dengan
metode ini masih perlu dilakukan pada
daerah-daerah kajian yang lebih luas lagi untuk
memvalidasi hasil korelasi empiris yang lebih
umum. Metode MASW diharapkan dapat
menjadi salah satu metode seismik
non-destruktif alternatif yang efektif, efisien dan
ramah lingkungan untuk mengukur secara
langsung nilai V
Sdi lapangan dan nilai G.
D
AFTARP
USTAKAAthanasopoulos,
G.A.
(1995).
Empirical
correlations V
S-N
SPTfor soils of
Greece: A comparative study of
reliability.
Proceeding
of
7th
International Conference on Soil
Dynamics
and
Earthquake
Engineering,
Computational
Mechanics, Southampton, 19–36.
Dikmen, U. (2008). Statistical correlations of
shear wave velocity and penetration
resistance soils. J. Geophys. Eng., 6,
61–72.
Hasancebi, N. & Ulusay, R. (2006). Empirical
correlations
between
shear
wave
velocity and penetration resistance for
ground shaking assessments. Bulletin
of Engineering Geology and the
Environment, 66, 203–13.
Imai, T., Tonouchi, K. (1982). Correlation of
N-value with S-wavevelocity and
shear modulus. Proceeding of the 2
ndEuropean Symposium of Penetration
Testing, Amsterdam, 57–72.
Lee, SH. (1990). Regression models of shear
wave velocities. J. Chin. Inst. Eng., 13,
519–532.
Mohamed,
K.R.
(2010a).
Stratigrafi
Semenanjung Malaysia: Pengenalan.
Diakses
5
Juni
2010
dari
http://pkukmweb.ukm.my/~kamal/geol
ogi-malaysia/ kuliah 1 - pengenalan.
pdf.
Mohamed,
K.R.
(2010b).
Stratigrafi
Semenanjung
Malaysia:
Geologi
Kuala Lumpur. Diakses 5 Juni 2010
geologi-malaysia/ kuliah 6 - kuala
lumpur - selangor.pdf.
Mohamed,
K.R.
(2010c).
Stratigrafi
Semenanjung
Malaysia:
Geologi
Terengganu. Diakses 5 Juni 2010 dari
http://pkukmweb.ukm.my/~kamal/geol
ogi-malaysia/kuliah
12
-
terengganu.pdf
Nayan, K.A.M. (1995). Pencirian tanah baki
granit
menggunakan
kaedah
pengukuran halaju P dan S. Tesis
Master,
Universiti
Kebangsaan
Malaysia.
Nazarian, S. (1984). In-situ determination of
elastic moduli of soil deposits and
pavement systems by Spectral Analysis
of Surface Waves Method. Ph.D.
Dissertation, The University of Texas
at Austin.
Ohsaki Y & Iwasaki R. (1973). Dynamic shear
moduli and Poisson’s ratio of soil
deposits. Soils and Foundation, 13,
61–73.
Park, C.B. Miller, R.D. & Xia, J. (1998).
Imaging dispersion curves of surface
waves on multi-channel record. Soc.
Explor. Geophys., 1377-1380.
Park, C.B., Miller, R.D. & Xia, J. (1999).
Multi-channel Analysis of Surface
Waves (MASW). Geophysics, 64(3),
800-808.
Park, C.B., Miller, R.D. & Xia, J. (2001).
Offset and resolution of dispersion
curve in Multichannel Analysis of
Surface Waves (MSW). Proceedings
of
the
SAGEEP
2001, Denver,
Colorado, SSM-4.
Park, C.B., Miller, R.D. & Miura, H. (2002).
Optimum field parameters of an
MASW survey. Soc. Explor. Geophys
–Japan, Tokyo.
Penumadu,
D.
&
C.B.
Park.
(2005).
Multichannel Analysis of Surface
Wave
(MASW)
method
for
geotechnical
site
characterization.
Proceedings of the Geo-Frontiers
Conference, Austin, Texas.
Rosyidi, S.A. (2009). Analisis anak gelombang
bagi gelombang permukaan bagi
penilaian
sifat
dinamik
tanah.
Disertasi
Doktor,
Universiti
Kebangsaan Malaysia.
Seed, H.B. & Idriss, I.M. (1981). Evaluation of
liquefaction potential sand deposits
based on observation of performance
in
previous
earthquakes.
ASCE
National Convention, Missouri, 81–
544.
Seed H B, Idriss, I.M. & Arango, I. (1983).
Evaluation of liquefaction potential
using field performance data. J.
Geotech. Engg., 109, 458–482.
Suharsono.
(2006).
Penggunaan
kaedah
analisis
spektral
gelombang
permukaan sebagai teknik baru untuk
pengelasan
jasad
batuan
dalam
geologi
kejuruteraan.
Disertasi
Doktor,
Universiti
Kebangsaan
Malaysia.
Xia, J., Miller, R.D., Park, C.B. & Ivanov, J.
(2000). Construction of 2-D vertical
shear-wave velocity field by the
multichannel analysis of surface wave
technique.
Proceedings
of
the
Symposium on the Application of
Geophysics
to
Engineering
and
Environmental Problems (SAGEEP
2000), Arlington, VA, 1197-1206.
Xia, J., Miller, R.D., dan Park, C.B. (1999).
Estimation of near-surface shear-wave
velocity by inversion of Rayleigh
waves. Geophysics, v. 64, no. 3, p.
691-700.
PENULIS
:
Susy K. Ariestianty
Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan
Jembatan, Bintek, Kementerian Pekerjaan
Umum, Bandung.
Mohd. Raihan Taha, Zamri Chik,
Khairul Anuar Mohd.Nayan
Department of Civil & Structural Engineering,
Faculty of Engineering & Built Environment,
Universiti Kebangsaan Malaysia, 43600 Bangi,
Selangor Malaysia