• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERCEPTION PATIENT WITH ISCHEMIC STROKE OF RISKS FALL PREVENTION MEASURES UNDERTAKEN IN THE ROOM NURSES ADULT INPATIENT BANDUNG ADVENTIST HOSPITAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERCEPTION PATIENT WITH ISCHEMIC STROKE OF RISKS FALL PREVENTION MEASURES UNDERTAKEN IN THE ROOM NURSES ADULT INPATIENT BANDUNG ADVENTIST HOSPITAL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERSEPSI PASIEN DENGAN STROKE ISKEMIK TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN RESIKO JATUH YANG DILAKUKAN PERAWAT DI RUANG RAWAT

INAP DEWASA RUMAH SAKIT ADVENT BANDUNG

PERCEPTION PATIENT WITH ISCHEMIC STROKE OF RISKS FALL PREVENTION MEASURES UNDERTAKEN IN THE ROOM NURSES ADULT INPATIENT BANDUNG

ADVENTIST HOSPITAL

Nathan William Jarrold Syahailatua Universitas Advent Indonesia

ABSTRAK

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi dari hasil bincang-bincang yang dilakukan penulis dengan pimpinan kelompok kerja akreditasi di Rumah Sakit Advent Bandung tentang patient safety termasuk tindakan pencegahan resiko jatuh. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana perawat telah melakukan pencegahan resiko jatuh kepada pasien yang beresiko untuk jatuh di Rumah Sakit Advent Bandung.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Populasi adalah pasien dengan stroke iskemik yang dirawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Advent Bandung. Sampel berjumlah 30 orang yang dipilih secara purposive sampling dan telah memenuhi kriteria pengkajian resiko jatuh. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 pernyataan dalam bentuk kuesioner yang diformulasi dari teori Darmojo (2004), DepKes RI (2006), dan Godfrey (2003).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat di Rumah Sakit Advent Bandung sering melakukan tindakan pencegahan resiko jatuh kepada pasien dengan stroke iskemik di ruang rawat inap dewasa. Perawat melakukan tindakan pencegahan terutama dalam hal: mengobservasi secara teratur kondisi pasien. Sebaliknya perawat kurang melakukan tindakan pencegahan resiko jatuh terutama dalam hal membuat jadwal pasien untuk ke kamar mandi.

Saran kepada Diklat Keperawatan Rumah Sakit Advent Bandung diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk diberikan pendidikan dan pelatihan kepada perawat untuk meningkatkan tindakan pencegahan resiko pasien jatuh. Untuk bidang penelitian, diharapkan agar penelitian dapat dikembangkan kembali yang salah satunya tentang hubungan antara tindakan pencegahan resiko jatuh dengan tingkat kepuasan pasien.

(2)

2

ABSTRACT

Thesis was based on the results of a talk by the author with the leader of kelompok kerja akreditasi in Bandung Adventist Hospital on patient safety including fall risk precautions. The purpose of this research is to look at the extent to which nurses have to prevent the risk of falls to patients who are at risk for falls in Bandung Adventist Hospital.

The method used is descriptive. Population is patients with ischemic stroke who were treated in the inpatient unit Bandung Adventist Hospital. Samples were 30 people chosen by purposive sampling and has met the assessment criteria for the risk of falling. The instrument used in this study were 20 statements in the questionnaire form that is formulated from the theory of Darmojo (2004), DepKes RI (2006), and Godfrey (2003).

The results showed that nurses in Bandung Adventist Hospital frequently fall risk precautions to patients with ischemic stroke in the adult inpatient unit. Nurses take precautions especially in terms of: regularly observe the patient's condition. Instead nurses lack of action to prevent the risk of falls, especially in terms of creating a schedule for the patient to the bathroom.

Nursing Training advice to Bandung Adventist Hospital hope this research can be input to the education and training given to nurses to improve patient fall risk precautions. For the field study, it is expected that the research can be developed again the one on the relationship between risk prevention measures fall with the level of patient satisfaction.

LATAR BELAKANG MASALAH

Nadzam (2009) melaporkan survei yang dilakukan oleh Morse pada tahun 2008 tentang kejadian pasien jatuh di Amerika Serikat. Hasil survey menunjukan 2,3-7/1000 pasien jatuh dari tempat tidur setiap hari. Survey tersebut menunjukan bahwa 29-48% pasien mengalami luka, dan 7,5% dengan luka-luka serius.

Kongres XII PERSI di Jakarta pada tanggal 8 November 2012 melaporkan bahwa kejadian pasien jatuh di Indonesia pada bulan Januari – September 2012 sebesar 14%. Hal ini membuat presentasi pasien jatuh termasuk ke dalam lima besar insiden medis selain medicine error (Komariah, 2012).

Pada tahun 2000, total biaya untuk kejadian jatuh yang fatal sebesar $0,2 miliar dan untuk kejadian jatuh non-fatal sebesar $19 miliar. Rumah sakit mempunyai tingkat insidensi pertahun sekitar 1,4 kejadian jatuh per-tempat tidur per tahun. Departemen Neurologi, Rehabilitasi Medik, dan Psikiatri mempunyai tingkat kejadian jatuh yang paling tinggi yaitu berkisar antara 8,9-17,1 kejadian jatuh/1000 pasien. Fasilitas perawatan jangka panjang mempunyai tingkat insiden pertahun sekitar 1,6 kejadian jatuh perorang/tahun (Panduan Resiko Jatuh Rumah Sakit Advent Bandung, 2013).

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan pada penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana perawat telah melakukan pencegahan resiko jatuh kepada pasien yang beresiko untuk jatuh di Rumah Sakit Advent Bandung.

(3)

3 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini ditujukan kepada Diklat departemen keperawatan Rumah Sakit Advent Bandung, dimana hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk salah satu program Inservice Education kepada perawat tentang patient safety yang menyagkut pencegahan pasien jatuh.

TINJAUAN PUSTAKA

Stroke iskemik adalah penyumbatan yang bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung. Sebagian besar stroke iskemik terjadi di hemisfer otak, meskipun sebagian terjadi di serebelum (otak kecil) atau batang otak. Stroke ini asimtomatik (tak bergejala) atau hanya menimbulkan kecanggungan, kelemahan ringan (biasanya hanya satu lengan), atau masalah pada daya ingat. Namun stroke ringan yang berganda dan terjadi berulang-ulang dapat menimbulkan cacat berat, penurunan kognitif, dan demensia (Smeltzer,2008). Menurut Pahria (2004) stroke iskemik adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak, hal ini terjadi akibat pembentukan trombus di arteri serebrum atau embolis yang mengalir ke otak.

Stroke iskemik dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: stroke trombotik, stroke embolik, dan hipoperfusion sistemik (Smeltzer, 2008).

Penyebab terjadinya stroke iskemik secara umum karena adanya gangguan aliran darah ke otak yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah atau tertutupnya salah satu pembuluh darah ke otak, hal ini terjadi karena: trombosis serebral, hemoragi, hipoksia umum, dan hipoksia setempat (Muttaqin, 2008).

Menurut Smeltzer (2008) manifestasi klinis yang timbul pada pasien stroke berdasarkan pembuluh darah arteri yang terkena antara lain:

1.) Kontra lateral paralisis (kelumpuhan atau kehilangan daya untuk bergerak) atau parisese (kelumpuhan ringan).

2.) Hilangnya sensorik dan motorik, paling nyata pada muka, leher dan ekstremitas atas.

3.) Afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara) yang terutama ekspresif. 4.) Gangguan persepsi, termasuk perubahan tingkah laku.

5.) Kontra lateral hemianova (hilangnya penglihatan berupa gangguan lapangan pandang yang bersifat fasial atau komplit).

6.) Gangguan motorik : gerakan yang tidak terkordinasi.

7.) Gangguan kesadaran berupa penurunan kesadaran atau hilangnya kesadaran (pingsan, koma).

8.) Sakit kepala, gangguan keseimbangan

Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi berada di permukaan tanah tanpa disengaja. Dan tidak termasuk jatuh akibat pukulan keras, kehilangan kesadaran, atau kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah dari penyebab spesifik yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam keadaan sadar mengalami jatuh (Stanley, 2006). Menurut Darmojo (2004) Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring atau terduduk dilantai atau tempat yang lebih rendah dengan kehilangan kesadaran atau tanpa kehilangan kesadaran.

(4)

4

Secara singkat faktor resiko jatuh dibagi dalam dua golongan besar, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Menurut Stanley (2006) faktor intrinsik adalah variabel-variabel yang menentukan mengapa seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain dalam kondisi yang sama mungkin tidak jatuh. Faktor intrinsik tersebut antara lain adalah gangguan muskuloskeletal misalnya menyebabkan gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas bawah, kekakuan sendi, kemudian terjadinya sinkope yaitu kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yabg disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak dengan gejala lemah, penglihatan gelap, keringat dingin, pucat, dan pusing (Lumbantobing, 2004). Faktor Ekstrinsik. Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang berhubungan dengan lingkungan pasien, hal ini mencakup faktor yang mengarah pada keadaan lingkungan fisik pasien misalnya, lingkungan yang tidak mendukung meliputi cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang basah atau licin, tempat berpegangan yang tidak kuat, roda tempat tidur yang rusak, kurangnya toilet duduk, alat-alat yang rusak, dan tempat tidur yang terlalu tinggi. Selain itu pasien yang mengkonsumsi obat-obatan seperti antihipertensi, diuretik, autonomik bloker, antidepresan, hipnotik, anxiolitik, analgetik dan psikotropik memiliki faktor resiko seseorang untuk jatuh. Hal ini disebabkan karena obat-obatan tersebut memiliki efek samping yang dapat menyebakan seseorang memiliki risiko untuk jatuh.

Menurut Kane (1996), yang dikutip oleh Darmojo (2004) komplikasi jatuh adalah, Perlukaan (injury), disabilitas, dan kematian.

Pengkajian pasien resiko jatuh adalah sebuah metode pengukuran resiko pasien untuk jatuh, yang dilakukan oleh petugas kesehatan pada semua pasien yang menjalani rawat inap. Pengkajian pasien resiko jatuh mempunyai tujuan yaitu memberikan perhatian khusus pada pasien yang beresiko untuk jatuh dibandingkan dengan yang tidak memiliki resiko untuk jatuh, dan meminimalkan atau mencegah jumlah kejadian pasien jatuh dan cedera. Menurut Med (2003:348) pengkajian pasien resiko jatuh adalah identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko untuk jatuh. Pada implementasi dicari solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko cedera yang disebabkan oleh kesalahan dalam melakukan suatu tindakan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengkajian pasien resiko jatuh adalah sebuah metode pengukuran resiko untuk jatuh melelui proses identifikasi, implementasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko untuk jatuh dan untuk meminimalkan atau mencegah timbulnya resiko untuk cidera akibat jatuh. Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien resiko jatuh adalah riwayat jatuh, penilaian status mental (kognitif) dan keseimbangan dan gaya berjalan.

Menurut Tinetti (1992), yang dikutip oleh Darmojo (2004), usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi. Ada tiga usaha pokok untuk pencegahan jatuh yaitu, identifikasi faktor resiko, penilaian keseimbangan dan gaya berjalan, serta mengatur atau mengatasi faktor situasional.

Identifikasi faktor resiko. Pada setiap pasien perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor intrinsik resiko jatuh, perlu dilakukan assessment keadaan sensorik, neurologik, musculoskeletal, dan penyakit sistemik yang sering mendasari atau menyebabkan jatuh. Keadaan lingkungan rumah sakit yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah sakit harus cukup tetapi tidak menyilaukan. Lantai harus datar, tidak licin. Peralatan yang ada di ruang rawat inap yang sudah tidak aman (lapuk, dapat bergeser sendiri) sebaiknya diganti, peralatan ruang rawat inap sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jalan atau tampat aktifitas pasien. Kamar mandi dibuat tidak licin, sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka, dan sebaiknya kloset duduk. Obat-obatan yang menyebabkan hipotensi postural, hipoglikemik atau penurunan kewaspadaan harus diberikan sangat selektif dan dengan penjelasan yang komprehensif pada pasien dan keluarganya tentang resiko terjadinya jatuh akibat minum obat

(5)

5

tersebut. Alat bantu berjalan yang dipakai pasien baik berupa tongkat, tripod, kruk atau walker harus dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan, aman dan tidak mudah bergeser serta sesuai dengan ukuran tinggi badan pasien.

Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (Gait). Setiap pasien harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Penilaian postural sway sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada pasien. Bila goyangan badan pada saat berjalan sangat beresiko untuk jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medik. Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat, apakah pasien menapakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah, apakah pasien mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah pasien cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Semua ini harus dikoreksi bila terdapat kelainan atau penurunan.

Mengatur atau mengatasi faktor situasional. Faktor situasional yang bersifat serangan akut atau eksaserbasi akut penyakit yang diderita pasien dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan pasien secara periodik. Faktor situasional yang berupa aktifitas fisik seberapa jauh yang aman bagi penderita, aktifitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehkan baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Bila pasien sehat dan tidak ada batasan aktifitas fisik, maka dianjurkan pasien tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat melelahkan atau beresiko tinggi untuk terjadinya jatuh.

Menurut Godfrey (2003) standar pelayanan keperawatan untuk mencegah jatuh adalah ukuran atau patokan yang dijadikan acuan pada semua pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit, untuk meminimalkan resiko pasien untuk jatuh.

Intervensi yang dilakukan untuk semua pasien yang menjalani rawat inap terdiri dari : 1.) Nilai dan dokumentasi risiko jatuh pasien saat masuk, berubah status, ataupun sewaktu

pindah dari unit yang lain.

2.) Tempatkan pasien pada tempat tidur yang memungkinkan pasien dapat keluar pada sisi terkuatnya apabila memungkinkan.

3.) Nilai koordinasi dan berkeseimbangan pasien sebelum membantu saat transfer atau kegiatan yang memerlukan mobilitas.

4.) Implementasikan program perkemihan dan buang air besar untuk mengurangi urgensi (rasa ingin buang air) dan inkontinensia (ngompol).

5.) Menggunakan kaus kaki yang bertelapak dan sepatu anti selip.

6.) Mendekati pasien pada sisi yang tidak bermasalah untuk memaksimalkan peran serta dalam perawatan.

7.) Pindahkan pasien pada sisi terkuat.

8.) Libatkan secara aktif pasien dan keluarga dalam setiap aspek program pencegahan jatuh. 9.) Instruksikan pasien sebelum melakukan kegiatan apapun.

10.) Ajar pasien untuk menggunakan palang yang telah disediakan

11.) Instruksikan pasien untuk dosis dan waktu pemberian obat, efek samping dan interaksi makanan dan pengobatan.

12.) Instruksikan pasien untuk meminta pertolongan sebelum keluar dari tempat tidur. Demonstrasikan sistem pemanggilan perawat.

13.) Orientasikan pasien dengan lingkungan, terutama lokasi kamar mandi.

14.) Kunci semua perlengkapan yang dapat bergerak sebelum memindahkan pasien. 15.) Sesuaikan perlengkapan sesuai dengan kebutuhan pasien.

16.) Berikan indikator ”beresiko” pada status atau papan pasien, baik di luar maupun di dalam tempat tidur.

17.) Letakkan barang-barang pasien dengan letak yang mudah dijangkau.

18.) Sediakan lingkungan fisik yang aman (singkirkan bahan yang tertumpah, kusut, kabel elektronik ataupun perlengkapan yang tidak perlu).

(6)

6

Intervensi yang dilakukan kepada pasien yang menggunakan perangkat bantuan jalan, adalah sebagai berikut:

1.) Bantu pasien saat berjalan dengan alat bantu

2.) Cek pelindung anti selip, pada setiap tongkat, kruk, dan alat bantu berjalan. 3.) Instruksikan pasien untuk meminta bantuan saat berjalan.

Intervensi yang dilakukan kepada pasien dengan gangguan langkah dan kesulitan transfer, adalah sebagai berikut:

1.) Pasien harus berjalan dengan alat bantu (jika dapat diterapkan).

2.) Waktu rehabilitasi medik (fisioterapi ataupun terapis okupasi) harus membuatkan rekomendasi untuk tipe terbaik transfer misalnya menggunakan sisi terkuat, menggunakan ikat pinggang transfer,dll.

Intervensi yang dilakukan kepada pasien dengan perubahan status mental, adalah sebagai berikut:

1.) Instruksikan pasien untuk tidak bangun tanpa pertolongan, tekankan pada setiap pertukaran jaga perawat dan setiap kali pemindahan atau trasfer.

2.) Meminimalisasi distraksi

3.) Pantau aktifitas setiap jam atau lebih jika diperlukan

4.) Gunakan alarm tempat tidur atau kursi roda saat diperlukan.

5.) Tekankan berkali-kali adanya pembatasan aktifitas dan kepentingan keamanan kepada pasien dan keluarga pasien.

6.) Tekankan berkali-kali adanya pembatasan aktifitas dan kepentingan keamanan kepada pasien dan keluarga pasien.

Intervensi yang dilakukan kepada pasien dengan riwayat jatuh saat dirawat, adalah sebagai berikut:

1.) Nilai penyebab jatuh

2.) Tingkatkan ferkuensi pengawasan setiap jam 3.) Awali tindakan korektif / perbaikan

4.) Pertimbangkan untuk merujuk ke kelompok kerja (POKJA) jatuh atau klinik jatuh.

METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Pada penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk mendapat gambaran tentang persepsi pasien dengan stroke iskemik terhadap tindakan pencegahan resiko jatuh yang dilakukan perawat di ruang rawat inap dewasa Rumah Sakit Advent Bandung (RSAB).

Populasi adalah pasien dengan stroke iskemik yang dirawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Advent Bandung. Sampel berjumlah 30 orang yang dipilih secara purposive sampling dan telah memenuhi kriteria pengkajian resiko jatuh.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 pernyataan dalam bentuk kuesioner yang diformulasi dari teori Darmojo (2004), DepKes RI (2006), dan Godfrey (2003).

Selanjutnya data dianalisis dan diinterpretasikan untuk menjawab kedua identifikasi masalah. Analisa dan interpretasi data untuk menjawab identifikasi masalah pertama yaitu: “Bagaimanakah persepsi pasien dengan stroke iskemik terhadap tindakan pencegahan resiko jatuh yang dilakukan perawat di ruang rawat inap dewasa Rumah Sakit Advent Bandung?” dihitung mean atau skor rata-rata dan standar deviasi dari masing-masing butir menurut jawaban responden. Untuk menjawab identifikasi masalah kedua yaitu “Butir manakah yang dinilai paling dominan dan kurang dominan dalam tindakan pencegahan resiko jatuh yang di lakukan perawat”, dihitung nilai rata-rata dan standar deviasi dari setiap butir yang dinilai.

(7)

7

Hasilnya diinterpretasi sesuai dengan skala tindakan pencegahan resiko jatuh dan tingkat keragaman disesuaikan, kemudian disusun dalam daftar rangking dari nilai tertinggi sampai nilai terendah untuk menentukan butir mana yang paling dominan dan kurang dominan dilakukan perawat.

HASIL DAN ANALISIS

Setelah data-data dikumpulkan maka langkah berikutnya adalah menganalisis dan menginterpretasi data. Analisa dan interpretasi data dilakukan untuk menjawab masalah pertama sampai kedua mengenai persepsi pasien dengan stroke iskemik terhadap tindakan pencegahan resiko jatuh yang dilakukan oleh perawat di ruang rawat inap dewasa Rumah Sakit Advent. Hasil menunjukkan bahwa kebanyakan responden (60 %) adalah berjenis kelamin perempuan dan hanya sebagian saja (40 %) yang berjenis kelamin laki-laki. Kemudian responden yang termasuk kelompok umur 61 – 70 tahun terdiri dari 7 orang (23.3 %), kelompok umur 71 – 80 tahun terdiri dari 9 orang (30.1 %), dan kelompok umur 81 – 90 tahun terdiri dari 7 orang (23.3 %) yang berarti tiga per empat dari responden. Selanjutnya kelompok umur kurang dari 50 tahun terdiri dari 1 orang (3.3 %), kelompok umur 51 – 60 tahun terdiri dari 5 orang (16.7 %), dan kelompok umur diatas 90 tahun terdiri dari 1 orang (3.3 %) yang termasuk dalam ketegori kecil.

Dari hasil perhitungan di dapati bahwa nilai rata-rata tindakan pencegahan resiko jatuh yang dilakukan perawat di ruang rawat inap dewasa Rumah Sakit Advent Bandung adalah 3.06 dengan standar deviasi 0.94. Menurut skala tindakan pencegahan resiko jatuh nilai tersebut termasuk dalam kategori tinggi dengan konsensus keragaman jawaban responden dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil tersebut didapati bahwa persepsi pasien stroke iskemik tentang perawat melakukan tindakan pencegahan resiko jatuh masuk dalam kategori tinggi yang artinya perawat sering melakukan tindakan pencegahan resiko jatuh. Ini berarti bahwa sebagian besar tindakan pencegahan resiko jatuh sudah dilakukan perawat.

Menurut Potter & Perry (2006:1164) jenis dasar resiko terhadap keamanan klien di dalam lingkungan pelayanan kesehatan adalah jatuh. Resiko jatuh ini lebih sering dialami oleh pasien lanjut usia, riwayat jatuh terdahulu, masalah sikap berjalan, mobilisasi, disfungsi saluran kemih, beberapa diagnosa tertentu, dan penggunaan obat-obat. Sehingga perawat harus mengkaji masalah yang potensial ini dan mengambil langkah pencegahan atau meminimalkan kecelakaan di lembaga tersebut. Servasius (2013) menambahkan penyakit stroke dapat menyebabkan seseorang tiba-tiba terjatuh tanpa sebab dan tanpa gejala pendahuluan disaat berdiri atau berjalan. Mungkin disertai dengan hilang kesadaran sesaat dan kekuatan segera pulih kembali. Oleh karena itu pasien dengan keterbatasan kemampuan bergerak atau dengan gangguan sensorik harus diberi pengertian agar lebih waspada. Selain pengobatan spesifik bila ada, kepastian tidak adanya defisit neurologik, penyakit tertentu, penyesuaian lingkungan dan penggunaan alat bantu akan sangat memperbaiki keadaan dan mengurangi resiko untuk jatuh.

Dari hasil perhitungan didapati bahwa butir yang paling dominan dilakukan perawat adalah butir nomor tujuh belas yaitu “Perawat mengobservasi secara teratur kondisi anda,” dengan skor 3.70. Sedangkan butir yang kurang dominan dilakukan perawat adalah butir nomor enam belas yaitu “Perawat membuat jadwal anda untuk kekamar mandi selama satu hari,” dengan skor 1.53. Hasil analisis tersebut menunjukkan persepsi pasien bahwa butir yang paling dominan dilakukan adalah “perawat mengobservasi secara teratur kondisi anda”. Hal ini menunjukkan bahwa perawat melakukan tindakan pencegahan dengan mengobservasi secara teratur kondisi pasien. Dengan demikian perawat dapat melakukan pencegahan resiko jatuh.

(8)

8

Ini sesuai dengan pernyataan Perry & Potter (2004:61) rumah sakit harus melakukan pengkajian pasien dengan resiko jatuh yaitu melakukan identifikasi faktor-faktor resiko jatuh pada pasien seperti kondisi fisik, status mental, obat-obatan. Semuanya ini dilakukan untuk mengetahui derajat resiko jatuh. Sedangkan butir yang kurang dominan dilakukan adalah “perawat membuat jadwal anda untuk kekamar mandi selama satu hari”. Hal ini menunjukkan bahwa perawat kurang melakukan tindakan pengaturan jadwal ke kamar mandi untuk mengurangi resiko jatuh di kamar mandi. Semestinya perawat melakukan pengaturan jadwal ke kamar mandi untuk memenuhi kebutuhan eliminasi pasien dan terhindar dari resiko jatuh.

Menurut Perry & Potter (2006:1162) peristiwa jatuh paling sering terjadi saat pindah dari tempat tidur, kursi, dan saat ke kamar mandi. Peristiwa jatuh biasanya terjadi ketika hendak masuk atau keluar dari kamar mandi, tersandung pintu, terpeleset karena basah, atau adanya perbedaan tinggi lantai (trap).

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan persepsi pasien, para perawat di ruang rawat inap dewasa Rumah Sakit Advent Bandung telah melakukan tindakan pencegahan resiko jatuh kepada pasien dengan stroke iskemik dalam kategori tinggi atau sering dilakukan. Tindakan pencegahan resiko jatuh yang paling dominan dilakukan oleh perawat adalah: mengobservasi secara teratur kondisi pasien. Sebaliknya perawat kurang melakukan tindakan pencegahan resiko jatuh terutama dalam hal membuat jadwal pasien untuk ke kamar mandi.

Berdasarkan penelitian di atas maka peneliti memberikan saran yang ditujukan kepada Diklat departemen keperawatan Rumah Sakit Advent Bandung dan bidang penelitian. Diklat Departemen Keperawatan Rumah Sakit Advent Bandung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada diklat keperawatan untuk diberikan pendidikan dan pelatihan kepada perawat agar yang baik dapat dipertahankan dan tindakan pencegahan resiko pasien jatuh dengan stroke iskemik yang kurang dapat ditiingkatkan dari sering dilakukan menjadi selalu dilakukan. Bidang Penelitian. Untuk peneliti berikutnya, diharapkan agar hasil penelitian ini dapat menjadi data penunjang dan dikembangkan kembali yang salah satunya tentang hubungan antara tindakan pencegahan resiko jatuh dengan tingkat kepuasan pasien.

(9)

9

DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, R. B. 2004. Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI

DepKes RI. 2008. Patient Safety di Rumah Sakit. [Online]. Available: http://ansharbonassilfa.wordpress.com/2010/08/20/patient-safety-di-rumah-sakit/ [23 Januari 2013]

Godfrey, S. 2003. Using Tools to Assess and Prevent Inpatient Falls. In: Joint Commission Journal On Quality & Safety.

Komariah, S. 2012. Peran Keperawatan Dalam Menurunkan Insiden Keselamatan Pasien

[online] available:

http://manajemenrumahsakit.net/files/siti%20komariah%20_PERAN%20KEP%20DA LAM%20IKP.pdf [9 Februari 2013].

Lumbantobing. 2004. Neurogeriatri. Jakarta: FKUI Med, J. 2003. Preventing Falls in Elderly Persons.

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Nadzam, D. M. 2009. Celebrating nurse: Operating at the sharp end of safe patient care. In: http://www.jointcommission.org/.

Pahria, T. 2004. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: EGC.

Potter & Perry. 2004. Clinical Nursing Skills & Techniques. Fifth Edition. Philippines: Mosby

Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Vol 2. Jakarta: EGC

Pratwins. 2012. Pencegahan Jatuh. [Online]. Available: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/page-98/ [8 April 2013]

RSA. 2013. Panduan Resiko Jatuh Rumah Sakit Advent Bandung. Bandung

Servasius, E. 2013. Beberapa penyakit yang menyebabkan seseorang sering terjatuh. [Online]. Available: http://sikkahoder.blogspot.com/2013/05/beberapa-penyakit-yang-menyebabkan.html#.UYnENaJHJUw [8 Mei 2013]

Smeltser, 2008. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Referensi

Dokumen terkait