• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alitropus typus dan Chironomus tentans

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Alitropus typus dan Chironomus tentans"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Alitropus typus dan Chironomus tentans PARASIT DAN PEYAKIT IKAN

Kelompok 5 Kelas A

VIDYA YUSTINDRIARINI 230110140022

NUR ANISA DIVA 230110140033

NENDRA SUHENDRA 230110140047

RIHAT 230110140061

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN

JATINANGOR 2016

(2)

Alitropus typus Milne Edwards 1.1 Klasifikasi Alitropus typus

Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Malacostraca Ordo : Isopoda Famili : Aegidae Genus : Alitropus Spesies : Alitropus typus 1.2 Morfologi

Parasit ini menyebabkan penyakit isopodiasis pada ikan, parasit ini memakan darah inangnya sehingga jika parasit ini banyak terdapat dalam ikan, ikan akan mati karena kekurangan darah. Parasit ini memiliki bentuk tubuh pipih menyerupai kecoa, kebanyakan ditemukan menyerang ikan kakap yang dipelihara di keramba jaring apung. Menempel pada permukaan tubuh ikan, di dalam mulut, lubang hidung atau tutup insang. Penularan terjadi secara horizontal, dan pemicunya antara lain karena kondisi perairan dan kepadatan yang tinggi

Ciri morfologi Alitropus adalah sebagai berikut : 1. Tubuh secara merata berkubah (seperti tertekan). 2. Bagian tubuh terdiri dari cephalon, peraeon, pleion

3. Mata dorsolateral, biasanya besar, kadang-kadang dekatan.

4. Antena berkembang dengan baik, antena 1 lebih pendek dari antena 2, pembagian antara batang dan flagela yang berbeda.

5. Gigi seri, rahang sempit, tulang belakang baris (biasanya) tidak ada. 6. Rahang 1 styliform, dengan setae yang kuat, rahang 2 dengan lobus

distomedial kecil bergabung ke lobus sebagian besar lateral, masing-masing lobus dengan 2 atau lebih setae apikal yang kuat.

7. Maxilliped dengan endite dan epipod, palp dengan 3 sampai 5, setidaknya 3 dan 4 dengan duri yang besar.

(3)

8. Pereopods 1-3 sebagai tangan, pereopods 4-7 untuk berjalan. 9. Pleon dengan 4-5 pleonites , ditambah pleotelson.

10. Anterolateral uropods rata.

11. Pleopodal pipih tanpa lipat, dengan berbulu setae marjinal kecuali pada pleopod 5 endopod

12. Pereopoda berjumlah 1-3 dengan kait (seperti kuku) dactylus, bagian mulut terbentuk dari pengaturan ventral cone

13. Habitatnya di air tawar dan payau dengan salinitas rendah 14. Bio-ekologi Patogen

15. Pemakan darah “blood feeder”, ukuran parasit antara 0,2-0,8 cm sehingga mudah dilihat dengan mata telanjang.

16. Menginfeksi hampir semua jenis ikan air tawar, terutama ikan-ikan bersisik seperti ikan mas, dan nila(micropredator ikan air tawar).

17. Menyerang dasar sirip, kepala dan rongga insang

18. Tersebar di Fillipina, Indonesia, Sumatra dan Kalimantan 19. Inang parasit ini adalah Chanos chanos, Tilapia dan Gobies 1.3 Siklus Hidup

Metamorfosis Alitropus merupakan metamorfosis ametabolus yaitu Telur dierami dalam marsupium (apa marsupium?), kemudian menetas menjadi postlarva sebelum berkembang menjadi dewasa

Tempory host dimana Inang parasit hidup secara singkat, kemudian meninggalkan inang. Alitopus muda kemudian dilepaskan dan berenang bebas yang kemudian dapat menginfeksi ikan yang lain. Alitopus sp adalah hermaprodit protandri di mana pada waktu muda mereka berkelamin jantan dan berubah menjadi betina pada waktu dewasa (matang).

Gambar 1. Tahap Metamorfosis Alitropus typus Sumber : parasit dan penyakit ikan ( Grandiosa, 2009)

(4)

1.4 Gejala Klinis

 Luka dan pendarahan pada tempat gigitan, dan secara visual parasit ini tampak menempel pada tubuh ikan terutama di bawah sisik atau pangkal sirip.

 Hilang keseimbangan, lemah dan nafsu makan menurun.

 Secara visual terlihat adanya parasit yang menempel pada tubuh ikan.  Nekrosa pada jaringan insang atau kulit ikan.

 Ikan lambat tumbuh, bahkan sering mengakibatkan kematian karena mengalami anemia atau karena infeksi sekunder oleh bakteri.

 Kasus serius umumnya terjadi pada budidaya ikan di Karamba Jaring Apung (KJA) pada awal musim penghujan, dimana limpasan bahan organik yang masuk ke badan perairan relatif tinggi

Gambar 2. Alitropus typus

Sumber :

(5)

Gambar 3. Ikan yang terserang Alitropus typus

Sumber:http://aquarisaceh.blogspot.co.id/2012/06/cara-pengendalian-argulus-pada-ikan.html

1.5 Cara Penanggulangan

Merontokkan parasit dalam wadah terbatas dengan bahan kimia yang mengandung bahan aktif dichlorfos pada konsentrasi 5 — 7 ppm selama 60 menit.

• Setelah parasit rontok, ikan dipindahkan ke wadah lain untuk mencegah adanya infeksi sekunder oleh bakteri pada bekas gigitan parasit.

• Menggunakan spot light pada malam hari untuk mengumpulkan parasit tersebut pada satu lokasi, kemudian diangkat dengan jaring.

(6)

1.6 Klasifikasi Chironomidae Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Subfilum : Hexapoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Famili : Chironomidae Genus : Chironomus Spesies : Chironomus tetans

Chironomus sp atau cacing darah telah dikenal secara umum bagi para feeder atau pembudidaya ikan dan para pencinta ikan di dunia sebagai pakan alami. Cacing darah atau bloodworm sering disalah artikan sebagai cacing sutera. Ini dikarenakan cacing darah dan cacing sutera sama-sama berwarna merah. Tapi cacing darah walaupun berwarna merah, ia merupakan larva dari serangga dari ordo Diptera (nyamuk) jenis Chironomus, yang merupakan jenis nyamuk yang hanya menghisap nektar bunga atau tanaman dan tidak menggigit.

Gambar 4. Chironomus Sp

(7)

Larva chironomus sp atau lebih dikenal sebagai cacing darah atau bloodworm merupakan larva dari serangga yang termasuk ke dalam family nyamuk. Chironomus mengalami metamorphosis sempurna (holometabola), memiliki empat stadia hidup, yaitu telur, larva, kepompong dan dewasa.

1.7 Morfologi

Gambar 5. Chironomus

tetans

Sumber :http://www.denniskunkel.com/detail/15079.html

Larva Chironomus berwarna merah, tubuh bersegmen-semen 10-12 segmen. Chironomus dapat mencapai panjang 10-20mm. Bagian posterior bercabang 3. Pada bagian anteriornya (kepala) terdapat mulut tipenya tipe penghisap karena biasa menghisap darah oleh karena itu sering dijuluki cacing darah. Larva Chironomus ini memiliki bentuk kelenjar ludah yang besar sehingga mudah untuk mengamati bentuk kromosom yang terdapat kelenjar ludah tersebut. Pada periode larva bloodworm akan berganti kulit sebanyak 6 kali. Bloodworm pada umumnya dijumpai di perairan-perairan bebas, seperti sungai, situ, kolam, atau danau. Mereka dijumpai melata atau berenang, atau kadang-kadang terapung di badan-badan perairan. Pada umumnya mereka lebih senang bersembunyi dibalik bebatuan, atau diantara bahan-bahan organik yang membusuk. Warna merah pada bloodworm disebabkan oleh haemoglobin, yang sangat diperlukan oleh mahluk tersebut agar dapat hidup pada kondisi dengan kadar oksigen rendah. Bloodworm biasanya dijadikan sebagai pakan ikan hidup yang digunakan untuk memberi pakan ikan hias,

(8)

namun harus hati-hati karena bloodworm dikenal sebagai vektor parasit cacaing ikan (trematoda).

1.8 Siklus Hidup

Gambar 6. Siklus hidup Chironomus

Sumber :https://thecatchandthehatch.com/basic-entomology-for-fly-fishing/ Siklus hidup Chironomus ini terdiri dari 4 tahap (fase) karena tergolong dalam metamorfosis holometabola yang berarti organisme yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahap tersebut adalah tahap telur, tahap larva, tahap kepompong, dan tahap serangga dewasa atau serangga terbang. Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa. Pupa adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan, pada saat itu pula terjadi penyempurnaan dan pembentukan organ. Imago adalah fase dewasa atau fase perkembangbiakan.

Setelah proses pemijahan, induk betina akan meletakkan massa telurnya di permukaan air yang akan tenggelam ke dasar perairan dan kemudian menetas menjadi larva. Siklus hidup dari telur hingga mencapai dewasa biasanya memakan waktu kurang dari satu minggu atau bahkan lebih dari setahun tergantung jenis spesies dan musim. Pada saat baru menetas larva chironomus berukuran tidak lebih dari 1 mm.

(9)

Induk chirunomus meletakkan telurnya di tempat yang mengeluarkan aroma khas dari proses pembusukan bahan organik. Telur chironomus ini selalu ditemukan pada pagi hari, sehingga dimungkinkan induk meletakkan massa telurnya pada malam hari. Massa telur chironomus berisi 100 sampai 2000 butir telur dan akan menetas dalam waktu 24 sampai 36 jam. Pada kondisi lingkungan tropis, telur-telur ini akan mengalami masa inkubasi selama 24-48 jam sebelum menetas

Setelah telur menetas akan keluar larva yang berbentuk memanjang seperti belatung. Berukuran 1 – 100 mm. kepala tersusun atas sklerotin, thorax tidak memiliki pasang kaki, tidak memiliki bakal sayap, abdomen 8 – 10 ruas.

Larva chironomus mempunyai habitat akuatik dan bersifat saprofog atau dentrivor, chironomus yang hidup dalam bentuk larva akan membuat suatu tempat berbentuk tabung yang biasa ditemukan di dasar kolam atau bak air. Setelah larva cukup umur, Chironomus tentans akan menutup tabungnya kemudian mengubah diri menjadi kepompong atau pupa. Perubahan ini bisa berlangsung beberapa minggu lamanya. Setelah perubahan lengkap, pupa akan keluar dari tabung larva dan akan hidup hingga 1 – 2 minggu setelah keluar dari pupa kemudian berenang kepermukaan air dengan kepala diatas dan ekor dibawah. Imago sebagian besar bersifat nocturnal, banyak ditemukan di sekitar cahaya Sebelum masa inilah larva chironomus atau dikenal juga sebagai cacing darah biasa dipanen sebagai pakan alami ikan. Setelah beberapa hari menjadi pupa, chironomus akan keluar dari pupanya menjadi chironomus dewasa yang berupa nyamuk pemakan nectar. Serangga-serangga terbang ini selanjutnya akan mencari pasangannya dan kawin di udara. Setelah kawin “nyamuk” betina akan mendarat di permukaan air dan mulai mengeluarkan telurnya disana. Dengan demikian maka siklus hidup bloodworm pun akan berulang kembali. Chironomus dewasa sendiri hanya bertahan hidup sekitar 2 – 3 hari.

1.9 Penanggulangan

Penanggulangan agar tidak terjadi parasit bagi ikan budidaya adalah dengan cara memperhatikan kualitas air saat, sedang dan sesudah budidaya Chironomussp. karena sebenarnya Chironomus sp. tidaklah bersifat parasit

(10)

akan tetapi merugikan bila protozoa atau cacing lainnya yang bersifat parasit menjadi makanan bagi Chironomus sp. yang membuat pakan alami ini termasuk yang berbahaya bagi kelangsungan hidup ikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2000. Culture of bloodworm.

http://www.sciencs.nus.edu.sg/~webds/fish/livefood/#tab

Boyd, C. E. 1982. Water quality MANAGEMENT for pond fish culture. Development in Aquaculture and Fisheries Science. Departement of Fisheries and Allied Aquaculture, Agriculture Experiment Station, Auburn University, Alabama, U. S. A. P : 318.

Kunkel Dennis, 1999. Bloodworm (Chironomus tentans). Dennis Kunkel Microscopy, Inc. USA

(11)

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan, 2010

http://dokumen.tips/documents/hama-dan-penyakit-ikan-mikrobiologi.html(Diakses padatanggal 3 Maret 2016 padapukul 09.19 WIB).

http://bagusrn-fpk09.web.unair.ac.id/artikel detail-24366-Penyakit %20IkanCara%20Mengendalikan%20Parasit%20Alitropus%20typus %20Pada%20Ikan.html (Diaksespadatanggal 3 Maret 2016 padapukul 10.26 WIB).

Gambar

Gambar 1. Tahap Metamorfosis Alitropus typus Sumber : parasit dan penyakit ikan ( Grandiosa, 2009)
Gambar 2. Alitropus typus
Gambar 3. Ikan yang terserang Alitropus typus
Gambar 4. Chironomus Sp
+3

Referensi

Dokumen terkait

(larva serangga) dari kelas insecta dan genus lumbriculus (cacing darah) dari kelas clitellata (Tabel 6). Berdasarkan analisis usus ikan di hulu sungai Cimanuk,

TOKSISITAS DETERGEN WINGS TERHADAP LARVA NYAMUK Anopheles Sp.

Kriteria nyamuk sebagai vektor filariasis: (1) dari tubuh nyamuk tersebut dapat diisolasi larva cacing filaria infektif yang dapat menginfeksi manusia, (2) nyamuk

dari hewan yang dapat bergerak seperti cacing Tubifex sp, Artemia sp, Dhapnia sp, Monia sp, dan jentik nyamuk, karena pakan tersebut selain memiliki jumlah protein

Adapun kriteria nyamuk sebagai vektor filariasis menurut Sasa (1 976) adalah (I) dari tubuh nyamuk tersebut dapat diisolasi larva cacing filaria infektif yang dapat

jenis tungau parasit pada Aedes sp. yaitu Arrenurus sp. dan Piona sp. yang mempunyai prevalensi yang tinggi terhadap larva nyamuk.. Aedes sp. di kabupaten Banyumas,

Berdasarkan hasil penelitian mengenai efektivitas ekstrak daun serai dapur sebagai larvasida nyamuk Culex Sp dapat disimpulkan bahwa Kematian larva nyamuk terendah

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN Serangan hama yang menyerang tanaman pakcoy adalah Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada