• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KARAKTERISTIK BENIH BELIMBING (Averrhoa carambola L.) DAN DAYA SIMPANNYA. Oleh Eko Purwanto A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KARAKTERISTIK BENIH BELIMBING (Averrhoa carambola L.) DAN DAYA SIMPANNYA. Oleh Eko Purwanto A"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KARAKTERISTIK BENIH BELIMBING

(Averrhoa carambola L.) DAN DAYA SIMPANNYA

Oleh Eko Purwanto

A34404039

PROGRAM STUDI

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(2)

RINGKASAN

EKO PURWANTO. Studi Karakteristik Benih Belimbing (Averrhoa

carambola L.) dan Daya Simpannya. Dibimbing oleh FAIZA C. SUWARNO.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui media perkecambahan yang tepat, kadar air kritikal dan daya simpan benih belimbing. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, pada bulan Januari sampai September 2008.

Penelitian ini terdiri dari empat percobaan secara bertahap. Percobaan pertama penentuan media tanam. Media yang digunakan adalah media kertas merang dan pasir. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), masing-masing dalam tiga ulangan, pada media kertas merang setiap ulangan terdiri dari 25 benih, sedangkan pada media pasir setiap ulangan terdiri dari 50 benih.

Percobaan kedua adalah kecepatan penurunan kadar air benih. Pada percobaan ini, benih dikeringkan dengan menggunakan dua metode yaitu pengeringan cepat (dengan kipas angin) dan pengeringan lambat (dengan kering angin).

Percobaan ketiga yaitu penentuan kadar air kritikal. Percobaan ini disusun menggunakan Rancangan Tersarang (Nested/Hierrachical design) yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah metode pengeringan yang terdiri dari pengeringan cepat (kipas angin) dan pengeringan lambat (kering angin). Faktor kedua adalah taraf pengeringan benih. Benih dikeringkan dalam delapan taraf

pengeringan yaitu untuk kering angin J1 = 0 jam, J2 = 5 jam, J3 = 8 jam, J4 = 10 jam, J5 = 13 jam, J6 = 18 jam, J7 = 22 jam, J8 = 26 jam, dan pada

pengeringan dengan kipas angin J1 = 0 jam, J2 = 3.5 jam, J3 = 5 jam, J4 = 6.5 jam, J5 = 9 jam, J6 = 16 jam, J7 = 21 jam, J8 = 26 jam.

Percobaan keempat adalah daya simpan benih. Percobaan ini disusun dengan menggunakan Rancangan Tersarang (Nested/Hierrachical design) yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah kondisi ruang simpan yang terdiri dari ruang simpan suhu kamar dan refrigerator. Faktor kedua adalah periode simpan yang terdiri dari enam taraf periode simpan yaitu 0, 4, 8, 12, 16, dan 20 minggu.

(3)

Pada percobaan penentuan media tanam perlakuan lama pengeringan berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur kadar air benih dan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur daya berkecambah benih belimbing, sedangkan perlakuan media tanam tidak berpengaruh nyata. Nilai daya berkecambah rata-rata pada lama pengeringan 0 jam sebesar 86.00 % dengan kadar air rata-rata 40.90 %, sedangkan pada lama pengeringan 24 jam sebesar 71.00 % dengan kadar air rata-rata 10.80 %.

Pada Percobaan kecepatan penurunan kadar air benih, interaksi antara metode pengeringan dengan lama pengeringan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air benih. Penurunan kadar air selama 13 jam menggunakan pengeringan dengan kipas angin (38.28-10.77 %) lebih cepat bila dibandingkan pengeringan dengan kering angin (38.59-12.11 %).

Pada penelitian penentuan kadar air kritikal perlakuan metode pengeringan dan perlakuan lama pengeringan berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur kadar air benih, sedangkan pada tolok ukur potensi tumbuh maksimum dan daya berkecambah tidak berpengaruh nyata. Interaksi antara metode pengeringan dengan lama pengeringan berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur kadar air benih, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum. Kadar air kritikal benih belimbing belum dapat diketahui karena daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum benih tidak menunjukkan penurunan yang nyata pada semua taraf kadar air benih mulai dari 39.36 % hingga 11.07%.

Pada penelitian daya simpan benih, periode simpan benih berpengaruh sangat nyata terhadap potensi tumbuh maksimum, daya berkecambah dan kadar air benih. Kondisi ruang simpan benih berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah benih, tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air dan potensi tumbuh maksimum. Interaksi antara periode simpan dan kondisi ruang simpan benih berpengaruh nyata terhadap tolok ukur kadar air dan daya berkecambah benih, sedangkan pada tolok ukur potensi tumbuh maksimum tidak berpengaruh nyata. Pada kondisi ruang simpan suhu kamar viabilitas benih dapat dipertahankan selama 12 minggu dengan daya berkecambah 48.00 % dan 16 minggu pada kondisi ruang simpan refrigerator dengan daya berkecambah 12.00 %.

(4)

STUDI KARAKTERISTIK BENIH BELIMBING

(Averrhoa carambola L.) DAN DAYA SIMPANNYA

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh Eko Purwanto

A34404039

PROGRAM STUDI

PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(5)

Judul Penelitian : STUDI KARAKTERISTIK BENIH BELIMBING (Averrhoa carambola L .) DAN DAYA SIMPANNYA

Nama : Eko Purwanto

Nrp : A34404039

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Faiza C. Suwarno, MS. NIP. 130 937 898

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus :………

(6)

Penulis dilahirkan di Karanganyar, Kabupaten Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah pada tanggal 15 Desember 1985 putra Bapak Slamet dan Ibu Ngatiyem. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Suruh 01 Karanganyar, kemudian pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 4 Karanganyar. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Karanganyar pada tahun 2004. Penulis diterima sebagai mahasiswa program studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, departemen Agronomi dan Hortikultura, fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mendapatkan beasiswa dari POM pada tahun 2004/2005, Supersemar 2005/2006, LAZ Al Hurriyyah IPB 2005/2006, BBM 2006/2008, dan yayasan YAUHR Jakarta pada tahun 2005/2008. Penulis juga aktif di organisasi Lembaga Dakwah Kampus (LDK) DKM Al Hurriyyah IPB Divisi Pembinaan Umat tahun 2004/2005, Divisi Sosial Kemasyarakatan tahun 2005/2006, Bendahara Umum DKM Al Hurriyyah tahun 2006/2007, Ketua Rumah Tangga DKM Al Hurriyyah 2006/2007, Staf Divisi Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) tahun 2005/2006. Penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Teknik Penyimpanan Benih pada Program Keahlian Teknologi Industri Benih Program Diploma IPB 2007/2008, serta sebagai Marboth Al Hurriyyah IPB tahun 2006 hingga sekarang.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul,”Studi Karakteristik Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.) dan

Daya Simpannya”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada;

1. Dr. Ir. Faiza C Suwarno, MS selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan nasehat selama menjadi mahasiswa.

2. Dr. Ir. Endang Murniati, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan lebih baik.

3. Maryati Sari, SP, MSi , sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan lebih baik.

4. Bapak Slamet dan Ibu Ngatiyem selaku orang tua, serta adiku tercinta Dwi Nur Rahmawati di rumah atas segala doa, dorongan semangat, kasih sayang dan kesabarannya yang tiada batas.

5. Teman-teman putra PMTTB 41, Rofik, Arpan, Ridho, Yono, Isa, Irfan yang telah membantu dalam mengangkut belimbing dari Depok ke Bogor, semoga jasa-jasa kalian dibalas dengan balasan yang lebih baik dari Allah. 6. Teman-temanku putri PMTTB 41 dan teman dari PS lain Rohmah

(THT 41), Ocy (Lanskap 41), Retno (GMSK 41), Nani (AGR 41) atas kesediaannya dalam membantu ekstraksi belimbing semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik.

7. Ustadz Syamsudin sebagai bapak asrama kami di Al Hurriyyah Jazzakallah khoiron katsiron atas segala nasehat dan kesabarannya dalam membimbing para Marboth.

8. Teman-teman dan adik-adikku di marboth Al Hurriyyah yang telah banyak memotivasi dan memberi semangat kepada penulis, semoga kita senantiasa menjadi para pemakmur rumah Allah di tempat yang lain.

(8)

9. Teman-teman sedaerah di IPB, Rohmah jazzakillahkhoir atas segala motivasi dan nasehatnya untuk segera menyelesaikan skripsi serta Siska, Anggi, Dila, Kenia, Aan, dan Andi atas kebersamannya selama kuliah di IPB.

10. Teman-teman di kepengurusan LDK DKM Al Hurriyyah 2004-2007 dan para bendahara Al Hurriyyah atas segala doanya, semoga kita bisa istiqomah di jalan dakwah di mana pun kita berada.

11. Pak Herman selaku petani belimbing atas bantuannya dan Pak Heru selaku ketua koperasi belimbing kota Depok yang telah membantu dalam mendapatkan belimbing sebagai bahan penelitian.

12. Kepada pihak yayasan atau instansi yang telah memberikan beasiswa kepada penulis, semoga Allah memberikan balasan dengan yang lebih baik.

Semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah Swt memberikan balasan dengan balasan yang terbaik. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan pengetahuan tentang belimbing.

Jazzakumullah Khoiron Katsiron

Bogor, Januari 2009 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman PENDAHULUAN. ... 1 Latar Belakang. ... 1 Tujuan Penelitian. ... 2 Hipotesis. ... 2 TINJAUAN PUSTAKA. ... 3 Tanaman Belimbing. ... 3

Penggolongan Benih Berdasarkan Kadar Air. ... 4

Pengaruh Kadar Air Benih Terhadap Daya Simpan. ... 5

BAHAN DAN METODE. ... 8

Tempat dan Waktu Penelitian. ... 8

Bahan dan Alat. ... 8

Metode Penelitian... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN. ... 14

Penentuan Media Tanam ... 14

Kecepatan Penurunan Kadar Air Benih ... 16

Penentuan Kadar Air Kritikal Benih ... 18

Daya Simpan Benih Belimbing ... 21

KESIMPULAN DAN SARAN. ... 24

Kesimpulan. ... 24

Saran. ... 24

DAFTAR PUSTAKA. ... 25

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Pengaruh Interaksi antara Lama Pengeringan (Jam) dan Metode Pengeringan (Kering Angin dan Kipas Angin) terhadap Kadar Air Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.) Percobaan kedua. ... 17 2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Lama Pengeringan (Jam),

Metode Pengeringan (Kering Angin dan Kipas Angin), dan Interaksinya terhadap Beberapa Tolok Ukur yang Diamati pada Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.) ... 18 3. Pengaruh Interaksi antara Lama Pengeringan (Jam) dan Metode

Pengeringan (Kering Angin dan Kipas Angin) terhadap Kadar Air Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.) Percobaan ketiga... 19 4. Data Potensi Tumbuh Maksimum (%) dan Daya Berkecambah (%)

Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.). ... 20 5. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Periode Simpan

(Minggu), Kondisi Ruang Simpan (Suhu Kamar dan Refrigerator), dan Interaksinya terhadap Beberapa Tolok Ukur yang Diamati pada Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.). ... 21 6. Pengaruh Interaksi antara Kondisi Ruang Simpan (Suhu Kamar dan

Refrigerator) dengan Periode Simpan (Minggu) terhadap

Daya Berkecambah dan Kadar Air Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.). ... 22

Lampiran

1. Sidik Ragam Pengaruh Lama Pengeringan (L) dan Media Tanam (N)

terhadap Daya Berkecambah Benih Belimbing (Averrhoa

carambola L) ... 28 2. Sidik Ragam Pengaruh Lama Pengeringan (L) dan Media Tanam (N)

terhadap Kadar Air Benih Belimbing (Averrhoa carambola L) ... 28 3. Sidik Ragam Pengaruh Lama Pengeringan (Jam) dan Metode

Pengeringan (Kering Angin dan Kipas Angin) terhadap Kadar Air Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.). ... 29 4. Sidik Ragam Pengaruh Lama Pengeringan (Jam) dan Metode

Pengeringan (Kering Angin dan Kipas Angin) terhadap Daya Berkecambah Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.). ... 29

(11)

5. Sidik Ragam Pengaruh Lama Pengeringan (Jam) dan Metode Pengeringan terhadap (Kering Angin dan Kipas Angin) Potensi Tumbuh Maksimum Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.). ... 30 6. Sidik Ragam Pengaruh Periode dan Kondisi Ruang Simpan terhadap

Kadar Air Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.). ... 30 7. Sidik Ragam Pengaruh Periode Simpan dan Kondisi Ruang Simpan

terhadap Daya Berkecambah Benih Belimbing (Averrhoa

carambola L.). ... 31 8. Sidik Ragam Pengaruh Periode Simpan dan Kondisi Ruang Simpan

terhadap Potensi Tumbuh Maksimum Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.). ... 31

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Penampilan Buah Belimbing Varietas Dewa ... 8 2. Penampilan Benih Belimbing Setelah Dikeringkan ... 12 3. Penampilan Kecambah Belimbing Pada Kertas Merang Dengan

UKDdp ... 15 4. Penampilan Kecambah Belimbing Pada Media Pasir ... 15

Lampiran

1. Penanaman Benih Belimbing Pada Kertas Merang dengan Metode UKDdp ... 32 2. Kriteria Kecambah Normal Benih Belimbing yang ditanam pada kertas

merang. ... 32 3. Penyimpanan Benih Belimbing Suhu Kamar ... 33

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman belimbing (Averrhoa carambola L.) merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura dari jenis buah-buahan yang cocok dikembangkan di daerah tropis seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Philipina. Tanaman ini tidak terlalu sulit dalam pemeliharaannya, dan tidak terlalu membutuhkan biaya besar serta lahan yang digunakan juga tidak harus luas, bahkan tanaman ini bisa tumbuh dengan baik walau ditanam di dalam pot (Lingga, 1992). Malaysia bahkan sangat serius dalam pengembangan tanaman belimbing ini, walaupun hanya dengan beberapa varietas unggulan.

Sugito (1992) menyatakan Indonesia secara umum mempunyai banyak varietas belimbing unggul seperti Demak Jinggo, Demak Kapur, Demak Kunir, Sembiring, Wulan, Dewi, dan Siwalan.

Jenis belimbing yang sedang dikembangkan secara besar-besaran adalah varietas Dewa, bahkan belimbing varietas ini telah resmi dijadikan sebagai ikon Kota Depok pada bulan Oktober 2007. Dinas Pertanian Kota Depok saat ini sedang gencar untuk menggalakkan penanaman pohon belimbing ini dengan membentuk kelompok tani Belimbing Varietas Dewa di setiap kematan (Dinas Pertanian Kota Depok, 2007). Menurut Asidiq (2008)1 belimbing Dewa Kota Depok mulai diminati pasar ekspor, negara yang berminat tersebut antara lain Arab Saudi, Singapura dan negara-negara Uni Eropa.

Buah belimbing merupakan salah satu buah unggulan nasional yang ada di Indonesia. Buah ini dapat dikonsumsi dalam bentuk segar atau aneka bentuk olahan pangan yang lain seperti juice, selai, keripik, dodol dan sirup. Buah ini juga mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Harga 1 kg buah dengan jumlah buah 4 - 5 buah per kg bervariasi antara Rp. 4.500 hingga Rp. 6.500, bahkan apabila permintaan pasar meningkat sedangkan produksi buah sedikit harga bisa berkisar antara Rp. 7.000 hingga Rp.13.000. (Asidiq, 2008)1. Produksi belimbing Kota Depok saat ini mencapai 3.000 ton per tahun dan akan terus ditingkatkan hingga mencapai 6.000 ton per tahun.

1

(14)

Wali Kota Depok Nurmahmudi Ismail mengungkapkan, dengan jumlah pohon sekitar 30.000 pohon ditargetkan produksi sebesar 6.000 ton per tahun, sehingga target pendapatan daerah sebesar 17 milliar dari budidaya belimbing Dewa ini dapat tercapai (Dinas Pertanian Kota Depok, 2007). Program tersebut dapat terlaksana dengan tersedianya bibit belimbing unggul dalam jumlah banyak. Salah satu upaya untuk memperoleh bibit belimbing unggul dalam jumlah banyak dengan cara vegetatif yaitu melalui okulasi dan grafting.

Untuk mendapatkan tanaman belimbing dengan batang bawah yang kuat adalah menggunakan benih bermutu. Benih belimbing yang bermutu tidak bisa tersedia setiap saat karena musim panen belimbing tidak terjadi setiap bulan. Pada bulan tertentu panen belimbing sangat banyak, tetapi pada bulan lain tidak terjadi panen. Upaya untuk mengatasi ketika terjadi panen raya adalah dengan penanganan benih belimbing secara tepat.

Penanganan benih yang perlu dilakukan adalah menyimpan benih pada kondisi yang optimum, untuk mempertahankan viabilitasnya agar tetap tinggi sampai benih ditanam kembali. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penyimpanan benih adalah karakteristik benih yang akan disimpan.

Hingga saat ini, informasi tentang benih belimbing dan perkecambahannya sangat terbatas, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai karakteristik, media perkecambahan yang tepat dan kemampuan benih belimbing dalam mempertahankan viabilitasnya selama di penyimpanan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui media perkecambahan yang tepat, kadar air kritikal dan daya simpan benih belimbing.

Hipotesis

1. Terdapat media yang tepat untuk perkecambahan benih belimbing. 2. Benih Belimbing tergolong ke dalam jenis benih rekalsitran. 3. Semakin lama periode simpan, maka viabilitas semakin menurun. 4. Kondisi ruang simpan berpengaruh terhadap daya simpan benih.

5. Terdapat interaksi antara periode simpan dan kondisi ruang simpan terhadap viabilitas benih.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Belimbing

Belimbing (Averrhoa carambola L.) merupakan tanaman buah yang berasal dari kawasan Asia Tenggara. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Philipina.

Dalam ilmu botani belimbing diklasifikasikan dalam spesies Averrhoa carambola L., genus Averrhoa, famili Oxalidaceae, kelas Dicotyledon, dengan sub devisio Angiospermae dan devisio Spermatophyta (Coronel dan Verheij, 1992).

Buah belimbing mempunyai bentuk yang cukup khas yaitu seperti bintang, makanya dalam dunia buah-buahan buah ini sering disebut star fruits. Indonesia mempunyai berbagai varietas unggul belimbing diantaranya Demak Kunir, Demak Kapur, Demak Jinggo, Sembiring, Wulan, Wijaya dan Dewi. Berbagai varietas unggul ini telah banyak ditanam oleh petani ditanah air (Sugito, 1992). Tanaman belimbing yang saat ini sedang gencar dikembangkan adalah varietas Dewa. Varietas ini dinilai lebih sempurna baik dari segi fisik dan rasa yang disukai pasar (Dinas Pertanian Kota Depok, 2007).

Buah belimbing mempunyai beberapa manfaat antara lain sebagai obat penurun tekanan darah, obat kulit, penurun demam maupun untuk konsumsi buah segar. Data kuantitatif untuk komposisi belimbing manis per 100 g bagian yang dapat dimakan adalah air 90 g, protein 0,75 g, gula total 3,5 - 11 g, serat 0,7 g. Buah belimbing mengandung 60 - 75 % sari buah, yang rasanya sangat bervariasi dari sangat asam sampai manis, seperti yang dinyatakan dalam kisaran keasamannya (1,9 - 13,1 m. Eq./100 g) dan dalam presentase Brix-nya (5 - 13 %) (Coronel dan Verheij, 1992).

Tanaman belimbing didalam pertumbuhannya memerlukan beberapa syarat agar dapat tumbuh dengan baik antara lain iklim yang cocok. Faktor iklim ini terdiri dari beberapa komponen didalamnya antara lain curah hujan, sinar matahari, kelembaban dan angin. Tanaman belimbing memerlukan curah hujan yang tinggi, curah hujan ini penting untuk memberikan ketersediaan air dalam pertumbuhannya. Tanaman belimbing yang kekurangan air mudah sekali dilihat dari daunnya yang mengering, lalu menguning dan akhirnya rontok. Tanaman

(16)

belimbing ini dapat tumbuh dalam kondisi ternaungi, walau demikian tanaman ini juga memerlukan penyinaran sinar matahari secara langsung, lama penyinaran minimum 7 jam/hari (Anonim, 1998). Sinar matahari digunakan untuk memacu proses asimilasi, pembentukan bunga dan buah. Faktor iklim yang lain yang turut berpengaruh adalah angin. Angin berperan penting dalam membantu proses penyerbukan secara alami, akan tetapi jika angin terlalu kencang akan mengakibatkan kerontokan bunga dan buah.

Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman ini selain dari iklim adalah keadaaan tanah. Tanah dengan kandungan unsur hara yang seimbang sangat cocok untuk pertumbuhannya. Faktor tanah yang sangat menentukan adalah keasaman tanah (pH) (Anonim, 1998). Keasaman tanah yang cukup baik adalah berkisar antara 5,5 – 7,0. Persyaratan yang lain dari kondisi tanah adalah keadaan air tanah. Air tanah yang baik adalah yang mempunyai kedalaman antara 50 - 200 cm. Faktor lainnya yang mendukung tanaman belimbing dapat tumbuh dengan baik adalah ketinggian tempat. Ketinggian tempat mempengaruhi waktu pembungaan dan pembuahan, sebab ketinggian tempat erat kaitannya dengan suhu, kelembaban dan intensitas cahaya matahari di suatu tempat. Secara umum tanaman belimbing ini akan berkembang dengan baik bila ditanam pada ketinggian 0 - 500 m dpl.

Penggolongan Benih Berdasarkan Kadar Air Kritikal

Kadar air kritikal adalah tingkat kadar air pada saat viabilitas benih menurun secara nyata. Secara umum sebagaimana yang telah diketahui penggolongan jenis benih ada 2 macam berdasarkan kadar air kritikal dan suhu saat penyimpanan benih yaitu benih rekalsitran dan benih ortodoks. (Roberts dalam Copeland dan McDonald, 2001)

Karakteristik benih rekalsitran diantaranya benih ini mempunyai kadar air tinggi 50 – 70 %, tidak tahan pada kondisi suhu tinggi, daya simpan benih ini singkat, sangat peka terhadap penurunan kadar air benih (King dan Roberts, 1980). Budiarti (1990) menyatakan bahwa benih rekalsitran tidak memiliki sifat dormansi dan pada umumnya daya simpan benih ini rendah. Contohnya pada benih kakao, kadar air benih 18 - 22 % dengan suhu ruang

(17)

simpan AC (23 - 25 ºC) dan RH 55 – 70 % mampu disimpan selama 40 hari. Hardiyana (2000) menambahkan bahwa benih rekalsitran mempunyai kadar air

yang relatif lebih tinggi daripada benih ortodoks ketika benih ini akan disimpan, jika terjadi penurunan kadar air benih sampai dibawah kadar air kritikalnya benih akan mengalami kematian. Contoh benih rekalsitran yang lain diantaranya adalah jeruk, mangga, nangka, durian.

Karakteristik benih ortodoks antara lain benih ini mempunyai kadar air berkisar antara 30 – 50 % pada saat masak fisiologi (Berjak et. al dalam Copeland dan McDonald, 2001), tahan disimpan dalam waktu yang cukup lama, contoh dari benih ini antara lain tomat, cabe, padi.

Tipe benih lain selain tipe benih ortodoks dan rekalsitran yaitu intermediet Ellis dalam Copeland dan McDonald (2001). Karakteristik benih intermediet merupakan pertengahan dari sifat benih rekalsitran dan ortodok antara lain kadar air benih adalah 12 – 14 %, tidak tahan disimpan pada suhu rendah, benih intermediet tahan terhadap pengeringan sampai kadar air rendah seperti pada benih ortodoks, seperti pada benih kopi. Menurut Sagala dan Rezeki (1990) benih intermediet dapat dikeringkan mendekati kadar air benih ortodoks, namun benih ini akan mudah rusak bila disimpan pada suhu rendah, terutama jika kadar air benih di bawah 10 %.

Pengaruh Kadar Air Benih Terhadap Daya Simpan

Kadar air pada penyimpanan benih merupakan salah satu faktor yang penting untuk diperhatikan. Pada umumnya benih tidak dianjurkan disimpan pada kadar air yang masih tinggi karena benih akan cepat kehilangan viabilitasnya. Kandungan air yang relatif masih tinggi di dalam benih menyebabkan proses respirasi dan metabolisme dalam benih juga meningkat sehingga banyak energi yang digunakan untuk proses tersebut (Sutopo, 2004).

Justice dan Bass (2002) menyatakan kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mempengaruhi masa hidupnya. Kuswanto (2003) menyatakan bahwa benih merupakan suatu benda hidup yang kadar airnya selalu berkeseimbangan dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Proses keseimbangan ini berjalan otomatis, oleh karena itu perlu diperhatikan dalam melakukan proses

(18)

pengeringan benih. Pengeringan benih perlu dilakukan agar benih mencapai kadar air tertentu, sehingga aman untuk disimpan dalam kurun waktu tertentu.

Kadar air benih juga menentukan lamanya benih dapat disimpan dan umur

benih. Harrington dalam Copeland dan McDonald (2001) dengan hukum “ Thumb Rules” menyatakan bahwa setiap penurunan kadar air 1% maka akan

memperpanjang daya simpan benih 2 kali lipat, setiap kenaikan kadar air benih 1 % akan memperpendek daya simpan benih ½ kali lipat. Setiap penurunan suhu udara 5 ºC akan memperpanjang daya simpan 2 kali lipat, peningkatan suhu 5 ºC akan memperpendek daya simpan benih ½ kalinya. Hukum ini berlaku apabila RH ruang penyimpanan berkisar antara 15 % - 70 %, dalam kisaran suhu 0 ºC – 30 ºC dan kadar air benih 4 % - 14 %. Kaidah ini hanya berlaku pada benih ortodoks tetapi tidak berlaku pada benih rekalsitran dan intermediet. Hukum ini memperlihatkan besarnya pengaruh kadar air terhadap daya simpan dan viabilitas benih. Menurut Sadjad, et al. (1999) daya simpan benih adalah kemampuan benih untuk dapat mempertahankan viabilitasnya selama kurun waktu tertentu. Daya simpan benih merupakan parameter mutu lot benih dalam satuan waktu untuk suatu periode simpan. Periode simpan ialah kurun waktu simpan benih, dari benih siap disimpan sampai benih siap ditanam. Penyimpanan benih sangat penting dilakukan agar benih bermutu selalu tersedia ketika sedang dibutuhkan.

Justice dan Bass (2002) menyatakan bahwa tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk menyediakan cadangan benih bermutu dari satu musim ke musim berikutnya. Kuswanto (2003) mengemukakan bahwa penyimpanan benih bertujuan untuk menyediakan benih dengan kualitas yang tetap baik untuk musim tanam yang akan datang, selain itu penyimpanan juga dilakukan apabila jumlah benih yang diproduksi lebih banyak daripada jumlah yang dibutuhkan.

Menurut Sadjad, et al., (1999) daya simpan benih dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor genetik (innate factor), faktor lapang (induced factor) dan kondisi penyimpanan (enforced factor) (Sadjad, et al.,1999). Faktor genetik misalnya struktur, komposisi kimia benih, dan kondisi kulit benih. Pada faktor lapang misalnya cara memproduksi benih di lapang, sedangkan faktor kondisi penyimpanan benih misalnya tempat penyimpanan benih. Selain beberapa faktor tersebut kemampuan benih untuk tetap tumbuh normal juga dipengaruhi oleh

(19)

lamanya periode simpan. Periode simpan untuk jenis benih rekalsitran lebih pendek bila dibandingkan dengan periode simpan benih ortodoks.

Faktor lain yang cukup penting dalam mempertahankan benih agar tetap baik dan terhindar dari serangan serangga dan hama di gudang penyimpanan atau perubahan lingkungan yang terlalu ekstrim adalah bahan kemasan. Menurut Justice dan Bass (2002) bahwa bahan, metode, alat pengemas ditentukan oleh jenis dan jumlah benih yang akan dikemas, tipe kemasan, lama penyimpanan serta kelembaban areal penyimpanan. Bahan kemasan yang dipakai harus disesuaikan dengan jenis benih yang akan disimpan. Bahan kemasan juga harus memenuhi beberapa syarat seperti memiliki kekuatan tekanan dan tidak mudah robek. Menurut Kuswanto (2003) bahan kemasan harus mampu menahan masuknya uap air dan pertukaran gas-gas dari lingkungan luar. Bahan kemasan yang digunakan selama penyimpanan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih. Menurut Kartosapoetra (2003) bahwa pengemasan yang kurang baik dapat mempengaruhi sifat fisik dan aspek fisiologis benih. Misalnya kerusakan pada benih dan menurunya vigor benih dan adanya kebocoran membran benih.

Ching dalam Justice dan Bass (2001) menyatakan benih yang masa simpannya pendek atau disimpan dalam kondisi dingin dan kering, akan mampu mempertahankan viabilitasnya dengan baik pada wadah kertas atau kain porous. Sutopo (2004) menyatakan ketahanan benih untuk disimpan beraneka ragam tergantung dari jenisnya, cara penyimpanan dan tempat penyimpanan. Tempat penyimpanan benih juga bervariasi tergantung dari macam benih serta maksud dan lama penyimpanan. Maka untuk menentukan lamanya suatu benih dapat disimpan harus diketahui terlebih dahulu sifat benih yang akan disimpan dan metode penyimpanan yang digunakan.

(20)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2008 sampai bulan September 2008. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, kampus IPB Darmaga.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih belimbing varietas Dewa (Gambar 1) yang berasal dari Kota Depok sebanyak ± 350 kg, kertas merang, plastik, label, pasir. Adapun alat yang digunakan untuk penelitian kali ini antara lain pisau, timbangan, oven, desikator, kipas angin, box plastik, refrigerator, termometer, higrometer, cawan untuk menentukan kadar air.

Gambar 1. Penampilan Buah Belimbing Varietas Dewa

Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri dari empat percobaan yang dilakukan secara bertahap yaitu penentuan media tanam, kecepatan penurunan kadar air benih, penentuan kadar air kritikal, dan daya simpan benih.

Pada percobaan pertama yaitu penentuan media tanam. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Media yang dipakai adalah

(21)

media pasir dan kertas merang, masing-masing terdiri dari tiga ulangan, dimana untuk media pasir setiap ulangan terdiri dari 50 benih, sedangkan pada media kertas merang sebanyak 25 benih setiap ulangan.

Yabc = µ + Pa + Qb + (PQ)ab + Σabc

Keterangan:

Yabc = Nilai pengamatan lama pengeringan ke-a dan media tanam ke-b.

µ = Nilai rataan umum

Pa = Pengaruh lama pengeringan ke-a (a =0 dan 24 jam)

Qb = Pengaruh media tanam ke-b (b = 1 dan 2)

(PQ)ab = Pengaruh interaksi antara lama pengeringan ke-a dan media tanam ke-b.

Σabc = Galat

Pada percobaan kedua kecepatan penurunan kadar air benih, digunakan dua metode pengeringan yaitu pengeringan lambat (dengan kering angin) dan pengeringan cepat (dengan kipas angin), masing-masing dalam tiga ulangan dengan berat benih sebesar ± 40 gram setiap ulangan.Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Tersarang (Nested/Hierarchical design) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah metode pengeringan dan faktor kedua adalah lama pengeringan. Percobaan ini berlangsung selama 24 jam, dengan mengukur penurunan bobot benih setiap satu jam pengeringan hingga pengeringan selesai. Benih dioven pada suhu 105 ºC selama ± 19 jam, ditimbang dan dihitung kadar airnya (metode langsung).

Percobaan ketiga yaitu penentuan kadar air kritikal benih belimbing dengan dua metode pengeringan yang berbeda. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Tersarang (Nested/Hierarchical design) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah metode pengeringan dan faktor kedua adalah lama pengeringan. Faktor pertama terdiri dari dua taraf yaitu K1 = pengeringan lambat (dengan kering angin), K2 = pengeringan cepat (dengan kipas angin). Faktor kedua terdiri dari delapan taraf yaitu untuk kering angin J1 = 0 jam, J2 = 5 jam, J3 = 8 jam, J4 = 10 jam, J5 = 13 jam, J6 = 18 jam, J7 = 22 jam, J8 = 26 jam, dan pada

(22)

J4 = 6.5 jam, J5 = 9 jam, J6 = 16 jam, J7 = 21 jam, J8 = 26 jam. Perlakuan ini dilakukan untuk menentukan kadar air yang diinginkan yaitu 38 % (J1), 20 % (J2), 16 % (J3), 14 % (J4), 12 % (J5), 10 % (J6), 8 % (J7), dan 6 % (J8). Kombinasi perlakuan yang dihasilkan adalah sebanyak 16 kombinasi, masing-masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak empat kali, sehingga terdapat 64 satuan percobaan. Setiap ulangan terdiri dari 25 benih. Model matematika yang digunakan adalah:

Yabc = µ + Ka + Lb(K)a + Mc +(KM)ac +Σ abc

Keterangan:

Yabc = Nilai pengamatan metode pengeringan ke-a, ulangan ke-b,

dan lama pengeringan ke-c

µ = Nilai rataan umum

Ka = Pengaruh metode pengeringan ke-a, (a =1 dan 2)

Lb(K)a = Ulangan dalam metode pengeringan

Mc = Pengaruh lama pengeringan ke-c (c = 1, 2, 3,..., 8)

(KM)ac = Pengaruh interaksi antara metode pengeringan ke-a dan Lama

pengeringan ke-c Σ abc = Galat gabungan

Percobaan keempat dilakukan dengan menggunakan Rancangan Tersarang (Nested/Hierarchical design) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah kondisi ruang simpan dan faktor kedua adalah periode simpan. Faktor pertama terdiri dari dua taraf yaitu R1 = suhu kamar (29 – 34.5 ºC) dan R2 = refrigerator (5 – 7 ºC).

Faktor kedua adalah periode simpan yang terdiri dari enam taraf yaitu T1= 0 minggu, T2 = 4 minggu, T3= 8 minggu, T4 = 12 minggu, T5 = 16 minggu,

T6 = 20 minggu.

Kombinasi perlakuan yang dihasilkan adalah sebanyak 12 kombinasi, masing-masing kombinasi perlakuan menggunakan tiga ulangan sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Setiap ulangan terdiri dari 25 benih. Model matematika yang digunakan adalah:

(23)

Yabc = µ + Ra + Sb(R)a + Tc+ (RT)ac + Σ abc

Keterangan:

Yabc = Nilai pengamatan pada kondisi ruang simpan ke-a, ulangan ke-b,

dan periode simpan ke-c

µ = Nilai rataan umum

Ra = Pengaruh kondisi ruang simpan ke-a, (a = 1dan 2)

Sb(R)a = Ulangan dalam ruang simpan

Tc = Pengaruh Periode simpan ke-c, (c = 0, 4, 8, 12, 16,20)

(RT)ac = pengaruh interaksi antara kondisi ruang simpan ke-a

dan periode simpan ke-c Σ abc = Galat gabungan

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji ragam. Jika terdapat pengaruh yang nyata, maka pengujian dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT pada taraf 5 %.

Pelaksanaan Kegiatan

A. Penentuan Media Tanam

Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui media yang cocok dalam pengecambahan benih belimbing. Media yang dipakai dalam kegiatan ini adalah media kertas merang dengan UKDdp dan media pasir masing-masing dengan tiga ulangan. Pada media kertas merang setiap ulangan terdiri dari 25 benih, sedangkan pada media pasir setiap ulangan terdiri dari 50 benih. Benih yang digunakan adalah benih tanpa pengeringan (benih segar) dan benih yang dikeringkan selama 24 jam dengan metode kering angin.

B. Kecepatan Penurunan Kadar Air Benih

Kegiatan ini diawali dengan ekstraksi buah belimbing. Benih yang telah dibersihkan dari lendirnya dengan kain, kemudian ditimbang bobot awalnya dan dikeringkan (Gambar 2). Kegiatan pengeringan ini menggunakan dua metode yaitu pengeringan cepat (dengan kipas angin) dan pengeringan lambat (dengan kering angin). Setiap metode pengeringan menggunakan tiga ulangan dan masing-masing ulangan sebanyak ± 40 gram benih. Percobaan ini berlangsung selama

(24)

24 jam, dengan mengukur penurunan bobot benih setiap satu jam pengeringan, kemudian benih diukur kadar airnya dengan metode langsung.

Gambar 2. Penampilan Benih Belimbing Setelah Dikeringkan.

C. Penentuan Kadar Air Kritikal

Berdasarkan hasil percobaan kedua, kadar air awal benih diketahui sebesar 38 %. Pada kegiatan ini, benih diturunkan kadar airnya hingga delapan taraf. Waktu pengeringan ditentukan berdasarkan hasil percobaan kecepatan penurunan kadar air benih. Pada pengeringan dengan kering angin taraf yang digunakan adalah J1 = 0 jam, J2 = 5 jam, J3 = 8 jam, J4 = 9 jam, J5 = 13 jam, J6 = 18 jam, J7 = 22 jam, J8 = 26 jam, sedangkan pengeringan dengan kipas angin taraf yang digunakan adalah J1 = 0 jam, J2 = 3,5 jam, J3 = 5 jam, J4 = 6,5 jam, J5 = 9 jam, J6 = 16 jam, J7 = 21 jam, J8 = 26 jam. Perlakuan pengeringan dilakukan untuk memperoleh taraf kadar air 38 % (J1), 20 % (J2), 16 % (J3), 14 % (J4), 12 % (J5), 10 % (J6), 8 % (J7), dan 6 % (J8). Penanaman benih dilakukan pada media pasir dengan empat ulangan, masing-masing ulangan sebanyak 25 benih.

D. Daya Simpan Benih

Penyimpanan benih dilakukan setelah benih dikeringkan selama 24 jam dengan kadar air masing-masing 9.07% untuk suhu kamar dan 8.56% untuk refrigerator. Benih dikemas dalam plastik dan disimpan dalam dua kondisi ruang simpan yaitu suhu kamar dan refrigerator (Gambar Lampiran 3). Kegiatan ini menggunakan enam taraf periode simpan yaitu 0 minggu, 4 minggu, 8 minggu, 12

(25)

minggu, 16 minggu, dan 20 minggu. Setiap taraf terdiri dari tiga ulangan, masing-masing ulangan sebanyak 25 benih. Benih diuji viabilitasnya dengan metode UKDdp (Gambar Lampiran 1 dan 2 ) pada setiap taraf periode simpan untuk mengetahui daya simpannya.

Pengamatan

Pengamatan viabilitas benih dilakukan setiap minggu pada media pasir halus yang telah disterilisasi. Tolok ukur yang diamati adalah:

1. Daya Berkecambah (DB)

Menurut Sadjad (1993), daya berkecambah merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial. Waktu hitungan pertama dan hitungan kedua untuk belimbing belum ada ketentuan yang baku, akan tetapi dari hasil percobaan pertama diketahui bahwa hitungan pertama pada hari ke-22 dan hitungan kedua pada hari ke-29.

DB (%) = KN pengamatan I + KN pengamatan II x 100%

benih yang ditanam

2. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)

Potensi tumbuh maksimum mengindikasikan viabilitas total benih. PTM diukur dengan melihat benih-benih yang muncul radikulanya.

PTM (%) = benih yang berkecambahx 100%

benih yang ditanam

3. Kadar Air Benih

Kadar air benih sangat penting untuk diketahui, karena hal ini akan mempengaruhi viabilitas suatu benih dalam proses penyimpanan. Kadar air benih dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

Kadar Air (%) = bobot basah - bobot keringx 100% bobot basah

(26)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penentuan Media Tanam.

Hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh perlakuan lama pengeringan benih berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih belimbing dan sangat nyata terhadap kadar air benih. Pengaruh media tanam dan interaksi antara lama pengeringan dengan media tanam tidak berpengaruh nyata, seperti terlihat pada Tabel Lampiran 1 dan 2.

Perlakuan lama pengeringan 0 jam menghasilkan daya berkecambah rata-rata sebesar 86.00 %, sedangkan pada lama pengeringan 24 jam daya berkecambah rata-rata yang dihasilkan sebesar 71.00 %. Perlakuan lama pengeringan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air benih belimbing. Kadar air rata-rata pada lama pengeringan 0 jam sebesar 40.90 % dan 10.80 % pada lama pengeringan 24 jam. Faktor yang mempengaruhi menurunnya daya berkecambah di dalam penelitian ini adalah penyiraman air yang kurang merata pada kedua media (kekeringan) dan kondisi ruang tanam yang relatif panas pada media pasir (32 – 34 ºC). Kamil dalam Rahmawati (1999) menyatakan faktor eksternal yang dibutuhkan untuk mengaktifkan kembali proses pertumbuhan pada poros embrio meliputi tersedianya air yang cukup untuk melembabkan biji, suhu yang cocok, oksigen yang cukup serta adanya kecukupan cahaya.

Penelitian Normal et al. (1997) pada benih manggis menunjukkan bahwa kadar air dan persentase perkecambahan semakin menurun dengan semakin lamanya waktu penurunan kadar air. Penurunan kadar air dilakukan dengan cara meletakkan benih secara merata pada suhu kamar (27 ± 2 ºC) dengan waktu yang berbeda-beda. Persentase daya berkecambah menurun tajam pada penurunan kadar air selama 24 jam yaitu 30 %.

Perlakuan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah benih. Pada media pasir daya berkecambah rata-rata sebesar 75.67 %, sedangkan pada media kertas merang daya berkecambah rata-rata sebesar 81.33 %. Hal ini menunjukkan bahwa media kertas merang dan pasir dapat digunakan sebagai media perkecambahan benih belimbing.

(27)

Dilihat dari kemampuan benih untuk tumbuh secara sempurna dalam hal struktur perkecambahannya, media pasir lebih cocok digunakan sebagai media perkecambahan apabila dibandingkan dengan media kertas merang. Pada media kertas merang benih tidak dapat tumbuh secara maksimal terutama benih yang terletak dibagian tengah atau di bagian paling bawah pada kertas (Gambar 3). Hal ini karena benih terhimpit oleh dua lapisan kertas sehingga akar dan plumula tidak dapat tumbuh secara sempurna, sedangkan pada media pasir benih dapat tumbuh dengan baik dan sempurna (Gambar 4). Pada penelitian selanjutnya media yang digunakan adalah pasir.

Gambar 3. Penampilan Kecambah Belimbing Pada Kertas Merang dengan Metode UKDdp.

(28)

B. Kecepatan Penurunan Kadar Air Benih.

Hasil sidik ragam pengaruh metode pengeringan terhadap penurunan kadar air benih menunjukkan bahwa metode pengeringan dan lama pengeringan berpengaruh nyata terhadap penurunan kadar air benih, sedangkan interaksi antara metode pengeringan dan lama pengeringan berpengaruh sangat nyata.

Pengaruh Interaksi Antara Metode Pengeringan dengan Lama Pengeringan terhadap Kadar Air Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.)

Tabel 1 menunjukkan adanya interaksi yang sangat nyata antara metode pengeringan dan lama pengeringan terhadap kadar air benih. Pada lama pengeringan 0 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam dan mulai 14 jam sampai 24 jam kadar air benih yang dihasilkan dengan metode kering angin tidak berbeda nyata dengan kadar air benih yang diperoleh dengan metode kipas angin. Pada lama pengeringan 1 jam, dan mulai dari 4 jam sampai ke-13 jam kadar air yang dihasilkan dari kedua metode pengeringan berbeda nyata, pengeringan dengan kipas angin menghasilkan nilai kadar air yang nyata lebih rendah bila dibandingkan dengan kering angin. Hal ini menunjukkan bahwa laju penurunan kadar air benih berbeda antara penurunan kadar air benih dengan kering angin dan kipas angin, meskipun hanya terjadi pada kisaran waktu tertentu. Pada kondisi tersebut penggunaan kipas angin membantu mempercepat proses penurunan kadar air benih karena benih mendapatkan aliran udara secara kontinyu dari kipas angin. Hal lain yang mendukung perbedaan laju pengeringan yang berbeda antara metode kering angin dengan metode kipas angin adalah suhu dan RH lingkungan. Pada proses pengeringan jam ke- 4 telah memasuki suhu harian yang meningkat hingga pada jam ke-13, suhu rata-rata 31 - 33 ºC dan RH 65 – 69 %, setelah itu suhu mulai turun kembali karena telah memasuki waktu tengah malam, sehingga menyebabkan kadar air yang dihasilkan dengan metode kering angin dan kipas angin tidak berbeda nyata.

Justice dan Bass (2002) menyatakan bahwa kecepatan uap air yang keluar dari benih tergantung pada berapa banyak perbedaan antara kadar air benih dengan kelembaban di sekelilingnya, juga tergantung pada suhu udara, komposisi, ukuran dan bentuk benihnya.

(29)

Tabel 1. Pengaruh Interaksi antara Lama Pengeringan (Jam) dan Metode Pengeringan (Kering Angin dan Kipas Angin) terhadap Kadar Air Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.) pada Percobaan Kedua. Lama Pengeringan

(Jam)

Metode Pengeringan

Kering Angin Kipas Angin

...Kadar Air (%)………… 0 38.59a 38.28a 1 33.69b 31.11c 2 28.22d 27.19d 3 24.18e 23.00ef 4 22.62f 18.68h 5 20.71g 16.56i 6 18.65h 15.06jk 7 17.34i 13.87l 8 16.18ji 13.08l-n 9 15.11jk 12.41m-p 10 14.05kl 11.72o-r 11 13.24lm 11.37p-s 12 12.66m-o 11.07q-t 13 12.11n-q 10.77r-u 14 11.47p-s 10.54s-v 15 11.16q-t 10.41s-w 16 10.84r-u 10.19t-x 17 10.5s-v 9.95u-x 18 10.13t-x 9.44w-z 19 9.65v-y 8.85y-B 20 9.21x-A 8.35A-D 21 8.63z-C 7.96B-E 22 8.23B-E 7.61D-F 23 7.77C-F 7.09FG 24 7.38E-G 6.76G

(30)

Suhu yang lebih tinggi akan meningkatkan laju pengeringan kadar air benih tetapi menurunkan viabilitas benih.

C. Penentuan Kadar Air Kritikal Benih.

Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh lama pengeringan dan metode pengeringan pada semua tolok ukur yang diamati disajikan pada Tabel 2. Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa perlakuan metode pengeringan (Kering Angin dan Kipas Angin) dan perlakuan lama pengeringan ( J1, J2, J3, J4, J5, J6, J7, dan J8) serta interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur kadar air benih, sedangkan pada tolok ukur potensi tumbuh maksimum dan daya berkecambah tidak berpengaruh nyata.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Lama Pengeringan (Jam), Metode Pengeringan (Kering Angin dan Kipas Angin), dan Interaksinya terhadap Beberapa Tolok Ukur yang Diamati pada Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.). Tolok ukur Perlakuan Lama Pengeringan Metode Pengeringan Lama x Metode Pengeringan

Kadar Air Benih (%) ** ** **

Potensi Tumbuh Maksimum (%)

tn tn tn

Daya Berkecambah (%) tn tn tn

Ket : tn = tidak berpengaruh nyata pada taraf 5 %, ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1 %,

Pengaruh Interaksi Antara Metode Pengeringan dengan Lama Pengeringan terhadap Kadar Air Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.)

Interaksi antara metode pengeringan dengan lama pengeringan hanya berpengaruh nyata terhadap tolok ukur kadar air benih (Tabel 3), sedangkan pada tolok ukur potensi tumbuh maksimum dan daya berkecambah tidak berpengaruh nyata (Tabel 4). Analisis ragam dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3, 4, 5.

Berdasarkan Tabel 3, terdapat interaksi antara metode pengeringan dengan lama pengeringan. Pada taraf jam pertama (J1) perlakuan metode pengeringan tidak berbeda nyata, sedangkan pada taraf J2 hingga J8 nilai kadar air pada

(31)

pengeringan dengan kipas angin lebih rendah bila dibandingkan dengan pengeringan dengan kering angin.

Tabel 3. Pengaruh Interaksi antara Lama Pengeringan (Jam) dan Metode Pengeringan (Kering Angin dan Kipas Angin) terhadap Kadar Air Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.) pada Percobaan Ketiga. Taraf Lama Pengeringan

(Kadar Air yang diinginkan %)

Metode Pengeringan Kering Angin (Kadar Air %) Kipas Angin (Kadar Air %) J1 (38) 39.36a 39.19a J2 (20) 33.03b 29.46c J3 (16) 29.77c 26.42e J4 (14) 28.72d 24.34g J5 (12) 25.27f 21.35h J6 (10) 21.27h 15.67j J7 (8) 17.85i 13.26k J8 (6) 15.05j 11.07l

Ket: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5 %.

Tarat lama pengeringan untuk masing-masing metode pengeringan dapat dilihat pada Bahan dan Metode.

Hal ini menunjukkan bahwa metode pengeringan dengan kipas lebih cepat dalam menurunkan kadar air benih belimbing. Pada pengeringan dengan kipas angin benih mendapatkan aliran udara yang kontinyu bila dibandingkan dengan kering angin. Menurut Justice dan Bass (2002) efisiensi pengeringan secara langsung berhubungan dengan besarnya arus angin yang dikeluarkan kipas angin dalam menguapkan air pada benih. Semakin kencang arus angin yang keluar maka semakin cepat penguapan air pada benih.

Tabel 4, menunjukkan bahwa perlakuan pengeringan dengan kipas angin dan kering angin tidak berbeda nyata terhadap nilai DB dan PTM. Nilai daya berkecambah taraf J2 pada metode kering angin sangat rendah disebabkan benih banyak yang busuk. Nilai koefisien keragaman pada tolok ukur daya berkecambah ini cukup tinggi yaitu 28.08 %, sehingga perlakuan J1 (54 %) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan J2 (27 %). Nilai potensi tumbuh maksimum masih tinggi hingga pada taraf J8 yaitu 76 % pada metode kering angin dan 80 % pada metode pengeringan menggunakan kipas angin. Pada taraf

(32)

J8 kadar air benih pada metode kering angin sebesar 15.05 % dan pada metode kipas angin sebesar 11.07 %, pada kadar air ini ternyata benih masih mampu tumbuh dengan baik

Tabel 4. Data Potensi Tumbuh Maksimum (%) dan Daya Berkecambah (%)

Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.). Taraf Lama

Pengeringan (Kadar Air yang

diharapkan % ) PTM (%) DB (%) Kering Angin Kipas Angin Kering Angin Kipas Angin J1 ( 38 ) 82 84 54 68 J2 ( 20 ) 72 80 27 51 J3 ( 16 ) 73 74 30 46 J4 (14 ) 75 78 43 35 J5 ( 12 ) 84 77 41 36 J6 ( 10 ) 80 72 43 39 J7 ( 8 ) 74 86 31 49 J8 ( 6 ) 76 80 42 47

Penelitian ini diharapkan pada taraf pengeringan J8 kadar air benih mencapai 6 % baik untuk metode kering angin maupun kipas angin sesuai pada kegiatan percobaan kedua. Hal tersebut diperlukan agar dapat diketahui batas kadar air kritikal benih. Pada kenyataanya kadar air yang diperoleh setelah periode pengeringan selesai masih tinggi yaitu 15.05 % pada kering angin dan 11.07 % pada kipas angin. Hal ini diduga karena pada saat pengeringan kondisi cuaca luar yang hujan sehingga terjadi interaksi dengan udara luar lewat ventilasi yang ada diruangan yang mengakibatkan suhu pengeringan dan RH dalam ruangan berubah sehingga proses penurunan kadar air benih berjalan lambat. Hal tersebut berbeda pada saat kegiatan percobaan kedua kondisi cuaca saat itu panas dan cerah sehingga pertukaran udara yang terjadi menyebabkan penguapan yang cepat. Kondisi lingkungan berbeda inilah yang menyebabkan penurunan kadar air yang diharapkan tidak tercapai.

Kuswanto (2003) menyatakan bahwa benih merupakan suatu benda hidup yang kadar airnya selalu berkeseimbangan dengan kondisi lingkungan

(33)

disekitarnya. Proses keseimbangan ini berjalan otomatis, oleh karena itu perlu diperhatikan dalam melakukan proses pengeringan benih.

Penelitian Suwarno (2004) pada benih damar menunjukkan bahwa pengeringan lambat memiliki kadar air kritikal yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan cepat. Pada penelitian ini diharapkan dengan semakin lamanya waktu pengeringan dan kadar air benih yang semakin rendah, nilai daya berkecambah benih semakin menurun. Pada kenyataannya nilai daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum benih tidak menunjukkan penurunan yang nyata, sehingga kadar air kritikal benih belum dapat diketahui.

D. Daya Simpan Benih

Rekapitulasi hasil sidik ragam pada semua tolok ukur yang diamati disajikan pada Tabel 5, sedangkan sidik ragamnya pada Tabel Lampiran 6, 7, dan 8. Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa periode simpan benih berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air benih, daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum. Kondisi ruang simpan benih (suhu kamar dan refrigerator) berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah benih dan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air dan potensi tumbuh maksimum. Interaksi antara periode simpan dan kondisi ruang simpan benih berpengaruh nyata terhadap tolok ukur kadar air dan daya berkecambah benih, sedangkan pada tolok ukur potensi tumbuh maksimum tidak berpengaruh nyata.

Tabel. 5.Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Periode Simpan (Minggu), Kondisi Ruang Simpan (Suhu Kamar dan Refrigerator), dan Interaksinya terhadap Beberapa Tolok Ukur yang Diamati pada Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.).

Tolok Ukur Peubah

Ruang Simpan Periode Simpan Ruang x Periode Simpan

Kadar Air Benih (%) tn ** *

Potensi Tumbuh Maksimum (%) tn ** tn

Daya Berkecambah (%) ** ** *

Ket tn = tidak berpengaruh nyata pada taraf 5 %, ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, * = berpengaruh nyata pada taraf 5 %.

(34)

Pengaruh Interaksi Kondisi Ruang Simpan dengan Periode Simpan terhadap Daya Berkecambah dan Kadar Air Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.)

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara perlakuan kondisi ruang simpan dengan periode simpan terhadap daya berkecambah dan kadar air benih belimbing, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap potensi tumbuh maksimum (Tabel 5). Pengaruh interaksi antara kondisi ruang simpan dengan periode simpan terhadap daya berkecambah dan kadar air benih disajikan pada Tabel 6.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih belimbing masih mampu berkecambah dengan kadar air rendah (6.54 %) setelah disimpan selama 12 minggu dengan daya berkecambah sebesar 48.00 %. Nilai tertinggi daya berkecambah dicapai pada periode 12 minggu baik pada suhu kamar (48.00 %) atau pada refrigerator(26.67 %). Pada periode simpan 0 - 8 minggu secara alamiah benih belimbing masih memiliki kecenderungan untuk menghasilkan daya berkecambah yang masih tinggi, namun karena kondisi perkecambahan yang suboptimum yaitu media yang terlalu lembab dan kurang steril menyebabkan benih banyak yang busuk dan terserang cendawan, sehingga daya berkecambah pada periode tersebut menjadi rendah.

Tabel 6. Pengaruh Interaksi antara Kondisi Ruang Simpan dengan Periode Simpan terhadap Daya Berkecambah dan Kadar Air Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.).

Ruang Simpan

Periode Simpan (Minggu)

0 4 8 12 16 20

...Daya Berkecambah (%)... Suhu

Kamar

38.67ab 34.67bc 32.00bcd 48.00a 9.33fg 8.00g

Refrigerator 21.33def 10.67efg 22.67cde 26.67bcd 12.00efg 8.00g ...Kadar Air Benih (%)...

Suhu Kamar

9.07a 6.89b 6.81b 6.54b 6.53b 6.37b

Refrigerator 8.56a 8.27a 7.33b 7.03b 6.50b 6.40b

Ket: Angka pada masing-masing peubah yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5 %.

(35)

Pada periode simpan 16 dan 20 minggu nilai daya berkecambah pada dua kondisi ruang simpan semakin rendah dan tidak berbeda nyata Hal ini diduga karena kadar air dan suhu yang terlalu rendah menyebabkan viabilitas benih menurun. Daya simpan selama 16 minggu dinilai telah melewati batas waktu penyimpanan benih belimbing.

Penelitian Arianingsih (2004) pada benih jeruk menunjukkan bahwa penurunan daya berkecambah selama penyimpanan berkaitan erat dengan kemunduran benih, karena adanya proses respirasi. Respirasi berkaitan erat dengan perombakan cadangan makanan, semakin lama proses respirasi berlangsung maka semakin banyak cadangan makanan yang digunakan.

Pengaruh interaksi perlakuan kondisi ruang simpan dengan periode simpan secara umum tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap tolok ukur kadar air benih kecuali pada periode simpan empat minggu. Pada periode simpan empat minggu nilai rata-rata kadar air pada kondisi ruang simpan suhu kamar mengalami penurunan cukup besar dari 9.07 % menjadi 6.89 % dibandingkan dengan pada refrigerator (8.56 % menjadi 8.27 %). Hal ini diduga pada ruang simpan suhu kamar perubahan suhu cukup fluktuatif (28 - 33.5 ºC) karena ada ventilasi udara yang memungkinkan terjadi pertukaran udara dengan lingkungan luar dibandingkan dengan kondisi didalam refrigerator yang cenderung konstan (5 - 7 ºC). Agrawal (1980) menyatakan tingginya tingkat kandungan uap air dalam benih secara umum dipengaruhi oleh suhu. Secara umum ruang simpan suhu kamar menghasilkan nilai rata-rata kadar air yang lebih rendah dibandingkan dengan refrigerator walaupun secara statistik tidak berbeda nyata.

(36)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil percobaan pertama menunjukkan bahwa perlakuan lama pengeringan berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur kadar air dan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur daya berkecambah benih belimbing. Lama pengeringan 0 jam menghasilkan nilai daya berkecambah rata-rata 86.00 % dengan kadar air 40.90 %, sedangkan pada lama pengeringan 24 jam menghasilkan nilai daya berkecambah 71.00 % dengan kadar air 10.80 %.

Hasil percobaan kedua menunjukkan bahwa penurunan kadar air selama 13 jam dengan menggunakan metode pengeringan dengan kipas angin (38.28 - 10.77 %) lebih cepat bila dibandingkan dengan metode pengeringan dengan kering angin (38.59 - 12.11 %).

Kadar air kritikal benih belimbing belum dapat diketahui karena daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum benih tidak menunjukkan penurunan yang nyata pada semua taraf kadar air benih mulai dari 39.36 % hingga 11.07 %.

Hasil percobaan daya simpan benih belimbing menunjukkan bahwa benih belimbing masih mampu berkecambah (DB 48.00 %) dengan kadar air yang rendah (6.54 %) setelah disimpan selama 12 minggu. Benih belimbing belum dapat digolongkan ke dalam kelompok benih ortodoks atau intermediet.

Pada kondisi ruang simpan suhu kamar, benih belimbing dapat mempertahankan viabilitasnya selama 12 minggu dengan daya berkecambah 48.00 %. Pada kondisi ruang simpan refrigerator, benih belimbing mampu mempertahankan viabilitasnya selama 16 minggu dengan daya berkecambah 12.00 %.

Saran

Pada penelitian selanjutnya sebaiknya media yang akan digunakan selalu disterilkan sebelum dipakai dan perlu adanya perlakuan benih sebelum disimpan agar benih yang disimpan tidak terserang cendawan. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengetahui nilai kadar air kritikal benih belimbing.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, R.L. 1980. Seed Technology. Oxford IBH Publishing Co.New Delhi.378 p.

Anonim. 1998. Budidaya Tanaman Belimbing. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. 54 hal.

Arianingsih, N.P.I. 2004. Pengaruh Kadar Air Awal Benih dan Periode Simpan terhadap Viabilitas Benih Jeruk Japanese Citroen (Citrus limonia Osbeck.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 43 hal.

Ariyanti, B. 1990. Mencegah Belimbing Rontok. Trubus, No.243. Th.XXI. Jakarta.

Budiarti, T.1990. Konservasi Benih Rekalsitran. Keluarga Benih. I (1):56-66. Copeland, L. O. and M. B. Mc Donald.2001. Principles of Seed Science and

Technology. Burgess Publ.Co. Minneapolis, Minnesota, USA. 400 p. Coronel, R. E. and E. W. M. Verheij. 1992. Edible Fruits and Nuts. Plant

Resources of South East Asia 2. Pudoc Wageningen. 446 p.

Dinas Pertanian Kota Depok. 2007. Belimbing Dewa. Dinas Pertanian Kota Depok. Depok. 40 hal.

Haryani. 1990. Bertanam Belimbing Madu. Trubus, No.253. Th XXI. Jakarta. Hardiyana. 2000. Pengaruh Kadar Awal dan Periode Simpan terhadap Viabilitas

Benih Jeruk Besar (Citrus maxima Merr.) pada Ruang Simpan Kamar dan AC. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 40 hal.

Justice, O. L. dan L. N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih (terjemahan). Cetakan ke-3. PT. Raja Grasindo Persada. Jakarta. 446 hal. Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologi Benih. Cetakan ke-4. Rineka Cipta. Jakarta.

144 hal.

King, M. W and E. H. Roberts. 1980. The Storage of Recalcitrant Seeds. Achievement and Possible Approaches. International Board of Plant Genetic Resources. Rome. 49 p.

Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan. KANISIUS. Yogyakarta.127 hal.

Lingga, P. 1992. Bertanam Belimbing. Edisi ke VII. Penebar Swadaya. Jakarta. 50 hal.

(38)

Normal, N. M, S. P. Ramiya and M. Gintangga.1997. Desiccation Sensitivity of Recalsitrant Seed a Study on Tropical Fruit Spicies. Seed Science. Res:179-183.

Rahmawati, H. 1999. Pengaruh Penurunan Kadar Air terhadap Perubahan Fisiologis dan Biokimiawi Benih Kakao (Theobroma cacao). Tesis. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 84 hal. Sadjad, S., E. Murniati dan S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih.

Grasindo. Jakarta. 182 hal.

Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.134 hal.

Sagala, J. dan E. S. Rezeki. 1990. Pengaruh Kadar Air Awal Benih, Perlakuan Asam Propionat serta Suhu dan Kelembaban Nisbi Udara Ruang Simpan terhadap Vabilitas Benih Damar. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor. Sugito, J. 1992. 13 Jenis Belimbing Manis. Edisi Ke-1. Penebar Swadaya. Jakarta.

127 hal.

Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Edisi Revisi. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta. 227 hal.

Suwarno, K. 2004. Pengaruh Kecepatan dan Lama Pengeringan Terhadap Viabilitas dan Perubahan Anatomi Embrio serta Daya Simpan Benih Damar (Agathis ioranthifolia Salisb.). Tesis. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 84 hal.

Wudianto, R. 2002. Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Edisi ke XVI. Penebar Swadaya. Jakarta. 172 hal.

(39)
(40)

Tabel Lampiran 1. Sidik Ragam Pengaruh Lama Pengeringan (L) dan Media Tanam (N) terhadap Daya Berkecambah Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.) Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung Pr > F L 1 675.0000 675.000 15.46 0.0043* Galat 8 349.3333 43.666667 - - N 1 96.33333 96.33333 2.21 0.1758tn L x N 1 40.3333 40.33333 0.92 0.3643tn Umum 11 1161.000 - - - Ket : KK = 8.42.

* = berpengaruh nyata pada DMRT 5 %.

Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Pengaruh Lama Pengeringan (L) dan Media Tanam (N) terhadap Kadar Air Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.) Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung Pr > F L 1 2719.23413333 2719.23413333 464.78 0.0001** Galat 8 46.80446667 5.85055833 - - N 1 7.0227000 7.0227000 1.20 0.3051tn L x N 1 6.347000 6.437000 1.05 0.3358tn Umum 11 2779.196000 - - - Ket : KK = 9.36.

** = berpengaruh nyata pada DMRT 1 %. tn = tidak berpengaruh nyata pada DMRT 5 %.

(41)

Tabel Lampiran 3. Sidik Ragam Pengaruh Lama Pengeringan (M) dan Metode Pengeringan (K) terhadap Kadar Air Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.) Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung Pr > F K 1 218.37450625 218.37450625 165.32 0.0003** Galat (1) 6 7.92543750 1.32090625 - - M 7 4235.82229375 605.11747054 9434.03 0.0001** K x M 7 35.14774375 5.02110625 78.28 0.0001** Galat Gab. 42 2.69396250 0.06414196 - - Umum 63 4499.96394375 - - - Ket : KK = 1.04.

** = berpengaruh sangat nyata pada DMRT 1 %.

Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Pengaruh Lama Pengeringan (M) dan Metode Pengeringan (K) terhadap Daya Berkecambah Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.)

Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung Pr > F K 1 900.000 900.000 6.82 0.1241tn Galat (1) 6 791.000 131.8333 - - M 7 3323.000 474.71428571 3.31 0.2725tn K x M 7 2064.000 294.85714286 2.06 0.0699tn Galat Gab. 42 6017.000 143.26190476 - - Umum 63 13095.000 - - - Ket: KK = 28.08.

(42)

Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Pengaruh Lama Pengeringan (M) dan Metode Pengeringan (K) terhadap Potensi Tumbuh Maksimum Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.)

Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung Pr > F K 1 4.00000 4.000000 0.06 0.7812tn Galat (1) 6 388.0000 64.6667 - - M 7 444.0000 63.42857143 1.76 0.3612tn K x M 7 336.00 48.000000 1.33 0.2605tn Galat Gab. 42 1516.0000 36.09523810 - - Umum 63 2688.00 - - - Ket: KK = 7.80.

tn = Tidak berpengaruh nyata pada DMRT 5 %.

Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Pengaruh Periode Simpan (T) dan Kondisi Ruang Simpan (R) terhadap Kadar Air Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.) Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung Pr > F R 1 0.94737778 0.94737778 2.11 0.2225tn Galat (1) 4 1.81998889 0.45499722 - - T 5 24.21026667 4.84205333 1.00 0.0001** T x R 5 3.1985222 0.63970444 3.09 0.0318* Galat Gab. 20 4.1469444 0.20734722 - - Umum 35 34.32310 - - - Ket: KK = 6.33.

* = berpengaruh nyata pada DMRT 5 %. tn = Tidak berpengaruh nyata pada DMRT 5 %. ** = berpengaruh sangat nyata pada DMRT 1 %.

(43)

Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam Pengaruh Periode Simpan (T) dan Kondisi Ruang Simpan (R) terhadap Daya Berkecambah Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.) Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung Pr > F R 1 1201.777778 1201.777778 33.80 0.004** UL(Ruang) 4 142.222222 35.5555556 - - T 5 3898.666667 779.733333 15.78 0.0001** T x R 5 936.888889 187.3777778 3.79 0.0141* Galat Gab. 20 988.444444 49.422222 - - Umum 35 7168.000000 - - - Ket: KK = 31.02.

** = berpengaruh sangat nyata pada DMRT 1 %. tn = Tidak berpengaruh nyata pada DMRT 5 %. * = berpengaruh nyata pada DMRT 5 %.

Tabel Lampiran 8. Sidik Ragam Pengaruh Periode Simpan (T) dan Kondisi Ruang Simpan (R) terhadap Potensi Tumbuh Maksimum Benih Belimbing (Averrhoa carambola L.)

Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung Pr > F R 1 747.111111 747.111111 6.11 0.0688tn Galat (1) 4 488.888889 122.222222 - - T 5 5609.33333 1121.866667 6.76 0.0008** T x R 5 919.555556 183.9111111 1.11 0.3872tn Galat Gab. 20 3319.11111 165.9555556 - - Umum 35 11084.000 - - - Ket: KK = 34.82.

** = Berpengaruh sangat nyata pada DMRT 1 %. tn = Tidak berpengaruh nyata pada DMRT 5 %.

Gambar

Gambar 1. Penampilan Buah Belimbing Varietas Dewa
Gambar 2. Penampilan Benih Belimbing Setelah Dikeringkan.
Gambar 3. Penampilan Kecambah Belimbing Pada Kertas Merang dengan  Metode UKDdp.

Referensi

Dokumen terkait