• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pantai Siung dan Gambar 1.2 Gunung Api Purba Nglanggeran Sumber: beritadaerah.co.id dan gunungapipurba.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pantai Siung dan Gambar 1.2 Gunung Api Purba Nglanggeran Sumber: beritadaerah.co.id dan gunungapipurba."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.1.1. Potensi Wisata Alam Gunungkidul

Gunungkidul adalah salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta dan telah menjadi primadona baru wisata alam di DIY. Kabupaten Gunungkidul mempunyai beragam potensi perekonomian mulai dari pertanian, perikanan dan peternakan, hutan, flora dan fauna, industri, tambang serta potensi pariwisata.

Sumber daya alam tambang yang ada di Gunungkidul termasuk golongan C, yaitu berupa: batu kapur, batu apung, kalsit, zeolit, bentonit, tras, kaolin dan pasir kuarsa. Kabupaten Gunungkidul juga mempunyai panjang pantai yang cukup luas di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, membentang sepanjang sekitar 65 Km dari Kecamatan Purwosari

sampai Kecamatan Girisubo.1

Gambar 1.1 Pantai Siung dan Gambar 1.2 Gunung Api Purba Nglanggeran Sumber: beritadaerah.co.id dan gunungapipurba.com

Di Kabupaten Gunungkidul terdapat beberapa pantai yang sangat indah yang didukung dengan pasir putih dan hamparan karangnya. Beberapa pantai yang telah dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi obyek wisata antara lain Pantai Baron, Kukup, Krakal, Sundak, Drini, Siung, Sepanjang, Pok Tunggal, Wediombo, Ngrenehan, dan Ngobaran.

1

(2)

2 Potensi sumber daya alam di Kabupaten Gunungkidul selain pantai, juga memiliki kawasan karst yang unik dan bentangan alamnya sangat indah, baik bentangan alam bawah permukaan maupun bentangan alam yang ada di atas permukaan. Potensi inilah yang dimanfaatkan warga sekitar sebagai wisata minat khusus.

Bentang alam karst bawah permukaan meliputi goa-goa karst dengan sungai bawah permukaan, adapun bentang alam yang ada di atas permukaan meliputi bentukan positif yang berwujud bukit-bukit kapur dan bentukan negatif yang berwujud lembah-lembah karst. Beberapa tempat wisata minat khusus di Kabupaten Gunungkidul yang paling banyak di kunjungi adalah

Cave Tubing Gua Pindul dan Gua Banyumoto di Desa Bangirejo Kecamatan

Karangmojo, tracking di Gunung Api Purba di Desa Nglanggren, Kecamatan Patuk, susur Gua Njamplong di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Gua Cokro dan Gua Gremeng di Desa Umbulrejo, Kecamatan Ponjong, rafting di

Kali Oyo, susur Gua Kali Suci dan Air Terjun Sri Gethuk.2

Potensi wisata yang ada di Gunungkidul didominasi oleh wisata yang terbentuk langsung dari alam, sehingga memiliki keunikan tersendiri. Keunikan ini berupa kekayaan kisah geologi, biologi dan budaya mulai dari awal terbentuknya bentangan karst sampai kekayaan sumber daya alam tambang dan batuan.

1.1.2. Geopark Gunung Sewu sebagai International Geopark

Geopark Gunung Sewu merupakan bentang alam karst tropis atau kawasan dengan karakteristik khusus yang memiliki keragaman geologi, biologi, dan budaya membentang dari wilayah Gunungkidul (Daerah Istimewa Yogyakarta), Wonogiri (Jawa Tengah), hingga Pacitan (Jawa Timur) atau area timur Pantai Parangtritis hingga Teluk Pacitan. Dalam bahasa Jawa gunung berarti bukit, gunung, atau pegunungan, sedangkan kata sewu berarti seribu atau ribuan. Gunung Sewu bisa diartikan banyak bukit atau gunung, ribuan bukit atau gunung, pegunungan seribu.

2

(3)

3

Gambar 1.3 Sebaran Geopark Gunung Sewu Sumber: video Badan Geologi ESDM RI

Menindaklanjuti usulan dari Forum Pawonsari tentang Geopark Gunung Sewu, Komite Nasional Geopark Indonesia yang diwakili oleh Badan Geologi (Kementerian ESDM) dan Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata (Kementerian Parekraf) telah menetapkan Geopark Gunung Sewu sebagai Geopark Nasional.

Gambar 1.4 Sertifikat Geopark Nasional Gunung Sewu Sumber: geoparkgunungsewu.com

Penyerahan sertifikat Geopark Nasional kepada Bupati Pacitan, Bupati Wonogiri dan Bupati Gunungkidul dilakukan pada acara Sosialisasi Geopark

(4)

4 Gunung Sewu di Museum Karst Indonesia (Wonogiri) pada tanggal 13

September 2013.3

Indonesia saat ini memiliki lima kawasan yang telah dinyatakan sebagai geopark nasional oleh Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral dan Kementerian Ekonomi Kreatif. Kelima kawasan tersebut adalah Gunung Sewu (meliputi tiga provinsi, yaitu Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur); Merangin (Jambi); Gunung Rinjani (Nusa Tenggara Barat); Danau Toba (Sumatera Utara); dan Gunung Batur (Bali).

Khusus untuk Gunung Batur telah dinyatakan oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada tahun 2012 sebagai salah satu Geopark Dunia berlevel internasional.4

Setelah diakui sebagai Geopark Nasional, Badan Geologi

Kementerian ESDM melanjutkan proses pengakuan Geopark Gunungsewu menjadi Geopark Dunia dan masuk menjadi anggota Geopark Global

Network. Tim Asesor UNESCO sendiri telah mendatangi kawasan Gunung

Sewu pada bulan Juli 2014 lalu. Khusus untuk wilayah Gunungkidul, tim asesor mendatangi Gua Pindul, Pantai Wediombo, Gunung Api Purba

Nglanggeran, dan Desa Wisata Bobung sebagai geoproduct.5

Menanggapi isu Geopark Gunungsewu yang akan menjadi Geopark berlevel Internasional, kesiapan pemerintah dan masyarakat sendiri harus dipersiapkan. Geopark Gunungsewu sebagai wilayah untuk memuliakan warisan bumi harus memiliki setidaknya suatu fasilitas sebagai pusat aktivitas edukasi Gunungsewu, yang sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai wahana wisata. Museum dianggap sebagai fasilitas yang cocok karena dapat menampung aktivitas wisata edukasi dan konservasi yang bertaraf internasional.

3

Profil Gunungkidul, geoparkgunungsewu.com p.4. 4

WANADRI, Indonesia Geoparks Community, Januari 2014 5

(5)

5 1.1.3. Keberadaan Museum di Yogyakarta

Yogyakarta sebagai salah satu destinasi wisata utama di Indonesia memiliki jumlah museum yang tidak sedikit. Berdasarkan data Badan Pengurus Museum Indonesia (Barasmus), sedikitnya 15 persen dari jumlah seluruh museum di Indonesia ada di Yogyakarta. Dengan jumlah tersebut Yogyakarta merupakan kota dengan jumlah museum terbanyak di Indonesia. Menurut Humas DPD Barasmus DIY, Ki Bambang Widodo, jumlah museum yang ada di DIY sebanyak 30 museum, baik yang dikelola swasta, perorangan, maupun pemerintah. Padahal jumlah museum se-Indonesia

hingga saat ini hanya 225 museum dalam berbagai bentuk.6

Gambar 1.5 Museum Monumen Jogja Kembali dan Gambar 1.6 Museum Sonobudoyo Sumber: callmeyaz.blogspot.com dan sonobudoyo.com

Museum yang sering dikunjungi tersebut antara lain Kraton Yogyakarta, Museum Sonobudoyo, Museum Ullen Sentalu, dan Museum Benteng Vredeburg. Sementara yang jarang dikunjungi antara lain Museum Wanita dan Museum Batik. Museum-museum ini memiliki manajemen yang berbeda-beda, sehingga pengelolaan akan publikasi dan barang pamer juga berbeda-beda. Salah satu museum yang populer dikunjungi di Yogyakarta saat ini adalah Museum Ullen Sentalu. Museum ini merupakan museum seni budaya Jawa yang dikelola oleh swasta. Benda-benda yang dipamerkan di museum ini merupakan benda-benda hibah dari Kasunanan Solo dan Kraton Yogyakarta. Jika dilihat dari benda-benda koleksi yang dimiliki, sebenarnya museum ini tidak jauh berbeda dengan Museum Sonobudoyo. Bahkan bisa dibilang benda koleksi Museum Sonobudoyo jauh lebih lengkap dan

6

(6)

6 bersejarah. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa Museum Ullen Sentalu jauh lebih populer dan menarik dibandingkan Museum Sonobudoyo.

Gambar 1.7 Lobby Belakang Museum Ullen Sentalu Sumber: panduanwisatajogja.com

Inovasi-inovasi dan penyajian pamer yang atraktif membuat museum semakin menarik untuk dikunjungi dan ilmu yang diberikan lebih tersampaikan. Seperti Museum Ullen Sentalu yang secara atraktif menggunakan permainan sirkulasi indoor-outdoor museum untuk menarik wisatawan. Padahal dari segi retribusi, Museum Ullen Sentalu mematok harga yang cukup tinggi karena dikelola oleh swasta. Harga tiket masuk museum ini seharga Rp30.000,-. Harga ini 10 kali lipat dibandingkan museum pemerintah seperti Museum Sonobudoyo yang hanya dipatok harga tiket Rp3.000,-. Namun wisatawan tetap setia membanjiri Museum Ullen Sentalu karena koleksi yang berharga, penyajian yang menarik dan ilmu sejarah yang diceritakan lebih tersampaikan dan dapat diterima masyarakat awam.

Contoh perbandingan di atas merupakan salah satu gambaran keberadaan museum di Yogyakarta saat ini. Setiap museum harus bersaing untuk dapat mewujudkan tujuannya sebagai wahana wisata edukasi dan konservasi yang menarik. Di samping itu, museum juga harus ikut bersaing dengan gempuran urban lifestyle yang sedang marak di Yogyakarta.

(7)

7 Pembangunan besar-besaran pusat hiburan seperti mall dan kafe yang dianggap lebih ‘modern’ dibandingkan museum yang terkesan ‘kuno’, membuat museum di Yogyakarta harus berbenah untuk mendapatkan kejayaannya kembali.

1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Umum

Kebutuhan akan fasilitas museum yang menarik dan interaktif menjadi salah satu isu penting di dunia wisata saat ini. Meski begitu, keberadaan museum tidak hanya berfungsi sebagai tujuan wisata semata, namun juga berfungsi sebagai fasilitas edukasi dan konservasi.

Dari 30 museum yang ada di DIY, tidak seluruhnya laris dikunjungi wisatawan. Hanya 50 persen dari jumlah tersebut yang rutin dan sering dikunjungi wisatawan. Sisanya jarang, bahkan tidak dikenal oleh wisatawan. Hal ini disebabkan karena penyajian pamer dan publikasi museum yang kurang menarik, sehingga tidak banyak wisatawan yang tahu. Namun setelah wisatawan mengetahui keberadaan suatu museum pun, mereka tidak tertarik untuk kembali lagi karena manajemen museum yang kurang baik, sehingga benda-benda koleksi tampak tidak terawat.

Oleh karena itu diperlukan pendekatan baru terhadap museum yang ada di Yogyakarta agar mampu bersaing di kehidupan global saat ini. Museum-museum yang menarik dan interaktif dalam menceritakan benda koleksinya inilah yang diperlukan di Indonesia, khususnya di DIY, untuk meningkatkan jumlah kunjungan ke museum demi mencerdaskan kehidupan bangsa melalui wisata museum yang mengedukasi.

1.2.2. Khusus

Potensi yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul sebagai tujuan wisata alam yang utama di Yogyakarta, serta diajukannya wilayah Geopark Gunung Sewu sebagai geopark internasional membuat wilayah ini memiliki daya tarik yang unik dan berbeda dari wisata alam daerah lain. Namun sayangnya, para

(8)

8 wisatawan dan warga sekitar belum mengetahui keunikan dan kekayaan kisah serta ilmu pengetahuan yang tersimpan di wilayah geopark nasional tersebut.

Oleh karena itu, Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu gerbang utama menuju wilayah Geopark Gunung Sewu memerlukan fasilitas wisata yang mampu mengedukasi dan menyampaikan ilmu pengetahuan yang terkandung di kekayaan alam bumi Gunung Sewu. Dengan tersampaikannya keunikan dan ilmu pengetahuan yang terkandung, akan bertambah pula nilai dari tempat-tempat wisata di wilayah Geopark Gunung Sewu.

Fasilitas wisata ini juga harus mampu bersanding secara harmonis dengan lingkungan alam sekitarnya. Dapat memenuhi kebutuhan ruang berstandar internasional, namun tidak merusak kekayaan alam bumi Gunung Sewu.

1.3. Tujuan dan Sasaran Pembahasan 1.3.1. Tujuan

Merumuskan landasan konseptual perancangan museum alam sebagai pusat wisata edukasi di kawasan Geopark Gunung Sewu, dengan memperhatikan aspek lingkungan, material, struktur dan konstruksi museum alam yang sesuai dengan karakteristik geologi, biologi, dan sosial budaya kawasan geopark.

Mendefinisikan dan mengaplikasikan kebutuhan fungsi dan ruang untuk sebuah museum yang spesifik, serta mengaplikasikan standar-standar ruang yang berlaku di dalam museum alam.

1.3.2. Sasaran

Mendapatkan landasan konseptual dan prinsip perancangan museum alam yang benar dengan standar internasional, serta memahami kriteria-kriteria pemenuhan fungsi dan ruang museum alam dengan pendekatan tektonika arsitektur yang memperhatikan aspek lingkungan, material, struktur dan konstruksi bangunan.

(9)

9 1.4. Lingkup Pembahasan

Pembahasan dibatasi pada permasalahan arsitektural, yaitu mengenai fisik, fungsi, estetika bangunan dan pengalaman ruang museum. Keempat pokok bahasan tersebut menjadi dasar dalam pembahasan perancangan museum alam dengan pendekatan tektonika arsitektur.

1.5. Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang digunakan untuk merumuskan landasan konseptual perancangan museum alam ini antara lain:

1. Metode Data Literatur

Data berupa hasil studi literatur dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, maupun media lain yang terkait dengan pokok bahasan museum, geopark dan pendekatan tektonika arsitektur. Data ini digunakan sebagai panduan untuk mengobservasi data lapangan.

2. Metode Data Lapangan

Data lapangan merupakan data yang diambil dari lokasi terpilih. Berisi data-data faktual kondisi pada tapak beserta potensi dan permasalahannya.

3. Metode Analisis

Metode ini digunakan setelah pengumpulan data literatur dan data lapangan sudah lengkap. Data lapangan dianalisis menggunakan acuan data literatur untuk ditinjau lebih lanjut potensi serta permasalahan, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang digunakan sebagai dasar penyusunan konsep.

4. Metode Sintesis

Menyusun konsep desain untuk menghasilkan dasar perancangan secara garis besar dan sistematis sebagai solusi dari perumusan masalah.

(10)

10 1.6. Sistematika Pembahasan

BAB I Pendahuluan

Berisi pembahasan mengenai latar belakang pemilihan topik pembahasan, rumusan masalah secara umum dan khusus, tujuan dan sasaran pembahasan, lingkup pembahasan, metode pembahasan, kerangka pemikiran dan pembuktian keaslian penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Berisi data-data dari studi literatur yang sesuai dengan topik pembahasan. Tinjauan pustaka yang dilakukan antara lain tinjauan mengenai museum secara umum, tinjauan mengenai wilayah geopark, studi kasus tipologi bangunan yang sesuai, serta tinjauan khusus mengenai tektonika arsitektur.

BAB III Analisis Data dan Pendekatan Konsep

Berisi tinjauan dan analisis wilayah Gunung Sewu dan data-data faktual dari kondisi lapangan beserta potensi dan permasalahan yang ada. Data-data ini kemudian dianalisis sesuai dengan kebutuhan konsep perancangan.

BAB IV Konsep Perancangan

Berisi kesimpulan paparan konsep dan penerapannya pada desain yang akan dikembangkan berdasarkan rumusan masalah, data-data, dan kesimpulan dari analisis-analisis yang telah dilakukan. Konsep perancangan museum akan difokuskan pada pendekatan tektonika arsitektur untuk terwujudnya desain museum alam yang harmonis dengan lingkungannya.

(11)

11 1.7. Kerangka Pemikiran

Diagram 1.1 Kerangka Pemikiran Sumber: Penulis

1.8. Keaslian Penulisan

Sebagai dasar keaslian penulisan, berikut beberapa sumber informasi yang berhasil dihimpun dari Electronic Theses and Dissertations (ETD)

http://beta.lib.ugm.ac.id dan http://digilib.archiplan.ugm.ac.id dengan kata

(12)

12

1. Optimalisasi Potensi Museum Karst Dalam Rangka

Meningkatkan Pengembangan Wisata Pendidikan Di Kawasan Karst Pracimantoro - Elisa Dwi Rohani,SE; Dr. M. Bauquni, MA - S2 Magister Kajian Pariwisata UGM [Yogyakarta]: Universitas Gadjah Mada, 2013

2. Peran Museum Negeri Provinsi Papua Dalam Meningkatkan Wisata Pendidikan Siswa Sma Di Kota Jayapura - DABAMONA, Samsudin Arifin; Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, MA,M.Phil - S2 Magister Kajian Pariwisata UGM [Yogyakarta]: Universitas Gadjah Mada, 2010

3. Museum Biologi Yogyakarta Sebagai Ekspresi Dari

Keanekaragaman Hayati Indonesia – Ardhyasa Fabrian Gusma – S1 Arsitektur UGM [Yogyakarta]: Universitas Gadjah Mada, 2011 4. Museum Peta Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta – Denaldo Armusadi – S1 Arsitektur UGM [Yogyakarta]: Universitas Gadjah Mada, 2011

Gambar

Gambar 1.1 Pantai Siung dan Gambar 1.2 Gunung Api Purba Nglanggeran  Sumber: beritadaerah.co.id dan gunungapipurba.com
Gambar 1.4 Sertifikat Geopark Nasional Gunung Sewu  Sumber: geoparkgunungsewu.com
Gambar 1.5 Museum Monumen Jogja Kembali dan Gambar 1.6 Museum Sonobudoyo  Sumber: callmeyaz.blogspot.com dan sonobudoyo.com
Gambar 1.7 Lobby Belakang Museum Ullen Sentalu  Sumber: panduanwisatajogja.com
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Masita, Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan Saintifik dalam Implementasi Kurikulum 2013 Studi Multi Kasus di SDN Turen 03 Kecamatan Turen dan

Dalam tampilan ini user dapat melihat input field, komentar yang berada dalam episode podcast, dan jika user tersebut merupakan yang sedang login akan muncul icon tempat sampah

Routing default pada Sterling dan Waycross akan digunakan untuk rut eke semua paket yang ditujukan untuk jaringan yang tidak terhubung langsung.. Gambar 6.8 Jaringan yang

Umur berbunga, umur panen polong muda, umur panen polong kering, jumlah tangkai bunga per tanaman, jumlah polong kering per tanaman, rata-rata panjang polong per tanaman,

Dari hasil uji sensoris terhadap atribut warna minyak wijen, secara umum panelis memberikan nilai suka pada se- mua perlakuan dengan rata-rata nilai 3.07-3.37, namun tidak

Dari hasil uji homogenitas uranium di dalam meat bahan bakar dengan muatan uranium 4,80 g/cm3 yang menggunakan undakan balok AIMgSi1 standar (kode X), diperoleh

Larva udang galah GIMacro II memiliki kemampuan untuk dapat bertahan hidup pada lingkungan media payau, namun setiap organisme akuatik memiliki kendala yang sama yaitu upaya

(Bowles, 1991) apabila tanah yang terdapat dilapangan mempunyai sifat- sifat yang tidak diinginkan seperti sangat lunak, compressible, kembang susut yang besar sehingga diatas