• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

Meningkatkan Kemampuan Mengidentifikasi Bangun Datar Simetris Melalui Metode Discovery Learning pada Siswa Kelas IV SDN 14 Paguyaman Kabupaten Boalemo

Oleh : Elys Usman

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Asni Ilham, S.Pd, M.Si Ismail Pioke, S.Pd, M.Pd NIP. 19590407 198703 2 001 NIP. 19571024 198303 1 002

(2)

ABSTRAK

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah “apakah kemampuan mengidentifikasi bangun datar simetris pada siswa kelas IV SDN 14 Paguyaman Kabupaten Boalemo melalui metode discovery learning dapat meningkat? Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi bangun datar simetris melalui metode Discovery Learning di kelas IV SDN 14 Paguyaman Kabupaten Boalemo. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus melalui 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi, dan tahap analisis dan refleksi dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I terdapat 17 siswa atau 70,8% dari 24 siswa yang mampu mengidentifikasi bangun datar simetris atau mendapat nilai 65 ke atas. Karena hasil pada siklus I yang belum mencapai indikator maka dilanjutkan pada siklus berikutnya. Pada siklus II hasil penelitian menunjukkan bahwa 21 siswa atau 87,5 % dari 24 siswa sudah mampu mengidentifikasi bangun datar simetris atau mendapat nilai 65 ke atas.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa melalui metode discovery learning, kemampuan mengidentifikasi bangun datar simetris di kelas IV SDN 14 Paguyaman Kabupaten Boalemo meningkat.

Kata Kunci :Kemampuan, Mengidentifikasi, bangun datar simetris, discovery learning Elys Usman , Asni Ilham dan Ismail Pioke

Meningkatkan kemampuan mengidentifikasi bangun datar simetris melalui metode Discovery Learning di kelas IV SDN 14 Paguyaman Kabupaten Boalemo”. Jurnal Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas NegeriGorontalo. Oleh : Elys Usman ,Asni Ilham dan Ismail Pioke.

(3)

Matematika adalah salah satu mata pelajaran wajib yang dipelajari di Sekolah Dasar dan bahkan sampai ke perguruan tinggi. Jelaslah bahkan matematika tercakup dalam kurikulum pembelajaran di setiap negara.

Seperti yang tertuang dalam kurikulum 2004 (dalam Mulia, 2013) matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima sehingga keterkaitan antara konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan diskrit. Untuk mengusai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini, (Kurikulum 2006 dalam Mulia, 2013)

Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep- konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri, (James dalam Rinoto, 2013:1). Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis. Matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, (Johnson dan Rising dalam Rinoto, 2013:1).

Menurut Suherman (dalam herdian, 2010:1) metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi. Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak harus berperan aktif didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip. Diharapkan melalui metode discovery learning siswa dapat lebih terlibat aktif dalam pembelajaran karena mereka menemukan sendiri suatu konsep tapi tetap berdasarkan bimbingan dari guru atau disebut juga penemuan terbimbing.

Bangun Datar

Menurut Roji (dalam Ian, 2010:1) bangun datar adalah bagia dari bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis lurus atau lengkung. Menurut Rohmad (dalam Ian, 2010:1) bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar, tetapi tidak mempunyai tingg atau tebal.

Bangun datar merupakan sebuah bangun berupa bidang datar yang dibatasi oleh beberapa ruas garis. Jumlah dan model ruas garis yang membatasi bangun tersebut menentukan nama dan bentuk bangun datar tersebut. Misalnya:

1) Bidang yang dibatasi oleh 3 ruas garis, disebut bangun segitiga. 2) Bidang yang dibatasi oleh 4 ruas garis, disebut bangun segiempat.

3) Bidang yang dibatasi oleh 5 ruas garis, disebut bangun segilima dan seterusnya, (syarif, 2012:1).

Menurut Untoro (200?:117), bangun datar adalah suatu bangun geometri yang berbentu datar (rata). Contoh bangun datar, (1) bangun datar bersisi lengkung, misalnya lingkaran, elips, busur, setengah lingkaran; (2) bangun datar bersisi lurus misalnya bujur

(4)

sangkar, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat, trapesium, segitiga dan sebagainya.

Bangun Datar Bersisi Lengkung a) Definisi Lingkaran

Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap suatu titik tertentu. Titik tertentu tersebut dinamakan titik pusat lingkaran, (Suryani, 2007: 102).

b) Unsur-unsur Lingkaran

Gambar 1. Lingkaran

Adapun unsur-unsur lingkaran menurut Suryani, dkk (2007:102) yaitu sebabagai berikut.

1) Jari-jari lingkaran adalah jarak antara titik pusat lingkaran pada keliling lingkaran. Pada gambar 1 ditunjukkan oleh garis OA = OB = OC

2) Diameter adalah tali busur yang melalui pusat lingkaran. Pada gambar 1 ditunjukan oleh garis AB.

3) Tali busur lingkaran adalah garis lurus yang menghubungkan dua titik pada keliling lingkaran. Pada gambar 1 ditunjukkan oleh garis AC.

4) Busur lingkaran adalah garis lengkung yang menghubungkan dua titik pada keliling lingkaran. Pada gambar 1 ditunjukkan oleh garis lengkung AC atau biasa ditulis dengan notasi ͡AB

5) Tembereng adalah daerah yang dibatasi oleh tali busur dan busur lingkaran. Pada gambar 1 ditunjukkan oleh arsiran I.

6) Apotema adalah jarak antara tali busur dengan pusat lingkaran. Pada gambar 1 ditunjukkan oleh garis OE

7) Anak panah adalah perpanjangan apotema sampai pada keliling lingkaran. Pada gambar 1 ditunjukkan oleh garis DE.

8) Juring adalah daerah yang dibatasi oleh jari-jari dan busur lingkaran. Pada gambar 1 ditunjukkan oleh arsiran II.

c) Sifat-sifat Lingkaran 1. Mempunyai satu sisi

(5)

Bangun Datar Bersisi Lurus Persegi (Bujur Sangkar) Definisi Persegi

Unsur-unsur Persegi

Gambar 3. Persegi Persegi ABCD memiliki unsur yang terdiri atas:

(1) Sisi-sisi persegi ABCD yaitu sisi AB, BC, CD, dan AD. Jadi banyaknya sisi persegi ada empat buah yang sama panjang

(2) Sudut-sudut persegi ABCD adalah A, B, C, dan D yang masing-masing besarnya 900. Jadi banyaknya sudut siku-siku pada persegi ada empat buah.

(3) Diagonal-diagonal persegi ABCD adalah diagonal AC dan BD. Jadi banyaknya diagonal pada persegi ada dua buah, (Tampomas, 2006:114 )

Sifat-sifat Persegi

Marsigit dan Nugroho (2006: 203), menyebutkan sifat-sifat persegi adalah sebagai berikut:

(1) Semua sisi persegi sama panjang

(2) Diagonal-diagonal persegi membagi sudut-sudut persegi menjadi dua sama besar (3) Diagonal-diagonal persegi saling berpotongan tegak lurus untuk membentuk sudut siku-siku

Wintarti dkk, (2008: 261) juga menyebutkan sifat-sifat persegi panjang sebagai berikut: (1) Sisi yang berhadapan sejajar

(2) Keempat sudutnya siku-siku

(3) Panjang diagonal-diagonalnya sama dan saling membagi dua sama panjang (4) Setiap sudutnya dibagi dua sama ukuran oleh diagonal-diagonalnya

(5) Diagonal-diagonalnya berpotongan saling tegal lurus Persegi Panjang

(6)

Persegi panjang adalah suatu segiempat yang keempat sudutnya siku-siku dan panjang sisi-sisi yang berhadapan sama, (Wintarti, dkk, 2008: 253).

b) Unsur-unsur Persegi Panjang

Gambar 4. Persegi Panjang

Wintarti, dkk (2008: 253), menjelaskan unsur-unsur persegi panjang yaitu: 1) Sisi yaitu garis AB, BC, CD dan AD

2) Diagonal yaitu garis AC dan BD

3) Sudut yaitu A, B, C dan D, dengan besar sudut 900 c) Sifat-sifat Persegi Panjang

1) Panjang sisi-sisi yang berhadapan sama dan sejajar. 2) Keempat sudutnya siku-siku.

3) Panjang diagonal-diagonalnya sama dan saling membagi dua sama panjang, (Wintarti, dkk, 2008: 253).

Jajar Genjang

a) Definisi Jajar genjang

Jajar genjang (parallelogram) adalah segiempat yang sisi-sisinya yang berhadapan sejajar, (Rich, 2995:44).

Menurut Wintarti, dkk (2008:268) jajar-genjang adalah segiempat yang setiap pasang sisinya yang berhadapan sejajar.

b) Unsur-unsur jajar genjang

(a) (b)

(7)

Marsigit dan Nugroho (2006: 204), menjelaskan unsur-unsur jajar genjang adalah sebagai berikut:

(1) AB, BC, CD, dan AD dinamakan sisi jajar genjang (2) AC dan BD dinamakan diagonal jajar genjang

(3) a pada gambar 5 (b) dikenal juga dengan nama alas jajar genjang (4) t pada gambar 5 (b) dinamakan tinggi jajar genjang

c) Sifat-sifat jajar genjang

Marsigit dan Nugroho (2006: 204), menyebutkan sifat-sifat jajar genjang adalah sebagai berikut:

(1) Sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang (2) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar

(3) Jumlah dua sudut yang berdekatan 1800

(4) Diagonal-diagonalnya saling membagi dua jajar genjang tersebut sama panjang. Belah Ketupat

a) Definisi Belah Ketupat

Belah ketupat segiempat yang dibentuk oleh gabungan dua segitiga sama kaki yang diimpit pada alasnya, (Marsigit dan Nugroho2006:214)

b) Unsur-unsur belah ketupat

Gambar 6. Belah ketupat

Marsigit dan Nugroho (2006: 214), menyebutkan unsur-unsur belah ketupat sebagai berikut:

(5) AB, BC, CD dan AD dinamakan sisi belah ketupat ABCD (6) AC dan BD dinamakan diagonal belah ketupat

c) Sifat-sifat belah ketupat

Bangun belah ketupat memiliki sifat-sifat sebagai berikut, (Syarif, 2012:1). (1) Memiliki 4 ruas garis AB, BC, CD dan AD

(8)

(3) Memiliki dua macam ukuran diagonal (4) Memiliki dua buah sudut lancip. (5) Memiliki dua buah sudut tumpul Layang-layang

a) Definisi Layang-layang

Layang-layang adalah segiempat yang diagonal- diagonalnya saling tegaklurus dan salah satu diagonalnya membagi diagonal lainnya menjadi dua sama panjang, (Wintarti, dkk, 2008: 277).

b) Unsur-unsur Layang-layang

Gambar 7. Layang-layang Unsur-unsur layang-layang ABCD yaitu:

a. Empat buah sisi, sisi AB, sisi BC, sisi CD, dan sisi AD

b. Empat sudut, dengan dua sudut sama besar yaitu A dan C, sudut B sama besar dengan D

c. Dua buah diagonal, diagonal AC tegak lurus BD, dan diagonal BD.

d. Sumbu simetri layang-layang yaitu garis BD yang juga merupakan salah satu diagonal (Wintarti, dkk, 2008: 277).

c) Sifat-sifat Layang-layang

Marsigit dan Nugroho (2006: 212), menyebutkan sifat-sifat layng-layang adalah sebagai berikut:

(1) Sepasang sisi yang berdekatan sama panjang

(2) Salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri dan tegak lurus diagonal yang lain.

(9)

Trapesium

a) Definisi Trapesium

Trapesium adalah segiempat yang memiliki tepat sepasang sisi yang berhadapan yang sejajar, (Damari, 2006:232).

b) Unsur-unsur Trapesium

Gambar 8. Trapesium - AB, BC, CD dan AD disebut sisi trapesium ABCD - AC dan BD disebut diagonal trapesium ABCD - t adalah tinggi trapesium

c) Sifat-sifat Trapesium Sifat-sifat trapesium Trapesium siku-siku

(1) Memiliki tepat dua sudut siku-siku yaitu sudut BAD dan ADC

(2) BAD + ADC = 1800 (3) ABC + BCD = 1800

Gambar 9. Trapesium siku-siku Trapesium samakaki

(7) BAD = ABC (8) ADC = BCD (9) BAD + ADC = 1800 (10) ABC + BCD = 1800

(11) Kedua diagonalnya sama panjang (AC = BD)

Gambar 10. Trapesium sama kaki

(10)

Trapesium sembarang

(1) BAD + ADC = 1800 (2) ABC + BCD = 1800

(3) Keempat sisinya tidak sama panjang (4) Kedua diagonal tidak sama panjang

Gambar 11. Trapesium sembarang

Segitiga

a) Definisi Segitiga

Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi oleh tiga buah sisi dan mempunyai tiga buah titik sudut., (Nuharini dan Wahyuni, 2008: 234).

b) Unsur-unsur Segitiga

Gambar 12. Segitiga (12) AB, BC dan AC disebut sisi segitga ABC (13) t adalah tinggi segitiga ABC

c) Jenis Segitiga dan Sifat-sifat Segitiga

Menurut Wagiyo A, dkk (2008: 188) jenis-jenis suatu segitiga dapat ditinjau berdasarkan, panjang sisi-sisinya, besar sudut-sudutnya, dan panjang sisi dan besar sudutnya.

(11)

1) Jenis segitiga ditinjau dari panjang sisi-sisinya, (b) Segitiga samasisi

Segitiga samasisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang.

(c) Segitiga simakaki

Segitiga sama kaki adalah segitiga yang mempunyai dua sisi sama panjang

(d) Segitiga sembarang

Segitiga sembarang adalah segitiga yang ketiga sisinya

tidak sama panjang satu sama lain. Gambar 12 .

Segitiga ditinjau dari

panjang sisinya

2) Jenis segitiga ditinjau dari besar sudut-sudutnya 2. Segitiga lancip

Segitiga lancip adalah segitiga yang besar tiap sudutnya kurang dari 900.

3. Segitiga tumpul

Segitiga tumpul adalah segitiga yang besar salah satu sudutnya lebih dari 900.

4. Segitiga siku-siku

Segitiga siku-siku adalah segitiga yang besar salah satu sudutnya 900.

Gambar 13 .

segitiga ditinjau dari besar sudutnya

(12)

Simetri Lipat

a) Definisi Simetri Lipat

b) Sumbu Simetri Bangun Datar

Untuk mengerti dengan arti dari sumbu simetri, mari kita lihat gambar belah ketupat diatas. Belah ketupat memiliki diagonal AC dan BD.

Gambar 14. Simtetri lipat belah ketupat

Coba kita lihat diagonal AC. Sekarang cobalah lipat belah ketupat diatas dengan AC sebagai sumbunya. Apakah belah ketupat terlipat dengan baik? Maksudnya kedua sisi saling menutupi. Ternyata kedua sisi belah ketupat saling menutupi dengan sempurna. Sekarang kita lihat diagonal BD. Lipat lagi belah ketupatnya dengan BD sebagai sumbunya. Hasilnya sama, kedua sisi saling menutupi dengan sempurna.

Gambar 15. Simetri lipat layang-layang

Nah, sekarang mari kita perhatikan gambar layang-layang diatas. Layang-layang tersebut memiliki diagonal AC dan BD. Sekarang kita lihat dulu diagonal BD. Lipatlah layang-layang dengan BD sebagai sumbu simetrinya. Hasilnya kedua sisi saling tertutupi dengan sempurna. Sekarang kita lihat diagonal AC. Lipatlah layang-layang dengan menggunakan diagonal AC. Bagaimana hasilnya? Ternyata kedua sisi tidak saling menutupi dengan sempurna. Ini karena bagian bawah lebih panjang daripada bagian atas.

(13)

Penelitian oleh Edi Roniady pada tahun 2012 dengan judul ” Upaya meningkatkan hasil belajar mengidentifikasi belajar simetri lipat bangun datar mata pelajaran matematika melalui model inkuiri pada siswa kelas IV SD Negeri Simpang” Adapun hasil penelitian tersebut yaitu, pada observasi awal hanya terdapat 47% atau 7 dari 15 siswa di kelas yang memiliki kemampuan mengidentifikasi bangun datar simetris dengan baik. Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 73% atau 11 dari 15 siswa . Pada siklus II juga terjadi peningkatan yaitu 86%. Atau 13 dari 15 siswa (Roniyadi, 2012:1). Hipotesis Tindakan

Dari kerangka berfikir di atas, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: “jika melalui metode discovery learning, maka kemampuan mengidentifikasi bangun datar simetris pada siswa kelas IV SDN 14 Paguyaman Kabupaten Boalemo akan meningkat.”

Indikator Kinerja

Indikator kinerja keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah jika jumlahh siswa kelas IV SDN 14 Paguyaman Kabupaten Boalemo mengalami peningkatan kemampuan mengidentifikasi bangun datar simetris mencapai 75% dari jumlah siswa sebanyak 24 siswa memperoleh nilah 65 ke atas.

METODE PENELITIAN

Latar dan Karakteristik Penelitian Latar Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 14 Paguyaman. Sekolah ini dipilih karena peneliti adalah salah satu tenanga pengajar di sekolah ini. 14 Paguyaman terletak di wilayah Kecamatan Paguyaman yang merupakan salah satu sekolah yang ada di wilayah Kabupaten Boalemo yang dipimpin oleh bapak Fahmid Mohamad, S.Pd, MM. Sekolah didirikan pada tahun 1980. Status sekolah SD Inpres II Wongahu. Tahun 1990 beralih status menjadi SD Inpres 02 Saripi. Tahun 2005 berubah nama menjadi SDN 14 Paguyaman sampai dengan sekarang. Jumlah seluruh siswa 241 siswa dengan rincian 131 siswa laki-laki dan 110 siswa perempuan. Jumlah guru 12 orang, 8 orang guru PNS dan 4 orang guru non PNS.

SDN 14 Paguyaman Kabupaten Boalemo yang berlokasi di desa Saripi Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo. Sebelah utara berbatasa dengan jalan,

(14)

sebelah timur berbatasan dengan lapangan sepak bola, sebelah selatan berbatasan dengan lahan perkebunan, dan sebelah barat berbatasan dengan jalan raya.

Karakteristik Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian pada penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SDN 14 Paguyaman Kabupaten Boalemo dengan jumlah keseluruhan siswa 24 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

Variabel Penelitian Variabel Input

Variabel input dalam penelitian ini yaitu, kesiapan siswa dalam menerima pelajaran, kemampuan guru dalam memilih metode pembelajaran, bahan ajar, sumber belajar, media pembelajaran, prosedur evaluasi, dan lingkungan belajar.

Variabel Proses

Variabel proses menyangkut pelaksanaan tindakan kelas yang telah direncakan dalam hal ini metode discovery learning dapat meningkatkan kemampuan siswa mengidentifikasi bangun datar simetris.

Variabel Output

Variabel output dalam penelitian ini yaitu peningakatan kemampuan mengidentifikasi banguan datar simetri melalui model dicovery learning yang dapat diukur dengan indikator sebagai berikut:

1. Kemampuan melipat bangun datar

2. Kemampuan mengelompokkan bangun datar simetris dan tidak simetris Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian tindakan kelas dan disesuaikan dengan langkah-langkah metode discovery learning. Untuk maksud tersebut digunakan tahap-tahap berikut:

Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan adalah:

a) Memilih metode pembelajaran yang sesuai pemecahan masalah penelitian tidankan kelas yang dilakukan

b) Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat tercapai melalui model discovery learning

c) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah metode discovery learning yang akan dilaksanakan

d) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan

e) Menyusun Rencana Pelaknsaan Pembelajaran (RPP)

f) Membuat media pembelajaran berupa gambar-gambar bangun datar g) Menyusun lembar penilaian terhadap peningkatan kemampuan siswa h) Menyusun lembar observasi kegiatan pembelajaran di kelas

(15)

Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan secara kooperatif dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan, dengan tahapan sebagai berikut:

(a) Menyiapkan siswa untuk menerima pelajaran

(b) Melaksanakan kegiatan belajar-mengajar berdasarkan skenario pembelajaran (c) Memantau pelaksanaan tindakan

(d) Mengevaluasi pelaksaan tindakan (e) Mengadakan refleksi

Tahap Pemantauan dan Evaluasi

a) Melaksanaan pemantauan terhadap kemampuan siswa mengidentifikasi bangun datar simetris

b) Menetapkan kriteria keberhasilan siswa c) Melakukan tindakan pada tahap berikutnya.

Tahap Analisis dan Refleksi

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis hasil yang diperoleh pada tahap observasi serta tes analisa dan didiskusika bersama guru mata pelajaran, hasil analisa ini akan dijadikan acuan untuk merencanakan kembali pelajaran pada sikulus selanjutnya.

Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Pada penelitian ini kegiatan observasi dilaksanakan sebagai langkah digunakan untuk mengumpulkan data objek, peneliti mengamatii secara langsung situasi dan kondisi di lapangan dengan berfokus pada objek yang dikaji.

2. Tes

Pada penelitian ini bentuk penilaian tes dilakukan dengan tes tertulis berupa evaluasi akhir yang diberikan guru dengan penilaian tertulis pada akhir pelajaran, juga penilaian proses selama pembelajaran berlangsung.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan bukti bahwa benar-benar telah diadakan penelitian tindakan kelas di sekolah tempat penelitian.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis kemampuan siswa mengidentifikasi bangun datar simetris berdasarkan pada dua aspek yang telah ditentukan yaitu, cara siswa melipat bangun datar dan mengelompokkan bangun datar simetris dan tidak simetris. Kriteria penilaian ditetapkan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75% dari jumlah siswa mendapat nilai 65 ke atas dinyatakan telah tuntas.

Adapun hasil persentase kemampuan mengalikan pecahan biasa pada siswa adalah jumlah siswa yang sangat mampu/mampu/kurang mampun dibagi jumlah seluruh siswa dikalikan 100%.

(16)

a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi pada pembelajaran siklus I ditemukan hasil penelitian belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 75%, oleh karena peneliti melanjutkan pada siklus berikut dengan tahapan perencaan yakni menetapkan kelemahan-kelemahan pada pelaksanaan siklus I, dan menentukan cara mengatasi kelemahan tersebut, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II, menyusun lembar pengamatan pembelajaran dan lembar pengamatan kemampuan siswa, menyiapkan media pembelajaran dan menetapkan waktu pelaksanaan tindakan siklus II.

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan kelas siklus II dilakukan pada hari jumat tanggal 9 mei 2014 Pelaksanaan pembelajaran siklus II masih dengan materi yang sama namun contoh soal yang berbeda dan tingkat kesulitan lebih tinggi pada evaluasi.

Sama hal dengan pada pembelajaran siklus I juga diadakan pengamatan pada kegiatan pembelajaran terdapat 6 aspek yang diamati dengan kriteria penilaian Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), Kurang (K), dan Sangat Kurang (SK).

Hasil persentase untuk masing-masing kriteria penilaian adalah jumlah aspek pada kriteria yang ditentukan dibagi jumlah seluruh aspek (6) dikalikan 100%, dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

P = Jumlah pada tiap kriteria (SB/B/C/K/SK)

6 x 100%

Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran dijabarkan pada tabel 3. Tabel 5. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Aspek Yang diamati Pada Kegiatan Guru

Persentase Kriteria Jumlah SB 2 33,3 % B 4 66,7 % C - K - - SK - - Jumlah 6 100 %

(17)

Pada kegiatan pembelajaran mengidentifikasi simetri lipat bangun datar di kelas IV SDN 14 Paguyaman, peneliti menentukan dua aspek yang dinilai sebagai indikator untuk mengukur kemampuan siswa mengidentifikasi bangun datar simetris yaitu, siswa mampu menyebutkan ciri-ciri bangun datar simetris dan siswa mampu mengelompokkan bangun datar simetris dan tidak simetris.

Kriteria penilaian yakni ditetapkan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada materi perkalian pecahan biasa yaitu siswa yang mendapat nilai 65 ke atas dinyatakan telah tuntas.

Hasil persentase kemampuan mengidentifikasi bangun datar simetris pada siswa adalah jumlah siswa yang sangat mampu/mampu/kurang mampu dibagi jumlah seluruh siswa dikalikan 100%.

Dapat dituliskan dalam rumus berikut:

P = Jumlah siswa yang SM/M/KM

23 x 100%

Setelah diadakan pembelajaran siklus II melalui metode discovery learning pada mengidentifikasi simetri lipat bangun datar dan diadakan penilaian tertulis pada masing-masing hasil evaluasi siswa, peneliti dapat menggambarkan kemampuan mengindetifikasi bangun datar simetris pada siswa kelas IV SDN 14 Paguyaman Kabupaten Boalemo dapat digambarkan pada tabel berikut.

Tabel 6. Kemampuan Mengidentifikasi Simetri Lipat Bangun Datar Siklus II

No. Aspek yang dinilai Kriteria Jumlah

Siswa Persentase

1 Kemampuan menyebutkan ciri-ciri bangun datar simetris

SM 9 37,5 %

M 12 50 %

KM 3 12,5 %

2

Kemampuan mengelompokkan bangun datar simetris dan tidak

simetris

SM 9 37,5 %

M 12 50 %

KM 3 12,5 %

Berdasarkan gambaran pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa:

a) Pada kedua aspek yang dinilai terdapat 9 siswa atau 37,5 % yang sangat mampu mengidentifikasi bangun datar simetris.

b) Terdapat 12 siswa atau 50 % yang mampu mengidentifikasi bangun datar simetris. c) Terdapat 3 siswa atau 12,5 % yang kurang mampu mengidentifikasi bangun datar

simetris

(18)

Berdasarkan data yang dijelaskan pada tahap pemantauan dan evaluasi diperoleh bahwa pada pembelajarn siklus II kemampuan mengidentifikasi simetri lipat bangun datar pada siswa kelas IV SDN 14 Paguyaman indikator kinerja 75 % yaitu pada hasil penelitian diperoleh 87,5 % atau 21 dari 24 siswa yang mampu mengidentifikasi simetri lipat bangun datar atau telah mendapat nilai 65 ke atas pada saat diberikan evaluasi setelah dilakukan pembelajaran melalui metode discovery learning.

Pembahasan

Jumlah siswa yang belum mampu berdasarkan pada gambar grafik di atas digambarkan dengan grafik batang berwarna merah, untuk siswa yang mampu mengidentifikasi bangun datar simetris digambarkan dengan grafik batang berwarna biru.

Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah siswa yang mampu mengidentifikasi simetri lipat bangun datar pada observasi awal, berjumlah 10 siswa atau 41,7 %, meningkat menjadi 17 orang pada siklus I atau 70,8 %, dan terjadi peningkatan kembali pada siklus II menjadi 21 siswa atau 87,5% yang mampu mengidentifikasi bangun datar simetris.

Setelah diadakan analisis data hasil obervasi dan pelaksanaan pembelajaran siklus I, ternyata terjadi peningkatan kemampuan mengidentifikasi simteri lipat bangun datar meskipun belum mencapai indikator kinerja. Dari 14 siswa atau rata-rata 41,7 % pada observasi awal, meningkat menjadi 17 orang atau 70,8 %, pada pembelajaran siklus I. Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi simteri lipat bangun datar mengalami peningkatan sebesar 29,1 % atau bertambah 7 siswa yang mampu mengidentifikasi simetri lipat bangun datar pada siklus I setelah diadakan proses pembelajaran mengidentifikasi bangun datar simetris melalui metode discovery learning.

Pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 16,7% atau bertambah 4 siswa yang mampu mengidentifikasi simetri lipat bangun datar setelah diadakan pembelajaran siklus II.

Observasi Awal Siklus I Siklus II

10 17 21 14 7 3

Grafik 1. Kemampuan Mengidentifikasi

Bangun Datar Simetris

(19)

Jadi total peningkatan jumlah siswa dari observasi awal sampai pembelajaran siklus II yaitu 45,8 % atau bertambah 11 siswa yang mampu mengidentifikasi simetri lipat bangun datar melalui metode discovery learning.

(20)

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa melalui model pembelajaran discovery learning kemampuan mengidentifikasi bangun datar simetris pada siswa kelas IV SDN 14 Paguyaman Boalemo meningkat.

Saran

1. Bagi Siswa

Siswa sebaiknya melatih diri mengidentifikasi bangun datar melalui metode pembelajaran discovery learning dengan bantuan guru ataupun orang tua.

2. Bagi Guru

Dalam meningkatkan kemampuan siswa mempelajari beberapa materi pembelajaran matematika sebaiknya dilakukan pembelajaran melalui metode discovery learning agar siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya dan tentu saja dengan bimbingan guru di kelas.

3. Bagi Sekolah

Bagi pihak sekolah dan dinas pendidikan mengadakan sosialisasi pembelajaran menggunakan pembelajaran kooperatif khususnya metode discovery learning bagi guru untuk bekal dalam melaksanakan KTSP baik dilaksanakan dengan seminar, workshop atau melalui berbagai media.

4. Bagi Peneliti

Bagi peneliti sebaiknya lebih banyak mempelajari metode-metode pembelajaran yang lebih variatif sehingga dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada saat menjadi guru nantinya.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Afrianti, Dini. 2008. Matematika Kelompok Teknologi Kesehatan dan Pertanian untuk Sekolah Menengah Kejuruan Kelas XII. Jakarta: Grafindo Media Pratama

Atik Wintarti, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Matematika Sekolah Menengah Pertama Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas

Budi Suryatin, dkk. 2007. Matematika SMP/Mts Kelas VIII. Jakarta: Grasindo

Damari, Ari. 2006. Kupas Matematika SMP untuk kelas 1, 2, dan 3. Jakarta: Wahyu Media

Sundayana, H. Rostina. 2013. Media Pembelajaran Matematika. Bandung: Alfabeta Dewi Nuharini dan Triwahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya. Jakarta:

Pusat Perbukuan Depdiknas

Marsigit dan Nugroho Budi Susilo. 2006. Matematika SMP Kelas VII. Jakarta: Quadra Rich, Barnett. 2005. Geometri. Jakarta: Erlangga

Tampomas, Husein. 2006. Matematika Plus SMP Kelas VII Semester Kedua. Jakarta: Yudhistira

Untoro, Joko. 200?. Genius Matematika Kelas 6 SD Sesuai Kurikulum. Jakarta: Wahyu Media

Wagiyo A, dkk. 2008. Pegangan Belajar Matematika. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas

Ajiji, Ahmad. 2012. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Discovery. (Online). http://essay-lecture.blogspot.com/2012/09/langkah-langkah-pelaksanaan-metode.html. Diakses tanggal 15 maret 2014.

Herdian. 2010. Metode Pembelajaran Discovery. (Online). http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/metode-pembelajaran-discovery-penemuan/. Diakses tanggal 15 maret 2014.

Ian. 2010. Pengertian Bangun Datar. (Online).

http://ian43.wordpress.com/2010/12/27/pengertian-bangun-datar/. Diakses tanggal 15 maret 2014.

(22)

Lasriany, Netty. 2013. Fungsi Pembelajaran Matematika. (Online). http://nettylasrianys.blogspot.com/. Diakses tanggal 15 maret 2014.

Mutia, Rita. 2013. Langkah Pembelajaran Discovery Learning Kurikulum 2013. (Online). http://belajar-sastraaceh.blogspot.com/2013/11/langkah-pemebelajaran-discovery.html. Diakses tanggal 15 maret 2014.

Mulia, Fuji. 2013. Pengertian Matematika Menurut Para Ahli. (Online). http://www.trigonalworld.com/2013/04/pengertian-matematika-menurut-para-ahli.html. Diakses tanggal 15 maret 2014.

Nosal, Agustian. 2012. Model Pembelajaran Discovery Learning. (Online).

http://nosalmathedu10.blogspot.com/2012/07/model-pembelajaran-discovery-learning.html. Diakses tanggal 15 maret 2014.

Rinoto. 2013. Pengertian Matematika Menurut Beberapa Ahli. (Online). http://ptkcontoh.blogspot.com/2013/09/pengertian-matematika-menurut-beberapa.html. Diakses tanggal 15 maret 2014.

Roniady, Edi. 2012. Proposal PTK. (Online).

http://ronyflush.blogspot.com/2012/12/proposal-ptk.html. Diakses tanggal 15 maret 2014.

Satriawan, Muhammad. 2012. Discovery Learning. (Online).

http://muhammadsatriawan27.blogspot.com/2012/09/discovery-learning_8550.html. Diakses tanggal 15 maret 2014.

Syarif, Ahmad. 2012. Sifat-sifat Bangun Datar. (Online). http://web-matematik.blogspot.com/2012/09/sifat-sifat-bangun-datar.html. Diakses tanggal 15 maret 2014.

Gambar

Gambar 5. Jajar Genjang
Gambar  11.  Trapesium  sembarang
Tabel 5. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II  Aspek Yang diamati Pada Kegiatan Guru
Tabel 6.  Kemampuan Mengidentifikasi Simetri Lipat Bangun Datar Siklus II
+2

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi ini tergantung pada pembentukan sinyal spesifik yang dipicu oleh pemicu eksternal yang kemudian sinyal diterima oleh sel sasaran dan ditransmisikan

Dengan demikian harta pewarisan yang pada awalnya adalah merupakan Pusaka Rendah akan menjadi Pusaka Tinggi bila diwariskan berdasarkan sistem matrilineal yang dianut

Setelah diadakan treatment/perlakuan pada pembelajaran kanji menggunakan metode mnemonik melalui multimedia pada siklus I didapatkan hasil sebagai berikut: siswa

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu melakukan tindakan dalam pembelajaran ekonomi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri

Pasal  18B  ayat  (2)  UUD  1945  menyatakan  secara  eksplisit  pengakuan  dan  penghormatan  negara  atas  “kesatuan  masyarakat  hukum  adat  beserta 

Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana dan atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau

Ikan nila yang diamati merupakan ikan budidaya, sehingga faktor yang mempengaruhi hubungan kekerabatan diduga berasal dari sumber induk yang berbeda, sebab lingkungan perairan

Setiap kader partai politik dalam Pilkada di Kabupaten Bandung mempunyai cara masing-masing dalam mengkampanyekan balon bupatinya dengan menggunakan