• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAGIAN 1 PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAGIAN 1 PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

BAGIAN 1

PETUNJUK PELAKSANAAN

BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar 9 Tahun, diukur dengan capaian Angka

Partisipasi Kasar (APK) tingkat MTs/sederajat. Pada tahun 2009 APK nasional tingkat Mts/sederajat

rata-rata telah mencapai 98,11% dan Kementerian Agama telah memberikan kontribusi sebesar

21,89%

untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah/PPS Wusta serta

11,95%

untuk tingkat MI/PPS Ula.

Dengan APK ini berarti program Wajib Belajar 9 Tahun telah tuntas sesuai dengan waktu yang telah

ditargetkan dan menunjukkan bahwa Pemerintah melalui program BOS sejak tahun 2005 telah berhasil

mempercepat target program Wajib Belajar 9 Tahun.

Dengan keberhasilan program BOS tersebut, mulai tahun 2009 Pemerintah mengarahkan tujuan

program BOS pada upaya peningkatan mutu pendidikan dasar, disamping untuk tetap

mempertahankan dan meningkatkan capaian APK nasional. Dalam konteks inilah, maka pemerintah

menaikkan anggaran untuk Program BOS tahun 2009. Kita berharap dengan terbitnya Peraturan

Pemerintah No. 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan, madrasah/PPS memperoleh perhatian

yang layak dari pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Mulai tahun 2010 ini, mekanisme pelaksanaan program BOS di lingkungan madrasah negeri dengan

madrasah swasta dan PPS memiliki perubahan. Untuk madrasah swasta dan PPS, pencairan dan

penyaluran dana BOS tidak lagi menggunakan rekening penampung walaupun tetap dikelola oleh Tim

Manajemen BOS Propinsi Sedangkan untuk madrasah negeri, pencairan dana BOS dikelola sendiri

oleh madrasah yang bersangkutan, karena anggaran BOS sudah melekat pada DIPA Satker

masing-masing madrasah.

Dengan berubahnya mekanisme pelaksanaan BOS tersebut, maka buku panduan ini diharapkan dapat

menjadi acuan bagi seluruh Tim Manajemen BOS dalam melaksanakan program BOS, sehingga

program BOS di madrasah dan PPS dapat terlaksana dengan optimal. Untuk itu, kepada seluruh Tim

Manajemen BOS agar memahami dan melaksanakan pedoman ini dengan sebaik-baiknya.

Jakarta, Desember 2009

Direktur Jenderal Pendidikan Islam

Kementerian Agama RI

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 1

DAFTAR ISI... 2

BAGIAN SATU PANDUAN BOS

I.

PENDAHULUAN ... 5

A. Latar Belakang ...5

B. Tujuan Bantuan Operasional...5

C. Sasaran Program dan Besar Bantuan ...5

D. Waktu Penyaluran Dana ...6

E. Landasan Hukum ...6

II. PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) ... 9

A. Jenis Biaya Pendidikan ...9

B. Pengertian Bantuan Operasional Sekolah ...9

C. Madrasah/Ponpes Penerima BOS ...9

D. Program BOS dan Program Wajar Dikdas ...10

E. Kriteria Siswa Miskin yang Dibebaskan Dari Biaya Pendidikan ...10

F. Program BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah ...10

III. ORGANISASI PELAKSANA ... 12

A. Tim Pengarah ...12

B. Tim Manajemen BOS Tingkat Pusat ...12

C. Tim Manajemen BOS Tingkat Propinsi...12

D. Tim Manajemen BOS Tingkat Kabupaten/Kota ...13

E. Tim Tingkat Madrasah/PPS ...14

IV. MEKANISME PELAKSANAAN... 15

A. Mekanisme Alokasi Dana BOS ...15

B. Mekanisme Penyaluran dan Pengambilan Dana BOS...16

C. Penggunaan Dana BOS...18

D. Larangan Penggunaan Dana BOS ...20

E. Mekanisme Pembelian Barang/Jasa di Madrasah/PPS ...20

F. Pembatalan BOS ...21

G. Jadual Penyaluran Dana BOS ...21

V. TATA TERTIB PENGELOLAAN DANA BOS ... 22

A. Tim Manajemen BOS Pusat ...22

B. Tim Manajemen BOS Propinsi ...22

C. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota ...22

D. Tim Manajemen BOS Madrasah/PPS...23

VI. PEDOMAN PENGADAAN BUKU TEKS PELAJARAN... 24

A. Ketentuan yang Harus Diikuti Madrasah/PPS ...24

B. Penggunaan Dana ...24

C. Buku yang Telah Dinilai Kelayakannya ...25

D. Mekanisme Pembelian Buku oleh Madrasah ...26

(4)

VII. MONITORING DAN PELAPORAN... 28

A. Monitoring dan Supervisi ...28

B. Pelaporan ...30

VIII. PENGAWASAN DAN SANKSI ... 34

A. Pengawasan...34

B. Sanksi...35

IX. PENGADUAN MASYARAKAT... 36

LAMPIRAN BOS

Lampiran 01 Format BOS-01, Surat Perjanjian Pemberian Bantuan... 38

Lampiran 02 Format BOS-02A, MI/PPS Ula Penerima BOS ... 40

Lampiran 03 Format BOS-02B, MTs/PPS Wusta Penerima BOS ... 41

Lampiran 04 Format BOS-2C, Alokasi Dana BOS pada MIN/MTsN Penerima BOS... 42

Lampiran 05 Format BOS-03, Surat Pernyataan Pengiriman Nomor

Rekening Madrasah ... 43

Lampiran 06 Contoh Buku Rekening Bank... 44

Lampiran 07 Format BOS-04A, Rekapitulasi Nama dan Nomor Rekening Madrasah/

PPS Penerima BOS ... 45

Lampiran 08 Format BOS-04B, Rekapitulasi Madrasah/PPS yang Menolak

Dana BOS ... 46

Lampiran 09 Forma BOS-05, Rekapitulasi Nama dan Nomor Rekening Madrasah/

PS Penerima Dana BOS Tingkat Propinsi... 47

Lampiran 10 Format BOS-06A,Statistik Kab/Kota Penerima BOS

Tingkat MI/PPS Ula ... 48

Lampiran 11 Format BOS-06B, Statistik Kab/Kota Penerima BOS

Tingkat MTs/PPS Wustha... 49

Lampiran 12 Format BOS-07A, Statistik Madrasah/PPS Penerima BOS Tingkat MI/

PPS Ula... 50

Lampiran 13 Format BOS-07B, Statistik Madrasah/PPS Penerima BOS Tingkat MTs/

PPS Wustha ... 51

Lampiran 14 Format BOS-08, Daftar Siswa Miskin yang Dibebaskan dari Segala Jenis

Pungutan/Iuran... 52

Lampiran 15 Format BOS-09, Lembar Pencatatan Pertanyaan/Kritik/Saran... 53

Lampiran 16 Format BOS-10, Lembar Pencatatan Pengaduan Masayarakat... 54

Lampiran 17 Format BOS-11A, Contoh pengumuman Rencana Penggunaan Dana... 56

Lampiran 18 Format BOS-11B, Contoh Pengumuman Laboran Penggunaan Dana... 57

Lampiran 19 Format BOS-12, Format Rencana Pengambilan Dana... 58

Lampiran 20 Format BOS-13, Lembar Perbandingan Harga Barang/Jasa... 59

Lampiran 21 Format BOS-14, Laporan Keuangan Triwulan (Format FS-1) ... 60

Lampiran 22 Format BOS-15, Laporan Keuangan Triwulan (Format FS-2) ... 61

Lampiran 23 Format BOS-16, Rencana Kebutuhan Barang/Jasa ... 62

Lampiran 24 Format BOS-17, Rencana Kerja Perawatan Ringan/ Pemerliharaan

Madrasah/PPS ... 63

Lampiran 25 Format BOS-18, Laporan Pelaksanaan Perawatan Ringan/pemeliharaan

Madrasah/PPS ... 64

Lampiran 26 Format BOS Buku-01, Daftar Buku yang dibeli Madrasah/PPS dari Dana

BOS... 65

Lampiran 27 Format BOS Buku-02, Rekapitulasi Jumlah dan Judul Buku yang Dibeli

Madrasah/PPS ... 66

Lampiran 28 Format BOS Buku-03, Rekapitulasi Jumlah dan Judul Buku yang Dibeli

(5)

Lampiran 30 Salinan Peraturan Mendiknas No. 28 Tahun 2008 ... 75

Lampiran 31 Salinan Lampiran Peraturan Mendiknas No. 34 Tahun 2008 ... 78

Lampiran 32 Salinan Keputusan Mendiknas No. 078/M/2008 Tahun 2008... 83

Lampiran 33 Salinan Lampiran Peraturan Mendiknas N0. 41 Tahun 2008 ... 87

BAGIAN DUA PETUNJUK TEKNIS KEUANGAN

BAB I

PENDAHULUAN... 90

A. Latar Belakang ... 90

B. Maksud dan Tujuan... 90

BAB II PEMANFAATAN DANA... 91

A. Penggunaan Dana... 91

B. Perpajakan ... 94

BAB III PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN... 98

A. Tim Manajemen BOS Propinsi ... 98

B. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota... 98

C. Tim Manajemen BOS Madrasah/PPS ... 98

LAMPIRAN KEUANGAN

Lampiran 34 Format BOS K-1, Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah/

PPS ... 103

Lampiran 35 Format BOS K-1A, Rencana Kegiatan Dan Anggaran Madrasah/PPS (RKAM).. 104

Lampiran 36 Format BOS K-2, Rincian Penggunaan Dana Per Jenis Anggaran ... 105

Lampiran 37 Format BOS K-3, Buku Kas Umum... 106

Lampiran 38 Format BOS K-4, Buku Pembantu Kas Tunai... 107

Lampiran 39 Format BOS K-5, Buku Pembantu Bank... 108

Lampiran 40 Format BOS K-6, Buku Pembantu Pajak. ... 109

Lampiran 41 Format BOS K-7, Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana BOS... 110

(6)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pada Pasal 34 ayat 2 menyebutkan pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut adalah pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat dasar (SD/MI dan SMP/MTs) serta satuan pendidikan lain yang sederajat. KementerianAgama yang menangani pendidikan Madrasah dan Pesantren memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan amanat UUD tersebut.

Salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar 9 Tahun diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMP. Pada tahun 2009, APK SMP telah mencapai 98,11% dan MTs/PPS Wustha telah berkontribusi di dalamnya sebesar 23,40%. Dengak APK sebesar ini, maka dapat dikatakan bahwa program Wajib Belajar 9 tahun telah tuntas sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan. Mulai tahun 2009, pemerintah telah melakukan perubahan tujuan dan orientasi, sehingga program BOS ke depan bukan hanya berperan untuk mempertahankan APK, tetapi harus juga berkontribusi besar untuk peningkatan mutu pendidikan dasar. Selain itu, dengan kenaikan biaya satuan BOS yang signifikan, program ini akan menjadi pilar untuk mewujudkan pendidikan yang terjangkau untuk semua kalangan masyarakat pada pendidikan dasar. Peningkatan biaya satuan BOS tahun 2009 yang cukup signifikan merupakan salah satu bukti komitmen pemerintah bersungguh-sungguh mengemban amanat konstitusi penganggaran biaya pendidikan 20 %. Selain itu terbitnya Peraturan Pemerintah No. 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan memberikan kejelasan tentang tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam menanggung pembiayaan pendidikan, termasuk tehadap madrasah dan pondok pesantren salafiyah penyelenggara Wajar Dikdas. Demikian juga kebijakan program buku murah Kementerian Pendidikan Nasional yang dimulai tahun 2008, akan menjadi salah satu acuan utama program BOS tahun 2010.

B. Tujuan Bantuan Operasional Sekolah

Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu.

Secara khusus program BOS bertujuan untuk:

1) Membebaskan segala jenis biaya pendidikan bagi seluruh siswa miskin di tingkat pendidikan dasar, baik di madrasah negeri maupun madrasah swasta

2) Membebaskan biaya operasional sekolah bagi seluruh siswa MI negeri dan MTs negeri. 3) Meringankan beban biaya operasional sekolah bagi siswa di madrasah swasta/PPS. C. Sasaran Program dan Besar Bantuan

Sasaran program BOS adalah semua MI dan MTs negeri maupun swasta serta Pondok Pesantren Salafiyah (PPS) Ula dan Wustha penyelenggara Wajar Dikdas di seluruh Propinsi di Indonesia. Khusus untuk lembaga PPS, santri yang menjadi sasaran penerima BOS berusia maksimal 25 tahun.

(7)

 MI/PPS Ula di kota : Rp 400.000,-/siswa/tahun  MI/PPS Ula di kabupaten : Rp 397.000,-/siswa/tahun  MTs/PPS Wustha di kota : Rp 575.000,-/siswa/tahun  MTs/PPS Wustha di kabupaten : Rp 570.000,-/siswa/tahun D. Waktu Penyaluran Dana

Pada Tahun Anggaran 2010, dana BOS akan diberikan selama 12 bulan untuk periode Januari sampai Desember 2010, yaitu semester 2 tahun pelajaran 2009/2010 dan semester 1 tahun pelajaran 2010/2011. Untuk madrasah swasta dan PPS, penyaluran dana BOS dilakukan setiap periode 3 bulanan, yaitu periode Januari-Maret, April-Juni, Juli-September dan Oktober-Desember. Penyaluran diharapkan dapat dilakukan di bulan pertama pada setiap triwulan.

Untuk madrasah negeri yang anggarannya sudah masuk dalam DIPA Satker yang bersangkutan, pencairan dana BOS dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.

E. Landasan Hukum

Landasan hukum dalam pelaksanaan program BOS Tahun 2009 meliputi semua peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:

1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.

2. Undang-Undang No. 17 Tahun 1965 tentang Pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan.

3. Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang No. 43 Tahun 1999.

4. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan

Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

5. Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Bendaharawan Wajib Memungut Pajak

Penghasilan.

6. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

7. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

8. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

9. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan

Tanggungjawab Keuangan Negara.

10. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

11. Peraturan Pemerintah No. 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan dalam pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

12. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.

13. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 14. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar

15. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan

16. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan

17. Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.

(8)

18. Surat Keputusan Bersama antara Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama No. 1/U/KB/2000 dan No. MA/86/2000 tentang Pondok Pesantren Salafiyah sebagai Pola Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.

19. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 036/U/1995 tentang Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar.

20. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

21. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 060/U/2002 tentang Pedoman Pendirian Sekolah.

22. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 078/M/2008 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi 145 Judul Buku Teks Pelajaran Yang Hak Ciptanya Dibeli Oleh KementerianPendidikan Nasional.

23. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 46 Tahun 2007 tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran.

24. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 2008 tentang Buku.

25. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 12 Tahun 2008 tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran.

26. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 28 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2008 tentang Harga Eceran Tertinggi Buku Teks Pelajaran yang Hak Ciptanya Dibeli oleh KementerianPendidikan Nasional.

27. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 34 Tahun 2008 tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran (SD: PKn, IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia dan SMP: IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris).

28. Surat Edaran Dirjen Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia No. SE-02/PJ./2006, tentang Pedoman Pelaksanaan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Sehubungan dengan Penggunaan Dana Bantuan Operasional (BOS) oleh Bendaharawan atau Penanggung-Jawab Pengelolaan Penggunaan Dana BOS di Masing-Masing Unit Penerima BOS

29. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 41 Tahun 2008 tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran.

30. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 69 Tahun 2008 tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran.

31. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 81 Tahun 2008 tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran.

(9)

33. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan SMALB.

34. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-14/PB/2007 Tentang Petunjuk Pencairan dan Penyaluran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), BOS Buku, dan Bantuan Khusus Murid (BKM).

35. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam No. DJ.I/196/2008 tentang Penetapan Buku Ajar Pendidikan Agama Islam (PAI), Bahasa Arab dan Referensi untuk Raudatul Athfal, Tarbiyatul Athfal, Busthanul Athfal, Madarsah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah Tahun 2008.

36. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam No. Dj.I/375/2009 tentang Penetapan Buku Ajar Referensi, Pengayaan dan Panduan Pendidik untuk Madarsah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah, Pendidikan Agama Islam pada Sekolah dan Pondok Pesantren Tahun Anggaran 2009.

(10)

BAB II

PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

Untuk menyamakan persepsi tentang pendanaan pendidikan, tanggung jawab dan wewenang pemerintah, pemerintah daerah, instansi dan masyarakat serta program BOS itu sendiri, dalam Bab II ini akan diuraikan menjadi beberapa sub-bab sebagai berikut.

A. Jenis Biaya Pendidikan

Sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Dalam bagian ini akan diuraikan jenis-jenis biaya pendidikan sesuai dengan PP Nomor 48 Tahun 2008 tersebut. Biaya pendidikan dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu Biaya Satuan Pendidikan, Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan, serta Biaya Pribadi Peserta Didik.

1. Biaya Satuan Pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan

yang meliputi:

a. Biaya investasi adalah biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya ma-nusia, dan modal kerja tetap.

b. Biaya operasional, terdiri dari biaya personalia dan biaya nonpersonalia. Biaya personalia terdiri dari gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan-tunjangan yang melekat pada gaji. Biaya nonpersonalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dll.

c. Bantuan biaya pendidikan yaitu dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya.

d. Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi.

2. Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan adalah biaya penyelenggaraan dan/atau

pengelolaan pendidikan oleh pemerintah, pemerintah Propinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.

3. Biaya pribadi peserta didik adalah biaya personal yang meliputi biaya pendidikan yang harus

dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

B. Pengertian Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

BOS adalah program pemerintah untuk penyediaan biaya penyelenggaraan pendidikan bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Secara detail jenis kegiatan yang boleh dibiayai dari dana BOS dibahas pada bab berikutnya.

C. Madrasah Penerima BOS

1. Semua MI/MTs negeri wajib menerima program BOS dan dilarang memungut biaya pendidikan apapun

dari siswa miskin dan biaya operasional sekolah dari siswa yang mampu/tidak miskin.

2. Semua madrasah swasta/PPS wajib menerima program BOS, kecuali jika madrasah tersebut sedang

dikembangkan menjadi madrasah berbasis keunggulan lokal.

3. Bagi madrasah swasta/PPS penerima program BOS dilarang memungut biaya pendidikan dari siswa

(11)

4. Seluruh madrasah/PPS yang menerima program BOS harus mengikuti pedoman BOS yang telah ditetapkan oleh Kementerian Agama Pusat.

D. Program BOS dan Program Wajar Dikdas 9 Tahun Yang Bermutu

Dalam rangka penuntasan Wajib Belajar 9 tahun yang bermutu, banyak program yang telah, sedang dan akan dilakukan. Program-program tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu pemerataan dan perluasan akses; peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; serta tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik. Meskipun tujuan utama program BOS adalah untuk pemerataan dan perluasan akses, program BOS juga merupakan program untuk peningkatan mutu, relevansi dan daya saing serta untuk tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik.

Melalui program BOS yang terkait dengan gerakan percepatan penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun, maka setiap pengelola program pendidikan harus memperhatikan hal-hal berikut: 1. BOS harus menjadi sarana penting untuk mempercepat penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun. 2. Melalui BOS tidak boleh ada siswa miskin putus sekolah karena tidak mampu membayar

iuran/pungutan yang dilakukan oleh madrasah/PPS.

3. Anak lulusan sekolah setingkat MI, harus diupayakan kelangsungan pendidikannya ke tingkat MTs/setara. Tidak boleh ada tamatan MI/setara tidak dapat melanjutkan ke MTs/setara.

4. Kepala Madrasah/Penanggung Jawab PPS mencari dan mengajak siswa MI yang akan lulus dan berpotensi tidak melanjutkan sekolah untuk ditampung di MTs/PPS Wustha. Demikian juga bila teridentifikasi anak putus sekolah yang masih berminat melanjutkan agar diajak kembali ke bangku sekolah.

5. Kepala Madrasah harus mengelola dana BOS secara transparan dan akuntabel.

6. BOS tidak menghalangi peserta didik, orang tua, atau walinya memberikan sumbangan sukarela yang tidak mengikat kepada madrasah/PPS, tetapi hal itu harus diputuskan bersama dengan Komite Madrasah dan atau orang tua/wali murid.

E. Kriteria Siswa Miskin yang Dibebaskan dari Biaya Pendidikan

Melalui program BOS, seluruh siswa miskin yang berada di madrasah negeri maupun madrasah swasta harus dibebaskan dari seluruh biaya pendidikan, sehingga tidak ada lagi siswa miskin yang putus sekolah karena masalah biaya pendidikan. Adapun kriteria siswa miskin yang harus dibebaskan dari biaya pendidikan pada madrasah penerima BOS adalah: 1. Berasal dari keluarga miskin yang dibuktikan dengan Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas) atau surat keterangan tidak mampu dari kelurahan/desa setempat 2. Terancam putus sekolah

3. Diputuskan melalui rapat Komite Madrasah

F. Program BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Dalam program BOS, dana diterima oleh madrasah secara utuh, dan dikelola secara mandiri oleh madrasah dengan melibatkan dewan guru dan Komite Madrasah. Dengan demikian program BOS sangat mendukung implementasi penerapan MBS yang secara umum bertujuan untuk memberdayakan madrasah melalui pemberian kewenangan (otonomi), pemberian fleksibilitas yang lebih besar untuk mengelola sumber daya madrasah, dan mendorong partisipasi warga madrasah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan di madrasah.

(12)

Melalui program BOS, warga madrasah diharapkan dapat lebih mengembangkan madrasah dengan memperhatikan hal-hal berikut:

1. Madrasah mengelola dana secara profesional, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

2. BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan pemberdayaan madrasah dalam rangka peningkatan akses, mutu, dan manajemen madrasah.

F. Biaya yang Ditanggung Peserta Didik, Orang Tua, dan/atau Wali Peserta Didik

Peserta didik, orang tua, dan/atau wali peserta didik bertanggung jawab atas:

1. Biaya pribadi peserta didik, misalnya uang saku/uang jajan, buku tulis dan alat-alat tulis, dan lain seba-gainya.

2. Pendanaan sebagian biaya investasi pendidikan dan/atau sebagian biaya operasional pendidikan tamba-han yang diperlukan untuk pengembangan madrasah menjadi bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal.

(13)

BAB III

ORGANISASI PELAKSANA

Pengelolaan program BOS di lingkungan Kementerian Agama dilakukan oleh Tim Manajemen Program BOS, mulai dari tingkat pusat, Propinsi, kabupaten/kota, dan madrasah/PPS dengan susunan sebagai berikut:

A. Tim Pengarah 1. Tingkat Pusat

 Menteri Agama RI

 Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI 2. Tingkat Propinsi

 Gubernur

 Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi 3. Tingkat Kabupaten/Kota

 Bupati/Walikota

 Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota B. Tim Manajemen BOS Tingkat Pusat

Penanggungjawab

 Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Tim Pelaksana

 Ketua Tim  Wakil Ketua  Sekretaris  Anggota

Tugas dan Tanggungjawab Tim Manajemen BOS Pusat  Menerbitkan Surat Keputusan Tim Manajemen BOS Propinsi  Menyusun rancangan program.

 Menetapkan alokasi dana dan sasaran tiap Propinsi.  Merencanakan dan melakukan sosialisasi program.

 Mempersiapkan dan melatih Tim Manajemen BOS Propinsi.

 Melakukan penyusunan, penggandaan dan penyebaran buku petunjuk pelaksanaan program.

 Menyusun database madrasah/PPS tingkat nasional.  Merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi.  Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat.

 Memonitor perkembangan penyelesaian penanganan pengaduan yang dilakukan oleh Tim Manajemen BOS Propinsi atau Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota.

 Melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan kepada instansi terkait. C. Tim Manajemen BOS Tingkat Propinsi

Penanggungjawab

(14)

Tim Pelaksana

 Ketua Tim/Pejabat Pembuat Komitmen  Wakil Ketua

 Koordinator Data

 Seksi Dana/Pemegang Uang Muka  Seksi data BOS Madrasah

 Seksi data BOS Pondok Pesantren Salafiyah (bagi Kantor Wilayah Kementerian Agama yang membina PPS Wajar Dikdas)

 Seksi Monev

 Seksi Humas dan Penanganan Masalah

Tugas dan Tanggungjawab Tim Manajemen BOS Propinsi  Menerbitkan SK Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota.  Menetapkan alokasi bantuan tiap kabupaten/kota.

 Menetapkan alokasi dana BOS untuk tiap madrasah negeri.  Mempersiapkan sekretariat dan perlengkapannya di Propinsi.

 Mempersiapkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sesuai dengan dana dan kegiatan yang telah ditetapkan.

 Mempersiapkan dan menyusun anggaran BOS ke dalam DIPA Kanwil sesuai dengan Akun dan peruntukannya.

 Merencanakan dan melakukan sosialisasi program di tingkat Propinsi.  Mempersiapkan dan melatih Tim Manajemen BOS Kab/Kota.

 Melakukan pendataan penerima bantuan.

 Menyalurkan dana ke madrasah/PPS sesuai dengan haknya (jumlah siswa).  Mengumumkan nama madrasah/PPS dan besar dana bantuan yang diterima.  Merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi.

 Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat.

 Bertanggungjawab terhadap kasus penyimpangan penggunaan dana di tingkat Propinsi.  Melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan kepada Tim Manajemen BOS Pusat dan

instansi terkait.

 Melaporkan penggunaan dana safeguarding kepada Tim Manajemen BOS Pusat D. Tim Manajemen BOS Tingkat Kabupaten/Kota

Penanggungjawab

 Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota

Tim Pelaksana

 Manajer

 Wakil Manajer (bagi Kantor Kementerian Agama yang membina PPS Wajar Dikdas)

 Seksi Data BOS Madrasah

 Seksi Data BOS PPS (bagi Kantor Kementerian Agama yang membina PPS Wajar Dikdas)

 Seksi Monev

 Seksi Humas dan Penanganan Masalah

Tugas dan Tanggungjawab Tim Manajemen BOS Kab/Kota

 Menetapkan alokasi dana untuk setiap madrasah/PPS.

(15)

 Merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi.

 Melaporkan pelaksanaan program kepada Tim Manajemen BOS Propinsi.

Melaporkan penggunaan dana safeguarding kepada Tim Manajemen BOS Propinsi

 Mengumpulkan data dan laporan dari madrasah/PPS

 Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat.

 Bertanggung jawab terhadap kasus penyalahgunaan dana di tingkat kabupaten/kota.

 Melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan kepada Tim Manajemen BOS Propinsi dan

instansi terkait. Catatan:

 Tim Manajemen BOS Propinsi ditetapkan melalui SK Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, sedangkan Tim Manajemen BOS Kab/Kota melalui SK Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi.

 Struktur organisasi di atas adalah struktur minimum yang diperlukan. Bila Tim Manajemen BOS Propinsi dan Kab/Kota merasa perlu pengurangan atau penambahan unsur, maka hal itu diperkenankan. Misalnya untuk meningkatkan efektivitas kinerja Tim Manajemen BOS, maka diperkenankan membentuk Tim Teknis melalui SK yang ditetapkan oleh ketua Tim atau Kepala Kanwil Kementerian Agama Propinsi.

E. Tim Manajemen BOS Tingkat Madrasah/PPS Penanggungjawab

 Kepala Madrasah/Penanggungjawab Program Wajar Dikdas Salafiyah.

 Guru/bendahara yang ditunjuk Kepala Madrasah/Penanggung Jawab PPS untuk

bertanggung jawab dalam mengelola dana BOS di tingkat madrasah/PPS.  Bendahara Pengeluaran khusus untuk madrasah negeri

Tugas dan Tanggungjawab Madrasah/PPS

 Melakukan verifikasi jumlah dana yang diterima dengan data siswa yang ada. Bila jumlah dana yang diterima melebihi dari yang semestinya, maka harus segera mengembalikan kelebihan dana tersebut ke Kas Negara dengan memberitahukan kepada Tim Manajemen BOS Kab/Kota dan ditembuskan kepada Tim Manajemen BOS Propinsi.

 Bersama-sama dengan Komite Madrasah/Pengasuh PPS, mengidentifikasi siswa miskin yang akan dibebaskan dari segala jenis iuran.

 Mengelola dana BOS secara bertanggungjawab dan transparan.

 Mengumumkan daftar komponen yang boleh dan yang tidak boleh dibiayai oleh dana BOS serta penggunaan dana BOS di madrasah menurut komponen dan besar dananya di papan pengumuman madrasah/PPS.

 Bertanggungjawab terhadap penyimpangan penggunaan dana di madrasah/PPS.  Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat.

 Melaporkan penggunaan dana BOS kepada Tim Manajemen BOS Kab/Kota.

Catatan: Tim Manajemen BOS tingkat madrasah negeri dan swasta/PPS ditetapkan dengan SK dari Kepala Madrasah atau Penanggung Jawab PPS.

(16)

BAB IV

MEKANISME PELAKSANAAN

Penempatan anggaran BOS diletakan pada DIPA Kantor Wilayah Kementerian Agama pada Program Wajar Dikdas 9 tahun dengan kode mata anggaran Bantuan Sosial. Mulai tahun 2010, khusus untuk madrasah negeri anggaran BOS diletakan pada DIPA Satker Madrasah yang bersangkutan.

A. Mekanisme Alokasi Dana BOS 1. Madrasah Swasta/PPS

Pengalokasian dana BOS pada madrasah swasta/PPS dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tim Manajemen BOS Pusat mengumpulkan data jumlah siswa madrasah/PPS pada tiap kabupaten/kota melalui Tim Manajemen BOS Propinsi.

2. Atas dasar data jumlah siswa madrasah/PPS pada tiap kabupaten/kota tersebut, Tim Manajemen BOS Pusat menetapkan alokasi dana BOS untuk madrasah/PPS pada tiap propinsi yang dituangkan dalam DIPA Kanwil Kementerian Agama.

3. Tim Manajemen BOS Propinsi dan Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota melakukan verifikasi ulang data jumlah siswa tiap madrasah/PPS sebagai dasar dalam menetapkan alokasi di tiap madrasah/PPS.

4. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota menetapkan madrasah/PPS yang bersedia menerima BOS melalui Surat Keputusan (SK) yang ditandatangani oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kab/Kota dan Dewan Pendidikan. SK yang telah ditandatangani dilampiri daftar nama madrasah/pondok pesantren salafiyah dan besar dana bantuan yang diterima (Format BOS-02A dan Format BOS-02B). Madrasah/PPS yang bersedia menerima dana BOS harus menandatangani Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB).

5. Tim Manajemen BOS Kab/Kota mengirimkan SK Alokasi BOS dan lampirannya tersebut kepada Tim Manajemen BOS Propinsi, tembusan ke madrasah swasta/PPS penerima BOS. Dalam menetapkan alokasi dana BOS tiap madrasah swasta/PPS perlu dipertimbangkan bahwa dalam satu tahun anggaran terdapat dua periode tahun pelajaran yang berbeda, sehingga perlu acuan sebagai berikut:

 Alokasi dana BOS untuk periode Januari-Juni 2010 didasarkan pada jumlah siswa semester kedua tahun pelajaran 2009/2010.

 Alokasi dana BOS untuk periode Juli-Desember 2010 didasarkan pada data jumlah siswa semester pertama tahun pelajaran 2010/2011. Oleh karena itu, setiap madrasah swasta/PPS diminta agar mengirimkan data jumlah siswa ke Tim Manajemen BOS Kab/Kota, segera setelah masa pendaftaran siswa baru tahun 2010 selesai.

2. Madrasah Negeri

Mengingat dana BOS pada madrasah negeri sudah dialokasikan dari awal tahun anggaran, maka pengalokasian dana BOS dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(17)

1. Tim Manajemen BOS Pusat mengumpulkan data jumlah siswa madrasah negeri pada tiap kabupaten/kota melalui Tim Manajemen BOS Propinsi. Pengumpulan data siswa dilakukan di awal semester 2 tahun pelajaran 2009/2010 dan awal semester 1 tahun pelajaran 2010/2011.

2. Atas dasar data jumlah siswa madrasah negeri pada tiap kabupaten/kota tersebut, Tim Manajemen BOS Pusat menetapkan alokasi dana BOS untuk madrasah negeri pada tiap propinsi.

3. Tim Manajemen BOS Propinsi dan Tim Manajemen BOS Kabupten/Kota melakukan verifikasi ulang data jumlah siswa tiap madrasah negeri sebagai dasar dalam menetapkan alokasi dana BOS di tiap madrasah negeri (Format BOS-03).

4. Berdasarkan jumlah alokasi dana BOS tersebut, Tim Manajemen BOS Propinsi menetapkan DIPA BOS pada madrasah negeri dengan berdasarkan pada Rencana Anggaran dan Kegiatan Madrasah (RAKM) yang telah ditetapkan oleh tiap madrasah negeri.

Dalam menetapkan alokasi dana BOS pada madrasah negeri, perlu diperhatikan bahwa alokasi dana BOS tahun 2010 ditetapkan di awal tahun anggaran untuk periode Januari-Desember 2010. Oleh karena itu, maka diperlukan kecermatan dalam penetapan alokasi dana BOS dengan mempertimbangkan bahwa terdapat perbedaan jumlah siswa antara tahun pelajaran 2009/2010 dengan tahun pelajaran 2010/2011.

B. Pencairan dan Pengambilan Dana BOS

1. Mekanisme Pencairan Dana BOS pada Madrasah Swasta/PPS Syarat penyaluran dana BOS untuk madrasah swasta dan PPS adalah:

a. Bagi madrasah/PPS yang belum memiliki rekening rutin, harus membuka nomor rekening atas nama madrasah/PPS (tidak boleh atas nama pribadi).

b. Madrasah/PPS mengirimkan nomor rekening tersebut kepada Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota (Format BOS-03).

c. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota melakukan verifikasi dan mengkompilasi nomor rekening madrasah/PPS dan selanjutnya dikirim kepada Tim Manajemen BOS Propinsi (Format BOS-04A), disertakan pula daftar madrasah/PPS yang menolak BOS (Format BOS-04B).

Penyaluran dana BOS untuk madrasah swasta dan PPS :

a. Penyaluran dana BOS untuk periode Januari-Desember 2010 dilakukan secara bertahap dengan ketentuan:

 Dana BOS disalurkan setiap periode tiga bulan.

 Dana BOS diharapkan dapat disalurkan pada awal bulan dari setiap periode tiga

bulan.

 Khusus penyaluran dana BOS periode Juli-September, apabila data jumlah siswa

tiap madrasah/PPS pada tahun ajaran baru diperkirakan terlambat, disarankan agar jumlah dana BOS periode ini didasarkan pada data periode April Juni. Selanjutnya apabila jumlah dana yang disalurkan tersebut lebih sedikit dari yang seharusnya, maka kekurangan dana BOS pada periode Juli-September tersebut dapat ditambahkan pada penyaluran periode Oktober-Desember, sehingga total

(18)

dana periode Juli-Desember sesuai dengan yang semestinya diterima oleh madrasah/PPS.

b. Penyaluran dana BOS dilaksanakan oleh Tim Manajemen BOS Propinsi melalui Bendahara Rutin Kanwil Kementrerian Agama, dengan tahap-tahap sebagai berikut.

i) Tim Manajemen BOS Propinsi mengajukan Surat Permohonan Pembayaran

Langsung (SPP-LS) dana BOS sesuai kebutuhan dengan melampirkan daftar nama madrasah/PPS, data rekening dan besar dana BOS yang harus disalurkan pada tiap madrasah/PPS penerima BOS (Format BOS-05).

ii) Unit terkait di Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi melakukan verifikasi

atas SPP-LS dimaksud, kemudian menerbitkan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS).

iii) Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi selanjutnya mengirimkan SPM-LS

dimaksud kepada KPPN Propinsi.

iv) KPPN Propinsi melakukan verifikasi terhadap SPM-LS untuk selanjutnya

menerbitkan SP2D yang dibebankan kepada rekening Kas Negara.

v) Dana BOS yang telah dicairkan dari KPPN langsung disalurkan ke rekening

madrasah/PPS penerima BOS.

vi) Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota harus mengecek kesesuaian dana yang

diterima oleh madrasah/PPS dengan alokasi BOS yang ditetapkan oleh Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota. Jika terdapat perbedaan dalam jumlah dana yang diterima, maka perbedaan tersebut harus segera dilaporkan kepada Tim Manajemen BOS Propinsi untuk diselesaikan lebih lanjut.

vii) Jika dana BOS yang diterima oleh madrasah/PPS lebih besar dari jumlah yang seharusnya, misalnya akibat kesalahan data jumlah siswa, maka madrasah/PPS harus segera mengembalikan kelebihan dana BOS tersebut ke Kas Negara.

viii) Jika terdapat siswa pindah/mutasi ke madrasah/PPS lain setelah semester berjalan, maka dana BOS siswa tersebut dalam semester yang berjalan menjadi hak madrasah/PPS lama.

2. Mekanisme Pengambilan Dana BOS pada Madrasah Swasta/PPS

a. Pengambilan dana BOS dilakukan oleh Kepala Madrasah/PPS (atau bendahara Pengeluaran madrasah/PPS) dengan diketahui oleh Ketua Komite Madrasah dan dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan dengan menyisakan saldo minimum sesuai peraturan yang berlaku. Saldo minimum ini bukan termasuk pemotongan. Pengambilan dana tidak diharuskan melalui sejenis rekomendasi/persetujuan dari pihak manapun sehingga menghambat pengambilan dana dan jalannya kegiatan operasional madrasah/PPS.

b. Dana BOS harus diterima secara utuh sesuai dengan SK Alokasi yang dibuat oleh Tim Manajemen BOS Kab/Kota, dan tidak diperkenankan adanya pemotongan atau pungutan biaya apapun dengan alasan apapun dan oleh pihak manapun.

c. Penyaluran dana BOS yang dilakukan secara bertahap (tiga bulanan), bukan berarti harus dihabiskan dalam periode tersebut. Besar penggunaan dana BOS tiap bulan

(19)

d. Bilamana terdapat sisa dana di madrasah/PPS pada akhir tahun pelajaran atau tahun anggaran, maka dana tersebut tetap milik kas madrasah/PPS (tidak disetor ke kas negara) dan harus digunakan untuk kepentingan madrasah/PPS.

3. Mekanisme Pencairan dan Pengambilan Dana BOS pada Madrasah Negeri

a. Pencairan dana BOS di KPPN dilakukan dengan mengikuti mekanisme pencairan DIPA, yaitu sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhannya.

b. Jika madrasah ingin menggunakan dana BOS untuk kegiatan di luar belanja barang non operasional lainnnya sebagaimana yang diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan BOS, maka dipersilahkan dengan melakukan revisi DIPA terlebih dahulu yang merinci kegiatan sesuai dengan kebutuhan yang telah direncanakan sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Anggaran dan Kegiatan Madrasah (RAKM)/RAPBM.

c. Pengambilan dana BOS oleh Bendahara pengelola BOS, dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan pencairan dana BOS dari rekening madrasah kepada Bendahara Pengeluaran yang diketahui oleh Kepala Madrasah dan Komite Madrasah.

d. Jika jumlah dana BOS yang dialokasikan pada DIPA madrasah negeri lebih besar dari jumlah yang seharusnya, misalnya akibat kesalahan/perubahan data jumlah siswa, maka harus segera mengembalikan kelebihan dana BOS tersebut ke Kas Negara sebelum akhir tahun anggaran.

e. Jika sampai akhir tahun anggaran dana BOS masih tersisa di rekening madrasah, maka sisa dana tersebut harus disetor ke Kas Negara

C. Penggunaan Dana BOS 1. Madrasah swasta/PPS

Penggunaan dana BOS di madrasah swasta harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara Kepala Madrasah/Dewan Guru dan Komite Madrasah, yang harus didaftar sebagai salah satu sumber penerimaan dalam RAKM/RAPBM, di samping dana yang diperoleh dari Pemda atau sumber lain yang sah. Khusus untuk Pesantren Salafiyah, penggunaan dana BOS didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara Penanggungjawab Program dengan Pengasuh Pondok Pesantren dan disetujui oleh Kasi PK Pontren (Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren) Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. Dana BOS dapat digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru dan pendaftaran ulang siswa lama, yaitu biaya pendaftaran, penggandaan formulir, administrasi pendaftaran, dan pendaftaran ulang, serta kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan tersebut (misalnya untuk fotocopy, konsumsi panitia, dan uang lembur dalam rangka penerimaan siswa baru, dan lain sebagainya yang relevan).

b. Pembelian buku teks pelajaran untuk dikoleksi di perpustakaan. Untuk pembelian buku teks pelajaran ini dapat dilihat ketentuannya dalam bab VI.

c. Pembelian buku referensi, pengayaan, dan panduan guru untuk dikoleksi di perpustakaan. Buku-buku yang harus dibeli tersebut adalah buku-buku yang sudah dinilai kelayakannya oleh pemerintah, baik oleh Kementerian Pendidikan Nasional

(20)

d. Pembiayaan kegiatan pembelajaran remedial, pembelajaran pengayaan, Pemantapan persiapan ujian, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah remaja, pembinaan keagamaan, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan sejenisnya (misalnya untuk honor jam mengajar tambahan di luar jam pelajaran, penggandaan materi, pengeluaran alat tulis, biaya transportasi dan akomodasi siswa/guru dalam rangka mengikuti lomba, fotocopy, membeli alat olah raga, alat kesenian, dan biaya pendaftaran mengikuti lomba).

e. Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian madrasah, ujian nasional, dan laporan hasil belajar siswa (misalnya untuk fotocopy, honor koreksi ujian dan honor guru dalam rangka penyusunan raport siswa).

f. Pembelian bahan-bahan habis pakai: buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, langganan koran/majalah pendidikan, makanan dan minuman ringan untuk kebutuhan sehari-hari di madrasah/ PPS, serta pengadaan suku cadang alat kantor.

g. Pembiayaan langganan daya dan jasa, yaitu listrik, air, telepon, internet, termasuk untuk pemasangan baru jika sudah ada jaringan di sekitar madrasah/PPS. Khusus di madrasah/PPS yang tidak ada jaringan listrik dan madrasah tersebut memerlukan listrik untuk proses belajar mengajar di madrasah/PPS, maka diperkenankan untuk membeli genset.

h. Pembiayaan perawatan madrasah/PPS, yaitu pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela, perbaikan mebeler, perbaikan sanitasi madrasah/PPS, perbaikan lantai ubin/keramik, dan perawatan fasilitas madrasah/PPS lainnya.

i. Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan honorarium tugas tambahan Kepala Madrasah non PNS, Wakil Kepala Madrasah, Wali Kelas, Petugas Laboratorium/

Perpustakaan, dan tenaga kependidikan lainnya yang berstatus PNS dan non-PNS.

j. Pengembangan profesi guru, seperti pelatihan, KKG/MGMP dan KKKS/MKKS dan sejenisnya.

k. Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang menghadapi masalah biaya transport dari dan ke madrasah/PPS. Jika dinilai lebih ekonomis, dapat juga digunakan untuk membeli alat transportasi sederhana yang akan menjadi barang inventaris madrasah (misalnya sepeda, perahu penyeberangan, dll)

l. Pembiayaan pengelolaan BOS: alat tulis kantor (ATK), penggandaan, surat menyurat, insentif bagi Kepala Madrasah swasta/Penanggung jawab PPS dan bendahara dalam rangka penyusunan laporan BOS dan biaya transportasi dalam rangka mengambil dana BOS di Bank/PT Pos.

m. Pembelian komputer desktop untuk kegiatan belajar siswa, maksimal 1 set untuk MI/PPS Ula dan 2 set untuk MTs/PPS Wustha, pembelian i unit printer, kelengkapan komputer seperti flash disk, CD/DVD, serta suku cadang komputer/printer.

n. Khusus untuk pesantren salafiyah, dana BOS dapat digunakan untuk biaya asrama/ pondokan dan membeli peralatan ibadah.

o. Bila seluruh komponen 1 s/d 14 di atas telah terpenuhi pendanaannya dari BOS dan masih terdapat sisa dana, maka sisa dana BOS tersebut dapat digunakan untuk membeli alat peraga, media pembelajaran, mesin ketik, seragam sekolan untuk siswa

(21)

2. Madrasah Negeri

Mengingat dana BOS pada madrasah negeri sudah berada dalam DIPA Satker Madrasah, maka berdasarkan kegiatan-kegiatan tersebut di atas, penggunaan dana BOS pada madrasah negeri mengacu pada ketentuan sebagai berikut:

a. Dana BOS diprioritaskan untuk membiayai kegiatan yang belum dibiayai dari dana APBN selain dana BOS.

b. Untuk kegiatan-kegiatan selain BOS yang dananya sudah dialokasikan dalam DIPA, penggunaan dana BOS bersifat sebagai dana tambahan jika dana yang dialokasikan tersebut tidak mencukupi sesuai dengan kebutuhan.

c. Penggunaan dan pertanggungjawaban dana BOS dilakukan oleh Bendahara Pengelola BOS dengan diketahui oleh Kepala Madrasah dan Komite Madrasah.

Penggunaan dana BOS untuk transportasi dan uang lelah bagi guru PNS diperbolehkan hanya dalam rangka penyelenggaraan suatu kegiatan madrasah selain kewajiban 24 jam mengajar. Besaran/satuan biaya untuk transportasi dan uang lelah guru PNS yang bertugas di luar jam mengajar tersebut, harus mengikuti Standar Biaya Umum (SBU) yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan.

D. Larangan Penggunaan Dana BOS

1. Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan. 2. Dipinjamkan kepada pihak lain.

3. Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas madrasah dan memerlukan biaya besar, misalnya studi banding, studi tour (karya wisata) dan sejenisnya

4. Membayar bonus dan transportasi rutin untuk guru.

5. Membeli pakaian/seragam bagi guru untuk kepentingan pribadi (bukan inventaris madrasah) 6. Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat.

7. Membangun gedung/ruangan baru.

8. Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran. 9. Menanamkan saham.

10. Membiayai segala jenis kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah pusat atau daerah, misalnya kelebihan jam mengajar bagi guru PNS. Bagi guru honorer yang mendapatkan tunjangan fungsional dan tunjangan profesi, tetap dibayarkan honorarium mengajarnya sesuai dengan ketentuan sebagai guru honorer.

E. Mekanisme Pembelian Barang/Jasa di Madrasah/PPS

Dalam rangka pembelian barang/jasa, Tim Madrasah/PPS harus menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Tim Madrasah/PPS harus menggunakan prinsip keterbukaan dan ekonomis dalam menentukan barang dan tempat pembelian barang yang akan dibeli

(22)

2. Jika barang/jasa yang dibeli senilai lebih dari Rp. 5 juta, maka madrasah/PPS harus melakukan perbandingan harga di 2 atau lebih toko/penyedia jasa (Format BOS-13). Dalam kasus di mana dalam radius 10 km dari madrasah/PPS tidak ada pembanding atau memerlukan biaya besar/waktu yang lama untuk mencari pembanding, maka proses pembandingan tidak harus dilakukan dengan memberikan penjelasan/uraian mengenai alasan tersebut.

3. Proses pembelian barang/jasa harus diketahi oleh Komite Madrasah. F. Pembatalan BOS

Apabila madrasah/PPS penerima BOS mengalami perubahan sehingga tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai penerima BOS atau tutup/bubar, maka bantuan dibatalkan dan dana BOS harus disetorkan kembali ke Kas Negara. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota bertanggungjawab dan berwenang untuk membatalkan madrasah/PPS penerima BOS.

G. Jadual Penyaluran Dana

Untuk mengontrol kelancaran pelaksanaan program BOS pada madrasah swasta dan PPS, Tim Manajemen BOS harus melakukan kegiatan secara terjadual, dengan panduan sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 SK Tim Manajemen BOS Provinsi

2 SK Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota

3 Penyelesaian DIPA Provinsi

4 Penyaluran dana triwulan 1

5 Penyaluran dana triwulan 2

6 Penyaluran dana triwulan 3

7 Penyaluran dana triwulan 4

Kegiatan

(23)

BAB V

TATA TERTIB PENGELOLAAN DANA A. Tim Manajemen BOS Pusat

1. Menetapkan data jumlah siswa tiap Propinsi berdasarkan pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan .

2. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun kepada Tim Manajemen BOS Propinsi/Kabupaten/Kota/madrasah/PPS

3. Mengelola dana safeguarding secara transparan dan bertanggungjawab.

4. Tidak diperkenankan melakukan pemaksanaan/himbauan atau kebijakan lain yang sejenis kepada madrasah/PPS dalam proses penentuan judul buku, pengarang, penerbit dan toko buku/distributor.

5. Bersedia untuk diaudit oleh lembaga yang berwenang. B. Tim Manajemen BOS Propinsi

1. Dilarang untuk merealokasi dana BOS yang telah tertuang dalam DIPA untuk kegiatan lain. 2. Menetapkan data jumlah siswa tiap kabupaten/kota dan madrasah/PPS berdasarkan

sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.

3. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun terhadap Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota/Madrasah/PPS.

4. Mengelola dana safeguarding secara transparan dan bertanggungjawab.

5. Menyalurkan dana BOS ke madrasah/PPS sesuai dengan haknya, yaitu jumlah siswa yang dimiliki oleh madrasah/PPS tersebut.

6. Bersedia untuk diaudit oleh lembaga yang berwenang.

7. Tidak diperkenankan melakukan pemaksaan dalam pembelian barang dan jasa dalam pemanfaatan dana BOS di madrasah/PPS, dan mendorong madrasah/PPS untuk melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan dana BOS

C. Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota

1. Menetapkan data jumlah siswa per madrasah/PPS berdasarkan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.

2. Tidak diperkenankan melakukan pungutan dalam bentuk apapun terhadap madrasah/PPS. 3. Mengelola dana operasional Kabupaten/Kota secara transparan dan bertanggungjawab. 4. Bersedia untuk dIaudit oleh lembaga yang berwenang.

5. Tidak diperkenankan melakukan pemaksaan dalam pembelian barang dan jasa dalam pemanfaatan dana BOS di madrasah/PPS, dan mendorong madrasah/PPS untuk melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan dana BOS

(24)

D. Tim Manajemen BOS Madrasah/PPS

1. Tidak diperkenankan melakukan manipulasi data jumlah siswa dengan maksud untuk memperoleh bantuan yang lebih besar.

2. Mengelola dana BOS secara transparan dan bertanggung jawab dengan cara mengumumkan besar dana yang diterima dan dikelola oleh madrasah/PPS dan rencana penggunaan dana BOS (BOS-11A dan BOS-K1) di awaL tahun ajaran, serta laporan bulanan pengeluaran dana BOS dan barang-barang yang dibeli dari dana BOS oleh madrasah/PPS (BOS-11B dan BOS-K2) di papan pengumuman madrasah/PPS setiap 3 bulan.

3. Mengumumkan hasil pembelian barang dan harga yang dilakukan oleh madrasah/PPS di papan pengumuman yang harus ditandatangani oleh Komite Madrasah.

4. Bersedia diaudit oleh lembaga yang berwenang terhadap seluruh dana yang dikelola oleh madrasah/PPS, baik yang berasal dari dana BOS maupun dari sumber lain.

(25)

BAB VI

PEDOMAN PENGADAAN BUKU TEKS PELAJARAN A. Ketentuan yang Harus Diikuti Madrasah/PPS

Madrasah/PPS yang telah menyatakan menerima dana BOS terkait pembelian buku teks pelajaran mempunyai kewajiban sebagai berikut:

1. Membeli buku teks pelajaran umum dan Pendidikan Agama Islam yang diprioritaskan untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di madrasah dan digunakan minimal selama 5 (lima) tahun, dengan alokasi setinggi-tingginya 8% dari dana BOS/siswa/tahun.

2. Buku teks pelajaran yang dibeli harus buku baru (bukan buku bekas).

3. Buku teks pelajaran digunakan sebagai acuan wajib oleh pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran

4. Buku teks pelajaran yang sudah dibeli merupakan koleksi perpustakaan madrasah/PPS dan menjadi barang inventaris madrasah/PPS, harus dipinjamkan secara cuma-cuma kepada siswa dan boleh dibawa pulang.

5. Di akhir tahun pelajaran/semester, siswa harus mengembalikan buku teks pelajaran yang dipinjam agar dapat dipakai oleh adik kelasnya.

6. Dilarang memungut biaya kepada orang tua siswa dalam rangka pembelian dan perawatan buku teks pelajaran yang sudah dibiayai oleh dana BOS.

B. Penggunaan Dana

Sejak tahun 2009, tidak ada pemisahan antara dana BOS Buku dengan BOS reguler/tunai, sehingga pembelian buku oleh madrasah/PPS dapat dilakukan sekaligus atau bertahap, dengan catatan sebelum tahun ajaran baru semua buku yang harus dibeli telah tersedia untuk seluruh siswa. Ketentuan dalam penggunaan dana harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Buku yang dibeli/digandakan adalah buku teks pelajaran umum dan buku teks pelajaran Pendidikan Agama Islam. Buku teks pelajaran umum adalah buku-buku yang hak ciptanya telah dibeli oleh Pemerintah, sedangkan buku teks pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah buku-buku yang telah dinilai kelayakannya oleh Dirjen Pendidikan Islam.

2. Pemilihan dan penetapan judul buku teks pelajaran umum harus mengikuti Peraturan Mendiknas No 2 Tahun 2008 Tentang Buku (Lampiran 15).

3. Pemilihan dan penetapan judul buku teks pelajaran agama Islam harus mengikuti SK Dirjen Pendidikan Islam No. Dj.I/375/2009

4. Buku yang dibeli/digandakan oleh madrasah/PPS harus mencakup satu siswa satu buku. 5. Pemilihan buku teks pelajaran umum yang dibeli/digandakan didasarkan pada hasil rapat

pendidik di tingkat satuan pendidikan dari buku-buku teks pelajaran yang hak ciptanya telah dibeli oleh pemerintah.

6. Pemilihan buku teks pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dibeli/digandakan didasarkan pada hasil rapat pendidik di tingkat satuan pendidikan dari buku-buku teks pelajaran yang telah ditetapkan kelayakan pakainya oleh Dirjen Pendidikan Islam.

(26)

7. Jenis buku yang dibeli/digandakan untuk setingkat MI/PPS Ula adalah: a). Buku teks pelajaran IPS dan atau PKn untuk kelas 1 s.d 6 yang telah dinilai kelayakannya oleh Mendiknas. Bagi madrasah/PPS yang sudah memiliki 2 buku teks pelajaran tersebut, maka diperkenankan untuk membeli/menggandakan buku teks pelajaran lain yang belum dimiliki; b). Buku teks pelajaran Pendidikan Agama Islam (Alqur’an – Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqh, Sejarah Kebudayaan Islam) dan Bahasa Arab yang telah dinilai kelayakannya oleh Menteri Agama RI, dalam hal ini Dirjen Pendis; c). Buku Kitab Kuning khusus untuk PPS Ula, jika seluruh buku teks pelajaran umum sudah terpenuhi.

8. Jenis buku yang dibeli/digandakan untuk setingkat MTs/PPS Wustha adalah: a). Buku teks pelajaran IPA dan atau PKn untuk kelas 7 s.d 9 yang telah dinilai kelayakannya oleh Mendiknas. Bagi madrasah/PPS yang sudah memiliki 2 buku teks pelajaran tersebut, maka diperkenankan untuk membeli/menggandakan buku teks pelajaran lain yang belum dimiliki; b). Buku teks pelajaran Pendidikan Agama Islam (Alqur’an – Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqh, Sejarah Kebudayaan Islam) dan Bahasa Arab yang telah dinilai kelayakannya oleh Menteri Agama RI, dalam hal ini Dirjen Pendis; c). Buku Kitab Kuning khusus untuk PPS Wustha, jika buku teks pelajaran umum sudah terpenuhi.

9. Jika sebagian buku telah tersedia, maka madrasah/PPS harus membeli kekurangannya dan dapat membeli buku untuk mengganti yang telah rusak.

C. Buku yang Telah Dinilai Kelayakannya

1. Buku yang hak ciptanya dimiliki oleh pemerintah. Buku-buku tersebut hak ciptanya telah dibeli oleh pemerintah sesuai dengan Peraturan Mendiknas Nomor 2 Tahun 2008 Pasal 3 Ayat 4 yang menyebutkan bahwa Departemen, Departemen yang menangani urusan agama, dan/atau pemerintah daerah dapat membeli hak cipta buku dari pemiliknya untuk memfasilitasi penyediaan buku bagi pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik dengan harga yang terjangkau. Jenis-jenis buku yang sampai saat ini hak ciptanya telah dibeli oleh pemerintah adalah:

a. Buku untuk MI/PPS Ula:

1). Seluruh buku yang tertera dalam lampiran I-III Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 (IPA, Matematika, dan Bahasa Indonesia).

2). Seluruh buku yang tertera dalam Lampiran Peraturan Mendiknas Nomor 34 Tahun 2008 (PKn, IPA, Matematika, Bahasa Indonesia)

b. Buku untuk MTs/PPS Wustha:

1). Seluruh buku yang tertera dalam Lampiran IV-V Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 (Matematika, Bahasa Indonesia).

2). Seluruh buku yang tertera dalam Lampiran II Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2008 (Bahasa Indonesia).

3). Seluruh buku yang tertera dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2008 (IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris). 4). Seluruh buku yang tertera dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 41 Tahun 2008 (PKn, IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris)

(27)

kelayakannya oleh Dirjen Pendidikan Islam dan hak ciptanya belum dibeli oleh pemerintah. Madrasah/PPS dapat membeli buku tersebut di toko buku/distributor, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Buku untuk MI dan MTS:

Seluruh buku yang tertera dalam SK Dirjen Pendidikan Islam tahun 2008 dan 2009 tentang Penetapan Buku Ajar Pendidikan Agama Islam (PAI), Bahasa Arab dan Referensi untuk Raudlotul Athfal, Busthanul Athfal, Tarbiyatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah tahun 2008 dan 2009.

Buku mata pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi: Bahasa Arab, Alqur’an–Hadits, Aqidah-Akhlak, Fiqh, dan Sejarah Kebudayaan Islam.

b. Buku untuk PPS Ula dan PPS Wustha:

Seluruh buku yang tertera dalam SK Dirjen Pendidikan Islam tahun 2008 dan 2009 tentang Penetapan Buku Ajar Pendidikan Agama Islam (PAI), Bahasa Arab dan Referensi untuk Raudlotul Athfal, Busthanul Athfal, Tarbiyatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah tahun 2008 dan 2009. Selain itu, juga buku kitab kuning yang dibutuhkan oleh PPS Ula dan PPS Wustha.

D. Mekanisme Pembelian Buku oleh Madrasah/PPS

Mekanisme pembelian buku teks pelajaran dimaksud harus mengikuti prosedur sebagai berikut:

1. Hasil penetapan judul buku yang akan dibeli dan mekanisme pembeliannya harus dituangkan secara tertulis dalam bentuk berita acara rapat yang dilampirkan tandatangan seluruh peserta rapat yang hadir (format dan bentuk berita acara disusun oleh madrasah masing-masing).

2. Buku dapat dibeli oleh Madrasah/PPS langsung ke distributor buku atau pengecer buku (perhatikan Peraturan Mendiknas Nomor 2 Tahun 2008 Pasal 11). Pemilihan toko buku/distributor harus mengacu pada prinsip harga paling ekonomis, ketersediaan buku dan kecepatan pengiriman buku sampai ke madrasah/PPS dengan merujuk kepada mekanisme Pengadaan barang dan jasa pada bab IV Sub-BabE.

3. Harga buku teks pelajaran umum harus mengikuti Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Harga Eceran Tertinggi (Lampiran 17 dan Lampiran 25).

4. Buku harus telah dibeli oleh madrasah/PPS sebelum pelajaran dalam satu semester dimulai 5. Segala jenis bukti pembelian dan tanda terima pengiriman (jika ada) harus disimpan oleh

madrasah/PPS sebagai bahan bukti dan bahan laporan.

6. Jika terdapat buku dengan judul dan pengarang yang sama, tetapi digandakan oleh lebih dari satu penerbit (pihak lain yang menggandakan) dengan kualitas yang telah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan, maka madrasah/PPS harus memilih buku dengan harga termurah.

E. Mekanisme Pengadaan Buku untuk Daerah yang Belum Memiliki Pengecer

Beberapa pasal dalam Peraturan Mendiknas No. 2 Tahun 2008 yang terkait dengan pengadaan buku antara lain:

1. Pasal 8 ayat 1: Departemen, Departemen yang menangani urusan agama, dan/atau pemerintah daerah dapat mengijinkan orang-perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum untuk menggandakan,

(28)

mencetak, memfotocopi, mengalih-mediakan, dan/atau memperdagangkan buku yang hak-ciptanya telah dibeli sebagaimana dalam Pasal 3 Ayat 4.

2. Pasal 8 Ayat 2: Harga eceran tertinggi buku yang diperdagangkan sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (1) ditetapkan oleh Departemen, Departemen yang menangani urusan agama, dan/atau pemerintah daerah yang membeli hak cipta buku.

3. Pasal 8 Ayat 3: Harga eceran tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah setinggi-tingginya se-besar taksiran biaya wajar untuk mencetak dan mendistribusikan buku sampai di tangan konsumen akhir ditambah keuntungan sebelum pajak penghasilan setinggi-tingginya 15 % dari taksiran biaya wajar. 4. Pasal 12 Ayat 4: Daerah tertentu yang belum memiliki pengecer, pengadaan buku untuk perpustakaan

sa-tuan pendidikan dasar dan menengah yang dananya bersumber dari hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) Peraturan Mendiknas No 2 Tahun 2008 Pasal 12, dapat dilakukan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan sesuai peraturan perundang-undangan, berdasarkan masukan dari sekolah dan sete-lah mendapat izin dari Menteri Pendidikan Nasional (Peraturan Mendiknas Nomor 2 Tahun 2008 Pasal 12 Ayat 4).

(29)

BAB VII

MONITORING DAN PELAPORAN

Agar program ini berjalan lancar dan transparan, maka perlu dilakukan monitoring dan pengawasan yang dilakukan secara efektif dan terpadu. Berdasarkan sifatnya, kegiatan monitoring dapat dibedakan menjadi monitoring internal dan monitoring eksternal. Monitoring internal adalah monitoring yang dilakukan oleh Tim Manajemen BOS Pusat, Tim Manajemen BOS Propinsi dan Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota. Monitoring internal ini bersifat supervisi klinis, yaitu melakukan monitoring dan ikut menyelesaikan masalah jika ditemukan permasalahan dalam pelaksanaan program BOS. Monitoring eksternal lebih bersifat evaluasi terhadap pelaksanaan program dan melakukan analisis terhadap dampak program, kelemahan dan rekomendasi untuk perbaikan program. Monitoring eksternal ini dapat dilakukan oleh Balitbang atau lembaga independen lainnya yang kompeten.

Dalam Bab VII ini akan diuraikan secara ringkas tentang pelaksanaan monitoring dan supervisi (monitoring internal) yang dilakukan oleh pengelola program, sedangkan uraian tentang pengawasan akan disajikan pada Bab VIII. Penjelasan lebih mendalam berkaitan dengan kegiatan monev ini disajikan terpisah pada buku Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi. A. Monitoring

Bentuk kegiatan monitoring dan supervisi adalah melakukan pemantauan, pembinaan dan penyelesaian masalah terhadap pelaksanaan program BOS. Secara umum tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa dana BOS diterima oleh yang berhak dalam jumlah, waktu, cara, dan penggunaan yang tepat.

Komponen utama yang dimonitor antara lain: 1. Alokasi dana madrasah/PPS penerima bantuan 2. Penyaluran dan penggunaan dana

3. Pelayanan dan penanganan pengaduan 4. Administrasi keuangan

5. Pelaporan

Pelaksanaan kegiatan monitoring dilakukan oleh Tim Manajemen BOS Pusat, Tim Manajemen BOS Propinsi, dan Tim Manajemen BOS Kab/Kota.

1. Monitoring oleh Tim Manajemen BOS Pusat a. Monitoring Pelaksanaan Program

(1) Monitoring ditujukan untuk memantau: (a). Penyaluran dan penyerapan dana (b). Kinerja Tim Manajemen BOS Propinsi

(c). Penggunaan dan pengelolaan dana safeguarding di tingkat propinsi.

(2) Responden terdiri dari: Tim Manajemen BOS Propinsi, Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota, dan Tim Manajamen BOS di madrasah/PPS. .

(3) Monitoring dilaksanakan pada saat persiapan penyaluran dana, pada saat penyaluran dana dan paska penyaluran dana.

(30)

(4) Merencanakan dan membuat jadual pemantauan/monitoring dengan mempertimbangkan pemantauan/monitoring yang telah dilaksanakan oleh Tim Manajemen BOS Propinsi.

b. Monitoring Kasus Pengaduan dan Penyelewengan Dana

(1) Monitoring kasus pengaduan ditujukan untuk melakukan fact finding, investigasi,

dan menyelesaikan masalah yang muncul di lapangan serta

mendokumentasikannya.

(2) Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pelayanan dan penanganan pengaduan. (3) Kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait dalam menangani pengaduan dan

penyimpangan yang akan dilakukan sesuai kebutuhan. (4) Responden disesuaikan dengan kasus yang terjadi.

(5) Kegiatan monitoring kasus pengaduan akan dilaksanakan sesuai dengan masalah dan kebutuhan di lapangan.

Pengaduan ke Tim Manajemen BOS Pusat Kementerian Agama melalui nomor Telepon

Bebas Pulsa dengan nomor 0-800-140-1066. 2. Monitoring oleh Tim Manajemen BOS Propinsi

a. Monitoring Pelaksanaan Program (1) Monitoring ditujukan untuk memantau:

(a). Penyaluran dan penyerapan dana

(b). Penggunaan dana di tingkat madrasah/PPS

(c). Penggunaan dan pengelolaan dana safeguarding di tingkat kabupaten/kota. (2) Responden terdiri dari Tim Manajemen BOS Kabupaen/Kota, madrasah/PPS, murid

dan/atau orangtua murid penerima bantuan.

(3) Monitoring dilaksanakan pada saat persiapan penyaluran dana, pada saat penyaluran, dana dan pasca penyaluran dana.

(4) Merencanakan dan membuat jadual pemantauan/monitoring dengan

mempertimbangkan pemantauan/monitoring yang telah dilaksanakan oleh Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota atau oleh Tim Manajemen BOS Pusat.

b. Monitoring Kasus Pengaduan dan Penyelewengan Dana

(1) Monitoring kasus pengaduan ditujukan untuk melakukan fact finding, investigasi,

dan menyelesaikan masalah yang muncul di lapangan serta

mendokumentasikannya.

(2) Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pelayanan dan penanganan pengaduan. (3) Kerjasama dengan lembaga terkait dalam menangani pengaduan dan

penyimpangan akan dilakukan sesuai kebutuhan. (4) Responden disesuaikan dengan kasus yang terjadi.

(5) Kegiatan monitoring kasus pengaduan akan dilaksanakan sesuai dengan masalah dan kebutuhan di lapangan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji beda rataan interaksi varietas dengan pemberian beberapa bahan organik terhadap pertambahan panjang ubi jalar 5 MST dapat dilihat pada Tabel 1.. Tabel

Dengan membawa data-data perusahaan sebagaimana yang tercantum dalam format isian2. kualifikasi sehingga panitia dapat melakukan pembuktian sebagaimana perihal

Apabila pada hari dan tanggal yang telah kami tentukan saudara tidak hadir atau tidak dapat memperlihatkan data - data tersebut diatas, maka perusahaan saudara dinyatakan

Our objectives were to see (a) whether models of adsorption on fractal surfaces are applicable to water vapor adsorption in soils in the capillary condensation range, and (b)

Sebagai bahan pengisi serat digunakan untuk menahan sebagian besar gaya yang bekerja pada bahan komposit, matrik sendiri mempunyai fungsi melindungi dan mengikat serat agar

mengancam keberadaan mamalia dan habitatnya di Kampus IPB Dramaga. Oleh karena itu, diperlukan suatu langkah yang tepat dalam mengelola satwaliar di areal kampus agar

Rasa suka sama suka antara penjual dan pembeli itu diwujudkan dalam bentuk ucapan lisan, sehingga jumhur ulama yang terdiri dari salafiah, syiah dan zhahiriyah mewajibkan

Investasi pada produk unit link mengandung risiko, termasuk namun tidak terbatas pada risiko politik, risiko perubahan peraturan pemerintah atau perundang-undangan lainnya,