• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL. Ficus sp. (RA 08), Musa sp. (RA 09), dan 1 spesimen di serasah lantai hutan (RA 18).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL. Ficus sp. (RA 08), Musa sp. (RA 09), dan 1 spesimen di serasah lantai hutan (RA 18)."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

reproduksi cendawan yang tampak pada permukaan serangga, struktur tersebut diamati secara makroskopi (meliputi warna, bentuk, dan ukuran stroma, warna dan ukuran sinema, serta inang yang diserangnya) maupun mikroskopi (meliputi bentuk dan ukuran askus dan askospora, warna dan bentuk piknidium dan konidium). Pengukuran panjang dan lebar askus, askospora, piknidium dan konidium dilakukan sebanyak 20-30 buah.

Isolasi

Sebanyak 4 genus cendawan dominan yang diperoleh selama eksplorasi diisolasi dengan teknik spora tunggal pada media agar-agar dekstrosa kentang (14 g agar-agar-agar-agar, 20 g gula, 200 g kentang, 0.75 g antibiotik kloramfenikol, dan 1 liter akuades). Isolasi spora tunggal ini dilakukan dengan prinsip mensuspensikan spora cendawan yang tumbuh pada permukaan tubuh serangga menggunakan akuades steril. Suspensi tersebut diinokulasikan pada media agar-agar cawan dan dinkubasikan di dalam keranjang tertutup dengan kondisi lembap. Spora yang berkecambah dipindahkan ke media yang baru, sampai diperoleh biakan murni.

HASIL

Ragam Cendawan Entomopatogen

Di kawasan Cagar Alam Telaga Warna cendawan entomopatogen dapat ditemukan pada dua habitat, yaitu pada daun yang dijum-pai di atas maupun di bawah permukaan daun dan di serasah lantai hutan (Tabel 1).

Sebanyak 15 spesimen cendawan entomo-patogen berhasil diperoleh dalam periode Maret sampai dengan Mei 2008. Spesimen tersebut terdiri atas 2 genus teleomorf (Cordyceps dan Hypocrella) serta 4 genus anamorf (Aschersonia, Beauveria, Gibelulla, dan Isaria).

1 Cordyceps Fries

Tiga spesimen Cordyceps berasosiasi dengan Diptera sedangkan satu spesimen berasosiasi dengan Lepidoptera. Cordyceps yang berasosiasi dengan Diptera membentuk dua stroma di bagian toraks dan satu sinema di bagian anus. Cordyceps yang ditemukan berasosiasi dengan Lepidoptera hanya membentuk satu stroma. Ketiga spesimen tersebut masing-masing terdapat di bawah permukaan daun Ficus microcarpa (RA 07),

Ficus sp. (RA 08), Musa sp. (RA 09), dan 1

spesimen di serasah lantai hutan (RA 18). Tabel 1 Cendawan entomopatogen yang diperoleh

dari CA Telaga Warna beserta inangnya.

No. Koleksi Nama Cendawan Inang Lokasi RA 07; RA 08; RA 09 Cordyceps dipterigena Lalat (Diptera) Di bawah permukaan daun RA 18 C. cf. militaris Lepidoptera Di serasah lantai hutan RA 02; RA 03; RA 04

Hypocrella Homoptera Di atas permukaan daun dan pelepah RA 11;

RA 21

Aschersonia Homoptera Di atas permukaan daun dan batang RA 17; RA 23 Beauveria Lepidoptera Hemiptera Di bawah permukaan daun RA 01; RA 13

Gibelulla Araneae Di atas permukaan daun RA 19 Isaria Lepidoptera Di serasah

lantai hutan RA 20 ? Isaria Lepidoptera Di bawah

permukaan daun

Cordyceps dipterigena B. and Br.

Dua buah stroma berwarna krem keluar dari toraks pada ujung tangkai yang berwarna krem tua (Gambar 1a). Stroma berukuran 2.0-2.5 x 1.0-1.5 mm dan di dalam stroma ter-dapat peritesium (Gambar 1b). Peritesium hialin, berbentuk botol, kedudukan tenggelam (immersed) vertikal, berukuran 100.1-500.5 x 500.5-743.6 µm dan di dalam peritesium ter-dapat askus. Askus hialin, berbentuk silinder, berukuran 105.0-120.0 x 2.0-3.5 µm yang di dalamnya terdapat askospora (Gambar 1c). Askospora hialin berbentuk fusoid berukuran 4.5-7.5 x 0.18-0.24 µm. Selain struktur teleomorf, Cordyceps memiliki struktur anamorfnya yang merupakan sinema. Sinema tumbuh dari bagian anus berukuran 4.5-5.0 mm berwarna abu-abu dan memutih di bagian pangkal. Pada sinema terdapat piknidium berukuran 45-132 x 126-168 µm. Konidium belum dibentuk karena spesimen yang dikoleksi masih terlalu muda.

Spesimen Cordyceps RA 07 dan

Cordyceps RA 08 masih terlalu muda saat

dikoleksi, terlihat dari stroma muda yang belum terbentuk adanya peritesium dan sinema yang masih pendek. Cordyceps RA 07 (Gambar 1d) memiliki sinema berwarna krem

(2)

berukuran 3-5 mm, dan pada Cordyceps RA 08 (Gambar 1e) kedua stroma berukuran 0.2-0.3 x 0.2 mm dan sinema berukuran 3.5 mm. Pengamatan mikroskopi dari kedua spesimen ini belum tampak adanya peritesium maupun piknidium.

Gambar 1 Struktur teleomorf dan anamorf Cordyceps

dipterigena pada Diptera di bawah permukaan

daun (a) fase dewasa RA 09 (b) peritesium dari irisan melintang stroma (c) askospora, dan (d-e) fase muda RA 07 dan RA 08.

Cordyceps cf. militaris

Spesimen ini (Gambar 2) memiliki stroma berwarna oranye dan memutih di bagian pangkal dengan panjang 2 mm dan diameter 28-138 µm, pada permukaannya terdapat lubang ostiolum yang berisi peritesium. Peri-

Gambar 2 Cordyceps cf. militaris (a) pada serasah lantai hutan dengan stroma oranye yang mengan-dung peritesium, (b) peritesium, (c) askus muda, dan (d) koloni Cordyceps cf. militaris pada media Agar-agar Dekstrosa Kentang.

tesium berwarna oranye, bentuk botol, kedudukan tenggelam (immersed), berukuran 371.8-529.1 x 414.7-529.1µm dan di dalam peritesium terdapat askus. Askus hialin ukuran 81.0-120.0 x 2.4-4.8 µm, askospora cendawan belum terbentuk, karena spesimen yang dikoleksi masih muda. Diameter miselium Cordyceps RA 18 dalam media agar-agar mencapai 6.5 cm dalam waktu 25 hari masa inkubasi.

2 Hypocrella Saccardo

Tiga spesimen Hypocrella berasosiasi dengan inang famili Homoptera. Ketiga spesimen tersebut terdapat di pelepah daun

Nicolaia speciosa (RA 02) dan di bawah

permukaan daun Strobilanthus cernuus (RA 03 dan RA 04). Hifa cendawan ini tampak tumbuh menyelimuti seluruh permukaan tubuh inangnya membentuk stroma yang merupakan jalinan miselium yang memadat.

Hypocrella RA 02

Spesimen ini (Gambar 3) memiliki stroma berwarna putih, berbentuk bulat dengan permukaan tidak rata berukuran 1.5-8.0 x 1.8-5.0 mm. Pada permukaan stroma terdapat titik-titik berwarna lebih gelap yang

merupakan ostiolum, stroma berisi peritesium. Peritesium berbentuk botol, berukuran 143-514.8 x 114.4-271.17 µm, di dalam peritesium terdapat kumpulan askus. Askus hialin, berbentuk silinder, berukuran 5.7-9.8 x 1.5-2.4 µm yang mengandung askospora. Askospora hialin, berbentuk fusoid, berukuran 5.55-6.3 x 0.195-0.315 µm.

Gambar 3 Hypocrella RA 02 (a) pada pelepah Nicolaia

speciosa, (b) peritesium dari irisan membujur

stroma, dan (c) askus yang mengandung askospora. a c d b b c d sinema stroma a b e c a

(3)

Hypocrella RA 03

Spesimen ini (Gambar 4) memiliki stroma berwarna putih, bentuk bulat, permukaan tidak rata, berdiameter 2.0-4.0 x 1.0-2.25 mm, pada permukaan stroma tidak tampak adanya ostiolum. Irisan membujur stroma berisi peri-tesium. Peritesium berbentuk botol, keduduk-an immersed berukurkeduduk-an 164-212 x 103-135 µm, di dalam peritesium terdapat kumpulan askus dengan cap (tudung askus). Askus hialin, berbentuk silinder, berukuran 21.6-68.3 x 2.1-4.3 µm, di dalam askus mengandung askospora. Askospora hialin, berbentuk oval, berukuran 4.5-6.4 x 0.9-2.3µm.

Gambar 4 Hypocrella RA 03 pada (a) permukaan daun

Strobilanthus cernuus, (b) kumpulan askus,

(c) askus dengan tudung askus (cap), dan (d) kumpulan askospora.

Hypocrella RA 04

Spesimen ini (Gambar 5) memiliki stroma berwarna oranye, berbentuk bulat dengan per-mukaan tidak rata, di atas perper-mukaan stroma terdapat ostiolum yang berwarna lebih gelap. Irisan membujur stroma berisi peritetesium. Peritesium seperti botol, kedudukan

Gambar 5 Hypocrella RA 04 (a) stroma pada batang

Strobilanthus cernuus, (b) kumpulan askus,

(c) askus berisi askospora, dan (d) askospora.

Immersed, berukuran 351.2-421 x 243.1-421

µm, di dalam peritesium terdapat beberapa askus. Askus hialin, berbentuk silinder, ber-ukuran 91.1-53.8 x 1.1-2.3 µm yang berisi askospora. Askospora hijau hialin, berbentuk

fusoid, berukuran 4.1-6.3 x 3.1-5.0 µm.

3 Aschersonia Montagne

Dua spesimen Aschersonia ditemukan berasosiasi dengan Homoptera. Spesimen tersebut masing-masing terdapat di bawah permukaan daun Strobilanthus cernuus (RA 11) dan di pelepah Nicolaia speciosa (RA 21). Hifa cendawan ini tampak tumbuh menye-limuti seluruh permukaan tubuh inangnya membentuk stroma yang merupakan jalinan miselium yang memadat.

Aschersonia RA 11

Spesimen ini (Gambar 6) memiliki stroma berwarna oranye, berbentuk bulat, dengan permukaan tidak rata, berukuran 1.5-2.5 x 1.8-2.0 mm. Pada permukaan stroma terdapat ostiolum berwarna lebih gelap dan terdapat struktur menjulur keluar dari permukaan stroma. Irisan membujur stroma berisi piknidium. Piknidium berbentuk botol, berukuran 100.1-300.3 x 100.1-241.1 µm berisi sel konidiogen yang menghasilkan konidium. Konidium hialin, berbentuk fusoid, bersekat 2-3 buah, berukuran 7.5-9.0 x 0.9-0.12 µm.

Gambar 6 Aschersonia RA 11 (a) stroma dengan ostiolum, (b) piknidium dengan kumpulan konidium, dan (c) konidium.

Aschersonia RA 21

Spesimen ini (Gambar 7) memiliki stroma berwarna kuning, berbentuk bulat, permukaan tidak rata, berukuran 1.0-6.0 x 1.0-4.5 mm pada permukaan stroma terdapat lubang ostiolum berwarna lebih gelap. Irisan melin-tang stroma berisi piknidium. Piknidium

a b a d c a c b d b e

(4)

hialin, berbentuk botol, berukuran 243.1-529.1 x 200.2-371.8 µm yang di dalamnya mengandung konidium. Konidium hialin, berbentuk fusoid, bersekat, berukuran 6.0-10.5 x 1.3-2.5 µm.

Gambar 7 Aschersonia RA 21 (a) Stroma dengan ostiolum, (b) irisan melintang stroma yang mengandung piknidium, (c) piknidium yang mengandung konidium, dan (d) konidium.

4 Beauveria Vuillemin

Beauveria ditemukan berasosiasi dengan

Lepidoptera (RA 17) dan Hemiptera (RA 23). Spesimen tersebut terdapat di bawah permu-kaan daun tumbuhan dikotil. Inang yang diserang cendawan ini biasanya diselimuti miselia berwarna putih hingga krem seperti tepung. Koloni tersebut merupakan kumpulan dari konidium.

Beauveria RA 17

Spesimen ini (Gambar 8) memiliki konidium hijau hialin, berbentuk silindris, berukuran 1.5-2.5 x 0.15-0.3 µm.

Gambar 8 Beauveria RA 17 (a) di bawah permukaan daun, dan (b) konidium.

Beauveria RA 23

Spesimen ini (Gambar 9) memiliki konidium hijau-hialin, berbentuk bulat, ber-ukuran 0.75-1.05 µm. Diameter miselium-nya pada media agar-agar mencapai 4.1 cm dalam waktu 15 hari masa inkubasi.

Gambar 9 Beauveria RA 23 (a) miselium menutupi tubuh inang, (b) kumpulan kepala konidium, (c) kumpulan konidium, dan (d) miselium

Beauveria RA 23 dalam media Agar-agar

Dekstrosa Kentang.

5 Gibelulla Cavara

Gibelulla berasosiasi dengan Araneae di

bawah permukaan daun. Spesimen tersebut masing-masing terdapat di bawah permukaan daun tumbuhan dikotil (RA 01) dan di bawah permukaan daun Ficus sp. (RA 13). Hifa cendawan membentuk massa miselium menutupi permukaan tubuh inang, sehingga koloni tampak berwarna putih. Cendawan tersebut membentuk struktur sinema yang merupakan kumpulan konidiofor. Konidium dibentuk pada seluruh permukaan sinema oleh sel konidiofor yang memanjang. Pada ujung konidiofor menggembung merupakan kepala konidium yang menempel konidia.

Gibelulla RA 01

Spesimen ini (Gambar 10) membentuk 4 struktur sinema yang muncul pada tubuh inangnya. Setiap bagian sinema menempel kepala konidium berwarna putih berukuran 39-48 µm disangga oleh konidiofor. Konidio-for berukuran 13.9 µm, pada kepala konidium menempel konidium. Konidium hialin, ber-bentuk fusoid, dengan ukuran 0.08-0.10 x 0.08-0.12 µm.

Gambar 10 Gibelulla RA 01 (a) membentuk sinema pada inang, (b) kepala konidium dan konidium.

c a b b a c d d b a a Konidium b

(5)

Gibelulla RA 13

Spesimen ini (Gambar 11) membentuk sebuah struktur sinema berwarna putih, berukuran 1.9 mm yang muncul dari anus inang, disepanjang tangkai sinema terdapat konidiofor. konidiofor berukuran 57-90 µm yang menyangga kepala konidium. Kepala konidium berukuran 30-42 µm yang mengandung konidium. Konidium hialin, berbentuk silinder, berukuran 0.6-0.15 x 2.7-3.6 µm.

Gambar 11 Gibelulla RA 13 (a) di bawah permukaan daun Ficus sp. dengan sinema, (b-c) kepala konidium, dan (d) konidium.

6 Isaria Pers.: Fr.

Isaria ditemukan berasosiasi dengan

Lepidoptera. Spesimen tersebut ditemukan di serasah lantai hutan (RA 19) dan di bawah permukaan daun (RA 20). Hifa cendawan menutupi permukaan tubuh inang sehingga koloni tampak berwarna putih. Koloni tersebut merupakan struktur sinema tampak seperti serbuk berwarna putih, dengan percabangan yang tak teratur yang muncul dari tubuh inang.

Isaria RA 19

Spesimen ini (Gambar 12) memiliki sinema yang muncul dari tubuh inang, berwarna putih dengan tangkai bercabang berwarna krem dan bagian apeks berwarna putih dengan panjang 3-8 mm dan diameter 105.6-127.0 µm yang mengandung konidium. Konidium hijau kekuningan, berbentuk silinder, berukuran 0.23-0.53 x 0.12-0.18 µm. Diameter miselium cendawan ini pada media agar-agar mencapai 3.3 cm dalam waktu 10 hari masa inkubasi.

Gambar 12 Isaria RA 19 dari serasah lantai hutan (a) kumpulan sinema, (b-c) kumpulan konidium, dan (d) koloni Isaria RA 19 dalam media Agar-agar Dekstrosa Kentang.

7 ? Isaria RA 20

Spesimen ini (Gambar 13) memiliki sinema bercabang, berwarna krem dan me-mutih pada bagian apeks, berukuran 0.8-2.0 mm yang mengandung konidium. Konidium berbentuk silinder, berwarna hijau, berukuran 0.3-0.53 x 0.12-0.19 µm. Diameter miselium cendawan ini pada media agar-agar mencapai 1.4 cm dalam waktu 13 hari masa inkubasi.

Gambar 13 Spesimen RA 20 (a) di bawah permukaan daun, (b) kumpulan konidium, dan (c) koloni spesimen RA 20 pada media Agar-agar Dekstrosa Kentang.

Isolasi Cendawan Entomopatogen

Pertumbuhan cendawan entomopatogen tergolong lambat. Pada penelitian ini, pertumbuhan cendawan entomopatogen pada media Agar-agar Dekstrosa Kentang dapat diamati pada hari ke-3 masa inkubasi.

Cendawan entomopatogen yang tumbuh pada medium Agar-agar Dekstrosa Kentang (ADK), yaitu spesimen Cordyceps RA 18,

Isaria RA 19, ? Isaria RA 20, dan Beauveria

RA 23. Diameter miselium spesimen RA 18

a b a b c d c b c d a

(6)

Cordyceps mencapai 6.5 cm dalam waktu 25

hari masa inkubasi, diameter miselium spesimen Isaria RA 19 mencapai 3.3 cm dalam waktu 10 hari masa inkubasi, diameter miselium spesimen ? Isaria RA 20 mencapai 1.4 cm dalam waktu 13 hari masa inkubasi, dan diameter miselium spesimen Beauveria RA 23 mencapai 4.1 cm dalam waktu 15 hari masa inkubasi. Spesimen yang miseliumnya tumbuh cepat bukan merupakan isolat cendawan entomopatogen.

PEMBAHASAN

Cendawan entomopatogen menyerang hampir semua jenis serangga. Cendawan ini dapat menyerang stadium telur, larva (nimfa), pupa maupun stadia dewasa dari serangga (Wikardi 2000). Berdasarkan struktur repro-duksinya, cendawan entomopatogen memiliki dua fase siklus hidup, yaitu fase teleomorf dan anamorf. Teleomorf merupakan fase repro-duksi yang menghasilkan spora (seksual), sedangkan anamorf merupakan fase repro-duksi yang menghasilkan konidium (asek-sual). Sebanyak 6 genus cendawan entomo-patogen diperoleh dari kawasan CA Telaga Warna, yaitu Cordyceps dan Hypocrella (teleomorf), Aschersonia, Beauveria,

Gibelulla, dan Isaria (anamorf). Yanto (2007)

melaporkan 8 genus cendawan entomo-patogen di kawasan yang sama (Tabel 2). Tabel 2 Cendawan entomopatogen yang didapat di

CA Telaga Warna pada tahun 2007 & 2008

Fase Yanto ( 2007) Tahun 2008

Teleomorf Torubiella -

Cordyceps Cordyceps Hypocrella Hypocrella

Anamorf Aschersonia Aschersonia

Beauveria Beauveria - Gibelulla Isaria Isaria Akanthomyces - Paecilomyces - Total 8 6

Dalam penelitian ini ditemukan 6 genus cendawan entomopatogen dan 5 diantaranya dijumpai kembali pada tahun 2008. Perbedaan genus cendawan entomopatogen tersebut terjadi karena jalur penelusuran kawasan yang dilalui berbeda, kejelian dalam pengamatan

atau kondisi alam seperti curah hujan dan suhu.

Cordyceps dipterigena merupakan

cendawan entomopatogen yang berasosiasi spesifik dengan Diptera. Cendawan ini menghasilkan fase teleomorf dan anamorf secara bersamaan. Cordyceps dipterigena merupakan fase teleomorf, tetapi dari per-mukaan tubuh inangnya terdapat sinema. Sinema yang muncul dari inang (Diptera) sama dengan anamorf Hymenostilbe (Luangsa-ard et al. 2006). Stroma Cordyceps

dipterigena yang ditemukan pada penelitian

ini memiliki stroma jauh lebih kecil daripada yang dilaporkan oleh Petch (1929) dan Yanto (2007) (Tabel 3). Spesimen yang dikoleksi pada tahun 2008 kemungkinan masih terlalu muda, hal ini dapat terlihat dari ukuran stromanya dan spesimen ini belum menghasil-kan askospora. Spesimen Cordyceps

dipterigena pernah dilaporkan Kalshoven

(1930) dari Semeru dan spesimennya di-simpan di Herbarium Bogoriense.

Tabel 3 Ukuran stroma Cordyceps dipterigena

Stroma (mm) Sumber 6.0 x 2.5 Petch (1929) 2.5-3.0 x 1.0-2.0 Yanto (2007) 2.0-2.5 x 1.0-1.5 Penelitian ini

Cordyceps cf. militaris yang ditemukan

pada penelitian ini memiliki ukuran perite-sium dan askus yang lebih besar dibandingkan dengan yang ditemukan Yanto (2007) (Tabel 4). Kedua spesimen cendawan yang ditemu-kan masih muda karena belum dibentuknya askospora. Spesimen Cordyceps militaris dilaporkan Wabst (1899) dari Sachsen dan telah tercatat di Herbarium Bogoriense. Tabel 4 Ukuran struktur reproduksi seksual

Cordyceps militaris

Struktur reproduksi (µm) Sumber Peritesium 371.8-529.1 x 414.7-529.1 Penelitian ini 192.0-240.0 x 86.4-134.4 Yanto (2007) Askus 81-120 x 2.4-4.8 Penelitian ini 9.6-144.0 x 1.6-2.7 Yanto (2007)

Hypocrella merupakan genus yang mudah

dikenali karena warna stroma yang mencolok.

Hypocrella ditemukan berasosiasi dengan

Homoptera (Aleyrodidae dan Coccidae) pada daun maupun pada batang tanaman hutan.

Gambar

Tabel 1  Cendawan entomopatogen yang diperoleh  dari CA Telaga Warna beserta inangnya
Gambar 2  Cordyceps cf. militaris (a) pada serasah lantai  hutan dengan stroma oranye yang  mengan-dung peritesium, (b) peritesium, (c) askus  muda, dan  (d) koloni Cordyceps cf
Gambar 4  Hypocrella RA 03 pada (a) permukaan daun  Strobilanthus cernuus, (b) kumpulan askus,  (c) askus dengan tudung askus (cap), dan (d)  kumpulan askospora
Gambar 9  Beauveria RA 23 (a) miselium menutupi tubuh  inang, (b) kumpulan kepala konidium, (c)  kumpulan konidium, dan (d) miselium  Beauveria RA 23 dalam media Agar-agar  Dekstrosa Kentang
+3

Referensi

Dokumen terkait