1 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
STANDAR PELAYANAN MEDIK
ILMU PENYAKIT DALAM
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
PENYAKIT DALAM
(PAPDI)
EDITOR
PROF. DR.H.A. AZIZ RANI, SpPD, KGEH
DR. SIDARTAWAN SOEGONDO, SpPD, KEMD
DR. ANNA UJAINAH NASIR, SpPD, KP
2 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
STANDAR PELAYANAN MEDIK
ILMU PENYAKIT DALAM
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
PENYAKIT DALAM
(PAPDI)
EDITOR
PROF. DR.H.A. AZIZ RANI, SpPD, KGEH
DR. SIDARTAWAN SOEGONDO, SpPD, KEMD
DR. ANNA UJAINAH NASIR, SpPD, KP
3 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
KATA PENGANTAR
Dalam rangka menghadapi globalisasi dan menempuh pelayanan optimal sesuai
dengan profesionalisme dalam menjalankan tugas profesi Dokter Spesialis Penyakit Dalam,
maka Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPN-CM telah menginventarisasi dan
menyusun Standar Pelayanan Medis dan Panduan Standar Operasional Prosedur Tindakan
Dalam Pelayanan sehingga dapat diterapkan sebagai panduan kerja yang bermutu dan
dapatdipertanggungjawabkan.
Standar Pelayanan Medis di susun pertama kali dan telah dilaksanakan sejak tahun
1985. Pada tahun 1996 diadakan penyesuaian, perbaikan dan ditetapkan penggunaanya pada
November 1996 dengan penanggung jawab Ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI/RSUPN-CM. Dengan berkembangnya Standar Pelayanan Medis dan berubahnya
RSUPN-CM menjadi Perjan RSCM, maka pada tahun 2004 dilakukan penyesuaian dan
perbaikan kembali dan ditetapkan penggunaanya oleh PB PAPDI pada Juli 2004.
Tujuan dari perubahan dan penyesuaian tersebut oleh PB PAPDI agar buku Standar
Pelayanan Medis (SPM) tersebut dapat dijadikan rujukan untuk seluruh Dokter Spesialis
Penyakit Dalam yang bekerja di rumah sakit seluruh Indonesia.
Pada kesempatan ini, PB PAPDI berterima kasih kepada para Ketua Divisi dan Staf
atas revisi yang diberikan untuk perbakan konsep SPM. Penghargaan juga diberikan kepada
tim penyusun yang diketuai dr.Anna ujainah Nasir dan seluruh anggotanya.
Semoga SPM ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Jakarta, Juli 2004
Ketua Umum
PB PAPDI
4 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar
Langkah-langkah Penyusunan Standar Pelayanan Medik
Pendahuluan
Fasilitas Pelayanan Sub-Bagian
Tatalaksana Poliklinik
Tatalaksana Rawat Inap
Tatalaksana Perawatan
Tugas dan Wewenang Dokter di Poliklinik
Tugas dan Kewajiba Dokter di Ruangan SMF IPD
Tugas dan Kewajiban Dokter Jaga di SMF IPD
Standar Pelayan Medik:
Reumatologi:
Artritis Rematoid (RA)
Arthritis Gout
Sistemik Lupus Eritematosus
Osteo Arthritis (OA)
Scleroderma
Prosedur Tindakan
Injeksi Intra Artikuler
Aspirasi cairan sendi
Hepatologi:
Sirosis Hati
Hepatoma
Hepatitis Akut
Hepatitis Virus Kronik
Cholecystitis
Abses Hati
Fatty Liver
Tindakan Prosedur
Biopsy Hati
Aspriasi
Pungsi Ascites
ERCP
Tropik dan Infeksi:
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
Demam Tifoid
Sepsis
Leptospirosis
FUO
5 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
Diabetes Mellitus
Tirotoksikosis
Ketoasidosis (KAD)
Hipoglikemia
Dislipidemia
Gangren DM
SNNT
Kista Tiroid
Ca Thyroid
Cushing Syndrome
Prosedur Tindakan
Pungsi Kista
FNAB
Perawatan Ulkus DM
Kardiologi:
Arhytmia
Congestive Heart Failure (CHF)
Sindrom Koroner Akut (SKA)
Endokarditis Infektif
Prosedur Tindakan
Catheterisasi
Treadmill
PTCA
Pungsi Perikard
Pemasangan Pace Maker
Alergi dan Immunologi:
Asthma
Syok Anafilaktik
HIV/AIDS
Prosedur Tindakan
Skin Test
Provokasi Test
Gastroenterologi:
Hematemesis Melena
Diare Kronik
Pankreatitis Akut
Ileus Paralitik
Dispepsia
Hematoskezia
Ca Colon
Ca Rectum
Ca Gaster
Peptic Ulcer
Prosedur Tindakan
Endoskopi
6 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
Kolonoskopi
Flokker
Ligasi
Skleroterapi
Businasi
Ginjal dan Hipertensi:
Sindrom Nefrotik (SN)
Penyakit Ginjal Kronik
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Gagal Ginjal Akut
Hipertensi
Prosedur Tindakan
Hemodialisa/ HD
Biopsy Ginjal
Peritonialdialisis/ PD
Hematologi-Onkologi Medik:
Lymphoma
Anemia Aplastik
Leukemia Akut
Leukemia Kronik
Sindrom Lisis Tumor
Idiopathic Trombositopenic Purpura (ITP)
Deep Vein Thrombosis (DVT)
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
Prosedur Tindakan
FNAB
Kemoterapi
Apheresis
Phlebotomi
Aspirasi Sumsum Tulang/ Bone Marrow Puncture (BMP)
Biopsi Sumsum Tulang
Nutricath
Transfusi Darah
Psikosomatik:
Depresi Berorientasi Organ
Ansietas Berorientasi Organ
Pulmonologi:
Hemoptisis
Efusi Pleura
Pneumothoraks
Pneumonia Didapat di Masyarakat (CAP)
Pneumonia Nosokomial
Pneumonia Atipic
Pneumonia Aspirasi
7 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
Gagal Napas
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
TB Paru
Ca Paru
Emboli Paru
Prosedur Tindakan
Pungsi Cairan
Guided USG
FNAB
TTB
Pleurodesis
Bronkoskopi
Spirometri
Geriatri:
Pneumonia
Dehidrasi
Acute Confusional State (ACS)
Incontinentia Urin
Penutup
Lampiran:
Jadwal Kegiatan Departemen
Jadwal Kegiatan Sub-Bagian
Daftar Staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPN-CM
Alur Konsul dari Departemen Lain
Alur Pasien Rawat Jalan
Surat Keputusan Ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPN-CM
No. 469/PT02.FK25/cbu-93/2003 Penetapan Tim Revisi Standard Operating
Procedure (SCP).
Surat Keputusan Ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPN-CM
No. 682a/PT02.FK25/cbt-131/1996 Penetapan Standar Pelayanan Medik Ilmu
Penyakit Dalam.
8 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
KATA PENGANTAR
Dalam rangka menghadapi globalisasi dan menempuh pelayanan optimal sesuai
visi-misi RSCM, maka Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPN-CM telah
menginventarisasi dan menyusun Standar Pelayanan Medis dan Panduan Standar Operasional
Prosedur Tindakan Dalam Pelayanan sehingga dapat diterapkan sebagai panduan kerja yang
bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.
Standar Pelayanan Medis di susun pertama kali dan telah dilaksanakan sejak tahun
1985. Pada tahun 1996 diadakan penyesuaian, perbaikan dan ditetapkan penggunaanya pada
November 1996 dengan penanggung jawab Ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI/RSUPN-CM. Dengan berkembangnya Standar Pelayanan Medis dan berubahnya
RSUPN-CM menjadi Perjan RSCM, maka pada tahun 2003 dilakukan penyesuaian dan
perbaikan kembali dan ditetapkan penggunaanya oleh PB PAPDI pada Desember 2003.
Pada kesempatan ini, PB PAPDI berterima kasih kepada para Ketua Sub Bagian atas
revisi yang diberikan untuk perbakan konsep SPM. Penghargaan juga diberikan kepada tim
penyusun yang diketuai dr.Uyainah Zaini Nasir dan anggotanya dr.M. Syafiq, dr.Ikhwan
Rinaldi, dr. Johanes, dr.Purwita, dr.Dyah, dan dr.Ariani.
Semoga SPM ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Jakarta, Desember 2003
Ketua Departemen/KSMF
Ilmu Penyakit Dalam
FKUI/RSUPN-CM
Dr.H.A.Aziz Rani, SpPD, KGEH
NIP 130 422 576
9 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN MEDIK
ILMU PENYAKIT DALAM TAHUN 2003
Dalam Penyusunan Standar Pelayanan Medik (SPM) Ilmu Penyakit Dalam ada beberapa
langkah yang ditempuh untuk mencapai hasil yang makasimal, sebagai berikut:
1. Departemen Ilmu Penyakit Dalam bersama Koordinator Pelayanan Medik membentuk
tim khusus penyusun SPM tahun 2003 yang terdiri dari:
1. Satu orang staf Penyakit Dalam dari Koordinator Pelayanan Medik sebagai
Koordinator.
2. Enam orang PPDS Ilmu Penyakit Dalam sebagai anggota.
3. Dua orang secretariat dari Koordinator Pelayanan Medik IPD.
2. Pembuatan SK Penugasan Penyusunan SPM Penyakit Dalam tahun 2003 oleh Ketua
Departemen.
PROSES PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN MEDIK ILMU PENYAKIT DALAM
TAHUN 2003
1. Menentukan latar belakang penyusunan SPM.
2. Menentukan masalah yang ada dalam pelayanan di Departemen Penyakit Dalam.
3. Menentukan topik-topik yang perlu dimasukkan ke dalam SPM
Topik-topik ditentukan berdasarkan:
a. Sepuluh penyakit terbesar dari setiap subbagian.
b. Penyakit-penyakit yang dianggap penting walaupun angka kejadian kecil.
c. Penyakit-penyakit yang memerlukan tindakan emergensi.
4. Pembagian topic kepada 6 orang PPDS, dengan ketentuan 2 subbagian untuk
masing-masing PPDS (ada 12 subbagian).
PEMBAGIAN TOPIK:
1. dr.Muh.Syafiq & Dwi Hargiati:
Psikosomatik :
- Depresi
- Anxietas
Reumatologi :
- OA (Osteoarthritis)
- RA (Arthritis Rheumatoid)
- SLE (Systemic Lupus Eritematosus)
- Arthritis Gout
- Scleroderma
Tindakan/prosedur :
- Injeksi Intra Artikuler
- Aspirasi Cairan Sendi
10 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
2. dr.Purwita Wijaya Laksmi & Dwi Hargiati:
Ginjal- Hipertensi :
- Penyakit Ginjal Kronik.
- Sindrom Nefrotik (SN)
- Gagal Ginjal Akut.
- Hipertensi.
- ISK (Infeksi Saluran Kemih)
Tindakan/prosedur :
- Hemodialisa/HD.
- Biopsi Ginjal.
- Peritonialdialisis (PD).
Tropik- Infeksi :
- DHF (Dengue Haemorrhagic Fever).
- Typhoid Fever (Demam Tifoid).
- Leptospirosis.
- Sepsis.
- FUO.
3. dr.Dyah Purnamasari & Dwi Hargiati:
Hepatologi :
- SH (Sirosis Hati).
- Hepatoma.
- Hepatitis Akut.
- Hepatitis Virus Kronik.
- Cholecystitis.
- Abses Hati.
- Fatty Liver.
Tindakan/prosedur :
- Biopsi Hati.
- Aspirasi.
- Pungsi Ascites.
- ERCP.
Hematologi-Onkologi Medik :
- Lymphoma.
- Anemia Aplastik.
- Leukemia Akut.
- Leukemia Kronik.
- Sindrom Lisis Tumor.
- ITP (Idiopathic Trombositopenic Purpura).
- DVT (Deep Vein Thrombosis).
11 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
Tindakan/prosedur :
- FNAB.
- Kemoterapi.
- Apheresis.
- Phlebotomi.
- BMP (Aspirasi Sumsum Tulang).
- Biopsi Sumsum Tulang.
- Nutricath.
- Transfusi Darah.
4. dr.Ikhwan Rinaldi & Arti Lestari, SKM:
Kardiologi :
- Arhtymia.
- CHF (Congestive Heart Failure).
- SKA (SIndrom Koroner Akut).
- Endokarditis Infektif.
Tindakan/prosedur :
- Catheterisasi.
- Treadmil.
- PTCA.
- Pungsi Perikard.
- Pemasangan Pace Maker.
Alergi- Imunologi :
- Asthma.
- Syok Anafilaktik.
- HIV/SIDA.
Tindakan/prosedur :
- Skin Test.
- Provokasi Test.
5. dr.Ariani Intan Wardhani & Arti Lestari, SKM:
Gastroenterologi :
- Haematemesis Melena.
- Diare Kronik.
- Pankreatitis Akut.
- Ileus Paralitik.
- Dispepsia.
- Haemtoskezia.
- Ca Colon.
- Ca Recti.
- Ca Gaster.
- Peptic Ulcer.
Tindakan/prosedur :
- Endoskopi.
12 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
- Kolonoskopi.
- Flokker.
- Ligasi.
- Skleroterapi.
- Businasi.
Geriatri :
- Pneumonia.
- Dehidrasi.
- ACS (Acute COnfusional State).
- Incontinensia Urin.
6. dr.Johanes Poerwoto & Arti Lestari, SKM:
Metabolik- Endokrinologi:
- Diabetes Mellitus.
- Tirotoksikosis.
- KAD (Ketoasidosis).
- Hipoglikemia.
- Dislipidemia.
- Gangren DM.
- SNNT.
- Kista Thyroid.
- Ca Thyroid.
- Cushing Syndrome.
Tindakan/prosedur :
- Pungsi Kista.
- FNAB.
- Perawatan Ulkus DM.
Pulmonologi :
- Hemoptisis.
- Effusi Pleura.
- Pneumothoraks.
- Pneumonia.
- Gagal Nafas.
- PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik).
- TB Paru.
- Ca Paru.
- Emboli Paru.
TIndakan/prosedur :
- Pungsi Cairan.
- Guided USG.
- FNAB.
- TTB.
13 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
- Pleurodesis.
- Bronkoskopi.
5. Pembagian tugas secretariat yaitu 1 orang secretariat untuk 3 orang PPDS yang
bertugas menfollow-up, mengingatkan PPDS dan membantu proses kelancaran dalam
menyusun SPM.
6. Menyusun sistematika penulisan SPM yaitu sebagai berikut:
I.
Penyakit Terdiri Dari:
(1) Pengertian.
(2) Diagnosis.
(3) Differensial Diagnosis.
(4) Pemeriksaan Penunjang.
(5) Terapi.
(6) Komplikasi.
(7) Prognosis.
(8) Wewenang.
(9) Unit Terkait.
II.
Tindakan Terdiri Dari:
(1) Pengertian.
(2) Tujuan.
(3) Indikasi.
(4) Kontra Indikasi.
(5) Persiapan.
(6) Prosedur Tindakan.
(7) Lama Tindakan.
(8) Komplikasi.
(9) Wewenang.
(10) Unit Terkait
7. SPM meliputi pelayanan subbagian rawat jalan, rawat inap, dan kegawatdaruratan.
8. Menyusun SPM yang telah dibuat oleh 6 orang PPDS menjadi satu bentuk tulisan
yang kemudian di koreksi oleh staf subbagian terkait yang ditunjuk oleh
masing-masing subbagian.
9. Menyusun keseluruhan SPM yang telah dibuat mencakup didalamnya (SPM
pelayanan subbagian, rawat jalan, rawat inap, kegawatdaruratan, dan SPM yang telah
dikoreksi oleh masing-masing subbagian terkait) menjadi satu bentuk tulisan utuh.
10. Ketua Departemen mengirimkan SPM yang telah jadi ke subbagian-subbagian terkait
untuk dikoreksi kembali.
11. Memperbaiki SPM yang telah dikoreksi oleh masing-masing subbagian.
12. Ketua Departemen menyetujui SPM yang telah diperbaiki, pembuatan SPM tahun
2003 selesai.
13. Sosialisasi SPM kepada seluruh staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam dan
PPDS-IPD.
14. Pelaksanaan SPM dilaksankan oleh seluruh Staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam
dan PPDS-IPD dengan penuh tanggung jawab.
14 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
Rumah Sakit Perjan Dr.Cipto Mangunkusumo (RSCM) adalah satu-satunya rumah
sakit rujukan utama (top Referal) milik Pemerintah Indonesia. Selain itu RSCM juga
merupakan rumah sakit pendidikan (Teaching hospital) dari Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (FKUI), baik untuk pendidikan dokter umum (S1), dokter spesialis
(S2/Sp I, Sp II) dan doctor (S3).
Visi dari RSCM adalah Rumah Sakit Pendidikan yang mandiri dan terkemuka di ASEAN
Tahun 2005 dan di Asia Pasifik tahun 2010. Salah satu misi RSCM adalah memberikan
pelayanan kesehatan paripurna, bermutu, dan terjangkau. Sedangkan salah satu tujuannya
adalah tercapainya pelayanan prima yang menjamin kepuasan konsumen.
Sebagai salah satu rumah sakit rujukan utama Perjan RSCM member pelayanan untuk
hampir semua jenis cabang ilmu kedokteran.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM terdiri dari 12 subbagian, mempunyai 81
orang staf konsultan subspesialisasi dan tenaga ahli, termasuk diantaranya 14 orang guru
besar dan 5 orang doctor/PhD/MSc. Selain itu terdapat 117 dokter asisten ahli, yang
sedang menjalani pendidikan spesialis I.
Pelayanan yang diberikan oleh Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM selalu
ditekankan pada penanganan medis berdasarkan masalah (Problem Oriented Medical
Management) dan Memperhatikan cost effectiveness. Dalam melayani pasien selalu
diupayakan menegakkan permasalahan yang ada berdasarkan data-data yang didapat, dan
dilakukan sintesis dan analisis untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Begitupula pemeriksaan dan pengobatan yang direncanakan selalu dipilih berdasarkan
pertimbangan indikasi yang tepat dan biaya yang hemat. Konsultasi dengan Departemen
lain akan dilakukan bila diperlukan sehingga pasien mendapat pelayanan yang Optimal
terpadu, dan berkesinambungan. Pertimbangan utama dari setiap tindakan adalah
kepentingan pasien.
Selain di RSCM, pelayanan Departemen Ilmu Penyakit Dalam juga dilakukan di RS
Persahabatan dan RSUD Tangerang.
15 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
II.
CARA MENDAPATKAN PELAYANAN DI DEPARTEMEN PENYAKIT
DALAM (IPD) RSCM
Sesuai dengan fungsinya sebagai rujukan utama, pelayanan di RSCM diutamakan
sebagai rujukan. Pengertian ini berarti pasien yang dikirim ke Departemen IPD (RSCM)
sebelumnya sudah diperiksa oleh dokter praktek umum, dokter puskesmas, dokter spesialis di
Kabupaten dan Propinsi secara optimal. Departemen IPD RSCM juga melayani konsultasi
baik dari dokter praktek umum maupun spesialis swasta. Bagi seorang pegawai negeri pada
surat rujukan Asuransi Kesehatan (ASKES).
Hal yang perlu dilakukan untuk rujukan ke Departemen IPD RSCM adalah sebagai berikut:
1. Membawa surat pengantar dari:
Dokter luar (Puskesmas/ RS Pemda/Klinik Swasta/ RS Swasta).
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSCM.
Dokter Departemen lain di RSCM.
2. Membeli karcis di loket yang telah disediakan.
3. Bagi peserta ASKES diminta mengisi formulir khusus.
4. Mendaftar ke loket Poliklinik Penyakit Dalam yaitu 2 jenis:
a) Bagi pasien yang membwa rujukan dari dokter umum/Departemen lain, setelah
mendaftar di loket Poli Penyakit Dalam, menunggu panggilan dari Poliklinik
Penyakit Dalam, Apabila dikonsulkan ke polklinik subspesialis penyakit dalam,
yang bersangkutan mendaftar kembali di Poliklinik Penyakit Dalam berdasarkan
surat konsul tersebut, selanjutnya menunggu panggilan dari Poliklinik
Subspesialis yang dituju.
b) Bagi Pasien yang membawa rujukan dari dokter spesialis penyakit dalam luar
yang ditujukan untuk subspesialis, setelah mendaftar di loket Poli Penyakit
Dalam, langsung menuju panggilan dari Poliklinik subbagian yang dituju.
Untuk penanganan kasus-kasus gawat darurat, bagian gawat darurat Departemen IPD
RSCM selalu siap 24 jam sehari sepanjang tahun termasuk hari libur.
Pelayanan subbagian di Departemen IPD RSCM:
1. Alergi Imunologi Klinik.
2. Metabolik – Endokrinologi.
3. Ginjal – Hipertensi.
4. Gastroenterologi.
5. Hepatologi.
6. Pulmonologi.
7. Hematologi- Onkologi Medik.
8. Tropik- Infeksi.
9. Reumatologi.
10. Kardiologi.
16 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
11. Psikosomatik.
12. Geriatri.
III.
TATA LAKSANA POLIKLINIK
Jenis Pasien:
1. Dengan surat pengantar.
2. Tanpa surat pengantar.
A. Dengan surat pengantar dari:
Dokter luar (Puskesmas/ RS Pemda/ Klinik Swasta/ RS Swasta).
Instalasi Gawat Darurat RSCM.
Dokter Departemen lain di RSCM.
Dapat ke:
1. Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam:
a. Langsung berobat/konsultasi di polilklinik spesialis penyakit dalam.
b. Pada setiap konsultasi dilakukan pemeriksaan dan pembuatan status serta
konsep surat jawaban konsultasi oleh peserta PPDS.
c. Setiap surat jawaban konsul atau surat rawat harus di ketahui dan di tanda
tangani oleh supervisor (c.q. Pelaksana harian yang bertugas).
d. Pelaksana harian pada Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam, bertanggung
jawab kepada Supervisor Poliklinik Penyakit Dalam.
e. Bila dianggap perlu peserta PPDS dapat meminta konsultasi SMF lain
sepengetahuan Pelaksana Harian/ Supervisor.
f. Atas Indikasi, pasien dapat dikonsulkan ke Poli Subspesialis.
2. Poliklinik Subspesialis:
a. Pasien dapat berobat langsung ke Poliklinik Subspesialis apabila surat
pengantar langsung ditujukan ke Poliklinik Subspesialis.
b. Setiap konsultasi dilakukan pemeriksaan dan pembuatan status serta
konsep jawaban konsul oleh peserta PPDS.
c. Setiap permintaan dan jawaban konsul harus diketahui dan ditandatangani
oleh/bersama konsulen subbagian yang bersangkutan.
d. Bila diperlukan tindakan khusus/ prosedur diagnostic/ terapi, dibuatkan
surat pengantar ke Ruang Prosedur dan Pasien harus mendaftar di loket
khusus.
Poliklinik Subspesialis terdiri dari:
1. Alergi dan Imunologi Klinik.
2. Tropik Infeksi.
17 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
4. Pulmonologi.
5. Ginjal dan Hipertensi.
6. Psikosomatik.
7. Hepatologi.
8. Metabolik dan Endokrin.
9. Gastroenterologi.
10. Jantung.
11. Hematologi- Onkologi Medik.
12. Geriatri.
B. Tanpa surat pengantar:
1. Poliklinik Penyakit Dalam:
a. Pasien harus berobat pada poliklinik penyakit dalam terlebih dahulu dan bila
perlu dikonsulkan ke poliklinik subspesialis atau Departemen lain di RSCM.
b. Dokter Poliklinik Penyakit Dalam yang akan merawat pasien harus
berkonsultasi terlebih dahulu dengan pelaksana harian yang bertugas.
2. Instalasi Gawat Darurat:
a. Menerima pasien yang gawat.
b. Pasien mendaftar di loket IGD.
c. Setiap pelayanan dilakukan pemeriksaan , pengobatan, dan pembuatan status
serta pencatatan medik oleh PPDS (dokter jaga).
d. Bila ada masalah/ kasus sulit yang belum terselesaikan dokter jaga harus
melakukan konsul melalui telepon kepada konsulen jaga penyakit dalam dan
atau konsulen subspesialis di Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
e. Bila ada indikasi, dokter jaga IGD bersama Chief jaga dapat langsung
menyetujui perawatan pasien.
f. Bila ada indikasi, pasien dapat dikonsulkan ke Departemen lain yang terkait.
g. Bila ada indikasi, pasien dapat ditempatkan di ruang isolasi, IW, HCU.
IV.
ALUR PASIEN RAWAT JALAN
1. Pasien langsung mendaftar ke loket Poliklinik Penyakit Dalam sesuai dengan surat
pengantar (Pembayaran sesuai kebijakan RSCM dan IPD: Umum/ Askes).
2. Di Poliklinik Penyakit Dalam dilakukan pemeriksaan dan pembuatan staus serta
pencatatan medik oleh PPDS.
3. Bila ada indikasi, pasien dapat dikonsulkanke Poliklinik Subspesialis di Penyakit
Dalam. Kemudian Pasien mendaftar kembali ke loket Poliklinik Penyakit Dalam
(Pembayaran sesuai kebijakan RSCM dan IPD: Umum/ Askes).
4. Bila ada indikasi, pasien dapat dikonsulkan ke Departemen lain yang terkait
(Pendaftaran langsung ke Poliklinik Departemen lain yang dituju, dengan
pembayaran sesuai kebijakan RSCM dan Departemen lain yang terkait: Umum/
Askes).
5. Bila diperlukan tindakan khusus/ prosedur diagnostik/ terapi, dibuatkan surat
pengantar ke Ruang Prosedur dan Pasien harus mendaftar di loket khusus tindakan
18 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
subbagian yang dituju (Pembayaran sesuai pembayaran sesuai kebijakan IPD dan
Subbagian yang terkait dengan persetujuan RSCM: Umum/ Askes).
6. Hasil pembayaran dilaporkan ke ko/Admin ke IPD RSCM kemudian ke YanMed
RSCM.
V.
ALUR KONSUL DARI DEPARTEMEN LAIN (ANTAR DEPARTEMEN)
1. Jika Konsul dilakukan pada jam Kerja:
a. Bila surat pengantar diberikan untuk Poliklinik Penyakit Dalam, pasien
mendaftar di Poliklinik Penyakit Dalam (Poliklinik Konsul PD) (Pembayaran
sesuai kebijakan RSCM dan IPD: Umum/ Askes).
b. Bila surat pengantar diberikan untuk Poliklinik Subspesialis Penyakit Dalam,
pasien mendaftar di Poliklinik Penyakit Dalam (Poliklinik Konsul PD)
(Pembayaran sesuai kebijakan RSCM dan IPD: Umum/ Askes).
c. Bila ada indikasi alih rawat dan kondisi pasien sangat emergency/ perawatan
intensif (Mengancam nyawa) maka pasien dapat ditempatkan di ICU, ruang
rawat khusus, atau ruang resusitasi/ IGD lantai 1.
d. Bila masalah emergency teratasi maka pasien dirawat lanjutan di ruang rawat
Penyakit Dalam.
e. Jika ruang rawat penuh, maka dapat dilakukan rawat bersama (disusulkan
konsul lanjutan di subbagian terkait) dengan melapor terlebih dahulu ke
supervisor/konsulen subbagian.
f. Bila ada indikasi alih rawat tetapi kondisi pasien tidak emergency dan tempat
penuh maka dapat dilakukan rawat bersama (disusulkan konsul lanjutan ke
subbagian terkait) dan dilaporkan terlebih dahulu ke supervisor/ konsulen
subbagian.
g. Bila diperlukan, pasien dapat rawat bersama (disusulkan konsul lanjutan di
subbagian dengan terlebih dahulu lapor ke supervisor/konsulen subbagian).
2. Jika Konsul dilakukan di luar jam Kerja:
a. Pasien dikonsulkan ke dokter jaga.
b. Bila ada indikasi alih rawat dan kondisi pasien sangat emergency/ perawatan
intensif (Mengancam nyawa) maka pasien dapat ditempatkan di ICU, ruang
rawat khusus, atau ruang resusitasi/ IGD lantai 1.
c. Bila masalah emergency teratasi maka pasien dirawat lanjutan di ruang rawat
Penyakit Dalam.
d. Jika ruang rawat penuh, maka dapat dilakukan rawat bersama (disusulkan
konsul lanjutan di subbagian terkait) dengan melapor terlebih dahulu ke
supervisor/konsulen subbagian.
e. Bila ada indikasi alih rawat tetapi kondisi pasien tidak emergency dan tempat
penuh maka dapat dilakukan rawat bersama (disusulkan konsul lanjutan ke
subbagian terkait) dan dilaporkan terlebih dahulu ke supervisor/ konsulen
subbagian.
f. Bila diperlukan, pasien dapat rawat bersama (disusulkan konsul lanjutan di
subbagian dengan terlebih dahulu lapor ke supervisor/konsulen subbagian).
19 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
VI.
FASILITAS PELAYANAN SUB-BAGIAN:
A. SUB-BAGIAN ALERGI IMUNOLOGI KLINIK:
1. Poliklinik:
Kegiatan yang dilakukan di sini adalah pemeriksaan, pengobatan, pemantauan
serta penyuluhan penyakit alergi dan imunologi (misalnya Lupus Eritematosus
Sistemik/ Systemic Lupus Erythematosus/ SLE), disamping menjawab konsultasi
dari departemen/ rumah sakit lain, konsultasi dokter praktek umum dan spesialis
di luar rumah sakit maupun rujukan dari daerah.
Kegiatan Poliklinik Subbagian ini dilakukan hari Selasa dan Kamis di lantai IV
gedung Instalasi Rehabilitasi Medik (IRM).
2. Pemeriksaan Khusus:
Pemeriksaan yang bisa dilakukan di sub-bagian ini mencakup uji faal paru
(Spirometri), uji CMI (Cell Mediated Immunity/ Imunitas yang dihantarkan sel),
uji kulit, uji provokasi obat, uji provokasi histamine.
Uji CMI dan faal paru dilakukan setiap Senin, Rabu, dan Jum’at.
Uji kulit dilakukan setiap hari Selasa, sementara uji provokasi obat dan histamin
sesuai perjanjian.
3. Pengobatan:
Di Poliklinik gedung IRM lantai IV dilakukan juga pengobatan inhalasi.
4. Rawat Inap:
Rawat Inap dilakukan sesuai indikasi.
B. SUB-BAGIAN METABOLIK-ENDOKRIN:
1. Poliklinik:
1.1. Poliklinik Penyakit Endokrin:
Di poliklinik ini dilakukan penanganan penyakit endokrin secara menyeluruh,
yaitu deteksi dini, pemantauan sampai penilaian komplikasinya.
Hari kerja Poliklinik adalah Setiap Senin, Selasa, Kamis, dan Jum’at bertempat di
gedung Poliklinik Departemen Penyakit Dalam Lantai II, pada jam kerja.
1.2. Poliklinik Penyakit Diabetes Mellitus:
Di poliklinik ini dilakukan penanganan penyakit Diabetes Mellitus secara
menyeluruh, yaitu deteksi dini, pemantauan sampai penilaian komplikasinya.
Pelayanan juga mencakup tatalaksana diabetes pada kehamilan dan pada penyakit
lain.
Hari kerja Poliklinik adalah Setiap Selasa dan Jum’at bertempat di gedung
Poliklinik Departemen Penyakit Dalam Lantai II, pada jam kerja.
1.3. Poliklinik Lipid dan Obesitas:
Di poliklinik ini dilakukan penanganan penyakit Lipid dan Obesitas secara
menyeluruh, yaitu deteksi dini, pemantauan sampai penilaian komplikasinya.
Hari kerja Poliklinik adalah Rabu bertempat di gedung Poliklinik Departemen
Penyakit Dalam Lantai II, pada jam kerja.
20 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
1.4. Klinik Penyuluhan Diabetes:
Di poliklinik ini dilakukan penyuluhan pasien baru, pasien lama dengan masalah,
konsultasi dari luar RSCM untuk penurunan glukosa darah, mengenal komplikasi
seperti hipoglikemia dan merupakan rujukan klinik diabetes yang ada disekitar
Pulau Jawa.
1.5. Klinik Perawatan Kaki Diabetes:
Di Poliklinik ini dilakukan penanganan perawatan kaki diabetes.
2. Pemeriksaan Khusus:
2.1. Tindakan Diagnostik Penyakit Tiroid Meliputi USG, Biopsi, Aspirasi Tiroid untuk
mencari diagnostik etiologik. Pemeriksaan dilakukan sesuai perjanjian.
2.2. Tes Dinamika Hormon Pertumbuhan, Adrenal, dan Hipofisis.
2.3. Pemeriksaan Laboratorium untuk Kadar Glukosa Darah dan tes toleransi glukosa,
dilakukan Selasa dan Jum’at bersama Poliklinik Penyakit Diabetes Mellitus.
2.4. Pemeriksaan Laboratorium untuk kadar kolesterol dan lipid darah, dilakukan pada
hari Poliklinik Lipid dan Obesitas yaitu Rabu.
3. Rawat Inap:
Rawat Inap dilakukan sesuai indikasi.
C. SUB-BAGIAN GINJAL HIPERTENSI:
1. Poliklinik:
Kegiatan yang dilakukan di sini adalah pemeriksaan, pengobatan, pemantauan
serta penyuluhan penyakit Ginjal dan Hipertensi, disamping menjawab konsultasi
dari Departemen/ rumah sakit lain, konsultasi dokter praktek umum dan spesialis
di luar rumah sakit maupun rujukan dari daerah.
Kegiatan Poliklinik Subbagian ini dilakukan hari Senin, Rabu, dan Jum’at di
gedung Poliklinik Departemen Penyakit Dalam lantai II sayap kanan.
2. Pemeriksaan Khusus:
2.1.Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini diperlukan untuk melihat struktur ginjal dan saluran kemih
sebagai pemeriksaan penunjang diagnostik dan perencanaan tindakan selanjutnya.
Tindakan dilakukan sesuai perjanjian.
2.2.Biopsi Ginjal
Tindakan diagnostik ini diperlukan untuk menilai struktur jaringan ginjal dengan
tuntunan USG. Tindakan dilakukan sesuai perjanjian.
2.3.Renogram
Effective Renal Plasma Flow (ERPF), Glomerular Filtration Rate (GFR),
arteriografi, dan BPN dilakukan bekerjasama dengan Departemen Radiologi.
3. Hemodialisis (Cuci Darah):
21 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
Sub-bagian Ginjal Hipertensi mempunyai ruangan khusus untuk tindakan ini yang
dilakukan setiap Senin sampai Sabtu mulai jam 8 pagi sampai jam 8 malam
termasuk hari libur.
Tindakan hemodialisis dilakukan pada kasus dengan Chronic Kidney Disease
Stadium 4 dan 5, atau ginjal akut dengan indikasi tertentu.
4. CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis/ Dialisis Peritoneal Mandiri
Berkesinambungan):
Dengan bimbingan dari tenaga medis dan paramedik dari sub-bagian Ginjal
Hipertensi, dialysis cara ini bisa dilakukan sendiri oleh pasien.
5. Transplantasi (Cangkok) Ginjal:
Tindakan penuh tantangan dan ketelitian ini sudah dilakukan di RSCM
bekerjasama dengan Departemen Bedah Urologi.
6. Rawat Inap:
Rawat Inap dilakukan sesuai indikasi.
D. SUB-BAGIAN GASTROENTEROLOGI:
1. Poliklinik:
Kegiatan yang dilakukan di sini adalah pemeriksaan, pengobatan, pemantauan
serta penyuluhan penyakit saluran cerna, disamping menjawab konsultasi dari
Departemen/ rumah sakit lain, konsultasi dokter praktek umum dan spesialis di
luar rumah sakit maupun rujukan dari daerah.
Kegiatan Poliklinik Subbagian ini dilakukan hari Selasa dan Kamis di gedung
Poliklinik Departemen Penyakit Dalam lantai II.
2. Pemeriksaan Khusus:
Tindakan peneropongan saluran cerna dengan optik fiber ini bisa dilakukan untuk
2 fungsi yaitu diagnostik dan terapi.
Tindakan diagnostic mencakup Esofago Gastro Duodenoskopi, ERCP
(Bekerjasama dengan Departemen Radiologi) dan Kolonoskopi. Sedangkan
tindakan terapi adalah untuk dilatasi esophagus (Bouginasi), pemasangan protesa
esophagus, dilatasi pylorus, PEG (Percutaneus Endoscopic Gastroenterostomy/
Gastroenterostomi Endoskopi Perkutaneus).
Kalau diperlukan, tindakan ini juga bisa dilanjutkan dengan pemasangan stent,
polipektomi, skleroterapi hemoroid, dan ligasi hemoroid.
3. Rawat Inap:
Rawat Inap dilakukan sesuai indikasi.
E. SUB-BAGIAN HEPATOLOGI:
1. Poliklinik:
Kegiatan yang dilakukan di sini adalah pemeriksaan, pengobatan, pemantauan
serta penyuluhan penyakit hati, disamping menjawab konsultasi dari Departemen/
rumah sakit lain, konsultasi dokter praktek umum dan spesialis di luar rumah sakit
maupun rujukan dari daerah.
22 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
Kegiatan Poliklinik Subbagian ini dilakukan hari Senin dan Rabu di gedung
Poliklinik Departemen Penyakit Dalam lantai II
2. Pemeriksaan Khusus:
2.1.Ultrasonografi (USG):
Pemeriksaan ini diperlukan untuk melihat struktur hati dan bagian sistem
pencernaan lainnya seperti limpa dan kandung empedu sebagai pemeriksaan
penunjang diagnostik dan dasar perencanaan tindakan selanjutnya.
Prosedur ini bisa dilanjutkan dengan intervensi seperti aspirasi untuk kasus abses
hati amuba ataupun piogenik.
Tindakan dilakukan sesuai perjanjian.
2.2.Biopsi Hati:
Tindakan diagnostik ini dilakukan dengan panduan USG, diperlukan untuk
menilai struktur Patologi Anatomis jaringan hati misalnya pada kelainan hati
kronis akibat virus ataupun non-virus, nodul di hati,dll.
Penjadwalan dilakukan sesuai perjanjian.
2.3.Laparoskopi:
Pemeriksaan ini dilakukan dengan peneropongan untuk melihat struktur
permukaan organ dalam rongga perut.
Prosedur ini bisa dilanjutkan dengan biopsi atas indikasi.
3. Rawat Inap:
Rawat Inap dilakukan sesuai indikasi.
F. SUB-BAGIAN PULMONOLOGI:
1. Poliklinik:
Kegiatan yang dilakukan di sini adalah pemeriksaan, pengobatan, pemantauan
serta penyuluhan penyakit saluran nafas, disamping menjawab konsultasi dari
Departemen/ rumah sakit lain, konsultasi dokter praktek umum dan spesialis di
luar rumah sakit maupun rujukan dari daerah.
Kegiatan Poliklinik Subbagian ini dilakukan hari Senin, Rabu, dan Jum’at di
gedung Poliklinik Instalasi Rehabilitasi Medik (IRM) lantai V.
2. Pemeriksaan Khusus:
2.1.Spirometri:
Merupakan uji faal paru yang sangat berguna dalam menilai toleransi operasi, dan
pemantauan terapi penyakit paru kronik.
Pemantauan ini dilakukan setiap hari poliklinik, yaitu Senin, Rabu, dan Jum’at.
2.2.Bodyplethysmography:
Pemeriksaan ini sangat bermanfaat dalam penilaian fungsi paru yang belum
terdeteksi dengan spirometri (Standard).
Pemeriksaan ini dilakukan setiap hari poliklinik, yaitu Senin, Rabu, dan Jum’at
atau dengan perjanjian.
23 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
2.3.Bronkoskopi:
Pemeriksaan dengan teropong serabut optik ini dilakukan untuk menilai keadaan
permukaan jalan nafas, bisa dilanjutkan dengan bilas bronkoalveolar, sikatan
bronkus, atau biopsi transbronkial. Pemeriksaan ini dilakukan atas indikasi.
Pemeriksaan ini dilakukan setiap hari Selasa, dan Kamis, atau dengan perjanjian.
2.4.Punksi Cairan Pleura:
Pengambilan cairan pleura ini berdasarkan indikasi sebagai penunjang diagnostik
dan tindakan terapetik.
Pemeriksaan ini dilakukan setiap hari Selasa dan Kamis, atau dengan perjanjian.
2.5.Aspirasi Jarum Halus (Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB):
Aspirasi jarum halus dilakukan pada pembesaran Kelenjar Getah Bening, massa
tumor di leher, subclavicula, ataupun ketiak untuk analisis sitologi keganasan.
Pemeriksaan ini dilakukan setiap hari Selasa dan Kamis, atau dengan perjanjian.
2.6.Biopsi Trans Torakal (Trans Thoracal Biopsy/ TTB):
Biopsi trans torakal dilakukan pada tumor paru yang letaknya perifer.
Pemeriksaan ini dilakukan setiap hari Selasa dan Kamis, atau dengan perjanjian.
2.7.Biopsi Pleura:
Biopsi pleura ini dilakukan untuk penunjang diagnostic.
Pemeriksaan ini dilakukan setiap hari Selasa dan Kamis, atau dengan perjanjian.
3. Rawat Inap:
Rawat Inap dilakukan sesuai indikasi.
G. SUB-BAGIAN HEMATOLOGI-ONKOLOGI MEDIK:
1. Poliklinik:
Kegiatan yang dilakukan di sini adalah pemeriksaan, pengobatan, pemantauan
serta penyuluhan penyakit darah dan keganasan, disamping menjawab konsultasi
dari Departemen/ rumah sakit lain, konsultasi dokter praktek umum dan spesialis
di luar rumah sakit maupun rujukan dari daerah.
Kegiatan Poliklinik Subbagian ini dilakukan hari kerja di gedung Poliklinik
Sub-bagian Penyakit Dalam Lantai II Sayap kiri.
2. Pemeriksaan Khusus:
2.1. Pemeriksaan darah perifer/tepi lengkap (DPL) termasuk sitomorfologi.
2.2. Analisis sitomorfologi dan pewarnaan khusus serta sitokimia sumsum tulang
melalui Aspirasi (BMP) dan Biopsi Sumsum Tulang untuk mendapatkan data
histopatologi (PA dari Departemen Patologi Anatomi.
2.3. Sitologi cairan tubuh (Cairan Pleura, Asites, Cairan Otak dsb) dengan teknik
Cytospin.
2.4. Biopsi Jarum Halus (Fine Needle Aspiration Biopsy/ FNAB) terhadap Kelenjar
Getah Bening atau Massa Tumor untuk Analisis Sitologi Keganasan.
2.5. Pemeriksaan pembekuan darah (Hemostasis Lengkap) dan agregrasi trombosit.
2.6. Analisis
limfosit
T
dan
B
dengan
Antibody
Monoclonal
dengan
Immunofluoresensi untuk menilai kekebalan seluler dan diagnosis imunologik
leukaemia (Immunofenotyping).
24 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
2.7. Deteksi virus HIV dalam darah.
2.8. Pemeriksaan sitogenetika untuk mencari kelainan kromosom pada keganasan dari
darah tepi, aspirat sumsum tulang maupun jaringan tumor padat.
3. Pengobatan:
3.1. Poliklinik:
Pelayanan transfusi komponen darah, flebotomi maupun pemberian sitostatika
secara Perawatan Sehari (One Day Care).
3.2. Rawat Inap Khusus Kamar Steril:
Perawatan dalam ruangan isolasi khusus/bebas kuman untuk pengobatan induksi
sitostatika dan transplantasi sumsum tulang.
3.3. Pelayanan Hemaferesis Atau Pemisahan Komponen Darah:
Berupa Terapi (Misalnya lekosit atau trombosit berlebihan) dan penambah untuk
orang lain yang memerlukan.
4. Pengobatan:
4.1. Merancang:
Memberikan dan melakukan penyediaan kemoterapi sitostatika pada penyakit
keganasan (Misalnya Leukemia, limfoma malignum, myeloma multiple).
4.2. Berkerjasama:
Dengan disiplin/sub-bagian terkait dalam pengelolaan medic penyakit kanker
padat/ non-hematologik, baik secara konsultatif maupun tim/rawat bersama.
5. Rawat Inap:
Rawat Inap dilakukan sesuai indikasi.
H. SUB-BAGIAN TROPIK INFEKSI:
1. Poliklinik:
Pelayanan sub-Bagian Tropik Infeksi dilakukan di RSUPN-CM dan RSUP
Persahabatan
Kegiatan yang dilakukan di kedua tempat adalah pemeriksaan dan pengobatan
penyakit Tropik-Infeksi, disamping menjawab konsultasi dari Departemen/
Rumah Sakit lain, konsultasi dari Dokter Praktek Umum dan Spesialis di Luar
Rumah Sakit maupun rujukan dari daerah.
Kegiatan di RSUPN-CM dilakukan setiap hari kerja di gedung Poliklinik
Departemen Penyakit Dalam Lantai II sayap kanan, sementara di RSUP
Persahabatan di lantai II gedung Poliklinik.
.
2. Pemeriksaan Khusus:
Pemeriksaan Laboratorium dilakukan setiap hari diantaranya:
Serologi Malaria.
Serologi Leptospirosis.
Serologi Widal.
Serologi Dengue.
Kultur Bakteriologi.
Mikologi.
25 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
3. Rawat Inap:
Perawatan juga dilakukan di RSCM dan RSUP Persahabatan.
Pelayanan sub-bagian ini di RSUP Persahabatan mempunyai fasilitas perawatan
dan pelayanan khusus untuk diare.
I. SUB-BAGIAN REUMATOLOGI:
1. Poliklinik:
Kegiatan yang dilakukan di sini adalah pemeriksaan, pengobatan, pemantauan
serta penyuluhan penyakit Reumatologi, disamping menjawab konsultasi dari
Departemen/ rumah sakit lain, konsultasi dokter praktek umum dan spesialis di
luar rumah sakit maupun rujukan dari daerah.
Kegiatan Poliklinik Subbagian ini dilakukan hari Selasa dan kamis di gedung
Poliklinik Departemen Penyakit Dalam lantai II.
2. Pemeriksaan Khusus:
Tindakan ini mencakup fungsi cairan sendi dan analisanya, pemeriksaan CRP,
faktor rematoid, Autoantibodi (Latex, Rose Wahler), ANA, anti ds-DNA, anti scl
70, SS-A, SS-B, anti SN-RNP.
3. Terapi:
Tercakup di sini adalah fungsi cairan sendi, injeksi steroid intraartikuler, dan
terapi rehabilitasi (Kerjasama dengan Instalasi Rehabilitasi Medik).
4. Rawat Inap:
Perawatan dilakukan sesuai indikasi.
J. SUB-BAGIAN KARDIOLOGI:
1. Poliklinik:
1.1.Poliklinik Kardiologi:
Kegiatan yang dilakukan di sini adalah pemeriksaan, pengobatan, pemantauan
serta penyuluhan penyakit Jantung, disamping menjawab konsultasi dari
Departemen/ rumah sakit lain, konsultasi dokter praktek umum dan spesialis di
luar rumah sakit maupun rujukan dari daerah.
Poliklinik ini melayani pasien setiap hari pada jam kerja.
1.2.Poliklinik Aritmia:
Poliklinik ini melayani pasien 2 kali seminggu pada jam kerja.
2. Pemeriksaan Khusus:
2.1. Ekokardiografi Doppler dan Warna:
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi.
Gambaran pemeriksaan bisa dipantau bersama pasien melalui monitor komputer.
Indikasi pemeriksaan antara lain adalah didapatkannya perikarditis, efusi
pericardial, prolaps katup mitral (Mitral Valve Prolapse, MVP), kelainan katup,
kerusakan sekat serambi dan bilik (Atrial Septal Defect, ASD dan Ventricular
Septal Defect, VSD), Fungsi jantung.
Waktu tindakan disesuaikan dengan perjanjian.
26 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
Pemeriksaan ini di-indikasikan terutama untuk pasien muda yang menderita stroke
dimana didapatkan kecurigaan adanya thrombus di appendage atrium kiri, melihat
lebih jelas adanya kelainan katup, aorta, VSD, ASD.
Waktu tindakan sesuai perjanjian.
2.3. Ekokardiografi Stress:
(Stress Echocardiography):
Ini berguna untuk melihat hasil uji stress dengan lebih teliti.
2.4. Treadmill (Uji Beban Jantung).
2.5. Monitor Hotter (Melihat Aritmia).
2.6. Fonokardiografi (Visualisasi Kelainan Bunyi Jantung).
2.7. Kateterisasi Jantung.
Pemeriksaan ini merupakan cara mengukur tekanan di ruang-ruang jantung, aliran
balik (Regugirtasi), melihat kondisi kelianan bawaan, katup, dan stenosis
pembuluh koroner.
Kateterisasi juga bisa digunakan sebagai terapi seperti pada PTCA (Percutaneus
Transluminal Coronary Angioplasty/ Angioplastik Koroner Intralumen Perkutan),
BMV (Ballon Mitral Valvuloplasti/ Mitral dengan Balon), EPS (Electro
Physiology Study/ Pemantauan Elektrofisiologi). Tindakan ini juga bisa
dilanjutkan dengan ablasi, pemasangan stent dan alat pacu jantung baik yang
sifatnya temporer (Sementara) maupun yang permanen (Tetap).
3. Perawatan:
3.1. Rawat Inap:
Fasilitas ini digunakan untuk pasien dengan kelainan jantung yang perlu dirawat.
3.2. Unit Perawatan Jantung Intensif (Intensive Coronary Care Unit, ICCU):
Unit ini melakukan perawatan jantung secara intensif berdasarkan indikasi.
4. Rehabilitasi Jantung:
Pelayanan ini dilakukan bersama Yayasan Jantung Mas Isman, dilakukan di
beberapa tempat di Jakarta.
5. Rawat Inap:
Rawat Inap dilakukan sesuai indikasi.
K. SUB-BAGIAN PSIKOSOMATIK:
Departemen Penyakit Dalam RSUPN-CM selalu memegang prinsip bahwa
penatalaksanaan pasien harus holistic, yaitu secara keseluruhan, tidak memandang
jasad dan jiwa sebagai hal yang terpisah.
Ada 4 Keadaan yang Berhubungan dengan gangguan psikosomatik:
1. Gejala Fisik yang penyebabnya murni psikis.
2. Gejala Fisik/ Organik yang disebabkan factor psikis lama.
3. Gangguan Fisik dan Psikis yang dijumpai bersama-sama tapi keduanya tak
berhubungan (Koinsidensi).
4. Gangguan fisik lama yang menyebabkan gangguan psikis (Misalnya pada
Arthritis Reumatoid, Diabetes, Penyakit Keganasan, atau Penyakit Jantung yang
sudah lama.
27 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
Fasilitas Pelayanan Yang Ada:
1. Poliklinik:
Kegiatan yang dilakukan di sini adalah pemeriksaan, pengobatan, pemantauan
serta penyuluhan penyakit Psikosomatik, disamping menjawab konsultasi dari
Departemen/ rumah sakit lain, konsultasi dokter praktek umum dan spesialis di
luar rumah sakit maupun rujukan dari daerah.
Kegiatan Poliklinik Subbagian ini dilakukan hari Senin, Selasa, dan Kamis di
gedung Poliklinik Departemen Penyakit Dalam lantai V IRM (Instalasi
Rehabilitasi Medik).
2. Pemeriksaan/ Uji Laboratorium:
Pemeriksaan yang bisa dilakukan di sub-bagian ini mencakup uji insulin, uji
adrenalin, dan uji air yang bertujuan menilai adanya ketidakseimbangan saraf
otonom vegetative.
3. Rawat Inap:
Perawatan dilakukan sesuai indikasi.
L. SUB-BAGIAN GERIATRI:
Memasuki usia lanjut tidak berarti hanya menjadi jompo dengan sederet penyakit dan
segenggam obat yang harus tiap kali diminum. Geriatri adalah seni tersendiri dalam
bidang penyakit dalam yang memerlukan tindakan holistic inter/multidisiplin.
1. Poliklinik:
Kegiatan yang dilakukan di sini adalah pemeriksaan, pengobatan, pemantauan
serta penyuluhan penyakit Geriatric, disamping menjawab konsultasi dari
Departemen/ rumah sakit lain, konsultasi dokter praktek umum dan spesialis di
luar rumah sakit maupun rujukan dari daerah.
Edukasi dan latihan jasmani adalah hal yang tak kalah pentingnya.
Kegiatan Poliklinik Subbagian ini dilakukan hari Senin, Selasa, Kamis, dan
Jum’at di gedung Poliklinik Geriatric Departemen Penyakit Dalam.
2. Perawatan Sehari:
Kegiatan ini dilakukan pada setiap hari Senin.
Dalam proses ini dilakukan pengkajian (assessment) menyeluruh pada
pasien-pasien Geriatrik. Pelayanan ini dilakukan bersama-sama dokter dari Departemen
Terkait seperti Unit Rehabilitasi Medik, Jiwa, dan Instalasi Gizi.
3. Penyuluhan:
Kegiatan ini dilaksanakan sekali sebulan dengan pokok bahasan masalah-masalah
yang sering dijumpai.
4. Rawat Inap:
Perawatan dilakukan sesuai indikasi.
5. Kunjungan ke Panti Werdha
Untuk Pemeriksaan dan Penyuluhan pada Pasien-paien di tempat tersebut.
VII.
TATA LAKSANA RAWAT INAP
28 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
A. TATA CARA PERAWATAN
a. Tata Cara Perawatan di Ruang Kelas IIB dan III:
Pasien yang akan dirawat di ruang kelas II B dan III harus mendapat persetujuan
lebih dahulu dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pasien yang berasal dari poliklinik umum mendapat persetujuan dari
pelaksana harian supervisor poliklinik spesialis penyakit dalam (PHS
PSPD).
2. Pasien yang berasal dari poliklinik Spesialis Penyakit Dalam mendapat
persetujuan dari pelaksana harian supervisor poliklinik spesialis penyakit
dalam (PHS PSPD).
3. Pasien yang berasal dari poliklinik spesialis harus mendapat persetujuan
dari konsulen poliklinik subspesialis.
4. Pasien yang berasal dari Instalasi Gawat Darurat (Pada jam Kerja)
mendapat persetujuan dari Dokter Instalasi Gawat Darurat.
5. Pasien yang berasal dari Instalasi Gawat Darurat (Diluar jam Kerja)
mendapat persetujuan dari Dokter Jaga Utama Penyakit Dalam
6. Pasien yang berasal dari ruang perawatan Departemen lain (di luar
Departemen Penyakit Dalam) dipindahkan setelah mendapat persetujuan
dari Pelaksana Harian Supervisor Poliklinik Spesialis Pada waktu jam
kerja, dan diluar jam kerja mendapat persetujuan dari Dokter Jaga Utama
Penyakit Dalam.
b. Tata Cara Perawatan di Ruangan kelas I dan II:
Pasien yang akan dirawat di ruang kelas I dan II harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1. Pasien pribdi staf Departemen Penyakit Dalam yang membawa surat dari
dokter pribadinya dan datang pada jam kerja, dapat dirawat setelah
mendapat persetujuan dari P3RN.
2. Pasien pribadi dari dokter staf Departemen Penyakit Dalam yang
membawa surat dari dokter pribadinya dan datang di luar jam kerja,
diperiksa dahulu oleh dokter jaga Penyakit Dalam IGD dan dapat dirawat
setelah memenuhi persyaratan administrative.
Dokter jaga memberitahukan ke staf tersebut bahwa pasiennya dirawat.
3. Pasien yang datang dengan indikasi rawat yang datang ke:
Poliklinik Umum dan Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam tanpa
pengantar surat pengantar dokter pribadi, dapat dirawat setelah
mendapat persetujuan dari pelaksana harian supervisor poliklinik
umum.
Poliklinik Subspesialis tanpa surat pengantar dari dokter pribadi atau
konsulen poliklinik subspesialis dapat dirawat setelah mendapat
persetujuan dari P3RN.
4. Pasien dengan indikasi rawat yang datang di IGD pada jam kerja tanpa
surat pengantar dokter pribadi, boleh memilih dokter yang dikehendaki,
dan bila tidak maka pasien dirawat atas nama Koordinator Pelayanan
Medik Setelah mendapat persetujuan P3RN.
29 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
5. Pasien dengan indikasi rawat yang datang di IGD pada jam jaga tanpa
surat pengantar dokter pribadi, dapat dirawat atas nama Koordinator
Pelayanan Medik Setelah menyelesaikan persyaratan administrasi.
6. Pasien yang masuk rawat di luar jam kerja penanganannya sementara
dapat dilakukan oleh dokter jaga.
VIII.
TATA LAKSANA PERAWATAN
A. Pasien di ruang perawatan Kelas III:
1. Masuk Rawat Pada Jam Kerja:
a. Setelah pasien tiba di ruangan maka dokter ruangan bersama dokter kepala
ruangan (DKR) memeriksa penderita dan segera menetapkan kondisi pasien:
baik, sedang, berat, kritis.
b. Bila Kondisi Pasien Berat atau Kritis, maka:
Masalah segera ditegakkan.
Segera diatasi masalahnya dengan menetapkan keadaan vital (Vital sign)
pemberian diet, cara perawatan, cara pemberian cairan I.V. dan
medikamentosa, pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya serta
instruksi khusus (Konsultasi, perawatan khusus, tindakan khusus, dsb).
Selanjutnya dokter ruangan bersama-sama dokter kepala ruangan segera
melaporkan kepada supervisor dan bila perlu ke subbagian yang
bersangkutan.
Ringkasan pada waktu pasien masuk harus segera diisi dan catatan medic
lengkap harus diselesaikan dalam waktu 24 jam.
c. Bila pasien dalam kondisi baik atau sedang maka:
Dokter ruangan bersama-sama dengan dokter kepala ruangan memeriksa
pasien dan menegakkan masalah kemudian menetapkan diet, cara
perawatan, medikamentosa, pemeriksaan laboratorium, dan penunjang.
Melaporkan kepada supervisor ruangan selambat-lambatnya dalam waktu
24 jam.
Catatan medik lengkap harus diselesaikan dalam waktu 2 jam.
d. Supervisor mengkoordinasikan dan mengawasi kondisi pasien dan
perkembangannya, rencana pemeriksaan penunjang dan pengobatan dengan
menghubungkan “Cost Effectiveness” dan etik kedokteran dengan cara
mengadakan ronde ruangan minimal 2x/ minggu.
e. Bila pasien yang tiba di ruangan dalam keadaan baik, kemudian tiba-tiba jatuh
dalam keadaan berat atau kritis maka dokter ruangan dan dokter kepala
ruangan segera menetapkan tindakan dan pengobatan dan segera melaporkan
pada supervisor.
f. Bila pasien meninggal maka dokter ruangan membuat resume perawatan, dan
bersama-sama dokter ruangan yang lain dan supervisor mendiskusikannya
dalam suatu pertemuan yang diadakan oleh supervisor (Minimal 1x minggu).
g. Pemulangan pasien ditentukan oleh supervisor. Dokter ruangan berkewajiban
30 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
Poliklinik Sub-Spesialis, dan surat tersebut harus diketahui oleh supervisor
ruangan.
2. Masuk Rawat Diluar Jam Kerja (Jam Jaga):
a. Setelah pasien tiba di ruangan maka dokter jaga junior bersama-sama dokter
jaga senior menetapkan kondisi pasien, karena umumnya yang dirawat pada
jam jaga ialah pasien yang berat atau kritis maka langkah seperti dalam ad 1
segera dilaksanakan.
b. Formulir status dan pengobatan/ tindakan yang dilakukan segera ditulis dan
ditandatangani oleh yang bersangkutan dengan mencantumkan nama jelas.
c. Keesokan harinya dokter jaga junior segera menimbang terimakan pada dokter
ruangan. Dokter ruangan bersama-sama dokter kepala ruangan segera
melaporkan kepada supervisor.
3. Segala sesuatu yang terjadi pada pasien yang baru tiba, pasien lama yang gawat
atau meninggal dan setiap tindakan harus dicatat dalam catatan medik dan
ditandatangi oleh yang bersangkutan disertai nama jelas.
B. Pasien di ruang perawatan Kelas II:
Prinsip tatalaksana perawatan sama dengan pasien ruang perawatan kelas III.
C. Pasien di ruang perawatan kelas I:
Karena pasien di ruangan kelas I tidak ada dokter kepala ruangan dan dokter ruangan,
maka pasien ditujukan ke subbagian terkait apabila kasusnya sudah jelas dan
ditujukan ke coordinator pelayanan masyarakat apabila kasusnya belum jelas.
31 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
STANDAR PELAYANAN MEDIK
PENYAKIT
32 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
REUMATOLOGI
NO ARTRITIS PIRAI
Hal No. Dokumen No.Revisi Hal.
1. Pengertian Penyakit yang disebabkan oleh deposisi
kristal-monosodium urat(MSU) yang terjadi akibat supersaturasi cairan ekstra selular dan mengakibatkan satu atau beberapa manifestasi klinik.
2. Diagnosis Kriteria ACR (1977):
A. Didapatkan kristal monosodium urat di dalam cairan sendi, atau
B. Didapatkan kristal monosodium urat di dalam tofus, atau
C. Didapatkan 6 dari 12 kriteria berikut: 1. Inflamasi maksimal pada hari pertama 2. Serangan artritis akut lebih dari 1 kali 3. Artiritis monoartikular
4. Sendi yang terkena berwarna kemerahan 5. Pembengkakan sendi simetris pada gambaran
radiologik
6. Serangan pada sendi MTP unilateral 7. Serangan pada sendi Tarsal Unilateral 8. Tofus
9. Hiperurisemia
10. Pembengkakan sendi asimetris pada gambaran radiologik
11. Kista subkortikal tanpa erosi pada gambaran radiologik
12. Kultur bakteri cairan sendi negative
3. Diagnosis Banding 1.Pseudogout khusus: Artritis Septik, Artritis Reumatoid 4. Pemeriksaan Penunjang LED, CRP
Analisis cairan sendi
Asam Urat darah dan urin 24 jam
Ureum, Kreatinin, CCT
Radiologi Sendi
5. Terapi 1. Penyuluhan
2. Pengobatan Fase Akut:
a. Kolkisin. Dosis 0,5 mg diberikan tiap jam sampai terjadi perbaikan inflamasi atau terdapat tanda-tanda toksik atau dosis tidak melebihi 8mg/24 jam.
b. Obat Antiinflamasi Non Steroid (NSAID) c. Glukokortikotoid dosis rendah bila ada
kontraindikasi
3. Pengobatan Hiperurisemia: a. Diet Rendah Purin
b. Obat penghambat Xantin oksidase (untuk tipe produksi berlebih), misalnya Allopurinol c. Obat Urikosurik (untuk tipe sekresi rendah) Catatan: Obat antihiperurisemik tidak boleh diberikan pada stadium akut.
33 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
6. Komplikasi Tofus
Deformitas Sendi
Nefropati Gout, Gagal Ginjal
7. Prognosis Bonam
8. Wewenang Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
9. Unit Yang Menangani Departemen Penyakit Dalam- Subbagian Reumatologi 10. Unit Yang Terkait
NO ARTRITIS REUMATOID
Hal No. Dokumen No.Revisi Hal.
1. Pengertian Penyakit inflamasi sistemik kronik yang terutama mengenai sendi diartrodial. Termasuk penyakit autoimun dengan etiologi yang tidak diketahui
2. Diagnosis Kriteria Diagnosis (ACR,1987) 1. Kaku Pagi, sekurangnya 1 jam 2. Artritis pada sekurangnya 3 sendi 3. Artiritis pada sendi pergelangan tangan,
metacarpophalanx (MCP) dan Proximal Interphalanx (PIP).
4. Artritis yang Simetris. 5. Nodul Reumatoid
6. Faktor Reumatoid serum positif 7. Gambaran Radiologik yang spesifik
Catatan: Untuk diagnosis AR, diperlukan 4 dari 7 kriteria tersebut diatas, criteria 1-4 harus minimal diderita selama 6 minggu.
3. Diagnosis Banding Spondiloatropati seronegatif, sindrom Sjogren 4. Pemeriksaan Penunjang LED,CRP
Faktor Reumatoid serum. Hasil positif dijumpai pada sebagian besar kasus (85%), sedangkan hasil negative tidak menyingkirkan adanya AR.
Analisis Cairan Sendi. Dapat terlihat peningkatan jumlah leukosit diatas 2000/mm3. Analisis ini sekaligus digunakan untuk menyingkirkan adanya artropati Kristal.
Radiologi tangan dan kaki. Gambaran dini berupa pembengkakan jaringan lunak, diikuti oleh Osteoporosis juxta-articular dan erosi pada bare area tulang. Keadaan lanjut terlihat penyempitan celah sendi, osteoporosis difus, erosi meluas sampah daerah subkondral.
Biopsi sinovium/nodul rheumatoid.
5. Terapi Penyuluhan
Proteksi Sendi, terutama pada stadium akut
Obat antiinflamasi non-steroid
Obat remitif(DMARD), misalnya klorokuin dengan dosis 1x250mg/hari, metrotreksat dosis 7,5-20 mg sekali seminggu, salazopirin dosis 3-4x 500mg/hari, garam emas per oral dosis 3-9 mg/hari, atau
34 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
kemudian dengan dosis 25 mg/minggu, dan
dinaikan menjadi 50 mg/minggu selama 20 minggu, selanjutnya diturunkan setiap 4 minggu sampai dosis kumulatif 2g.
Glukokortikoid, dosis seminimal mungkin dan sesingkat mungkin, untuk mengatasi keadaan akut atau kekambuhan Dapat diberikan prednisone dengan dosis 20mg dosis terbagi dan segera Tappering off.
Bila terdapat peradangan yang terbatas hanya pada 1-2 sendi, dapat diberikan injeksi steroid
intraartikular seperti Triamcinolone Acetonide 10 mg atau metilprednisolon 20-40 mg.
Fisioterapi, terapi okupasi, bila perlu dapat diberikan ortosis.
Operasi untuk memperbaiki deformitas.
6. Komplikasi Deformitas sendi (boutonnierre, swan neck, deviasi ulnar)
Sindrom Terowongan Karpal
7. Prognosis Dubia
8. Wewenang Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
9. Unit Yang Menangani Departemen Penyakit Dalam-Subbagian Reumatologi 10. Unit Yang Terkait Departemen Bedah-Orthopedi
NO LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
Hal No. Dokumen No.Revisi Hal.
1. Pengertian Penyakit autoimun yang ditandai produksi antibody terhadap komponen-komponen inti sel yang berhubungan dengan manifestasi klinis yang luas.
2. Diagnosis Kriteria Diagnosis ACR 1982. Diagnosis ditegakkan bila didapatkan 4 dari 11 kriteria dibawah ini.
1. Ruam Malar 2. Ruam Diskoid 3. Fotosensitivitas
4. Ulserasi di mulut atau nasofaring 5. Artritis
6. Serositis (pleuritis dan perikarditis)
7. Kelainan ginjal (proteinuri>0,5g/hari), atau (silinder sel) 8. Kelainan Neurologi, kejang-kejang atau psikosis. 9. Kelainan Hematologi, anemia hemolitik, atau
leucopenia, atau limfopenia, atau trombopenia. 10. Kelaian imunologik, Sel LE positif atau anti DNA
positif, atau anti Sm positif, tes serologis untuk sifilis positif palsu.
11. Antiboid Antinuklear (ANA) positif.
3. Diagnosis Banding Mixed Connective Tissue Disease, Sindrom Vaskulitis 4. Pemeriksaan Penunjang LED, CRP
C3 dan C4
ANA, ENA (Anti dsDNA dsb)
35 | Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam edisi-2004
BIopsi Kulit
5. Terapi Penyuluhan
Proteksi terhadap sinar matahari, sinar ultraviolet, kadang-kadang juga sinar fluoresein
Pada manifestasi non-organ vital(kulit, sendi, fatigue) dapat diberikan klorokuin 4 mg/kg/BB/hari.
Bila terdapat peradangan terbatas pada 1-2 sendi, dapat diberikan injeksi steroid intraartikular
Pada kasus berat atau mengancam nyawa dapat diberikan pulse metilprednisolon 1g/hari IV selama 3 hari berturut-turut, lalu diberikan prednisone 40-60mg/hari per oral
Bila Pemberian glukokortikoid selama 4 minggu tidak memuaskan , maka dimulai pemberian imunosupresif lain, missal siklofosfamid 500-1000 mg/m2 sebulan sekali selama 6 bulan, kemudian tiap 3 bulan sampai 2 tahun.
Imunosupresan lain yang dapat diberikan adalah azatioprin, siklosporin-A
6. Komplikasi Anemia hemolitik, thrombosis, lupus serebral, nefritis lupus, infeksi sekunder, osteonekrosis.
7. Prognosis Dubia
8. Wewenang Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam
9. Unit Yang Menangani Departemen Penyakit Dalam- Subbagian Rematologi 10. Unit Yang Terkait Departemen Kulit & Kelamin.
NO ARTRITIS SEPTIK
Hal No. Dokumen No.Revisi Hal.
1. Pengertian Artritis yang disebabkan oleh adanya infeksi berbagai mikroorganisme (bakteri,non-gonokokal)
2. Diagnosis Nyeri Sendi Akut, umumnya monoartikular.
Umumnya terdapat penyakit lain yang mendasari
DItemukan bakteri dari kultur cairan sendi. 3. Diagnosis Banding Artiritis gonokokal, bursitis septio
4. Pemeriksaan Penunjang Analisis Cairan Sendi
Pewarnaan Gram dan kultur cairan Sendi
Radiografi sendi yang terserang.
LED,CRP, leukosit darah
Kultur darah, bila ada tanda-tanda sepsis.
5. Terapi 1. Aspirasi Cairan Sendi
2. Antibiotik berspektrum luas sebelum ada hasil kultur dan diubah setelah hasil kultur diperoleh. 3. Drainase sendi yang terinfeksi
4. Indikasi Tindakan bedah:
a. Infeksi Koksa pada anak-anak.
b. Infeksi mengenai sendi yang sulit dilakukan drainase secara adekuat.
c. Terdapat Bukti Osteomielitis
d. Infeksi Berkembang ke jaringan lunak sekitarnya