• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK KELOMPOK A DI RA. BAITUL MUTA'ALLIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK KELOMPOK A DI RA. BAITUL MUTA'ALLIM"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN

PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK KELOMPOK A

DI RA. BAITUL MUTA'ALLIM

Nurul Qoyyimah

1

, I Made Tegeh

2

, Mutiara Magta

3

1,3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

2

Jurusan Teknologi Pendidikan

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: Nurul_qoyyimah@gmail.com, imadetegehderana@gmail.com,

m_magta@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan sosial emosional anak Taman Kanak-kanak kelompok A setelah penerapan permainan tradisional. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Subjek dari penelitan ini adalah 20 orang anak kelompok A semester II tahun pelajaran 2015/2016 di RA. Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah. Data penelitian tindakan kelas ini dikumpulkan melalui metode observasi menggunakan lembar observasi. Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I rata-rata persentase perkembangan sosial emosional anak adalah 56 berada pada katagori rendah, sedangkan terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 71% dengan katagori sedang, hal tersebut menandakan bahwa terdapat peningkatan rata-rata persentase perkembangan sosial emosional anak kelompok A di RA. Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah pada siklus I dan siklus II sebesar 15%. Jadi penerapan permainan tradisional dapat meningkatkan perkembangan sosial emosional anak kelompok A semester II tahun pelajaran 2015/2016 di RA.Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah.

Kata-kata kunci : permainan tradisional, perkembangan sosial, emosional

Abstract

This destination this research for know increase in average student, group A after was playing tradisional, this research included research action class, subjek of this research is 20 children group A semester II 2015/2016 in the RA. Baitul Muta'allim Tegallinggah vallage. This research action class collected through observation using obervation sheet. Analysis data using descriptive statistical analisys and quantitative descriptive statistical analysis. This research was conducted with 2 cycles. The results showed that in the first cycles the average percentage of social develovment was 56 % in the low category, while there was an increase in the second cycles to 71% in the medium category, it indicates that an increase in the average percentage of traditional play to improve social emotional develovment of children in group Ain RA. Baitul Muta'allim Tegallinggah village in the first cycles and the second cycles by 15%. So traditional play can improve social emotional develovment of children in group A the second semester of the school year 2015/2016 in RA. Baitul Muta'allim Tegallinggah village.

(2)

PENDAHULUAN

Perkembangan sosial emosional adalah salah satu aspek perkembangan untuk anak usia dini, perkembangan sosial tersebut sangat perlu diberikan kepada anak terlebih pada anak yang sering menyendiri, kurang bermain kepada temannya, dan kurang mengenal alam sekitarnya, dengan demikian anak nantinya dapat mengenal lingkungan sekitar sekolah, mulai dari mengenal guru, staf sekolah, dan teman-temannya.

Menurut Susanto (2013:133) menyatakan bahwa “Perkembangan sosial emosional merupakan dua aspek yang berlainan, namun dalam kenyataannya satu sama lain saling memenuhi". Anak yang menguasai perkembangan sosial emosional, diharapkan belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma kelompok, karena perkembangan sosial merupakan salah satu aspek perkembangan anak yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan anak untuk memulai dan memiliki hubungan sosial. Selain itu kemampuan anak dalam kerjasama juga penting untuk suatu kegiatan atau pergaulan berkelompok.

Perkembangan sosial emosional salah satu perkembangan yang sangat membantu anak kepada hal-hal yang memerlukan kerjasama, dengan perkembangan sosial pula anak mampu melatih kerjasamanya, kesabaran, dengan teman sebaya ataupun kepada orang dewasa. Dengan melakukan kerjasama, tumbuhlah sikap saling tolong menolong antara anak yang satu dengan yang lainnya, ini berarti perkembangan sosial emosional sangat perlu diberikan atau diterapkan pada anak sejak dini.

Perkembangan sosial emosional pada anak seperti anak dapat berinteraksi kepada temannya, anak dapat kerjasama dalam melaksanakan sebuah permainan, anak dapat menyapa temannya, anak dapat mengenal lingkungan sekitarnya, dan sabar menunggu giliran dll. Contoh-contoh tersebut guru dapat memperhatikan peserta didiknya dalam hal penerapan perkembangan sosial emosional untuk anak usia dini.

Berdasarkan observasi yang dilakukan beberapa kali di RA. Baitul

Muta'allim Desa Tegallinggah pada kelompok A, peneliti menemukan masalah pada perkembangan sosial anak. Hal tersebut terlihat pada proses pembelajaran berlangsung, permasalahan anak adalah: (a) anak masih suka menyendiri; (b) anak masih suka memilih-milih teman; (c) anak masih sering mengobrol pada saat melakukan kegiatan bermain. Guru di RA tersebut kurang memperhatikan masalah anak-anaknya terutama dalam hal sosialisasi kepada temannya saat berada diluar kelas maupun di dalam kelas, guru kurang mengajak anak-anak beraktivitas di luar kelas, guru kurang memperhatikan anak-anaknya saat bermain bersama temannya. Dari hasil penilaian guru setiap harinya dengan jumlah anak sebanyak 20 anak, 13 anak yang masih mendapat bintang dua (** anak mulai berkembang) dan 7 anak yang sudah mampu mendapat bintang tiga (*** anak sudah berkembang) dengan demikian anak yang kurang berkembang dalam perkembangan sosial anak sekitar 75% , dan 25% anak sudah berkembang dalam perkembangan sosial anak.

Pada saat anak diberikan kegiatan berkelompok anak masih terlihat menyendiri, anak kurang beraktifitas dengan temamnya saat guru mengajak bermain, anak terlihat lebih sering menyendiri daripada bermain bersama temannya, pada saat guru mengajak anak untuk melakukan kegiatan kereta api sambil memegang bahu teman dan mengelilingi pohon, disana anak hanya bisa melihat teman yang sedang melakukan kegiatan bermain kereta api, dan terlihat pula pada saat guru mengajak anak-anaknya bermain di halaman sekolah, guru memberikan kegiatan bermain menangkap dan melempar bola, disana anak masih suka bercanda, kurang memperhatikan guru, anak masih suka mengobrol dengan temannya saat melakukan kegiatan, sedangkan masalah anak masih suka memilih-milih teman, terlihat pada saat anak diberikan kegiatan mengoper suatu benda dari teman yang satu dengan teman yang lainnya, dan ini dilakukan secara berkelompok, disana anak terlihat masih suka memilih-milih teman, anak kurang berinteraksi dengan teman lainnya.

(3)

Penyebab perkembangan sosial anak yang masih kurang diantaranya: a) guru kurang mengajak anak untuk bermain diluar kelas, dan guru kurang memperhatikan masalah anak dalam perkembangan sosialnya saat berada di luar kelas; b) kegiatan yang diberikankan pada guru sering membuat anak bosan dalam melaksanakan kegiatan, sehingga anak kurang memperhatikan guru, dan masih sering mengobrol kepada temannya saat kegiatan pembelajaran berlangsung; c) guru kurang memperhatikan anak yang sering memilih-milih teman untuk diajak bermain.

Mengingat pentingnya perkembangan sosial emosional anak sejak dini, maka hambatan ini perlu diatasi, sehingga perkembangan sosial anak dapat meningkat. Pemilihan kegiatan pembelajaran harus mampu merangsang anak untuk aktif, dan anak dapat meningkatkan kerjasama dengan teman sebaya ataupun orang dewasa, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan perkembangan sosial. Salah satu cara yang dapat digunakan guru sebagai strategi untuk mengatasi permasalahan anak adalah menciptakan kegiatan bermain yang dapat mengembangkan sosial anak.

Kegiatan bermain yang dilakukan anak harus membuat anak merasa senang, sehingga semua kegiatan yang menyenangkan bagi anak akan menghasilkan proses belajar anak yang bermanfaat. Dari permasalahan anak tersebut dapat digunakan salah satu kegiatan bermain untuk dapat meningkatkan kerjasama anak dalam bermain yakni dengan permainan tradisional.

Aktivitas bermain anak-anak merupakan suatu proses pendidikan dan pengajaran karena mainan mencerminkan sarana yang efektif dan sukses untuk mengaktualisasikan diri. Tidak hanya pada tingkat pendidikan yang merupakan dasar dalam pengembangan segenap potensi yang dimiliki anak antara lain : agama, kognitif, sosial-emosional, bahasa, motorik kasar, dan motorik halus, serta kemandirian. Permainan tradisional merupakan permainan yang relatif sederhana namun memberikan manfaat

luar biasa jika kita menelusuri makna dari permainan itu secara mendalam.

Setiap daerah mengenal permainan tradisional dengan namanya masing-masing permainan ini dahulu sering dimainkan oleh anak-anak untuk mengisi hari-hari bermain mereka sekarang, terutama dikota-kota besar, permainan tradisional mulai ditinggalkan, diantaranya adalah sebagai berikut: kemajuan teknologi terutama dalam bidang permainan anak-anak, Setiap negara menginginkan negaranya menguasai teknologi sesuai dengan perkembangan jaman. Namun disadari atau tidak kemajuan teknologi terutama dalam bidang permainan anak-anak membuat tergesernya permainan tradisional, adanya perdagangan bebas, secara tidak langsung perdagangan bebas turut mengancam keberadaan permainan tradisional.

Permainan tradisional jarang diberikan kepada anak-anak di RA Baitul Muta'allim, guru-guru di RA terlihat kurang menghiraukan permainan tradisional untuk diberikan pada anak didiknya, kegiatan yang diberikan guru pada anak didiknya saat berada diluar kelas selain jam istirahat anak adalah kegiatan senam dan itupun dilakukan setiap hari sabtu. Seperti kita ketahui bahwa permainan tradisional sangat penting untuk diberikan pada anak usia dini, dengan permainan tradisional anak bisa mengenal alam sekitarnya, mengenal lingkungan yang ada disekitar anak. Anak juga dapat terhibur dengan diajaknya bermain sambil belajar diluar kelas.

Permainan tradisional juga merupakan permainan yang bermanfaat bagi anak, dan banyak pula perkembangan yang dapat ditingkatkan dalam permainan tradisional tersebut. Salah satunya perkembangan sosial yang dapat dikembangkan pada anak, untuk melatih kerjasama, kekompakan, dan intraksi antara anak yang satu dengan anak yang lainnya.

Dengan permainan tradisional, anak yang kurang bermain bersama temannya, yang awalnya anak hanya melihat saja, setelah berjalannya waktu anak mulai mendekatkan diri untuk bermain bersama teman-temannya, tanpa memilih teman lagi

(4)

untuk diajak bermain. Guru secara perlahan dapat memperhatikan anak yang kurang bermain atau berinteraksi bersama temannya melalui permainan tradisional tersebut, sehingga anak mau mengikuti aturan permainan dan dapat meningkatkan kerjasama dengan teman lainnya. Lambat laut, anak pasti akan merasakan kesenangan dalam dirinya. Dengan demikian untuk kedepannya nanti anak mampu hidup bersosialisasi kepada temannya, maka dari itu anak perlu stimulus untuk melatih kerjasama anak sejak dini, tanpa memandang suatu apapun.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada kelompok A semester II tahun pelajaran 2015/2016 bertempat di RA. Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok A semester II tahun pelajaran 2015/2016 di RA. Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah yang berjumlah 20 anak yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Adapun objek penelitian ini adalah perkembangan sosial anak.

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini merupakan PTK karena penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan penerapan suatu pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar. Dipilihnya PTK karena penelitian ini akan melakukan perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dengan melakukan refleksi dan perbaikan pada setiap siklus penelitian. Perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan meningkatkan perkembangan sosial anak kelompok A di RA Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah. Pelitian ini dilaksanakan disesuaikan dengan kalender pendidikan di RA Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah pada Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan tujuan untuk meningkatkan perkembangan sosial anak kelompok A di RA Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebanyak dua siklus, akhir siklus I ditandai dengan pelaksanaan penerapan permainan tradisional untuk meningkatkan perkembangan sosial yang telah disiapkan, begitu pula pada siklus II. Jika dalam siklus I, pada anak kelompok A, telah mencapai nilai rata-rata maka penelitian akan dihentikan pada siklus I. Jika dalam siklus I anak kelompok A belum mencapai nilai rata-rata maka penelitian ini akan dilanjutkan pada siklus II.Terdapat sebuah variabel yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini yaitu, Variabel terikat pada penelitian ini adalah perkembangan sosial emosional Variabel bebas dalam penelitian ini adalah permainan tradisional.

Penenelitian

tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada tahap ini dipersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (Rencana Kegiatan Harian), lembar observasi, lembar indikator

perkembangan sosial anak yang telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.

Pelaksanaan tindakan dilakukan selama 11 kali pertemuan dalam 1 siklus.Adapun tindakan yang dilakukan dalam 3 tahap. Pendahuluan Membuka pembelajaran dengan memberikan apersepsi dan menstimulasi semangat belajar anak baik bernyanyi atau tanya jawab dan melakukan pemanasan dengan berlari kecil/menggerakkan otot-otot/melakukan senam dan bernyanyi sebelum memulai kegiatan permainan tradisional. Kegiatan Inti Memulai kegiatan permainan tradisional dengan yang telah dirancang, yang sesuai untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional anak. Namun sebelum langsung memulai kegiatan permainan, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu cara bermainnya dan aturan yang harus diikuti anak-anak. Hal ini untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Karena itu perlu diberi penjelasan dan pengarahan serta aturan yang tepat dan mudah diikuti oleh anak-anak.

Kegiatan Penutup Memberikan penghargaan terhadap peningkatan anak

(5)

dalam perkembangan sosial anak, baik dalam bentuk nilai bintang atau penyemangat dan dorongan.Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan dan mencatat kejadian-kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi dengan membuat lembar catatan lapangan bila diperlukan untuk menjaga agar tidak melewatkan data yang diperlukan.

Refleksi Pada tahap ini bersama guru melakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan kelas yang digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran berikutnya. Jika hasil yang diharapkan tidak tercapai maka dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Adapun gambar alur pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 01. Model penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi Arikunto (dalam Paizaluddin, 2012: 34)

Teknik Analisis Data setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data digunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Kedua jenis metode analisis data tersebut dijelaskan sebagai berikut.Agung (2014:110) dalam bukunya “Metodologi Penelitian Pendidikan menyatakan,Metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean),

median (Me) dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga di peroleh kesimpulan umum.

Dalam penerapan metode analisis statistik deskripif, data yang diperoleh dari hasil penelitian disajikan ke dalam 1) tabel distribusi frekuensi, 2) menghitung angka rata-rata atau mean (M), 3) menghitung modus (Mo), 4) menghitung median (Me), 5) menyajikan ke dalam grafik polygon. Dalam buku metodologi penelitian Agung (dalam Agung, 2014:145) menyatakan bahwa, Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang di lakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang di teliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendah data perkembangan sosial dalam permainan tradisional yang di tentukan dengan menggunakan pedoman konversi Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Untuk menghitung perkembangan sosial anak melalui permainan tradisional digunakan rumus sebagai berikut.

Tingkat perkembangan sosial anak yang diperoleh hasilnya dikonversikan dengan cara, membandingkan angka rata-rata persen dengan kriteria penilaian acuan patokan (PAP) skala 5 sebagai berikut. Tindakan dapat dikatakan berhasil apabila peningkatan perkembangan sosial anak mencapai predikat minimal sedang.

(6)

Tabel 1. Pedoman Konversi PAP Skala Lima Tentang Tingkatan Perkembangan Sosial Emosional Anak.

Berdasarkan pedoman PAP Skala lima mengenai Perkembangan Sosial pada anak kelompok A di RA Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah, maka target yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah anak mampu mencapai tingkat penguasaan pembelajaran yaitu 80-89% dengan kriteria tinggi atau aktif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni tahun 2016 pada anak kelompok A semester II tahun ajaran 2015/2016 di RA. Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini sejumalah 20 anak yang terdiri dari 12 perempuan dan 8 anak laki-laki. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus di anataranya satu siklus terdiri dari 11 kali pertemuan. Pelaksanaan tindakan dilakukan pada kegiatan inti dalam waktu 60 menit. Sebelum pelaksaan tindakan guru dan peneliti berkoordinasi tentang kegiatan yang akan dilakukan. Observasi dilakukan bersaamaan dengan pelaksaan tindakan yang dilakukan pada setiap harinya.

Pada siklus I peneliti dan guru menggunakan empat tahapan yaitu 1). Perencanaan, guru dan peneliti merancang RKH setiap harinya , 2). Pelaksanaan, guru dan peneliti bekerjasama dalam melaksanakan penelitian ini. 3). Pengamatan peneliti mengamati kegiatan kegiatan pada setiap hari pertemuan dan

mencatat hasil dari pengamatan yang telah dilakukan dengan memberikan nilai berupa (*)/(bintang) yang terdiri dari (*) yang artinya belum berkembang, (**) mulai berkembang, (***) berkembang sesuai dengan harapan, (****) berkembang dengan sangat baik. Dan rancangan ke 4 yaitu guru dan peneliti merefleksi hasil dari siklus I. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu penerapan permainan tradisional untuk meningkatkan perkembangan sosial anak kelompok A semester II tahun ajaran 2015/2016 di RA. Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah.

Penelitian pada siklus I dilaksanakan di RA. Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada kelompok A semester II. Pada siklus I terdapat empat tahapan yang dilakukan guru antara lain: Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi/evaluasi, Refleksi . Data peningkatan perkembangan sosial anak kelompok A RA. Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah disajikan dalam tabel distribusi, menghitung mean, modus dan median, grafik pliygon dan membandingkan rata-rata dengan skala PAP lima yang telah disajikan. Dari hasil obeservasi yang dilakukan pada saat penerapan permainan tradisional untuk meningkatkan perkembangan sosial anak menggunakan 5 indikator yang muncul dalam proses pembelajaran yang diberi bobot yakni (****) berkembang dengan sangat baik, (***) berkembang sesuai dengan harapan, (**) mulai berkembang, (*) belum berkembang. Skor total yang diperoleh masing-masing anak akan dibagi dengan bobot maksimal dikali 100.

Siklus I dilaksanakan dalam 11 kali pertemuan dengan setiap kali pertemuaanya dilakukan dalam waktu 60 menit. Pengumpulan data pada siklus I menggunakan lembar observasi yang berisikan indikator capaian perkembangan anak. Data yang diperoleh diolah menggunakan analisis statistik deskriptif kuantitatif secara sederhana sebagai berikut. Persentase Perkembangan Sosial Kriteria Perkembangan Sosial 90 −100 80 − 89 65 − 74 55 − 64 0 − 54 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

(7)

Gambar 02. Grafik Polygon Siklus I Hasil perolehan analisis yang didapat pada siklus I yaitu nilai modus (Mo) yaitu 13, median (Me) yaitu 11.5, mean (M) yaitu 11.2. Berdasarkan perhitungan tersebut terlihat Mo>Me>M (13>11.5>11.2). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data perkembangan sosial anak pada siklus I merupakan kurve juling negatif. Setelah dihitung rata-rata skor persentase perkembangan sosial anak diperoleh sebesar 56% yang masih berada pada kriteria rendah.

Hasil analisis tindakan penelitian tindakan kelas siklus II memperoleh nilai Mo sebanyak 14, Me sebanyak 14, M sebanyak 14.2. Hasil nilai rata-rata skor presentase perkembangan sosial anak sebesar 71% yang berada pada kategori sedang. Karena itu dari hasil perkembangan sosial anak setelah tindakan menunjukkan peningkatan dan telah mencapai kriteria sedang, dan oleh karena itu penelitian ini dihentikan. Kelemahan yang terjadi pada siklus I diperbaiki pada kegiatan perkembangann sosial emosional anak di siklus II.

Kemudian guru memberikan arahan pada aturan yang diberlakukan, dilakukan dengan berulang. Sebelum memulai dan ketika akan dimulainya permainan diberikan pengarahan mengenai aturan permainan serta pemberian role play sebelum permainan dimulai.

Perolehan hasil perkembangan sosial emosional anak pada saat observasi awal dengan hasil perkembangan sosial anak pada siklus I menunjukkan peningkatan

persentase perkembangan sosial emosional. Data observasi awal menunjukkan perkembangan sosial emosional pada masing–masing anak, terdapat hasil dengan jumlah skor tertinggi ialah 14 dan jumlah skor terendah ialah 7. Pada siklus I terjadi peningkatan presentase perkembangan sosial anak dengan presentase mencapai 56%. Ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan perkembangan sosial emosional anak. Hal ini dikarenakan anak mau menerima permainan yang jarang dikenalkan guru kepada anak-anak yaitu permainan tradisional. Hasil perkembangan sosial emosional anak pada siklus II menunjukkan peningkatan dengan presentase perkembangan sosial emosional 71%. mendapatkan hasil dari siklus I ke siklus II sebesar 15%. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan pada perkembangan sosial emosional.

Refleksi tindakan ini dilakukan bersama-sama dengan guru kelas kelompok A di RA. Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah. Berdasarkan hasil refleksi, pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan dengan melakukan modifikasi tindakan. Berdasarkan hasil refleksi ternyata ditemukan hal-hal sebagai berikut. Anak masih bingung dalam mahami aturan permainan megoak-goakan, karna anak baru pertama kali mengenal permainan tradisional megoak-goakan, sehingga anak tidak terlalu fokus saat bermain. Anak masih sering bercanda saat guru menjelaskan kegiatan permainan megoak-goakan, dikarnakan suara guru kurang keras, sehingga anak terlihat kurang memperhatikan guru.

Pada awal perkenalan permainan guru belum terlalu memahami jalan permainan, atau bagaimana cara menjelaskan kegiatan yang akan diajarkan pada anak, dikarnakan sesi latihan peneliti dengan guru hanya sekali. Melihat pada kekurangan yang terjadi pada siklus I, dilakukan diskusi dengan guru kelompok A di RA. Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah untuk merancang perbaikan tindakan untuk selanjutnya yang diterapkan pada siklus II. Adapun langkah-langkah rencana siklus II adalah sebagai berikut.

0 2 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Fr ekuensi Skor

f

x

M= 11,2 Md= 11,5 Mo=13

(8)

Guru dapat memperkenalkan permainan tradisional megoak-goakan dengan berulang kali sehingga anak bisa mengerti bermain. Guru memperkeras suara saat menjelaskan aturan permainan megoak-goakan pada anak, sehingga anak dapat mendengarkan aturan permainan dengan jelas. Pada permainan tradisional megoak-goakan, guru dapat melakukan sesi latihan dengan peneliti, tidak hanya sekali, akan tetapi beberapa kali, sehingga guru dapat mejelaskan permainan megoak-goakan untuk dapat dipahami anak.

Berdasarkan implementasi RKH siklus I, ternyata masih terdapat kekurangan pada perkembangan sosial anak. Maka dari itu akan dilanjutkan pada pertemuan siklus II. Pelaksanaan siklus II dilakukan sesuai dengan rencana yang dirancang pada pelaksanaan siklus II.

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan sebanyak 10 kali pertemuan. Tindakan yang dilakukan pada siklus II hampir sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I. Namun direncanakan untuk menyempurnakan kekurangan yang terjadi pada siklus I, sehingga perkembangan sosial anak kelompok A di RA.Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah mengalami peningkatan secara optimal. Hasil perkembangan sosial anak diperoleh dengan menggunakan metode observasi.

Data hasil mean, modus, dan median pada siklus II di atas dapat disajikan ke dalam grafik polygon pada gambar 3. Pelaksanaan siklus II dilaksanakan selama 10 kali pertemuan. Data hasil penerapan permainan tradisional untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional anak kelompok Asemester II di ra.baitul mutaallim desa tegallinggah kecamatan sukasada kabupaten buleleng dalam bentuk grafik polygon yaitu sebagai berikut.

Hasil analisis tindakan penelitian tindakan kelas siklus II memperoleh nilai Mo sebanyak 14, Me sebanyak 14, M sebanyak 14.2. Hasil nilai rata-rata skor presentase perkembangan sosial anak sebesar 71% yang berada pada kategori sedang. Karena itu dari hasil perkembangan sosial anak setelah tindakan menunjukkan peningkatan dan telah mencapai kriteria sedang, dan oleh karena itu penelitian ini dihentikan. Kelemahan

yang terjadi pada siklus I diperbaiki pada kegiatan perkembangann sosial emosional anak di siklus II.

Gambar 03. Grafik Polygon Siklus II Hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelompok A di RA. Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah semester II tahun pelajaran 2015/2016 mengenai perkembangan sosisal emosional anak setelah penerapan permainan tradisional megoak-goakan menunjukkan peningkatan. Hal ini didasarkan pada observasi awal yang dilaksanakan terhadap perkembangan sosial kelompok A di RA. Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah, terdapat kendala-kendala yang dialami oleh guru maupun anak. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus dan terdapat lima indikator yang diterapkan untuk mengukur perkembangan sosial emosional anak yaitu, dapat bermain dengan teman sebaya tanpa membedakan suatu apapun, dapat meningkatkan kerjasama, dapat berkomunikasi dengan orang lain ketika melakukan sesuatu, menaati peraturan permainan yang berlaku, anak mampu dengan suka rela dalam menerima kalah atau menang dalam suatu permainan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan permainan tradisional megoak-goakan dapat meningkatkan perkembangan sosial emosional anak. Hal tersebut dikarenakan penekanan kegiatan ini adalah bermain di luar ruangan/alam sekitar.

0 2 4 6 8 12 13 14 15 16 17 Fr ekuensi Skor

f

x

M=14,2 Md=14 Mo=14

(9)

Jadi, pada saat anak melakukan kegiatan, anak tidak merasa tertekan, melainkan anak lebih banyak bergerak, senang bekerjasama dalam kelompok, bermain tanpa mengenal perbedaan jenis kelamin dan kelompok usia yang ada disekitarnya. Dengan banyak bekerjasama dan saling tolong menolong sesama teman, secara tidak langsung anak belajar bersosialisasi. Hasil analisis tindakan mengenai perkembangan sosial emosional anak dari observasi awal hingga siklus II akan dipaparkan sebagai berikut.

Hasil perolehan analisis yang didapat pada siklus I yaitu nilai modus (Mo) yaitu 13, median (Me) yaitu 11.5, mean (M) yaitu 11.2. Berdasarkan perhitungan tersebut terlihat Mo>Me>M (13>11.5>11.2). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data perkembangan sosial anak pada siklus I merupakan kurve juling negatif. Setelah dihitung rata-rata skor persentase perkembangan sosial anak diperoleh sebesar 56% yang masih berada pada kriteria rendah. Terjadi peningkatan skor dari pra tindakan pada tindakan siklus I, namun belum mencapai kriteria keberhasilan yang diinginkan. Sehingga perlu dilakukan perbaikan tindakan pada siklus II.

Hasil analisis tindakan penelitian tindakan kelas siklus II memperoleh nilai Mo sebanyak 14, Me sebanyak 14, M sebanyak 14.2. Hasil nilai rata-rata skor presentase perkembangan sosial anak sebesar 71% yang berada pada kategori sedang. Karena itu dari hasil perkembangan sosial anak setelah tindakan menunjukkan peningkatan dan telah mencapai kriteria sedang, dan oleh karena itu penelitian ini dihentikan. Kelemahan yang terjadi pada siklus I diperbaiki pada kegiatan perkembangann sosial emosional anak di siklus II.

Kemudian guru memberikan arahan pada aturan yang diberlakukan, dilakukan dengan berulang. Sebelum memulai dan ketika akan dimulainya permainan diberikan pengarahan mengenai aturan permainan serta pemberian role play sebelum permainan dimulai.

Perolehan hasil perkembangan sosial emosional anak pada saat observasi awal dengan hasil perkembangan sosial anak

pada siklus I menunjukkan peningkatan persentase perkembangan sosial emosional. Data observasi awal menunjukkan perkembangan sosial emosional pada masing–masing anak, terdapat hasil dengan jumlah skor tertinggi ialah 14 dan jumlah skor terendah ialah 7. Pada siklus I terjadi peningkatan presentase perkembangan sosial anak dengan presentase mencapai 56%. Ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan perkembangan sosial emosional anak. Hal ini dikarenakan anak mau menerima permainan yang jarang dikenalkan guru kepada anak-anak yaitu permainan tradisional. Hasil perkembangan sosial emosional anak pada siklus II menunjukkan peningkatan dengan presentase perkembangan sosial emosional 71%. mendapatkan hasil dari siklus I ke siklus II sebesar 15%. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan pada perkembangan sosial emosional. Melalui penerapan permainan tradisional anak-anak mempelajari secara langsung kegiatan yang diberikan, yaitu anak dapat menigkatkan kerjasamanya untuk menyelesaikan masalah yang diberikan, baik itu individu maupun secara berkelompok. permainan tradisional menggunakan permainan sebagai media penyampaian materinya. Permainan-permainan yang telah diterapkan dilakukan dengan menyenangkan, dilakukan di luar ruangan, dan anak menikmati permainan yang diberikan, walaupun permainan dilakukan berulang kali anak-anak gembira karena dapat bermain di luar ruangan.

Hal ini sesuai dengan perkembangan sosial Menurut Susanto (2012: 40) mengatakan bahwa “perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial”. Sukmadinata (Susanto, 2012: 135) memberikan definisi bahwa “emosi sebagai perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relatif tinggi dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin”. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi melemburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi, dan kerjasama. Iswinarti (2010: 2) menyatakan bahwa “permainan tradisional

(10)

merupakan kekayaan budaya bangsa yang mempunyai nilai-nilai luhur untuk dapat diwariskan kepada anak-anak sebagai generasi penerus”. Kebanyakan permainan tradisional dipengaruhi oleh alam lingkungannya, oleh karena permainan menarik , menghibur sesuai dengan kondisi masyarakat saat itu. Artinya dalam permainan tradisional tersebut anak secara aktif dilibatkan dalam seluruh kegiatan yang dilakukan. Dengan konsep interaksi antar anak dan kekayaan budaya tradisional yaitu melalui permainannya dan dapat dilakukan kergiatannya dialam terbuka. Menggunakan permainan tradisional dalam penelitian ini efektif meski masih terdapat beberapa kendala pada siklus 1, namun bisa diatasi pada siklus 2.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan dengan penerapan permainan tradisional untuk meningkatkan perkembangan sosial anak. Seperti telah disampaikan melalui hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Endarwati, yang berjudul “ Peningkatan Kemampuan Sosial Melalui Permainan Tradisional Pada Kelompok B di TK. Aisyiah I Sambirijo Seragen Tahun Ajaran 2014/2015” melalui hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan kemampuan sosial anak melalui permainan tradisional (jirak penthil, batengan, dan cublak-cublak sueng). Peningkatan kemampuan anak dalam bersosialisasi ditandai dengan semakin banyaknya anak yang memperoleh nilai BSH dan BSB dalam penugasan yang diberikan guru. Peningkatan persentase rata-rata jumlah anak yang dapat melakukan sosialisasi kondisi awal 48%, pada siklus I meningkat menjadi 75,1%, dan pada siklus II meningkat semakin besar yaitu 83,6%.

Peningkatan perkembangan sosial emosional anak dari skor observasi siklusI ke siklus II dapat dilihat dari perubahan meningkatnya anak untuk dapat bermain dengan teman sebaya tanpa membedakan suatu apapun, dapat meningkatkan kerjasama, dapat berkomunikasi dengan orang lain. Perubahan lainnya yaitu pada ketentuan aturan yang diberlakukan saat bermain. Anak-anak mulai bisa untuk mengikuti aturan untuk tetap menaati peraturan saat bermain. Anak-anak yang awalnya sulit untuk mengikuti aturan

tersebut mulai memperlihatkan perubahan. Ketika salah seorang teman anggota di kelompok tersebut tidak mau mendengarkan penjelasan guru, anak-anak dapat menegur teman yang tidak mau mendengarkan gurunya untuk menjelaskan aturan permainan.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian di atas menunjukkan bahwa penerapan permainan tradisional telah berlangsung secara efektif dan efesien, sehingga perkembangan sosial emosional pada anak kelompok A semester II tahun pelajaran 2015/2016 di RA. Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah cenderung meningkat, oleh karenanya strategi pembelajaran yang demikian perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Penerapan permainan tradisional dapat meningkatkan perkembangan sosial emosional anak kelompok A semester II tahun pelajaran 2015/2016 di RA. Baitul Muta'allim Desa Tegallinggah. Hal ini dapat dilihat dari penelitian persentase perkembangan sosial anak pada siklus I sebesar 51 % berada pada katagori rendah menjadi 71% dengan kategori sedang pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan sosial emosional anak mengalami peningkatan setelah penerapan permainan tradisional megoak-goakan sebesar 15%.

Agar anak dapat meningkatkan perkembangan sosial anak melalui permainan tradisional. Guru diharapkan untuk dapat menyelesaikan masalah anak yang kurang bersosialisasi dengan teman lainnya. Kepala sekolah diharapkan memberi dorongan dan motivasi kepada guru untuk menyusun strategi pembelajaran agar guru dapat memperkenalkan permainan tradisional sehingga pembelajaran dapat efektif dan efisien di sekolah. Bagi peneliti lain yang ingin mendalami penerapan permainan tradisional untuk meningkatkan perkembangan sosial anak diharapkan peneliti dapat menerapkan permainan

(11)

tradisional lainnya, agar mendapat hasil yang maksimal .

DAFTAR PUSTAKA

Adistyasari, Ria. 2013. Meningkatkan Keterampilan Sosial Dan Kerjasama Anak Dalam Bermain Angin Puyuh (Penelitian Tindakan Kelas Kelompok B Di Tk Kemala Bhayangkari 08 Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang Tahun Ajaran 2012/2013). Skripsi (diterbitkan). Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

Tersedia pada

http://lib.unnes.ac.id/18768/1/1601 910003.pdf (diakses pada tanggal 23 Februari 2016).

Agung, A. A. Gede. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja:

Undiksha Singaraja.

Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha Singaraja.

Fikriyati. 2013. Bermain dan Permainan.

Jakarta: Kencana

Hurlock, Elizabeth B. 2008. Child Development(Perkembangan Anak). Jakarta: Penerbit Erlangga. Iswinarti. 2010. Nilai-Nilai Terapiutik

Permainan Tradisional Engklek Pada Anak Usia Sekolah Dasar. tersedia

http://rires2.umm.ac.id/publikasi/la ma/iswinarti%20PDK%2009-10.pdf (diakses pada tanggal 23 Februari 2016 ).

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.

Mas, Ketut. 2010. Macam-Macam Permainan Tradisional. Denpasar: Pelita.

Nugroho, Agung. 2005. Permainan Tradisional Anak-Anak Sebagai Sumber Ide dalam Penciptaan Karya Seni Grafis. Surakarta. Nuraini. 2007. Keterampilan Sosial Dan

Penerapannya Dalam Modifikasi Prilaku. Jakarta: Stratum press.

Paizaluddin, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Alfabeta.

Purnata, Made. 1987. Permainan Kebudayaan Daerah. Denpasar. Seriati, Nyoman dkk. 2012. Permainan

Tradisional Jawa Gerak dan Lagu Untuk Menstimulasi Keterampilan Sosial Anak Usia Dini. Tersedia pada

http://staf.uny.ac.id./sites/default/fil es/artikel%20permainan%20Tradis ional.pdf ( diakses pada tanggal 24 Februari 2016 ).

Suharsimi, Arikunto. (2003). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Supada, Budha. 2006.Tradisional

Megoak-goakan di Desa Pakraman Panji Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng.Denpasar.

Susanto, Ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ulfaitun, Siti. 2014. Pelaksanaan Permainan Tradisional Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosi Anak Di Tk Aba Rejodani Sariharjo Ngakliksleman

Yogyakarta.Yogyakarta.

Undiksha. 2012. Pedoman Panduan Skripsi Dan Tugas Akhir. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Windhu, Oka dkk. 1986. Permainan Rakyat

Gambar

Gambar 01. Model penelitian tindakan kelas  menurut Suharsimi Arikunto  (dalam Paizaluddin, 2012: 34)
Tabel  1.  Pedoman  Konversi  PAP  Skala  Lima  Tentang  Tingkatan  Perkembangan  Sosial  Emosional  Anak
Gambar 02. Grafik Polygon Siklus I  Hasil perolehan analisis yang didapat  pada  siklus  I  yaitu  nilai  modus  (Mo)  yaitu  13, median (Me) yaitu 11.5, mean (M) yaitu  11.2
Gambar 03. Grafik Polygon Siklus II  Hasil  penelitian  yang  telah  dilakukan  pada  kelompok  A  di  RA

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dikarenakan melalui metode pembelajaran guided discovery yang diberikan pada anak autis melalui kegiatan pembelajaran dengan cara melibatkan secara optimal

Pengamatan meliputi persentase benih yang tumbuh pada umur 10 hari setelah tanam (HST) yaitu jumlah benih yang berkecambah dari banyaknya biji yang ditanam, persentase

Pada tahap planning, masalah yang dirasakan oleh PRIMASAGA Strategic Consultant adalah harga yang berubah, sulitnya memprediksi mood peserta, kurangnya pemahaman

Pada zaman sekarang, ramai pelajar melibatkan diri dalam aktiviti kelas tuisyen. Masa di luar persekolahan mereka dipenuhi dengan jadual waktu tuisyen samada di pusat-pusat tuisyen,

bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 38 Peraturan Bupati Malang Nomor 17 Tahun 2008 yang berbunyi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pertanian dan Perkebunan

luasnya jangkauan mustahiq sebagai daerah pemerataan pembagian baik bagi siswa MAN Wonosari maupun lingkungan sekitar atau masyarakatberupa bantuan dana zakat

B untut temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) seputar indikasi kerugian Rp1,54 triliun dari 86 proyek di lingkungan Pemprov DKI Jakarta, DPRD segera memanggil Gu- bernur

Adanya fenomena ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemanfaatan darah sisa transfusi yang digunakan untuk bahan baku pembuatan media BAP pada isolasi