• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

8.1

ASPEK LINGKUNGAN

Semua kegiatan investasi di bidang keciptakakaryaan yang diperkirakan

menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup memerlukan kajian

lingkungan berupa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Rencana kegiatan

yang wajib AMDAL tertuang dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor

17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/ atau kegiatan yang wajib dilengkapi

dengan AMDAL, maka pihak pemilik kegiatan (pemrakarsa) wajib melaksanakan studi

AMDAL. Studi AMDAL akan mengidentifikasi kemungkinan terjadinya dampak positif

maupun negatif terhadap lingkungan hidup, baik lingkungan alam maupun sosial di

sekitar lokasi kegiatan.

Sedangkan kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak

kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia tetap menyusun kajian

lingkungan berupa Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup (UPL) sebagai upaya dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan

hidup oleh pemilik kegiatan (pemrakarsa). Pedoman pelaksanaan UKL-UPL tertuang

dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 86 tahun 2002 tentang

Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup.

Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi

diwajibkan menyusun UKL-UPL. Sedangkan kegiatan yang telah berjalan dan belum

memiliki dokumen pengelolaan lingkungan hidup sehingga dalam operasionalnya

menyalahi peraturan perundangan di bidang lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut

tidak bisa dikenakan kewajiban AMDAL. Untuk kasus seperti ini, kegiatan tersebut

dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

nomor 30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan yang Diwajibkan.

Audit Lingkungan Wajib merupakan dokumen lingkungan yang sifatnya spesifik, dimana

kewajiban yang satu secara otomatis menghapuskan kewajiban lainnya kecuali terdapat

ASPEK LINGKUNGAN DAN

SOSIAL

(2)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

kondisi-kondisi khusus yang aturan dan kebijakannya ditetapkan oleh Menteri Negara

Lingkungan Hidup.

8.1.1

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Kajian safeguard lingkungan dalam setiap kegiatan investasi bidang

keciptakaryaan bertujuan untuk mengidentifikasi jenis kegiatan yang menimbulkan

dampak dan mengidentifikasi komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak

penting serta dapat memprakirakan dan mengevaluasikan dampak penting tersebut.

Diharapkan setiap kegiatan pembangunan di bidang keciptakaryaan dapat ditekan

dampak negatif yang ditimbulkan serta mengoptimalkan dampak positif yang berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan. Safeguard Lingkungan dimaksudkan untuk membantu

pemda untuk dapat melakukan evaluasi secara sistematik dalam penanganan,

pengurangan dan pengelolaan resiko lingkungan yang tidak diinginkan, promosi manfaat

lingkungan dan pelaksanaan keterbukaan serta konsultasi publik dengan warga yang

terkena dampak atau PAP (Potentially Affected People).

8.1.2

Metoda Pendugaan Dampak

Metoda pendugaan dampak digunakan untuk menentukan perubahan

kuantitatif yang meliputi dimensi waktu dan ruang yang akan terjadi pada suatu kegiatan

invetasi bidang keciptakaryaan yang akan dilaksanakan. Metoda pendugaan dampak

berdasarkan cara dampak ditetapkan dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Metoda Ad Hoc

a. Sangat sedikit memberikan pedoman cara melakukan pendugaan bagi anggota

timnya;

b. Anggota tim bebas menggunakan keahliannya dalam melakukan pendugaan;

c. Komponen lingkungan yang digunakan biasanya merupakan bidang yang luas,

contoh: dampak pada hutan, danau dll. 2. Metoda Overlays

a. Menggunakan sejumlah peta di tempat proyek/ kegiatan yang akan dibangun dan daerah di sekitarnya;

b. Tiap peta menggambarkan komponen lingkungan yang meliputi aspek fisika-

kimia, biologi, sosial-ekonomi dan sosial-budaya;

c. Penggabungan dalam bentuk overlays akan menunjukkan kumpulan/ susunan

(3)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

d. Kelemahannya dalam penyajian dampak secara kuantitatif dan aliran dampak

dari komponen lingkungan.

3. Metoda Checklist

a. Metoda ini berbentuk daftar komponen lingkungan yang kemudian digunakan

untuk menentukan komponen mana yang terkena dampak;

b. Awalnya metoda ini sangat sederhana, tetapi kemudian berkembang mterus

dan hingga dapat mencari pemecahan masalah metoda lain;

c. Berdasarkan perkembangannya metoda ini dapat dibagi menjadi:

1) Checklist sederhana (simple checklist);

2) Checklist dengan uraian (decriptive checklist);

3) Checklist berskala (scaling checklist);

4) Checklist berskala dengan pembobotan (scale weighted checklist).

4. Metoda Matrices

a. Merupakan bentuk checklist dua dimensi yang menggunakan satu lajur untuk komponen dan satu lajur lagi untuk daftar aktivitas proyek/ kegiatan;

b. Metoda ini tidak dapat menunjukan aliran dampak atau hubungan antar

komponen.

5. Metoda Networks

a. Disebut juga skema aliran (flowchart) atau aliran dampak (impact flow);

b. Disusun berdasarkan daftar aktivitas yang saling berhubungan dan komponen

lingkungan yang terkena dampak;

c. Penyusunan aliran dampak ini dapat menggambarkan dampak langsung dan

tidak langsung serta hubungan antar komponen sehingga dalam evaluasi

keseluruhan dapat dicari aktivitas utama yang perlu dikendalikan.

6. Metode Modifikasi dan Kombinasi

Menyadari kelemahan masing-masing metoda maka dapat dilakukan modifikasi

atau kombinasi dari kelima metoda yang ada.

8.1.3

AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH

Prosedur pelaksanaan AMDAL terdiri dari berbagai kegiatan utama, yakni:

pentapisan awal sub proyek sesuai dengan kriteria persyaratan safeguard, evaluasi

dampak lingkungan; pengklasifikasian/kategorisasi dampak lingkungan dari sub proyek

yang diusulkan (lihat tabel 5.2), perumusan dokumen SOP, UKL/UPL atau AMDAL

(4)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Tabel 8.1

Kategori Pendugaan Dampak Lingkungan

KATEGORI DAMPAK PERSYARATAN

PEMERINTAH

A

Sub proyek dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang buruk, berkaitan dengan kepekaan dan keragaman dampak yang ditimbulkan, upaya pemulihan kembali sangat sulit dilakukan

ANDAL dan RKL/RPL*

B

Sub proyek dengan ukuran dan volume kecil, mengakibatkan dampak lingkungan akan tetapi upaya pemulihannya sangat mungkin dilakukan

UKL/UPL

C

Sub proyek yang tidak memiliki komponen

konstruksi dan tidak mengakibatkan

pencemaran udara, tanah dan air.

Tidak ada

Catatan:

ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan UKL : Upaya Pengelolaan Lingkunga UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan

Lihat lampiran bagian III: SK Menteri Lingkungan Hidup No. 17/2001;SK Menteri PU No. 17/KPTS?M/2003; UU No. 23/1997, Pasal 15(1); dan PP No.27/1999, pasal 5 (1).

8.1.4 Pemilihan Alternatif

Didalam pemilihan alternatif terhadap pendugaan dampak untuk investasi di

bidang keciptakaryaan di Kabupaten Tangerang disesuaikan dengan kebutuhan

program/kegiatan, dengan memperhatikan kegiatan-kegiatan yang wajib didukung

dengan dokumen AMDAL atau hanya sebatas dokumen UKL-UPL.

Sebagai sebuah contoh adalah Program pembangunan Rusunawa yang

berada di Kecamatan Cimanggis telah melalui pengkajian dan analisis dampak lingkungan

dengan didukung adanya Analisis Manajemen Dampak Lingkungan (AMDAL) karena

diidikasikan menimbulkan dampak besar dan penting, sesuai Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Program

lain yang membutuhkan adanya dokumen AMDAL adalah pembangunan IPLT (Instalasi

Pengolahan Limbah Tinja) karena faktor yang perlu dikaji adalah lokasi dan jarak dengan

perumahan masyarakat ataupun badan sungai.

Program – program dalam RPIJM Kabupaten Tangerang perlu mengkaji

dukungan AMDAL atau tidak karena sebagian besar kegiatan masih dalam tahapan

rencana dan belum terbangun. Pembangunan perlu didukung UKL-UPL apabila kegiatan

pembangunan tersebut sudah teralisasikan namun belum didukung dengan AMDAL.

Sedangkan kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan

(5)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

lingkungan ini berupa Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL).

Prosedur pelaksanaan AMDAL terdiri dari berbagai kegiatan utama, yakni:

pentapisan awal sub proyek sesuai dengan kriteria persyaratan safeguard, evaluasi

dampak lingkungan; pengklasifikasian/kategorisasi dampak lingkungan dari sub proyek

yang diusulkan (lihat tabel 5.2), perumusan dokumen SOP, UKL/UPL atau AMDAL

(KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL), pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaan.

8.1.5

Rencana Pengelolaan Safeguard Lingkungan

A. Sistem Pengelolaan

Safeguard lingkungan sangat dibutuhan pada semua kegiatan investasi bidang

keciptakaryaan, hal ini untuk menjaga lingkungan yang terkena dampak pembangunan

tetap terjaga dan setiap kegiatan tetap memperhatikan pembangunan yang berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan. Semua kegiatan investasi yang diperkirakan menimbulkan

dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup memerlukan kajian lingkungan

berupa

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Sedangkan kegiatan yang

tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan

teknologi yang tersedia tetap menyusun kajian lingkungan. Kajian lingkungan ini berupa

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

(UPL) sebagai upaya dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

B. Pelaksanaan Pengelolaan

Pemilik kegiatan/pemrakarsa yang akan melaksanakan pembangunan yan

diperkirakan memberi dampak terhadap lingkungan harus memperhatikan peraturan

perundangan yang berlaku. Studi AMDAL wajib dilaksanakan dan didiskusikan sebelum

suatu proyek/ kegiatan dilaksanakan/didirikan atau dibangun. Hasil studi AMDAL menjadi

bahan pertimbangan dalam pemberian izin usaha atau kegiatan oleh Bupati/ Walikota

atau Gubernur atau Menteri. Apabila rencana kegiatan mendapat izin dan melanjutkan

pelaksanaan kegiatan, pemrakarsa diwajibkan melakukan halhal yang telah tertera dalam:

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) untuk mengurangi atau mengendalikan

dampak, dan Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) untuk memantau dampak

(6)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

C. Pembiayaan Pengelolaan

Semua pembiayaan pengelolaan lingkungan menjadi beban pemrakarsa mulai

dari pra konstruksi, konstruksi maupun pasca konstruksi. Pemrakarsa menyampaikan

pengumuman tentang kegiatan yang akan dilakukannya studi AMDAL di wilayah A, dan

masyarakat diajak memberi tanggapan, saran, atau masukan. Pengumuman disampaikan

melalui media cetak, seperti: surat kabar, majalah, papan pengumuman di lokasi rencana

proyek, atau di kantor pemerintah setempat dan penyampaian pengumuman ini ada batas

waktunya.

8.2

Aspek Sosial

Komponen Safegurd Sosial

Komponen safeguard sosial dalam hal ini terkait pengadaan tanah dan

permukiman kembali. Pengadaan tanah dan permukiman kembali biasanya terjadi jika

kegiatan investasi berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah

ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan

tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan,

atau sedikitnya memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena

dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

Pengadaan tanah dan permukiman kembali atau land acquisition and

resettlement untuk kegiatan RPIJM mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut ini:

1. Transparan: Sub proyek dan kegiatan yang terkait harus diinformasikan secara

transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. Informasi harus

mencakup, antara lain, daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman, dan

lainnya) yang akan terkena dampak.

2. Partisipatif: Warga yang berpotendi terkena dampak/dipindahkan (DP) harus terlibat

dalam seluruh perencanaan proyek, seperti: penentuan batas lokasi proyek jumlah

dan bentuk kompensasi/ganti tugi, serta lokasi tempat permukiman kembali.

3. Adil: Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan DP. Warga

tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai, sepert tanah

pengganti dan /atau uang tunai yang setara dengan harga pasar tanah dan asetnya.

Biaya terkait lainnya, seperti biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, harus

ditanggung oleh pemrakarsa kegiatan. DP harus diberi kesempatan untuk mengkaji

rencana pengadaan tanah ini secara terpisah di antara mereka sendiri dan

(7)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

8.2.1

Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta

Karya

Metoda Pendugaan Dampak Sosial

Metoda pendugaan safeguard sosial atau pembebasan tanah dan permukiman

kembali dirumuskan berdasarkan sejumlah regulasi terkait yang berlaku antara lain sesuai

dengan Keputusan Presiden No. 55/1993 tentang Pembebasan Tanah untuk

Pembangunan Bagi Kepentingan Umum.

Prosedur pelaksanaan safeguard pembebasan tanah dan permukiman kembali

terdiri dari beberapa kegiatan utama yang meliputi: penapisan awal dari usulan kegiatan

untuk melihat apakah kegiatan yang bersangkutan memerlukan pembebasan tanah atau

kegiatan permukiman kembali atau tidak; pengklasifikasian/kategorisasi dampak

pembebasan tanah dan permukiman kembali dari sub proyek yang diusulkan sesuai tabel

5.1; perumusan surat pernyataan bersama (jika melibatkan hibah sebidang tanah secara

sukarela) atau perumusan Rencana Tindak Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali

(RTPTPK) sederhana atau menyeluruh sesuai kebutuhan didukung SK.

Gubernur/Bupati/Walikota.

Pembebasan tanah dan permukimkan kembali yang telah dilaksanakan

sebelum usulan sub proyek disampaikan, harus diperiksa kembali dengan tracer study.

Tracer study ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa proses pembebasan tanah telah

sesuai dengan standar yang berlaku, tidak mengakibatkan kondisi kehidupan setelah

dipindahkan menjadi lebih buruk, dan mekanisme penanganan keluhan dilaksanakan

dengan baik.

Tabel 8.2.

Kategori Pendugaan Dampak Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali

KATEGORI DAMPAK PERSYARATAN

A Sub Proyek tidak melibatkan kegiatan pembebasan

tanah

1. Sub Proyek seluruhnya menempati tanah negara Surat Pernyataan dari pemrakarsa

kegiatan

2. Sub Proyek seluruhnya atau sebagian menempati

tanah yang dihibahkan secara sukarela

Laporan yang disusun oleh pemrakarsa kegiatan

B

Pembebasan tanah secara sukarela:

Hanya dapat dilakukan bila lahan produktif yang dihIbahkan < 10 % dan memotong < bidang lahan sejarak 1,5 m dari batas kavling atau garis sepadan bangunan, dan bangunan atau aset tidak bergerak lainnya yang dihibahkan senilai < Rp. 1 Juta.

Surat Persetujuan yang disepakati dan

ditandatangai bersama antara

pemrakarsa kegiatan dan warga yang

menghibahkan tanahnya dengan

sukarela

C

Pembebasan tanah berdampak pada < 200 orang atau 40 KK atau < 10% dari aset produktif atau melibaykan pemindahan warga sementara selama masa konstruksi

RTPTPK sederhana

D Pembebasan tanah berdampak pada > 200 orang atau

(8)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

8.2.2

Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta

Karya

Rencana Pengelolaan Safeguard Sosial

A. Sistem Pengelolaan

Untuk melaksanakan sebuah pembangunan yang diperkirakan memberi dampak

terhadap lingkungan harus memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku. Studi

AMDAL wajib dilaksanakan dan dibahas sebelum suatu proyek/ kegiatan dilaksanakan/

didirikan atau dibangun. Hasil studi Analisis Manajemen Dampak Lingkungan (AMDAL)

menjadi bahan pertimbangan dalam pemberian izin usaha atau kegiatan oleh Bupati

Kabupaten Tangerang atau Gubernur atau Menteri. B. Pelaksanaan Pengelolaan

Dalam proses pelaksanaan pengelolaan dari pembangunan yang menimbulkan dampak

maka yang menjadi tanggung jawab adalah pemrakarsa sebelum proyek tersebut selesai

direalisasikan. Pengelolaan dapat dilakukan oleh swasta maupun pemerintah daerah atau

dikelola bersama antara swasta dan pemerintah daerah.

C. Pembiayaan Pengelolaan

Pembangunan yang dapat menimbulkan dampak maka semua pembiayaan pengelolaan

lingkungan menjadi beban pemrakarsa mulai dari pra konstruksi, konstruksi maupun

pasca konstruksi.

8.2.3

Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang

Cipta Karya

a) Safeguard Sosial Dan Lingkungan Per Sub Sektor

Safeguard Pengembangan Pemukiman

Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar,

namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak

sosial ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim Permukiman yang

berkembang di masyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul

dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan

dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan

penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya

dampak positif, yaitu masyarakat di daerah tersebut dapat merasakan pelayanan

(9)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Pada dasarnya semua dampak negatif yang timbul, baik pada masa pra

konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalisir yaitu

dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL

yang telah dibuat sebelum masa konstruksi.

Safeguard Penataan Bangunan Lingkungan Permukiman (PBL)

Dalam membangun sistim Penataan Bangunan Lingkungan Permukiman (PBL),

dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak-dampak pada saat pra konstruksi,

dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi.

Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar,

namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak

social ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim Penataan Bangunan

Lingkungan Permukiman (PBL) yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada

masa konstruksi biasanya timbul dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat

adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative social ekonomi akibat perekrutan

pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak

yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat

merasakan pelayanan Drainase.

Pada dasarnya semua dampak negatif yang timbul, baik pada masa pra

konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu

dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL

yang telah dibuat sebelum masa konstruksi.

Komponen yang terkena dampak, jenis dampak serta besaran dampaknya

terhadap sektor PBL dan pemukiman ditunjukkan dalam bentuk matriks berikut ini :

(10)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Tabel 8.3

Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi di Sektor PBL dan Permukiman

KOMPONEN

DAMPAK JENIS DAMPAK

BESARAN

DAMPAK KETERANGAN

I Tahap Kontruksi Dampak

Terhadap komponen Fisik Kimia

1 Debu Mobilisasi

kendaraan, pada air sungai terutama di musim hujan.

Penurunan

kualitas air sungai

Penurunan kualitas air sungai terutama parameter zat padat terlarut.

(11)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A

DAMPAK JENIS DAMPAK

BESARAN

DAMPAK KETERANGAN

permukiman sesuai dengan keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif yang

1. Kualitas Udara

dan Debu

2. Kualitas air sungai dan air tanah

kualitas air sungai dan air tanah

3. Kebisingan Mobilisasi

(12)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A

DAMPAK JENIS DAMPAK

BESARAN

DAMPAK KETERANGAN

permukiman

3. Estetika Pengoperasian

sarana dan

4. Kamtibmas Kegiatan

pengoperasian lokasi dan sekitar lokasi kegiatan dan infeksi pada usus

Safeguard Air Limbah

Dikarenakan kebanyakan limbah sifatnya mengganggu maka perlu teknik

penanganan limbah yang memperkecil dampak negatif dari limbah. Bahkan dengan

teknologi tertentu diupayakan dapat memperoleh manfaat dari limbah tersebut.

Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar,

namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak

sosial ekonomi yaitu dengan adanya informasi akan dibangunnya sistim penyediaan Air

Limbah yang berkembang di masyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi

biasanya timbul akibat terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran

udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative social ekonomi akibat

perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat. Pada pasca konstruksi

dampak yang timbul biasanya dampak positif, yaitu masyarakat di daerah tersebut dapat

merasakan pelayanan Air Limbah, berkurangnya pencemaran terhadap air tanah dan air

permukaan, dan berkurangnya angka kesakitan akibat pencemaran tersebut.

Pada dasarnya semua dampak negatif yang timbul, baik pada masa pra

(13)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL

yang telah dibuat sebelum masa konstruksi.

Komponen yang terkena dampak, jenis dampak serta besaran dampaknya

terhadap sektor air limbah ditunjukkan dalam bentuk matriks berikut ini :

Tabel 8.4

Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi di Sektor Air Limbah KOMPONEN

DAMPAK KETERANGAN

I Tahap Kontruksi Dampak

Terhadap komponen Fisik Kimia

1 Debu Mobilisasi

kendaraan, parameter zat cair terlarut

(14)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A

DAMPAK KETERANGAN

dengan 1. Kualitas Udara

dan Debu

Mobilisasi kendaraan dan operasional pompa air limbah

Penurunan 2. Kualitas air

sungai dan air sungai dan air tanah

3. Kebisingan Mobilisasi

kendaraan

(15)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

KOMPONEN YANG DIPERKIRAKAN

TERKENA DAMPAK

SUMBER DAMPAK

JENIS DAMPAK

BESARAN

DAMPAK KETERANGAN

kendaraan pengangkut tinja

tidak bekerja

3. Estetika Pengoprasian

IPAL

Proses

pengolahan IPAL yang terlihat dari luar

Penurunan estetika berupa ceceran lumpur tinja

4. Kamtibmas Kegiatan

pengoperasian IPAL

Gangguan keamanan di lokasi

Terjadinya gangguan keamanan seperti pencurian peralatan

5. Kesehatan

pekerja & masyarakat

Kegiatan

Operasional IPAL

Penurunan kesehatan pekerja (masyarakat)

Timbulnya bau

Safeguard Persampahan

Dalam membangun sistim Persampahan, dampak-dampak lingkungan yang

harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa

konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi.

Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar,

namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak

social ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim penyediaan Persampahan

yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya

timbul dampak terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara

akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negatif social ekonomi akibat perekrutan

pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak

yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat di daerah tersebut dapat

merasakan pelayanan Persampahan.

Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra

konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu

dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL

yang telah dibuat sebelum masa konstruksi.

Komponen yang terkena dampak, jenis dampak serta besaran dampaknya

(16)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Tabel 8.5

Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi di Sektor Persampahan KOMPONEN

DAMPAK JENIS DAMPAK

BESARAN

DAMPAK KETERANGAN

I Tahap Kontruksi Dampak

Terhadap komponen Fisik Kimia

1 Debu Mobilisasi

kendaraan,

Penurunan kualitas udara terutama debu air sungai terutama musi hujan.

Penurunan kualitas air sungai

Penurunan kualitas air sungai terutama parameter zat pada terlarut, BOD dan COD

3 Kerusakan jalan kebun

Mobilisasi kendaraan pengangkut

peralatan berat dan material

Terjadinya kerusakan jalan kebun atau persawahan

Kondisi jalan kerja penduduk disekitar lokasi kegiatan sesuai dengan keahliannya, sehingga dapat

mengurangi tenaga kerja usia produktif yang menganggur.

Tenaga kerja tahap konstruksi yang dapat diserap

(17)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A

DAMPAK JENIS DAMPAK

BESARAN

DAMPAK KETERANGAN

1. Kualitas Udara

dan Debu

Mobilisasi kendaraan dan proses penguraian material sampah

Penurunan kualitas udara dan debu

2. Kualitas air sungai

Kegiatan proses pembusukan sampah organic unsur lain yang larut dalam sampah

Penurunan kualitas air sungai

Munculnya air lindi (leachate) dengan volume tergantung proses

permbusukan maupun air hujan yang meresap kedalam sampah 3. Kualitas air

tanah

Kegiatan proses pembusukan sampah terutema sampah organic dan unsur lain yang larut dalam air

Penurunan kualitas air tanah terutama air sumur penduduk

Munculnya air lindi (leachate) dengan volume tergantung proses

permbusukan maupun air hujan yang meresap kedalam sampah

4. Kebisingan Mobilisasi

kendaraan pengangkut sampah dan kendaraan berat di lokasi TPA kesempatan kerja bagi penduduk disekitar lokasi TPA sesuai kebutuhan dan keahlian

Tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai kebutuhan antara lain sebagai pemulung sampah yang masih bisa

3. Estetika Pengoperasian

penimbunan sampah di TPA

Proses penimbuhan sampah yang terlihat dari luar

Penurunan estetika berupa (tumpukan) sampah di lokasi TPA yang terlihat dari luar

4. Kamtibmas Kegiatan

pengoperasian TPA

Gangguan keamanan di lokasi dan sekitar lokasi

Terjadinya gangguan

(18)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

KOMPONEN YANG DIPERKIRAKAN

TERKENA DAMPAK

SUMBER

DAMPAK JENIS DAMPAK

BESARAN

DAMPAK KETERANGAN

pencurian peralatan

5. Kesehatan

pekerja & masyarakat

Kegiatan

Operasional TPA

Penurunan kesehatan pekerja & pemulung (masyarakat pangguna)

Timbulnya penyakit berupa penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan atas dan infeksi pada usus

Safeguard Drainase

Dalam membangun sistim Drainase, dampak-dampak lingkungan yang harus

diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan

dampak pada saat pasca konstruksi.

Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar,

namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak

social ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim Drainase yang

berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul

dampak terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat

adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative social ekonomi akibat perekrutan

pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat. Pada pasca konstruksi dampak yang

timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat

merasakan penyediaan saluran Drainase yang lebih baik sehingga bisa menanggulangi

bencana banjir.

Pada dasarnya semua dampak negatif yang timbul, baik pada masa pra

konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalisir yaitu

dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL

yang telah dibuat sebelum masa konstruksi.

Komponen yang terkena dampak, jenis dampak serta besaran dampaknya

(19)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Tabel 8.6

Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi di Sektor Drainase KOMPONEN

DAMPAK JENIS DAMPAK

BESARAN

DAMPAK KETERANGAN

I Tahap Kontruksi Dampak

Terhadap komponen Fisik Kimia

1 Debu Mobilisasi

kendaraan, yang tidak segera dirapihkan

(20)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A

DAMPAK JENIS DAMPAK

BESARAN

DAMPAK KETERANGAN

kerja usia produktif yang menganggur.

1. Kualitas Udara

dan Debu 2. Kualitas air

sungai atau non domestic terhadap saluran disekitar lokasi sesuai kebutuhan dan keahlian

Jumlah tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai

berusaha antara lain sebagai peternakan ikan

Penurunan jumlah penduduk usia produktif yang tidak bekerja

3. Estetika Adanya sistem

drainase yang

bisa menambah keindahan Kota

Banguna drainase rapih, teratur, dan layak secara teknis

(21)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Safeguard Air Bersih

Dalam membangun sistim penyediaan air minum, dampak-dampak lingkungan

yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa

konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi.

Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar,

namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak

social ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim penyediaan air minum

yang berkembang di masyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya

timbul dampak terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara

akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negatif sosial ekonomi akibat perekrutan

pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak

yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat di daerah tersebut dapat

merasakan pelayanan air minum.

Pada dasarnya semua dampak negatif yang timbul, baik pada masa pra

konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu

dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL

yang telah dibuat sebelum masa konstruksi. Untuk penyediaan air minum dan air bersih

masyarakat di Kabupaten Tangerang sebagian besar memanfaatkan sumur air tanah

sementara air minum dan bersih perpipaan sendiri masih belum terlayani secara

maksimal.

Komponen yang terkena dampak, jenis dampak serta besaran dampaknya

terhadap sistem penyediaan air minum ditunjukkan dalam bentuk matriks berikut ini :

Tabel 8.7

Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi di Sektor Air Minum KOMPONEN

YANG DIPERKIRAKA

N TERKENA DAMPAK

SUMBER DAMPAK JENIS DAMPAK BESARAN

DAMPAK KETERANGAN

I. TAHAP KONSTRUKSI Dampak

Terhadap komponen Fisik Kimia

1 Debu Mobilisasi kendaraan,

pembuatan jalan masuk, pembuka lahan,

penggalian tanah dan pembuatan jalan kerja.

Penurunan kualitas udara terutama debu

(22)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A

SUMBER DAMPAK JENIS DAMPAK BESARAN

DAMPAK KETERANGAN

bangunan lahan, pembuatan jalan masuk, pembuatan jalan kerja, penggalian tanah dan tumpukan

tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai / disekitar lokasi mata air terutama musim hujan.

Penurunan kualitas air sungai dan mata air

Penurunan kualitas air sungai dan mata air berat dan material

Terjadinya bangunan reservoir dan galian pipa tenaga kerja usia produktif yang

Operasional pompa air baku dan pompa distribusi

Penurunan kualitas udara

Timbulnya SO2, air sungai/mata air dan air tanah

(23)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A

SUMBER DAMPAK JENIS DAMPAK BESARAN

DAMPAK KETERANGAN

3. Kebisingan Mobilisasi kendaraan

pengangkut samoah dan kendaraan berat di lokasi TPA Sistim Penyediaan Air Minum kontrak atau lepas sesuai kebutuhan

2. Kesempatan

berusaha

Kegiatan operasional Sistim Penyediaan Air Minum

3. Estetika Pengoperasian Sistim

Penyediaan Air Minum

Proses kualitas air akibat lumpur

4. Kamtibmas Kegiatan pengoperasian

Sistim Penyediaan Air Minum

Gangguan keamanan di lokasi dan sekitar lokasi

Gambar

Tabel  8.1  Kategori Pendugaan Dampak Lingkungan
Tabel 8.2.  Kategori Pendugaan Dampak Pembebasan Tanah dan Permukiman Kembali
Tabel 8.4 Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi di Sektor Air Limbah
Tabel 8.5 Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi di Sektor Persampahan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pertumbuhan diameter dan tinggi selama enam bulan pengukuran pada tanaman meranti di lokasi penelitian terbesar terdapat pada umur 9 tahun yaitu berkisar antara 0,48 -

Salah satu faktor yang mempengaruhi status andropause adalah konsumsi zat-zat ergogenik yang dapat mempengaruhi produksi hormon androgen, salah satunya kafein, yang banyak

Ronny Hanitijo Soemitro. Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia.. i) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Saat ini model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang lebih tepat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas ini karena seperti yang dikemukakan

Workshop bersama dengan stakeholders kabupaten Ngawi dengan Tujuan untuk membahas Draft awal untuk memperoleh kesepakatan dari semua fihak baik yang terkait dengan permasalahan

Terkait dengan hal di atas jawaban responden mengenai somasi yang diberikan pihak Rumah Sakit Woodward Palu, dapat diketahui setelah somasi atau surat teguran

Penurunan terbesar kuat tekan beton dengan pasir gunung terjadi pada beton yang menggunakan 20% abu cangkang sawit yaitu sebesar 21,78 MPa atau 40% dari kuat tekan

Fenomena ini sudah barang tentu menimbulkan keresahan dan kekhawatiran bagi masyarakat luas mengenai legalisasi tentang kebolehan jual-beli emas secara tidak tunai atau dicicil