• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis - Rina Fitria BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis - Rina Fitria BAB II"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Penalaran Matematis

Shadiq (Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu

aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam rangka membuat suatu

pernyataan baru yang benar berdasarkan pada beberapa pernyataan yang

kebenarannya telah dibuktikan. Suriasumatri (1996) menambahkan bahwa

penalaran merupakan suatu proses berpikir yang mempunyai karakteristik

tertentu dan menarik suatu kesimpulan dalam menemukan kebenaran yanng

berupa pengetahuan. Sedangkan menurut Santrock (2014) penalaran

merupakan pemikiran logis yang menggunakan induktif dan deduktif untuk

mencapai kesimpulan.

Menurut Suriasumatri (1996) kemampuan penalaran matematis

merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif. Penalaran deduktif

berkaitan dengan rasionalisme dan bersumber pada rasio, sedangkan

penalaran induktif berkaitan dengan empiris dan bersumber pada empiris atau

fakta. Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri

tertentu. Ciri yang pertama adalah adanya kegiatan berpikir menurut suatu

pola tertentu, ke-dua adalah kegiatan berpikir dalam menganalisis

berdasarkan langkah-langkah tertentu dan kerangka berpikir yang digunakan

(2)

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka peneliti menetapkan definisi

kemampuan penalaran matematis merupakaan suatu kegiatan berpikir logis

untuk mendapat suatu kesimpulan baru yang benar berdasarkan beberapa

pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya dalam mempelajari suatu

materi matematika. Menurut Wardhani (Depdiknas, 2008) indikator

kemampuan penalaran matematika adalah: 1) mengajukan dugaan, 2)

melakukan manipulasi matematika, 3) menarik kesimpulan, menyusun bukti,

memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi, 4) menarik

kesimpulan dari pernyataan, 5) memeriksa kesahihan suatu argumen, 6)

menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.

Berdasarkan uraian tentang kemampuan penalaran matematis diatas,

maka peneliti menetapkan indikator kemampuan penalaran matematis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengajukan dugaan

Kemampuan siswa dalam merumuskan berbagai kemungkinan

pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

2. Melakukan manipulasi matematika

Kemampuan siswa dalam mengerjakan atau menyelesaikan suatu

permasalahan dengan menggunakan cara tertentu sehingga tercapai

tujuan yang telah ditetapkan.

3. Menyusun bukti, memberikan alasan, atau bukti terhadap kebenaran

solusi

(3)

4. Menarik kesimpulan

Kemampuan siswa dalam berpikir untuk memberdayakan

pengetahuannya sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran.

5. Memeriksa kesahihan suatu argumen

Kemampuan siswa agar mampu menyelidiki tentang kebenaran dari

suatu pernyataan yang ada.

6. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat

generalisasi

Kemampuan siswa dalam menemukan pola atau cara dari suatu

pernyataan yang ada sehingga dapat mengembangkan ke dalam kalimat

matematika.

B. Problem Based Learning (PBL)

Cahyo (2013) menyatakan bahwa Problem Based Learning adalah suatu

model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah

sebagai titik awal dalam pengetahuan baru. Kunandar (2007) menambahkan

Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang menggunakan

masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang

cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta merangsang

berpikir tingkat tinggi. Sedangkan menurut Rusman (2010) Problem Based

Learning merupakan inovasi dalam pembelajaran yang mengoptimalkan

kemampuan berpikir siswa melalui proses diskusi dalam kelompok yang

sistematis, sehingga siswa dapat mengasah, menguji, dan mengembangkan

(4)

Menurut Sanjaya (2010) Problem Based Learning merupakan

serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan kepada proses

penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri-ciri

Problem Based Learning, yaitu sebagai berikut:

1. Problem Based Learning merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran

2. Siswa tidak hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian

menghafal materi pelajaran, akan tetapi siswa aktif berpikir,

berkomunikasi, mencari, mengolah data, dan akhirnya siswa dapat

menyimpulkan.

3. Problem Based Learning dilakukan dengan menggunakan pendekatan

berpikir secara ilmiah yaitu proses berpikir deduktif dan induktif. Proses

berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya

berpikir ilmiah yang dilakukan dengan tahapan-tahapan tertentu,

sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada

data dan fakta yang jelas.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka peneliti menetapkan definisi

Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang diawali dengan

pemberian masalah dalam dunia nyata yang dialami siswa untuk

memudahkan siswa dalam penyelidikan dan memperoleh pengetahuan baru,

serta dapat mengoptimalkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan

keterampilan intelektual.

Adapun tahap-tahap Problem Based Learning menurut Kunandar (2007)

(5)

Tabel 2.1: Langkah-langkah Problem Based Learning

Problem Based Learning dalam kegiatan belajar mengajar didasarkan

pada kelima langkah tersebut, rincian dari langkah-langkah tersebut adalah

sebagai berikut:

Tahap 1, orientasi siswa pada masalah yaitu guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dan menjelaskan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada

kesempatan ini guru memberi motivasi kemanfaatan belajar siswa agar

terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.

Tahap 2, mengorganisasikan siswa dalam belajar yaitu Guru

menyampaikan materi pembelajaran berdasarkan masalah-masalah yang

diberikan kepada siswa dan memberi kesempatan siswa untuk bertanya.

Kemudian guru mengelompokan siswa menjadi beberapa kelompok kecil

berdasarkan kemampuan yang berbeda. Kriteria kemampuan satu kelompok

Tahapan Aktivitas Guru

Tahapan 1 :

Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujun pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.

Tahap 2 :

Mengorganisasikan siswa

untuk belajar

Guru membantu siswa mendefiniskan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Tahap 3 :

Membimbing penyelidikan

individu/kelompok

Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai dengan masalah dan

melaksanakan eksperimen untuk

mendapatkan penjelasan serta pemecahan masalah.

Tahap 4 :

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa untuk

merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai dan membantu siswa untuk berbagi tugas dengan ketentuannya.

Tahap 5 :

Menganalisis dan menge valuasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan

refleksi atau evaluasi terhadap

(6)

terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Hal

ini bertujuan agar siswa dapat memanfaatkan pengetahuannya untuk

mengkaji, merinci, dan menganalisis masalah yang diberikan serta

membimbing kepada siswa yang kurang mampu dalam menganalisis suatu

masalah.

Tahap 3, membimbing penyelidikan individu/kelompok yaitu Guru

memberi permasalahan dalam bentuk lembar kerja kelompok yang berkaitan

dengan masalah sebagai bahan untuk diskusi kelompok. Dalam tahap ini guru

membimbing siswa untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk

menyelesaikan masalah. Guru juga membimbing siswa untuk menentukan

strategi atau langkah-langkah yang sesuai dengan masalah dan melakukan

eksperimen sampai mereka benar-benar mengerti situasi permasalahan

sehingga dapat mendorong siswa aktif dalam kelompok dan mendorong siswa

untuk dapat melakukan penyelesaian indikator-indikator permasalahan dalam

kemampuan penalaran. Tujuannya adalah agar siswa dalam mengumpulkan

informasi cukup untuk mengembangkan dan menyusun ide-ide sendiri

melalui analisa dari masalah yang akan diselesaikan.

Tahap 4, mengembangkan dan menyajikan hasil karya yaitu Guru

membimbing siswa untuk mengurutkan langkah-langkah pemecahan masalah

tersebut sesuai dengan strategi yang telah ditentukan. Guru mengarahkan

siswa untuk mempersiapkan hasil karya dan memberi kesempatan kepada

kelompok untuk mempreasentasikan hasil diskusinya dan meminta kelompok

(7)

sehingga mampu meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa

setelah mendapatkan tanggapan dari kelompok lain.

Tahap 5, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

yaitu guru membantu menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir siswa

pada pembelajaran yang telah dilaksanakan. Sedangkan siswa menyusun

kembali hasil pemikiran dan kegiatan yang telah dilaksanakan pada setiap

tahap pembelajaran dan guru membimbing siswa menyimpulkan materi.

Menurut Sanjaya (2012) Problem based learning memiliki kelebihan dan

kekuranngan.

 kelebihan Problem Based Learning adalah sebagai berikut:

1. Siswa menyelesaikan masalah dengan mengaitkannya ke dunia nyata

sehingga memudahkan siswa dalam penyelesaian masalah dan

mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir logis

2. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa karena adanya diskusi

kelompok dan nantinya siswa juga akan lebih aktif dalam

pembelajaran

3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan

mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap

hasil maupun proses belajarnya

4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan

(8)

 Kekurangan Problem Based Learning adalah sebagai berikut :

1. Pada saat siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka

akan merasa enggan untuk mencoba

2. Keberhasilan Problem Based Learning membutuhkan cukup waktu

untuk persiapan

C. Team Assisted Individualization (TAI)

Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang menyajikan

masalah yang autentik sehingga memudahkan siswa dalam berpikir logis.

Problem Based Learning membantu siswa dalam mengembangkan

kemampuan berpikir nalar, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual.

Dalam Problem Based Learning dikembangkan situasi kelas yang

memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Oleh karena itu

perlu dilakukan strategi dalam diskusi kelompok yang memungkinkan siswa

lebih aktif dalam pembelajaran.

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dengan tujuan

agar siswa dapat saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis,

saling menyampaikan pendapat, Saling membantu belajar, dan saling menilai

kemampuan.

Menurut Suyatno (2009) Team Assisted Individualization merupakan

pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan

pembelajaran individual dimana tanggung jawab belajar ada pada siswa

(9)

menurut Slavin (2005) Team Assisted Individualization dirancang sebagai

usaha untuk membentuk pengajaran individual untuk menyelesaikan masalah

dengan membuat siswa bekerja dalam kelompok pembelajaran kooperatif.

Siswa dituntut dapat mengelola dan memeriksa secara rutin, saling membantu

antara siswa yang satu dengan yang lain dalam menyelesaikan permasalahan

dan siswa dapat saling memberi dorongan untuk maju.

Berdasarkan pengertian para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Team Assisted Individualization merupakan pembelajaran

individual yang bekerja dalam kelompok kooperatif dalam menyelesaikan

permasalahan, agar siswa mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri

dan bisa saling membantu dan memberi dorongan dengan teman satu

kelompoknya yang kemampuannya heterogen.

Menurut suyatno (2009) sintak Team Assisted Individualization adalah:

1) guru membuat kelompok heterogen dan memberikan bahan ajar berupa

modul, 2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota

kelompokmya secara individual, saling tukar jawaban, dan saling berbagi

sehingga terjadi diskusi, 3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes

formatif.

Pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

dikembangkan oleh Slavin. Team Assisted Individualization

mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran

individual yang dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara

(10)

banyak digunakan dalam memecahkan masalah, seperti halnya Problem

Based Learning yang juga mengoptimalkan kemampuan pemecahan masalah

dalam pembelajaran. Siswa secara individual belajar materi pembelajaran

yang sudah dipersiapkan, kemudian hasil belajar secara individual dibawa ke

kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota

kelompok, dan semua angota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan

jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Dasar pemikiran dari Team

Assisted Individualization adalah mengadaptasi pembelajaran terhadap

perbedaan individual yang meliputi pengetahuan, kemampuan, dan motivasi

yang sangat beragam (Daryanto, 2012).

Problem Based Learning merangsang masalah-masalah dalam kehidupan

nyata yang dapat menuntut siswa untuk mendapat pengetahuan yang penting,

membuat siswa mudah dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi

belajar sendiri serta memiliki kemampuan berpartisipasi aktif dalam

kelompok sehingga mengoptimalkan kemampuan berfikir siswa. Team

Assisted Individualization merupakan salah satu dari strategi pembelajaran

kooperatif dimana siswa mempunyai kesempatan untuk mendapat

pengalaman langsung dalam menerapkan ide-idenya dan siswa dapat saling

bertukar pikiran dengan teman satu kelompoknya. Pembelajaran yang

mendukung siswa dalam kemampuan penalaran matematis adalah

pembelajaran yang mengaitkan materi dengan penerapannya dalam

(11)

Menurut Slavin (2005), langkah-langkah pembelajaran tipe Team

Assisted Individualization adalah sebagai berikut:

1. Tahap I: Placement Test

Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat nilai rata-rata

ulangan harian sebelum ditempatkan dalam kelompok belajar.

2. Tahap II: Teaching Group

Guru memberikan materi secara singkat, mengaplikasikan ke dalam

kehidupan sehari-hari, mengajukan pertanyaan kepada siswa dan

memberi kesempatan bertanya kepada siswa yang belum paham.

3. Tahap III: Teams

Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen berdasarkan nilai

pre-test atau nilai ulangan harian siswa, dalam 1 kelompok terdiri dari

4-5 siswa.

4. Tahap IV: Team Study

Setiap kelompok mengerjakan tugas berupa LKS dari guru dan

guru memberi bantuan secara individual bagi yang memerlukan.

5. Tahap V: Student Creative

Beberapa kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan

mempresentasikan hasil pekerjaannya didepan teman-teman dan

kelompok lain menanggapi jawaban dari kelompok tersebut.

6. Tahap VI: Fact Test

Guru memberikan kuis kepada siswa untuk dikerjakan secara

(12)

7. Tahap VII: Team Scores And Team Recognition

Guru menetapkan kelompok terbaik hingga kelompok yang kurang

berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi.

8. Tahap VIII: Whole-Class Units

Guru memberi ulasan materi serta menarik kesimpulan diakhir

pembelajaran.

Kelebihan dan kekurangan pembelajaran Team Assisted Individualization

menurut Slavin (2005) antara lain:

 Kelebihan pembelajaran Team Assisted Individualization adalah:

1. Memotivasi siwa untuk saling membantu anggota kelompoknya

sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi antar kelompok.

2. Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan

pengelolaa rutin.

3. Dalam pembelajaran siswa akan lebih aktif dan akan terjadi

komunikasi dalam memecahkan masalah sehingga pemahaman

konsep siswa meningkat dan pemberian masalah dalam dunia nyata

memudahkan siswa dalam berpikir secara logis/bernalar.

 Kekurangan pembelajaran Team Assisted Individualization adalah:

1. Memerlukan kesabaran anggota lain dalam suatu kelompok untuk

membantu siswa yang lemah.

2. Membutuhkan pengelola kelas yang baik.

(13)

Berdasarkan tahap-tahap Problem Based Learning dengan strategi Team

Assisted Individualization dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 2.2: Langkah-langkah Problem Based Learning dengan strategi

Team Assisted Individualization

No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Kegiatan Awal

A.

Apersepsi

1) Guru menyapa siswa dengan

mengucap salam, memerintahkan

siswa untuk berdo’a sebelum

pembelajaran dan mengecek

kehadiran siswa

Motivasi

Orientasi siswa pada masalah

2) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai 3) Guru mengajukan pertanyaan

yang terkait dengan materi yang akan dipelajari

4) Guru memberi motivasi kepada siswa akan pentingnya materi yang akan dipelajari

1) Siswa menjawab salam,

berdo’a bersama dan

menjawab siapa saja yang tidak hadir

2) Siswa memperhatikan

penjelasan guru

3) Siswa menjawab

pertanyaan dari guru

4) Siswa termotivasi untuk

memahami materi yang

akan dipelajari

2. Kegiatan Inti B.

C.

Eksplorasi

Mengorganisasikan siswa untuk belajar

1) Guru menyampaikan materi

pembelajaran dengan mengajukan pertanyann (Teaching Group)

2) Guru memberi kesempatan

kepada siswa untuk bertanya 3) Guru membagi siswa menjadi

beberapa kelompok dengan

kemampuan heterogen (Teams)

4) Guru memberi permasalahan

dalam bentuk LKK yang telah

dipersiapkan dan siswa

mengerjakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

Elaborasi

Membimbing penyelidikan individu atau kelompok

5) Guru membimbing siswa dalam

diskusi kelompok untuk

1) Siswa memperhatikan

materi dan menjawab

pertanyaan yang diberikan 2) Siswa bertanya kepada guru

apabila ada belum dipahami 3) Siswa menempatkan diri sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan

4) Siswa mengerjakan LKK

dengan teman kelompoknya sesuai dengan waktu yang ditentukan

5) Siswa aktif berdiskusi

(14)

D.

E.

mendapatkan informasi yang

diperlukan dalam menyelesaikan masalah (Team Study)

6) Guru membimbing siswa untuk

melakukan penalaran dalam

menentukan strategi atau

langkah-langkah penyelesaian yang sesuai dengan permasalahan

(Team Study)

7) Guru membimbing siswa untuk

mengurutkan langkah-langkah

dalam penyelesaian masalah

sesuai dengan strategi yang telah ditentukan (Team Study)

8) guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

9) Guru mengarahkan siswa untuk mempersiapkan hasil diskusi

10)Guru meminta siswa untuk

berhenti berdiskusi dan meminta

beberapa kelompok untuk

mempreasentasikan hasil

diskusinya (Student Creative)

11)Guru meminta kelompok lain yang tidak presentasi untuk

menanggapi jawaban dari

kelompok yang sedang

mempresentasikan hasil

diskusinya

Konfirmasi

Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian

12) Guru membimbing siswa

melakukan evaluasi terhadap proses-proses pemecahan masalah yang telah dipresentasikan

(Student Creative)

13)Guru memberikan kuis kepada siswa (Fact Test)

14)Guru menetapkan kelompok

terbaik hingga kelompok yang

mencari informasi yang

diperlukan dalam

menyelesaikan masalah 6) Siswa berdiskusi dengan

teman sekelompoknya

untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan permasalahan

7) Siswa mengurutkan

langkah-langkah

pemecahan masalah sesuai dengan strategi yang telah ditentukan

8) Siswa bertanya apabila mengalami kesulitan dan memperhatikan penjelasan guru

9) Siswa mendengarkan

arahan guru dan

menyiapkan hasil

diskusinya

10)Beberapa perwakilan

kelompok menampilkan

hasil diskusi kelompok

11)Siswa dalam kelompok lain menanggapi jawaban hasil

diskusi kelompok yang

sedang presentasi

12)Siswa menyimak dan

bertanya apabila kurang jelas atau ada jawaban yang berbeda

13)Siswa mengerjakan soal kuis secara induvidu

(15)

kurang berhasil (Team Scores And Team Recognition)

3. Kegiatan Akhir

1) Guru menarik kesimpulan

bersama siswa dan melakukan

refleksi dengan menanyakan

kepada siswa tentang pengalaman belajar yang diperoleh dan kesulitan apa yang dialami selama pembelajaran (Whole-class Unit)

2) Guru memberikan pesan belajar kepada siswa

3) Guru menutup pembelajaran

dengan memimpin do’a dan

mengucapkan salam

1) Siswa menarik kesimpulan

bersama-sama dengan

bimbingan guru dan

menanyakan apabila ada yang masih belum dipahami

2) Siswa menyimak

penjelasan dari guru

3) Siswa berdo’a bersama dan

serentak menjawab salam

D. Materi

 Materi Pokok : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

 Standar Kompetensi :

2. Memahami Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) dan

menggunakannya dalam pemecahan masalah.

 Kompetensi Dasar :

2.1Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

2.2Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

2.3Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

 Indikator :

1. Memahami PLDV.

2. Menentukan himpunan penyelesaian PLDV dan menggambar grafik.

(16)

4. Menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan

metode substitusi.

5. Menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan

metode eliminasi.

6. Menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan

metode eliminasi substitusi (campuran).

7. Menentukan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan

metode grafik.

8. Menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan

dengan SPLDV

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan di atas maka dapat

disusun kerangka pikir sebagai berikut:

Tahap 1, guru melakukan orientasi siswa pada masalah dengan

menyampaikan tujuan pembelajaran, mengajukan pertanyaan terkait dengan

materi yang akan dipelajari, dan memberikan motivasi belajar kepada siswa.

Pada kesempatan ini guru memberi motivasi kemanfaatan belajar agar siswa

terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.

Tahap 2, guru mengorganisasikan siswa dalam belajar yaitu guru

menyampaikan materi pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan dan

meminta siswa mengemukakan idenya (teaching group). Siswa menyimak

dan mulai berpikir serta menganalisis permasalahan yang diberikan untuk

(17)

kemampuan yang berbeda (teams). Pembagian kelompok diskusi belajar

berdasarkan dari hasil pre-tes kemampuan penalaran untuk pertemuan

pertama dan berdasarkan hasil skor kuis yang telah dilakasanakan pada

pertemuan sebelumnya untuk pertemuan selanjutnya (placement test).

Tahap 3, guru membimbing penyelidikan individu/kelompok dengan

membagikan LKK untuk dikerjakan bersama kelompoknya sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan. Pembelajaran dalam kelompok diharapkan dapat

membantu siswa untuk lancar berkomunikasi saat berdiskusi dengan

kelompoknya dalam memecahkan masalah. Guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk berdiskusi, dan membimbing siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai dengan permasalahan yang digunakan dalam

menyelesaikan masalah dan melakukan eksperimen sampai mereka

benar-benar mengerti situasi permasalahan. Siswa melakukan penalaran terhadap

soal yang terdapat pada LKK agar siswa dapat melakukan penyelesaian

pemasalahan kemampuan penalaran (Team Study).

Tahap 4, Guru membimbing siswa menyajikan hasil diskusi kelompok

dengan meminta kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan

kelompok lain untuk menanggapinya. Sehingga siswa mampu menghasilkan

sesuatu yang baru berupa hasil diskusi kelompok dan mampu meningkatkan

kemampuan penalaran matematis (student creative).

Tahap 5, guru membimbing siswa untuk menganalisis dan mengevaluasi

proses pemecahan masalah. Pada tahap ini guru membimbing siswa mengkaji

(18)

proses-proses penyelidikan siswa dalam menyeesaikan LKK yang telah diberikan.

Setelah itu guru memberikan kuis kepada siswa untuk dikerjakan secara

individual (fact test) untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap

materi. Guru menetapkan kelompok terbaik hingga kelompok yang kurang

berhasil (Team Scores And Team Recognition), kemudian di akhir

pembelajaran guru membimbing siswa menyimpulkan materi secara

bersama-sama (whole-class unit).

Dari penjelasan mengenai tahap-tahap pelaksanaa Problem Based

Learning dengan strategi Team Assisted Individualization dalam proses

pembelajaran di kelas diharapkan kemampuan penalaran matematis siswa

dapat meningkat. Hal ini ditandai oleh meningkatnya indikator kemampuan

penalaran matematis siswa.

F. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas maka hipotesis penelitian dapat

dirumuskan bahwa: Melalui Problem Based Learning dengan strategi Team

Assisted Individualization, maka kemampuan penalaran matematis Siswa

Gambar

Tabel 2.1: Langkah-langkah Problem Based Learning
Tabel 2.2 : Langkah-langkah Problem Based Learning dengan strategi

Referensi

Dokumen terkait

Meski masukan dari peserta meru- pakan hal yang penting untuk menjadi ba- han evaluasi agar program ini lebih dapat diterima oleh para mahasiswa, namun itu

DWY TANTOKO SW : 1204020006 PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN MEDIA TANAM PADA PERTUMBUHAN AWAL AKLIMATISASI PLANLET TANAMAN KENTANG ( Solanum tuberosum L )Pembimbing :..

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif-motif di balik praktik dan pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) yang dilakukan oleh PT Pura Barutama

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Manusia seperti ia adanya, yaitu yang disebut fenotipe, adalah perwujudan yang dihasilkan oleh interaksi sifat keturunannya dengan faktor lingkungan.di dalam ekosistem,tempat

Accounting Information System, 10th edition, Pearson Education International, New Jersey.. Akuntansi Suatu Pengantar, Buku I,Salemba Empat,

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |