• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Media Pizza Karier dalam Pemberian Layanan Informasi Karier

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektivitas Media Pizza Karier dalam Pemberian Layanan Informasi Karier"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Efektivitas Media “Pizza Karier” dalam Pemberian Layanan Informasi Karier

Siti Anisa1 dan Mochamad Nursalim2

Abstrak : Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan dalam layanan informasi karier. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemanfaatan media Bimbingan dan Konseling. Media “Pizza Karier” dipilih sebagai salah satu upaya perbaikan atas masalah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan keefektifan penggunaan media “Pizza Karier” dalam pemberian layanan informasi karier dan (2) mendeskripsikan peningkatan pemahaman materi layanan informasi karier siswa dengan menggunakan media “Pizza Karier”. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas Bimbingan dan Konseling yang dilakukan sebanyak dua siklus, karena penelitian ini berusaha untuk melakukan perbaikan terhadap pelaksanaan pelayanan Bimbingan dan Konseling, khususnya dalam layanan informasi karier dengan fokus pengembangan media. Berdasarkan analisis data diperoleh simpulan bahwa media “Pizza Karier” efektif digunakan dalam pemberian layanan informasi karier. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pemahaman materi siswa. Pada siklus I rata-rata Skor Pemahaman siswa sebesar 62,8, dan meningkat menjadi 80,5 pada siklus II.

Kata kunci : Media, Pizza Karie, Informasi, Karier

1 Dosen Luar Biasa Pada Prodi BK FIP Unesa 2

(2)

Pendahuluan

Sebagai konselor dan untuk menjadi konselor profesional, kita dituntut untuk memiliki dan memenuhi kompetensi inti seorang konselor, seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi Konselor Indonesia yang dikeluarkan oleh Asosiasi Bimbingan dan Konselong Indonesia (ABKIN).

Standar kompetensi konselor terdiri atas tujuh kompetensi. Ketujuh kompetensi inti tersebut adalah : 1)Menguasai konsep dan praksis pendidikan, 2) Memiliki kesadaran dan komitmen etika professional, 3) Menguasai konsep perilaku dan perkembangan individu, 4) Menguasai konsep dan praksis assessment, 5) Menguasai konsep dan praksis bimbingan dan konseling, 6) Memiliki kemampuan mengelola program bimbingan dan konseling, dan 7) Menguasai konsep dan praksis riset dalam bimbingan dan konseling (ABKIN, 2005:14-21).

Standar kompetensi yang telah ada diharapkan dapat menjamin kualitas profesi konselor dalam melaksanakan kinerjanya di berbagai lahan praktiknya. Namun sayangnya, tidak semua kompetensi inti tersebut dipenuhi dan bisa dikuasai oleh para konselor yang ada di sekolah-sekolah.

Salah satu kompetensi yang secara nyata terlihat dituntut ada dalam pelaksanaan kinerja para konselor di sekolah adalah kompetensi ke-lima yang berbunyi “Menguasai konsep dan praksis Bimbingan dan Konseling”. Kompetensi ke-lima ini

terdiri atas empat subkompetensi, yaitu 1) memahami konsep dasar, landasan, azas, fungsi, tujuan, dan prinsip bimbingan dan konseling, 2) memahami bidang-bidang garapan bimbingan dan konseling, 3) menguasai pendekatan-pendekatan dan teknik-teknik bimbingan dan konseling, 4) mampu menggunakan dan mengembangkan media bimbingan dan konseling.

Ketidakmampuan konselor

melaksanakan kompetensi-kompetensi tersebut dapat berdampak pada hasil kinerja konselor. Fenomena ini tergambar pada tim konselor SMP Negeri 21 Surabaya. Konselor SMP Negeri 21 Surabaya mengakui kurang mampu melaksanakan salah satu kompetensi ke-lima ini, khususnya pada subkompetensi 4) “Mampu menggunakan dan mengembangkan media bimbingan dan konseling”. Indikator untuk subkompetensi ini adalah a) mengenali berbagai media dalam bimbingan dan konseling, b) mengembangkan alat media bimbingan dan konseling, dan c) menggunakan media dalam layanan bimbingan dan konseling.

Konselor di SMP Negeri 21 Surabaya mengakui dampak dari kelemahan kinerja tim ini. Dampak nyata yang terlihat dari kurangnya penggunaan media Bimbingan dan Konseling ini yaitu rendahnya pemahaman materi Bimbingan dan Konseling oleh siswa. Padahal, informasi atau materi yang diberikan oleh para konselor melalui layanan-layanana Bimbingan dan Konselor adalah merupakan bekal yang sangat berguna bagi siswa dalam

(3)

menjalani kehidupan di masa lalunya, sekarang dan masa depan.

Media (medium) itu sendiri dalam dunia pendidikan lebih dikenal sebagai alat bantu mengajar guru. Dengan menggunakan media, bahan ajar/materi pembelajaran yang disampaikan lebih dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa daripada sekedar ungkapan verbalis guru di depan kelas.

Belajar dengan menggunakan banyak indera akan memberikan banyak manfaat bagi siswa. Penelitian ini menjadi salah satu alasan penggunaan media dalam proses belajar mengajar, karena dengan menggunakan media, siswa akan banyak melibatkan indera (penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, penciuman) yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar.

Berdasarkan paparan permasalahan yang terjadi di SMP Negeri 21 Surabaya maka dilakukan penelitian yang berfokus pada pengembangan media untuk meningkatkan pemahaman materi Bimbingan dan Konseling oleh siswa melalui penggunaan media BK, dalam hal ini adalah media “Pizza Karier” dalam pemberian layanan informasi karier pada siswa kelas VIII-F di SMP Negari 21 Surabaya.

Dari latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah penggunaan media

Pizza Karier dapat meningkatkan pemahaman

materi layanan informasi karier pada siswa kelas VIII-F SMP Negeri 21 Surabaya?”

Media “Pizza Karier”

Media “Pizza Karier” merupakan media berbentuk tiga dimensi yang merupakan media obyek tiruan atau model dari benda sebenarnya dan memperlihatkan bagian permukaan luar saja dan membuang bagian-bagian yang membingungkan gagasan-gagasan utamanya dari bentuk, warna, dan susunannya.

Media “Pizza Karier” ini diadaptasi dari bentuk asli pizza (makanan kas Itali) yang dapat dipotong menjadi beberapa bagian. Potongan-potongan inilah yang menginspirasi peneliti untuk mendesain pizza sebagai media Bimbingan dan Konseling dalam pemberian layanan informasi karier. Potongan-potongan tersebut dimodifikasi untuk dapat dikemas dan disajikan dalam bentuk rentetan tugas dari potongan satu ke potongan berikutnya, hingga semua potogan dapat diambil dan dibuka kertas tugas yang ada di dalamnya untuk kemudian tugas tersebut dilaksanakan oleh siswa dalam kelompok bimbingan.

Media “Pizza Karier” ini terbuat dari bahan dasar steroform, yang dibentuk lingkaran dengan cekungan di bagian tengah sebanyak 6 (enam) cekungan. Cekungan ini berfungsi untuk meletakkan kertas tugas dan kemudian ditutup dengan potongan pizza. Pada pinggiran piring (tempat meletakkan pizza) terdapat nomor yang difungsikan untuk mempermudah membuka rentetan perintah saat digunakan dalam proses pemberian layanan informasi karier. Penomoran ini

(4)

sebagai tanda potongan pizza keberapa yang akan dibuka.

Gambar Profil Media “Pizza Karier”

Prosedur Penggunaan Media “Pizza Karier”

Media “Pizza Karier” ini terbagi atas 6 (enam) potongan pizza, dimana masing-masing potongan mengandung perintah atau tugas yang berbeda-beda. Tugas tersebut tertulis pada selembar kertas dan ditancapkan di dalam cekungan masing-masing potongan pizza. Berikut ini tugas yang terkandung pada tiap potongan pizza :

a. Tugas I, Hai…;) Siap belajar? Let’s!!

Pelajarilah materi layanan informasi karier yang ada dalam Modul Bimbingan Karier. Kerjasama dengan tim ya?? Next step.. Buka potongan Pizza No. 6

b. Tugas II, Sudah dibaca apa belum

modulnya? Kalau belum, dibaca dulu

dech! Setelah itu, buatlah pertanyaan tentang apa saja yang belum kalian mengerti tentang kepribadian! Buatlah pertanyaan 5 saja! Tidak banyak kan? Lanjut! Potonga pizza ke-4!

c. Tugas III, Kumpulkan pertanyaan yang

telah kamu buat ke depan kelas. Nanti, guru akan menyeleksi dan memilih satu

pertanyaan. Tugas kalian adalah menjawab pertanyaan yang telah dipilih tersebut! Diskusikan dengan kelompokmu ya untuk menjawabnya! Waktu kalian 10 menit. Next, buka potongan pizza ke-2.

d. Tugas IV, Kumpulkan jawaban kalian ke

depan kelas. Pilih satu perwakilan kelompok untuk membawa jawaban ke depan dan membacakannya. Jawaban kelompok yang paling benar akan mendapatkan bingkisan. Setelah ini, potongan pizza No. 5.

e. Tugas V, Setelah Tanya jawab, capek ya?

Upss! Jangan menyerah dulu! Kerjakan soal-soal yang berikut ini1 Tiap anggota tim wajib menjawab tiga pertanyaan ini ya, di selembar kertas!

1) Apa yang telah kamu lakukan selama pelaksanaan bimbingan karier ini? 2) Apa yang kamu peroleh dari bimbingan

karier ini?

3) Bagaimana perasaanmu dengan pemberian layanan informasi yang dikemas seperti ini? Berikutnya buka potongan pizza 3.

f. Tugas VI, Terakhir! Kumpulkan

jawabanmu ke depan kelas! Hurry Up! Tugas-tugas yang terdapat dalam potongan pizza diletakkan secara acak, tidak urut berdasarkan pada penomoran potongan pizza yang sama dengan nomor tugas. Misalnya tugas II diletakkan pada potongan pizza ke-6. Hal ini dilakukan untuk mengemas penyajian media “Pizza Karier” dalam bentuk permainan yang menarik

(5)

dengan cara membuka potongan pizza secara acak dan ini diharapkan membuat siswa penasaran hingga muncul ketertarikan untuk mengikuti layanan informasi hingga usai.

Berikut ini diuraikan prosedur penggunaan media “Pizza Karier” dalam pemberian layanan informasi karier :

1) Siswa dikondisikan dalam kelompok bimbingan dan menerima satu buah media “Pizza Karier”,

2) Setelah mendapatkan media “Pizza Karier”, guru memberikan aturan permainan penggunaan media “Pizza Karier”,

3) Setelah semua siswa mengerti dan siap, maka guru bisa memulai dengan mengarahkan siswa untuk membuka potongan pizza nomor 1 yang berisikan Tugas I, yaitu mempelajari materi di dalam modul,

4) Setelah melaksanakan tugas I, siswa harus membuka potongan pizza nomor 6 sesuai yang tertulis pada kertas Tugas I,

5) Pada potongan pizza nomor 6 terdapat Tugas II, yaitu siswa membuat pertanyaan seputar materi kepribadian yang telah dipelajari.

6) Perintah selanjutnya adalah membuka potongan pizza nomor 4, berisi Tugas III, yaitu pengumpulan pertanyaan yang telah dibuat,

7) Setelah daftar pertanyaan dikumpulkan di depan kelas, sesuai dengan isi tugas maka guru memilih satu pertanyaan yang akan didiskusikan oleh kelompok bimbingan.

Pertanyaan yang dipilih kemudian didiskusikan oleh siswa sesuai dengan perintah yang ada pada Tugas III.

8) Setelah diskusi dilakukan, siswa diarahkan untuk membuka potongan pizza nomor 2, yang berisikan Tugas IV, yaitu mengumpulkan dan membacakan jawaban di depan kelas oleh masing-masing perwakilan. Kelompok bimbingan dapat menanyakan atau mengomentari jawaban dari kelompok bimbingan yang lain. Ini akan menciptakan suasana diskusi yang aktif dan melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat dan menghargai pendapat teman.

9) Setelah presentasi dan diskusi dilakukan, siswa membuka potongan pizza nomor 5, yang berisi Tugas V, yakni menjawab 3 pertanyaan secara individu.

10) Dan terakhir membuka potongan pizza nomor 3 yang berisi Tugas VI, yaitu mengumpulkan tugas individu ke depan kelas.

Pemberian Layanan Informasi Karier Untuk mendapatkan simpulan tentang pengertian pemberian layanan informasi karier, berikut ini akan diuraikan terlebih dahulu pengertian dari pemberian, layanan informasi, karier, dan informasi karier.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2007:140) menyebutkan pengertian kata pemberian adalah “Sesuatu yang diberikan; sesuatu yang didapat dari orang

(6)

lain; proses, cara, perbuatan memberi atau memberikan”.

Nurihsan (2006:19) memberikan definisi “Layanan informasi merupakan layanan memberi informasi yang dibutuhkan oleh individu”. Menurut Hariastuti (2008:29) “Layanan informasi, yaitu layanan yang bertujuan untuk membekali seseorang dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat”

Hornby (dalam Walgito, 2005:194) menyatakan “karier adalah merupakan pekerjaan profesi”. Sedangkan Winkel (2006:623) menyatakan “…. career lebih menekankan aspek bahwa seseorang memandang pekerjaannya sebagai panggilan hidup yang meresapi seluruh alam pikiran dan perasaan serta mewarnai seluruh gaya hidupnya (life style), tanpa mengesampingkan kedua aspek lain yang disebutkan di atas”

Sukardi (1994:113) menyatakan “Informasi karier adalah salah satu alat yang dipergunakan untuk membantu siswa memahami dirinya sendiri, dunia kerja pada umumnya, serta aspek-aspek dunia kerja pada khususnya”. Menurut Sutikno (1988:73) menyatakan bahwa informasi karier adalah informasi yang digunakan untuk mengetahui masalah karier.

Dari pengertian pemberian, layanan informasi karier, dan informasi karier yang disebutkan sebelumnya, maka dapat

disimpulkan bahwa pemberian layanan informasi karier merupakan pemberian salah satu layanan Bimbingan dan Konseling yaitu layanan informasi yang diberikan kepada siswa untuk membantu siswa mendapat pengetahuan tentang dirinya sendiri dan dunia kerja yang ada sehingga siswa mampu menentukan keputusan yang tepat untuk karier masa depannya.

Media “Pizza Karier” dalam penelitian divalidasi oleh dua ahli, yaitu ahli media yang diwakili oleh Dr. Muastaji, dan ahli materi oleh Drs. Moch. Nursalim, M.Si.

Berdasarkan analisis instrument validasi terhadap dua komponen yaitu (1) Tampilan dan Kemasan Media dan (2) Komponen Penyajian Media, ahli media memberikan penilaian sebesar 87,5% untuk komponen pertama dan 81,3% untuk komponen kedua. Sedangkan ahli materi member penilaian sebesar 85% untuk komponen Kompetensi dan Isi Materi dan 92,8% untuk komponen Tampilan dan Penyajian Media.Berdasarkan hasil validasi dua ahli tersebut, maka media Kurangnya pemahaman siswa tentang materi layanan informasi karier (Pemberian Layanan Informasi Karier Standar Kompetensi : “Mengenal dan memahami ciri kepribadian serta arah kecenderung an karier yang sesuai dengan kepribadian siswa.) Pemaham an Diri (Kepriba dian) Pemahaman arah kecenderungan karier disesuaikan dengan Kepribadian (Teori Kepribadian Holland) Hasil : 1. Siswa memahami jenis dan

ciri kepribadian 2. Siswa memahami

karakteristik lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kepribadian 3. Siswa mengetahui dan

memahami arah kecenderungan karier sesuai dengan kepribadian 4. Siswa mampu merencanakan

pilihan karier.

(7)

“Pizza Karier” dinyatakan layak untuk diterapkan di lapangan.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas dalam bidang Bimbingan dan Konseling (PTBK). Dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas ini, desain penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah desain PTK Model Kemmis & Mc Taggart. Menurut model Kemmis & Mc Taggart (Susilo, dkk, 2009), pelaksanaan penelitian tindakan mencakup empat langkah. a) Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan. b) Melaksanakan tindakan dan pengamatan/monitoring. c) Merefleksi hasil pengamatan. d) Mengubah/revisi perencanaan untuk pengembangan selanjutnya.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas Bimbingan dan Konseling ini dilakukan secara kolaboratif antara praktisi (guru BK) dan mahasiswa (sebagai peneliti). Hal ini dilakukan karena peneliti belum memiliki pengalaman praksis dalam melaksanakan program-program Bimbingan dan Konseling

di lapangan atau sekolah. Sedangkan untuk dapat melaksanakan PTBK ini diperlukan adanya sebuah masalah yang muncul dalam praktik-praktik keseharian pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling oleh guru BK bersangkutan. Mengingat keterbatasan peneliti sebagai mahasiswa, maka penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dengan praktisi. Praktisi menyumbangkan permasalahan yang muncul dalam praktik ke-BK-an, dan mahasiswa membantu memberikan solusi sekaligus melakukan penelitian untuk pemecahan masalah yang dihadapi guru BK melalui penelitian ini.

Dalam penelitian ini, keberhasilan pemberian perlakuan ditunjukkan dengan adanya peningkatan skor pemahaman materi layanan informasi karier dari siklus I ke siklus II. Skor pemahaman materi layanan informasi karier diperoleh melalui hasil pengolahan tes essai yang diberikan satu kali dalam satu siklus.

Berkenaan dengan skor pemahaman materi layanan informasi karier, Bimbingan dan Konseling yang ada di sekolah belum memiliki Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) layaknya KKM yang dimiliki oleh setiap mata pelajaran. Oleh sebab itu, maka skor pemahamam materi dalam PTBK ini mengadopsi KKM Idela yaitu menggunakan KKM 75%. Hasil Rencana Tindakan Pelaksanaan Tindakan Rencana Tindakan (Revisi) Refleksi Observasi Observasi Pelaksanaan Tindakan Refleksi

(8)

Berikut ini gambaran hasil penelitian yang terbagi menjadi keadaan sebelum, selama dan sesudah perlakuan diberikan. Pra Penelitian

a. Metode penyampaian layanan informasi

karier : Monoton, klasikal dengan cara :

Ceramah, Tanya jawab, dan Pemberian tugas (Melapendis).

b. Minat siswa dalam mengikuti pemberian

layanan informasi karier : Enggan, tidak

tertarik, meremehkan, sibuk dengan kegiatan sendiri saat pemberian layanan informasi berlangsung, rame dan berbicara sendiri.

c. Pemahaman materi layanan informasi

karier : Belum teridentifikasi. Hal ini

dikarenakan pada penelitian pendahuluan tidak dilakukan pre test untuk mengetahui tingkat pemahaman materi karier oleh siswa. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK bersangkutan, siswa SMP Negeri 21 Surabaya masih meremehkan materi maupun pelaksanaan layanan-layanan BK, dengan alasan BK tidak termasuk mata pelajaran dalam pelaksanaan UNAS.

d. Kualitas profesi Bimbingan dan Konseling

di sekolah : Pelaksanaan layanan

Bimbingan dan Konseling di sekolah dilakukan apa adanya, dengan upaya peningkatan kualitas layanan yang masih dilakukan sekadarnya.

e. Pemahaman terhadap teori dan

pelaksanaan teknis Penelitian Tindakan

Kelas Bimbingan dan Konseling : Guru

BK SMP Negeri 21 Surabaya memahami pelaksanaan PTBK hanya berupa teori. Dalam pelaksaannya, guru BK masih melakukan PTBK sekedar apa yang dipahaminya tersebut.

Siklus I

a. Metode penyampaian layanan informasi

karier : terburu-buru, bahasa penyampaian

materi masih terlalu tinggi dan sulit dipahami oleh siswa usia SMP. Namun tampilan slide powerpoint, dan penggunaan media “Pizza Karier” yang dikemas dalam bentuk permainan membuat siswa tertarik mengikuti layanan informasi karier hingga tuntas.

b. Minat siswa dalam mengikuti pemberian

layanan informasi karier : masih belum

aktif partisipatif, cenderung pasif dan belum mengeksplorasi materi yang disampaikan. Siswa tertarik namun masih malu untuk terlibat lebih dalam dalam pemberian layanan, misalnya bertanya dan mengungkapkan pendapat.

c. Pemahaman materi layanan informasi

karier : Hasil skor pemahaman siswa pada

siklus I masih kurang memuaskan, dengan rata-rata kelas 62,8.

d. Kualitas profesi Bimbingan dan Konseling

di sekolah : Dengan pelaksanaan penelitian

ini, sedikit banyak membantu menyumbangkan ide, inspirasi dan semangat kepada para konselor sekolah untuk meningkatkan kualitas kinerja Bimbingan dan Konseling semaksimal mungkin.

(9)

e. Pemahaman terhadap teori dan pelaksanaan teknis Penelitian Tindakan

Kelas Bimbingan dan Konseling :

Pelaksanaan PTBK di siklus I memberi pemahaman awal tentang setengah dari jalannya PTBK. Hal ini membuat guru BK mendapatkan gambaran pelaksanaan teknis PTBK, secara jelas dari penelitian pendahuluan, dan setengah proses penelitian.

Siklus II

a. Metode penyampaian layanan informasi

karier : menggunakan bahasa yang lebih

mudah dan sederhana, peneliti tidak lagi mendominasi pelaksanaan layananan, siswa dilibatkan aktif, dengan cara membaca slide dan di ajk berdiskusi/Tanya jawab.

b. Minat siswa dalam mengikuti pemberian

layanan informasi karier : Antusias,

tertarik dan mengikuti pemberian layanan informasi karier hingga tuntas. Siswa juga telah berani untuk mengungkapkan pendapat dan menjawab pertanyaan, baik dari guru maupun dari teman.

c. Pemahaman materi layanan informasi

karier : Hasil skor pemahaman siswa pada

siklus II meningkat, dengan rata-rata kelas menjadi 80,5.

d. Kualitas profesi Bimbingan dan Konseling

di sekolah : Guru BK di SMP Negeri 21

ingin menerapkan pola penyampaian layanan informasi yang sama dengan yang dilakukan oleh peneliti. Hal ini ditunjukkan pada siklus II, ada 2 guru BK

lainnya yang mengikuti jalannya penelitian dalam kelas, dan meminta modul untuk diterapkan di kelas lainnya.

e. Pemahaman terhadap teori dan

pelaksanaan teknis Penelitian Tindakan

Kelas Bimbingan dan Konseling : guru BK

mendapatkan gambaran nyata pelaksanaan teknis PTBK, secara jelas dari penelitian pendahuluan, proses hingga hasil penelitian yang diperoleh.

Pasca Penelitian

a. Metode penyampaian layanan informasi

karier : Guru BK terinspirasi untuk

menggunakan media dan slide powerpoint.

b. Minat siswa dalam mengikuti pemberian

layanan informasi karier : Siswa

menginginkan pelaksanaan pemberian layanan informasi karier dengan menggunakan media dan cara penyampaian yang menarik.

c. Pemahaman materi layanan informasi

karier : Siswa telah menyadari pentingnya

materi atau informasi yang diberikan melalui layanan-layanan Bimbingan dan Konseling.

d. Kualitas profesi Bimbingan dan Konseling

di sekolah : Para konselor di SMP Negeri

21 Surabaya semakin melakukan peningkatkan kualitas kinerja dan profesionalitas individual, dengan melakukan perubahan dalam pemberian layanan BK, mengikuti seminar-seminar bertaraf nasional dan banyak share dengan konselor lainnya.

(10)

e. Pemahaman terhadap teori dan pelaksanaan teknis Penelitian Tindakan

Kelas Bimbingan dan Konseling :

Referensi yang diperoleh melalui pelaksanaan PTBK oleh mahasiswa merupakan langkah perkembangan bagi pemahaman guru BK untuk dapat melaksanakan PTBK tidak hanya berdasarkan pada pemahaman sendiri, tetapi menyaksikn langsung bagaimana tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam proses penelitian.

Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data penelitian, dapat disimpulkan bahwa pada pengujian efektivitas media “Pizza Karier” dalam pemberian layanan informasi karier pada siswa kelas VIII-F SMP Negeri 21 Surabaya Tahun Ajaran 2010/2011 ini diperoleh hasil sebagai berikut :

Skor pemahaman siswa di siklus I memiliki rata-rata 62,8 dan meningkat sebesar 22% menjadi 80,5 pada siklus II. Kriteria Ketuntasan Mininal (KKM) dalam pemberian layanan informasi karier ini adalah 75%. Jadi, rata-rata skor pemahaman materi karier yang diperoleh siswa, yaitu sebesar 80,5%, lebih besar dari KKM, yaitu 75% (80,5>75). Hal ini menunjukkan keberhasilan penelitian. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan media “Pizza Karier” efektif dalam pemberian layanan informasi karier pada siswa kelas VIII-F smp Negeri 21 Surabaya.

Saran

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh selama berapa di lapangan, berikut ini saran yang disampaikan untuk beberapa komponen berikut :

Pelayanan Bimbingan dan Konseling yang telah dilaksanakan masih memerlukan banyak perbaikan. Perbaikan ini meliputi perencanaan layanan yang lebih matang, inovasi-inovasi terbaru untuk dapat mengemas pelaksanaan layanan agar lebih menarik untuk diikuti siswa, serta pengembangan kualitas profesional ke-BK-an bagi guru BK itu sendiri.

Siswa yang mengikuti layanan-layanan BK, khususnya dalam pemberian layanan informasi karier ini, diharapkan dapat semakin mengembangkan pengetahuan yang diperoleh untuk lebih mengeksplorasi pemahaman dirinya. Usia kelas VIII pada sekolah lanjutan tingkat pertama merupakan masa dimana siswa dituntut untuk dapat mengerti dan memahami informasi diri, untuk kemudian bisa merencanakan pilihan karier yang tepat dan sesuai dengan informasi diri yang telah dihimpun. Tidak hanya dalam pemberian layanan karier ini, siswa diharapkan mengerti posisi Bimbingan dan Konsling yang ada di sekolah, sehingga dapat memanfaatkan dengan penuh kesadaran untuk membantu pengembangan potensinya dan tidak lagi menganggap BK tidak penting.

Peningkatan kulitas pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah tidak terlepas dari dukungan penuh dari komponen sekolah lainnya. Guru bidang studi, supervisi

(11)

dan administrasi sekolah diharapkan sadar bahwa Bimbingan dan Konseling di sekolah sangatlah penting dan keberadaannya akan banyak memberi sumbangsih bagi perkembangan siswa dan kualitas pendidikan di sekolah itu sendiri. Dengan pemahaman ini, diharapkan sekolah memberi dukungan terhadap upaya-upaya yang telah dilakuakn oleh para professional BK untuk mengembangkan diri dan pelayanan kepada sekolah, khususnya siswa, misalnya dengan penggunaan media “Pizza Karier” ini dalam pemberian layanan informasi karier di sekolah.

Bagi pengembangan profesional dan peningkatkan kualitas layanan Bimbingan dan Konseling, kiranya perlu ada pengembangan media yang lain, yang lebih inovatif dan kreatif dan memberi banyak manfaat bagi siswa, guru BK, sekolah, khusunya bagi peningkatan kuliatas layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Diharapkan juga kelemahan yang ada dalam penelitian ini disempurnakan sehingga menjadikan kualitas penelitian lebih baik.

Daftar Pustaka

Arsyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Badri, Sri Suwarni. 1994. Modul Dasar

Bimbingan Karier II. Surabaya :

Unipers.

Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Fitri,Y.P. 2009. Pengaruh Pemberian Layanan Informasi Karier Terhadap Ketepatan Pengambilan Keputusan Program Studi Siswa Kelas X SMA I Gondang Tulung

Agung. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : JPPB FIP Unesa.

Hariastuti, Retno Tri . 2008. Dasar-Dasar

Bimbingan Dan Konseling. Surabaya :

Unipress.

Juliantara, Ketut. 2009. Media Pembelajaran : Arti, Posisi, Fungsi, Klasifikasi, dan

Karakteristiknya (online)

(http://edukasi.kompasiana.com/2009/1 2/18/media-pembelajaran-arti-posisi-

fungsi-klasifikasi-dan-karakteristiknya/), di akses pada tanggal 26 Desember 2010.

Khaeruddin & Junaedi, Mahfud. 2007.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP : Konsep dan Implementasi di

Madrasah. Jogjakarta : Nuansa Aksara.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian

Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta :

PT. RjaGrafindo Persada.

Laksmiwati, dkk. 2002. Pengantar

Bimbingan dan Konseling. Surabaya :

Unipress.

Muslich, Mansur. 2009. Melaksanakan PTK

Itu Mudah (Classroom Action

Research). Jakarta : Bumi Aksara. Nurihsan, Achmad Juntika. 2006. Bimbingan

dan Konseling dalam berbagai Latar

Kehidupan. Bandung : Refika Aditama. Nursalim, Mochamad & Mustadji. 2010.

Media Bimbingan Dan Konseling.

Surabaya : Unipers.

Pengurus Besar ABKIN. 2005. Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Jakarta.

Prayitno. 1998. Buku III : Pelayanan

Bimbingan dan Konseling di SMU.

Jakarta : Proyek Peningkatan Mutu SMU.

Prayitno. 2001. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling

di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.

Rahayu, Lulu Titik. 2008. Penggunaan Media Gambar Dalam Bimbingan Dan Konseling Untuk Meningkatkan Minat Siswa Mengikuti Layanan Informasi Karier Pada Siswa Kelas X-8 SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya.

Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya :

(12)

Setyosari, Punaji & Sihkabuden. 2005. Media

Pembelajaran. Malang : Elang Mas.

Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Statistik

Pendidikan. Jakarta : PT. RajaGarfindo

Persada.

Sudjana, Nana & Rivai, Ahmad. 2007. Media

Pengajaran. Bandung : Sinar Baru

Algensindo

Sukardi, Dewa Ketut. 1994. Bimbingan

Karier Di Sekolah-Sekolah. Jakarta :

Ghalia Indonesia.

Susanti, Wenny A.P. 2007. Pengaruh Pemberian Layanan Informasi Karier Terhadap Ketepatan Pemilihan Program Jurusan Pada Siswa Kelas X.1 di SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya Tahun Ajaran 2007/2008. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : JPPB FIP Unesa. Susilo, Herawati dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas : Sebagai Sarana

Pengembangan Keprofesionalan Guru

Dan Calon Guru. Malang : Bayumedia

Publishing.

Sutikno, Agus. 1988. Bimbingan Karir. Jakarta : PT. Intan Pariwara.

Sadiman, dkk. 2005. Media Pendidikan. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Tim. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian

Skripsi. Surabaya : Unesa University

Pers.

Tim penyusun. 2009. Modul Bimbingan dan Konseling Pendidikan dan Pelatihan

Profesi Guru (PLPG) Kuota 2009.

Surabaya : Unipress.

Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan

Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Andi

offset.

Winkel, W.S & Sri Hastuti. 2006. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan.

Yogyakarta : Media Abadi. Wiriatmadja, Rochiati. 2008. Metode

Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Desain penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 014 gurun panjang Dumai dengan

Ada dua cara yang dapat dipergunakan dalam menjalankan isi putusan yaitu dengan jalan suka rela dan dengan jalan eksekusi. Pada prinsipnya yang harus dikedepankan

Sekawan SInar Surya; menganalisis peluang dan ancaman factor eksternal pada peningkatan kinerja karyawan; mengetahui posisi strategi factor internal dan eksternal

Melalui pembahasan dan hasil analisis yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa hambatan dalam pemenuhan hak pekerja atas pembayaran manfaat pensiun dari

Penyebab stroke hemoragik diantaranya adalah kerusakan aliran darah pada jaringan parenkim otak di sekitarnya akibat penumpukan dan neurotoksisitas komponen darah hemoragik dapat

merupakan pejabat fungsional yang ditunjuk untuk membantu PPID dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengelolaan dan pelayanan informasi publik;. Pejabat Fungsional PID

Terlihat secara jelas walupun susunan pipa sama, akan terjadi pemamfaatan kalor maksimal yang berbeda pada laju berbeda.Jadi selain temperatur air keluar kolektor laju

Penelitian ini mengoptimasikan penggunaan tenaga angin sebagai sumber energi listrik Pulau Bengkalis dengan boost converter dan mengontrol pergerakan