• Tidak ada hasil yang ditemukan

Percobaan : I - A BERAT JENIS SEMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Percobaan : I - A BERAT JENIS SEMEN"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PEMERIKSAAN SEMEN PORTLAND

Percobaan : I - A BERAT JENIS SEMEN

1. MAKSUD dan TUJUAN :

Setelah melaksanakan praktikum diharapkan dapat : a) Menerangkan prosedur pemeriksaan berat jenis semen. b) Menggunakan peralatan pemeriksaan berat jenis semen. c) Menentukan berat jenis semen.

2. ALAT dan BAHAN : a) Botol Le Chatelier b) Timbangan c) Kerosin d) Baki/gelas ukur e) Termometer f) Semen 64 gram

3. PROSEDUR PELAKSANAAN PERCOBAAN : Berdasarkan : SKSNI M-106-1990-03

a) Isi botol Le Chatelier dengan kerosin sampai permukaan kerosin terletak pada skala antara 0 - 1, keringkan bagian dalam botol diatass permukaan cairan.

b) Rendam botol Le Chatelier ke dalam baki/gelas ukur berisi air. Biarkan botol terendam selama ± 60 menit agar suhu botol itu tetap dan suhu cairan dalam botol sama dengan suhu air.

c) Setelah suhu cairan dalam botol dan air sama, baca tinggi permukaan cairan terhadap skala botol, misalnya V1.

d) Masukkan benda uji (semen Portland 64 gram) sedikit demi sedikit ke dalam botol, harus diusahakan seluruh benda uji masuk ke dalam cairan dan hindarkan adanya massa semen yang menempel di dinding botol. e) Setelah seluruh benda uji dimasukkan, goyangkan perlahan-lahan botol

selama ± 30 menit, sehingga seluruh gelembung udara dalam benda uji keluar.

f) Rendam botol yang berisi benda uji dan caioran itu selama ± 60 menit, sehingga suhu larutan dalam botol sama dengan suhu air, lalu baca tinggi permukaan larutan pada skala botol, misalnya V2.

(2)

Perhitungan :

Rumus berat isi :

Dimana :

Berat isi semen Portland (gr/cm3)

V1 : Pembacaan pertama pada skala botol V2 : Pembacaan kedua pada skala botol

Untuk perencanaan campuran beton, berat isi harus dinyatakan dalam berat jenis yang merupakan dalam besaran tanpa dimensi.

Rumus berat jenis :

Dimana :

(3)

Percobaan : I - B

UJI KONSISTENSI NORMAL dan

WAKTU PENGIKATAN AWAL SEMEN

1. MAKSUD dan TUJUAN :

Setelah melaksanakan praktikum diharapkan dapat : a) Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan percobaan.

b) Dapat menentukan prosentase air yang dibutuhkan untuk mencapai konsistensi normal semen.

c) Dapat menentukan waktu pengikatan awal semen. 2. ALAT dan BAHAN :

a) Mesin pengaduk dan mangkok pengaduk b) Timbangan c) Alat Vicat d) Gelas ukur 200 ml e) Sendok f) Stop watch g) Termometer beton h) Termometer laboratorium

i) Pelat kaca ukuran 150mm x 150mm x 3mm j) Air suling

3. PROSEDUR PELAKSANAAN PERCOBAAN :

3.1 PERCOBAAN KONSISTENSI NORMAL SEMEN : Berdasarkan : ASTM C-191

a) Memeriksa dan menyetel peralatan yang diperlukan.

b) Setel alat vicat agar benar pembacaannya,yaitu jika jarum mengenai bibir atas dari cincin ebonit, maka penunjuk harus disetel dan strip menunjukkan pada posisi 0 mm.

c) Bagian dalam dari cincin ebonit diminyaki dan letakkan cincin di atas plat kaca dengan diameter kecil di atas dan diameter besar di bawah.

d) Timbang semen ± 300 gram.

e) Letakkan semen kedalam mangkok porselin dan campur dengan sejumlah air sebanyak X% dari berat semen (tentukan sendiri dan air diukur dengan gelas ukur 100 cc)

f) Aduk semen dan air tersebut selama ± 3 menit, sehingga diperoleh campuran yang plastis. Tuang jenangan kedalam cincin sampai penuh.

(4)

g) Ketuk - ketuk cincin ebonit yang sudah terisi jenangan semen dengan perlahan-lahan untuk menghilangkan rongga udara yang terdapat dalam jenangan semen.

h) Ratakan permukan cincin dengan sendok pengaduk. Letakkan plat kaca berikut cincin yang berisi jenangan semen tadi pada alat vicat.

i) Gunakan jarum yang besar dengan diameter 10 mm, kemudian lepaskan jarum secara bebas (bila ujung jarum sudah berada diatas permukaanjenangan atau menyentuh dan posisi skala pembacaan/jarum penunjukmenunjukkan angka pada posisi nol).

j) Akibat berat sendiri ( berat alat vicat dan jarum = 300 gram ) maka jarum akan menembus pasta semen. Catat penurunan pada detik ke 30 setelah jarum dilepaskan.

k) Konsistensi normal didapat pada penurunan 10 mm.

l) Percobaan diatas diulang dengan prosentase jumlah air sedemikian rupa sehingga diperoleh nilai Konsistensi Normal.

m) Lukis grafik Konsistensi Normal dari data yang diperoleh. Prosentase air yang diperlukan sebagai absis dan penurunnan jarum (mm) sebagai ordinat.

n) Dari grafik dapat dihitung jumlah air yang diperlukan untuk mencapai konsistensi normal. Catat suhu kamar setiap kali melakukan pengujian. 3.2. PERCOBAAN PENGIKATAN AWAL

Berdasarkan : SNI 03-6827-2002

a) Tentukan dan siapkan volume air suling yang diperlukan untuk mencapai konsistensi normal sesuai dengan cara yang berlaku

b) Tuangkan air suling itu ke dalam mangkok pengaduk, kemudian masukkan pula secara perlahan-lahan 300 gram benda uji semen ke dalam mangkok pengaduk yang sama, selanjutnya biarkan selama 30 detik

c) Aduklah campuran air suling dan benda uji semen 30 detik dengan kecepatan pengadukkan 140 ± 5 putaran per menit

d) Pengadukkan dihentikan selama 15 detik, bersihkan pasta yang menempel dipinggir mangkok pengaduk.

e) Aduk kembali pasta semen selama 60 detik dengan kecepatan pengadukkan 285 ± 10 putaran per menit

f) Buatlah pasta semen berbentuk bola dengan tangan, sambil dilemparkan sebanyak 6 kali dari tangan kiri ke tangan kanan dengan jarak kedua tangan ± 15 cm

g) Peganglah cetakkan benda uji dengan salah satu tangan, kemudian melalui lubang dasarnya masukkan pasta semen sampai terisi penuh, dan

(5)

ratakan kelebihan pasta pada dasar cincin dengan sekali gerakan telapak tangan, letakkan dasar cincin pada pelat kaca, ratakan permukaan atas pasta dengan ujung sendok perata, tanpa mengadakan tekanan pada pasta. h) Letakkan termometer beton di atas benda uji, lalu simpan di dalam lemari

lembab selama 30 menit, selama percobaan benda uji berada dalam cincin dan ditahan pelat kaca.

i) Catatlah suhu udara dengan termometer laboratorium dan suhu benda uji dengan termometer beton

j) Letakkan benda uji pada alat vicat, sentuhkan ujung jarum vicat pada tengah-tengah permukaan benda uji dan kencangkan posisi jarum vicat, letakan pembacaan skala pada nol atau catat angka permulaan, dan segera lepaskan jarum vicat :

1. Cataatlah besarnya penetrasi jarum vicat ke dalam benda uji setelah 30 detik

2. Ulangi pekerjaan setiap 15 menit untuk titik-titik lain yang berbeda. Jarak tiotik-titik pengujian adalah 6,5 mm dan letaknta 9,5 mm dari tepi cetakan benda uji/cincin ebonite.

3. Setiap kali percobaan, jarum vicat harus dibersihkan dan selalu dalam kondisi lurus dan bebas dari getaran.

(6)

Alat Vicat dan Cincin Ebonit

Tabel data penurunan jarum terhadap waktu Nomor Urutan Penurunan Waktu Penurunan (menit) Penurunan (mm) 1 15 2 30 3 45 4 60 5 75 6 90 7 105 8 120 9 135 10 150 11 165 12 180 13 195 14 210 15 225 Catatan  Konsistensi Normal = %  Suhu Pasta = oC  Suhu Udara = oC

(7)
(8)

BAB II PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS

Percobaan : II – A KANDUNGAN LUMPUR

dan

KOTORAN ORGANIS AGREGAT HALUS

1. MAKSUD dan TUJUAN :

a) Dapat menerangkan prosedur pelaksanaannya.

b) Dapat menentukan banyaknya kandungan butir lebih kecil dari 50 micron (lumpur ) yang terdapat dalam pasir.

c) Dapat menentukan prosentase zat organis yang terkandung dalam agregat halus.

2. ALAT dan BAHAN :

a) Timbangan dengan ketelitian 1 gram. b) Gelas ukur berkapasitas 250 cc, 2 buah.

c) Bejana gelas diameter 10 cm , tinggi 20 cm , 1 buah. d) Pengaduk dari kayu.

e) Cawan. f) Oven.

g) Pasir kering , 2 jenis. h) NaOH 3 %

i) Air

3. PROSEDUR PELAKSANAAN PERCOBAAN : Berdasarkan : SKSNI S-04-1989

3.1. PERCOBAAN KANDUNGAN LUMPUR DENGAN CARA KOCOKAN :

a) Masukkan pasir kering kedalam gelas ukur sebanyak 130 cc b) Tuangkan air kedalam gelas ukur sampai meresap setinggi 200 cc c) Tutup mulut gelas ukur dengan plastik sampai rapat

d) Kocok-kocok gelas ukur selama ± 30 menit

e) Diamkan selama ± 5 jam. Maka akan terlihat bahwa material yang berat mengedap dibagian bawah dan lumpur akan mengendap di atasnya.

f) Amati dan catat tinggi endapan pasir dan lumpur ( dalam cc )

3.2. PERCOBAAN KANDUNGAN LUMPUR DENGAN CARA CUCIAN : a) Timbang pasir kering ± 200 gram ( kering oven )

(9)

b) Masukkan pasir ± 100 gram kedalam bejana gelas diameter 10 cm setinggi 20cm

c) Tuangkan air kedalam bejana gelas sampai pasir jenuh air dan air mencapai ketinggian ± 12 cm diatas permukaan pasir.

d) Aduk perlahan-lahan sampai keruh, diamkan selama ± 1 menit

e) Buang atau tuang air perlahan-lahan dari bejana sampai air tinggal setengahnya (cara menuang harus sedemikian rupa sehingga pasir tidak ikut terbuang )

f) Ulangi penambahan air bersih sampai setinggi ± 12 cm diatas permukaan pasir g) Aduk perlahan-lahan sampai keruh diamkan selama ± 1 menit

h) Buang atau tuang air perlahan-lahan dari bejana sampai air tinggal setengahnya i) Pencucian dilakukan berkali-kali sehingga air menjadi tetap jernih setelahdiaduk

j) Sisa contoh pasir yang telah dicuci dipanaskan dalam oven sampai kering.Setelah kering dan dingin, pasir ditimbang dengan teliti

k) Selisih berat semula dengan berat setelah dicuci adalah bagian yang hilang(kandungan lumpur atau butiran < 50 micron )

l) Percobaan dilakukan 2 kali, kemudian dihitung hasil rata-ratanya. 3.3. PERCOBAAN KANDUNGAN ZAT ORGANIS :

a) Masukkan pasir kering kedalam bejana ukuran 250 cc sampai setinggi ± 130cc b) Tambahkan larutan NaOH 3 % kedalam bejana sampai meresap kedalam pasir(jenuh ) setinggi ± 200 cc

c) Tutup mulut bejana dengan plastik hingga rapat dan kocok-kocok bejanatersebut selama ± 30 menit

d) Diamkan selama ± 24 jam

e) Amati dan catat hasil percobaan mengenai warna, tinggi lapisan pasir dantinggi lapisan lumpur.

(10)

Percobaan : II – B

ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS

1. MAKSUD dan TUJUAN :

a) Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan. b) Dapat membuat diagram butir pasir.

c) Dapat menetukan modulus kehalusan pasir. 2. ALAT dan BAHAN :

a) Satu set saringan untuk agregat halus (Standard ASTM). b) Oven

c) Stopwatch d) Cawan dan sikat

e) Timbangan ketelitian 1 gram. f) Mesin penggucang saringan g) Agregat halus/pasir

3. PROSEDUR PELAKSANAAN PERCOBAAN : Berdasarkan : SKSNI M-08-1989-F

a) Siapkan pasir kering sebanyak 1 s/d 1.5 kg.

b) Menimbang masing-masing saringan dalam keadaan kosong dan bersih. c) Susun saringan secara urut, diameter lobang terbesar diatas.

d) Tuangkan pasir kedalam saringan paling atas. Penyaringan dilakukan dengan menggoyangkan saringan selama 30 menit bila secara manual dan 10 menitbila menggunakan mesing goyang.

e) Diamkan kurang lebih selama 5 menit setelah proses penggoyangan selesai,maksudnya membiarkan kesempatan pada debu/pasir sangat halus mengendap.

f) Sisa pasir diatas masing-masing saringan ditimbang dengan ketelitian 1 gram. g) Catat hasil percobaan saringan dalam daftar tabel.

(11)

Percobaan : II – C KADAR AIR

dan

BERAT ISI AGREGAT HALUS

1. MAKSUD dan TUJUAN :

a) Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan percobaan

b) Dapat menentukan prosentase air yang dikandung agregat halus 2. ALAT dan BAHAN :

a) Timbangan dengan ketelitian 1 gram kapasitas 20 kg. b) Oven pengering

c) Silinder berlubang

d) Batang besi diameter 16 mm dan panjang 60 cm e) Talam

f) Aggregat halus (untuk pengujian berat isi) g) Agregat halus (untuk pengujian kadar air) - 500 gr asli

- 500 gr SSD

3. PROSEDUR PELAKSANAAN PERCOBAAN :

1. Cara kerja pengujian kadar air untuk aggregate halus asli dan SSD Berdasarkan : SKSNI M-11-1989-F

a) Menimbang berat talam ( W1 )

b) Memasukkan benda uji dalam cawan dan menimbang beratnya ( W2 ) c) Menghitung berat benda uji ( W3 = W2 - W1 )

d) Mengeringkan benda uji berikut cawan dalam oven dengan suhu(110±5)0C sampai berat tetap

e) Menimbang berat cawan dan benda uji yang telah dikeringkan ( W4 ) f) Menghitung berat benda uji kering oven ( W5 = W4 - W1 )

Perhitungan:

Kadar agregat agregat :

Keterangan:

W3 = berat benda uji semula ( W3) W5= berat benda uji kering (W5)

2. Cara kerja pengujian berat isi aggregat halus asli dan SSD

a) Masukkan aggregat halus kedalam silinder berlubang hingga sepertigabagian b) Tumbuk dengan batang besi sebanyak 25 kali

(12)

c) Masukan lagi dua pertiga bagian lalu tumbuk lagi dengan batang besi sebanyak 25 kali

d) Masukan lagi pasir hingga penuh lalu tumbuk lagi dengan batang besi sebanyak 25 kali

e) Ratakan permukaan dengan batang besi f) Timbang berat pasir yang ada dalam silinder

g) Bertat isi = berat pasir dibagi dengan volume silinder

h) Untuk berat gembur tidak ditumbuk dengan tongkat baja, tetapi hanya diketukkan ke tanah sebanyak 25 kali

(13)

Percobaan : II - D BERAT JENIS

dan

PENYERAPAN AIR AGREGAT HALUS

1. MAKSUD dan TUJUAN :

a) Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan

b) Dapat menentukan berat jenis dan prosentase berat air yang dapat diserap agregat halus, dihitung terhadap berat kering

2. ALAT dan BAHAN : a) Timbangan b) Kerucut terpancung c) Picnometer gelas d) Penumbuk e) Saringan No. 4 f) Termometer g) Oven pengering h) Cawan i) Desikator

j) Agregat halus kering 500 gr (setelah di oven). k) Air bersih.

3. PROSEDUR PELAKSANAAN PERCOBAAN : Berdasarkan : SKSNI M-10-1989-F

3.1. PENENTUAN SSD AGREGAT HALUS

a) Buatlah campuran (benda uji) antara agregat halus ditambahkan air bersih secukupnya kemudian masukkan benda uji tersebut kedalam kerucut terpancung dalam 3 ( tiga ) lapisan, yang masing-masing lapisan ditumbuk 8 x ditambah 1 x penumbukkan untuk bagian atasnya.

b) Kerucut terpancung harus dibersihkan dari butiran agregat yang berada dibagian luar cetakan kemudian angkat cetakan dan pengangkatan harus benar-benar vertikal.

c) Periksa bentuk agregat hasil pencetakan setelah kerucut terpancung diangkat.Bentuk agregat umumnya ada 3 yang masing-masing menyatakan keadaan kandungan air dari agregat tersebut, yaitu :

Jika agregat dalam keadaan kering maka perlu ditambah air dan jika keadaanagregat basah maka agregat perlu dikeringkan udara atau ditambah agregat halus yang kering.

(14)

3.2. PENENTUAN BERAT JENIS dan PENYERAPAN AGREGAT HALUS a. keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110±5)º C, sampai berat tetap;

yang dimaksud berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut- turut, tidak akan mengalami perubahan kadar air lebih besar daripada 0,1 %; dinginkan pada suhu ruang, kemudian rendam dalam air selama (24±4) jam.

b. Buang air perendam dengan hati- hati, jangan ada butiran yang hilang, tebarkan agregat dalam talam, keringkan diudara panas dengan cara membalik- balikan benda uji; lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan kering permukaan jenuh.

c. Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji kedalam kerucut terpancung, padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali, angkat kerucut terpancung, keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila benda uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak d. Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh masukkan 500 gr

benda uji kedalam picnometer, masukkan air suling sampai mencapai 90% isi picnometer putar sambil diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara didalamnya, untuk mempercepat proses ini dapat dipergunakan pompa hampa udara tetapi harus diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut terhisap, dapat juga dilakukan dengan merebus picnometer

e. Rendam picnometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar 250 C

f. Tambahkan air sampai mencapai tanda batas

g. Timbang picnometer berisi air dan benda uji dengan ketelitian 0,1 gr (B1) h. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110±5)0 C

sampai berat tetap, kemudian keringkan benda uji dalam desikator i. Setelah benda uji dingin kemudian timbanglah (B2)

j. Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna penyesuaian dengan suhu standar 250 C (B3)

Perhitungan:

(15)

BAB III PEMERIKSAAN AGREGAT KASAR

Percobaan : III-A

PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN ABRASI LOS ANGELES

1. MAKSUD dan TUJUAN :

a) Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan mempergunakan mesin abrasi los angeles

b) Pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan tersebut, yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No.12 (12,7 mm) terhadap berat semula, dalam persen.

2. ALAT dan BAHAN :

a.) Mesin abrasi los angeles :Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 711 mm (28”) panjang dalam 508 mm (20”) , silinder bertumpu pada dua poros mendatar, silinder berlubang untuk memasukan benda uji, penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder ter tidak terganggu di bagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 89 mm (3,5”)

b.) Saringan No.12 (1,7 mm) dan saringan-saringan lainnya c.) Timbangan, dengan ketelitian 5 gram

d.) Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (17/8”) dengan berat masing-masing antara 400 gram sampai 440 gram

e.) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5) ºC.

3. PROSEDUR PELAKSANAAN PERCOBAAN :

Berdasarkan : SK SNI M-021990-F

1.) Pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan dengan salah satu dari 7 (tujuh) cara berikut :

a.) Cara A : gradasi A, bahan lolos 37,5 mm sampai tertahan 9,5 mm. Jumlah bola 12 buah dengan 500 putaran

b.) Cara B : gradasi B, bahan lolos 19 mm sampai tertahan 9,5 mm. Jumlah bola 11 buah dengan 500 putaran

(16)

c.) Cara C : gradasi c, bahan lolos 9,5 mm sampai tertahan 4,75 mm ( no.4 ). Jumlah bola 8 buah dengan 500 putaran

d.) Cara D : gradasi D, bahan lolos 4,75 mm ( no.4 ) sampai tertahan 2,36 mm ( no.8 ). Jumlah bola 6 buah dengan 500 putaran

e.) Cara E : gradasi E, bahan lolos 75 mm sampai tertahan 37,5 mm. Jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran

f.) Cara F : gradasi F, bahan lolos 50 mm sampai tertahan 25 mm. Jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran

g.) Cara G : gradasi G, bahan lolos 37,5 mm sampai tertahan 19 mm. Jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran.

Bila tidak ditentukan cara yang harus dilakukan, maka pemilihan gradasi disesuaikan dengan contoh meterial yang merupakan wakil dari mattrial yang akan digunakan

2.) Benda uji dan bola baja dimasukan ke dalam mesin abrasi los angeles

3.) Putaran mesin dengan kecepatan 30 sampai dengan 33 rpm. Jumlahputaran gradasi A, B, C, dan D 500 putaran dan untuk gradasi E, F, dan G 1000 putaran

4.) Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring dengan saringan no.12 (1,7 mm), butiran yang tertahan di atasnya dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven suhu (110 ± 5) ºC sampai berat tetap.

(17)

PERCOBAAN : III-B KADAR AIR AGREGAT KASAR

1. MAKSUD dan TUJUAN :

a) Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan kadar air agregat

b) Tujuan pengujian adalah untuk memperoleh angka presentase dari kadar air yang dikandung oleh agregat.

2. ALAT dan BAHAN :

a) Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh

b) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5) ºC

c) Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar untuk meringankan benda uji.

3. PROSEDUR PELAKSANAAN PERCOBAAN :

Berdasarkan : SK SNI M-11-1989-F

Urutan proses pengujian adalah sebagai berikut :

1. Cara kerja pengujian kadar air agregat kasar asli dan SSD a) Timbang dan catatlah berat talam

b) Masukan benda uji ke dalam talam kemudian timbang dan catat beratnya (W2)

c) Hitunglah berat benda uji beserta dalam oven dengan suhu (W3 = W2 – W1)

d) Keringkan benda uji beserta dalam oven dengan suhu (110 ± 5) ºC sampai beratnya tetap

e) Hitunglah berat benda uji kering (W5 = W4 –W1).

2. Cara kerja pengujian berat isi agregat kasar asli dan SSD

a) Masukkan agregat kasar ke dalam silinder berlubang hingga sepertiga bagian b) Tumbuk dengan batang besi sebanyak 25 kali

c) Masukkan lagi dua pertiga bagian hingga penuh lalu tumbuk lagi dengan batang besi sebanyak 25 kali

d) Masukkan lagi agregat kasar hingga penuh lalu tumbuk sebanyak 25 kali dengan batang besi

e) Ratakan permukaan dengan batang besi

(18)

g) Berat isi sama dengan berat agregat kasar dibagi dengan volume silinder. h) Untuk berat gembur tindak ditumbik dengan tongkat besi, tetapi hanya diratakan dengan tongkat besi.

(19)

Percobaan : III-C BERAT JENIS

dan

PENYERAPAN AIR AGREGAT KASAR

1. MAKSUD dan TUJUAN :

a) Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu dari agregat kasar, serta angka penyerapan dari agregat kasar b) Tujuan pengujian ini untuk memperoleh angka berat jenis curah, berat

jenis kering permukaan jenuh dan berat jenis semu serta angka penyerapan.

2. ALAT dan BAHAN :

a) Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No.6) atau 2,36 mm (No.80 dengan kapasitas kira-kira 5 kg

b) Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan. Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap

c) Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang

d) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 50) ºC

e) Alat pemisah contoh f) Sarongan no.4 (4,75 mm)

g) Benda uji yang tertahan saringan no.4 (4,75) mm diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat sebanyak kira-kira 5 kg.

3. PROSEDUR PELAKSANAAN PERCOBAAN :

Berdasarkan : SK SNI M-09-1989-F

a) Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada permukaan

b) Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110º ± 5) ºC sampai berat tetap, sebagai catatan, bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan beton dimana agregatnya digunakan pada keadaan kadar air aslinya, maka tidak perlu dilakukan pengeringan dengan oven

(20)

c) Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian timbang dengan ketelitian 0,5 gram (Bk)

d) Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam

e) Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan harus satu persatu

f) Timbang benda uji kering permukaan jenuh (Bj)

g) Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air (Ba), dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25ºC)

h) Banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir-butir berat dan ringan, bahan semacam ini memberikan harga-harga berat jenis yang tidak tetep walaupun pemeriksaan dilakukan dengan sangat hati-hati, dalam hal ini beberapa pemeriksaan ulangan diperlukan untuk mendapatkan harga rata-rata yang memuaskan.

(21)

Percobaan : III - D IMPACT TEST

1. MAKSUD dan TUJUAN :

a) Dapat menerangkan prosedur pelaksanaannya

b) Dapat menentukan kekuatan agregat akibat tumbukan 2. ALAT dan BAHAN :

a) Satu set alat impact test yang dilengkapi dengan penumbuk seberat 15 lbs (15 x 0.45 kg = 6.75 kg ) dengan tinggi jatuh 12 inc ( 12 X 2.54 = 30.48 ≈ 30 cm )

b) Saringan No 12, 3/8 “, 1/2 “

c) Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram

d) Agregat kasar yang lewat saringan 1/2 “ dan tertahan 3/8 “ sebanyak 50 x berat jenisnya ( sesuai dengan hasil praktikum sebelumnya )

3. PROSEDUR PELAKSANAAN PERCOBAAN : Berdasarkan : PBI 1971 N.I.-2

a) Masukkan benda uji ( bersih dan kering ) seberat 50 x berat jenis ( B1 ) ke dalam alat impact test

b) Jatuhkan alat penumbuk setinggi 30 cm sebanyak 10 x tumbukan

c) Setelah ditumbuk benda uji tersebut disaring dengan saringan No 12 dan ditimbang beratnya yang lolos saringan tersebut ( B2 ).

d) Kekuatan agregat sama dengan selisih berat dibagi berat semula ( B1 ) kali 100%

(22)

BAB IV PEMERIKSAAN BAHAN BETON

Percobaan IV-A

METODE PENGUJIAN KEKUATAN TEKAN MORTAR SEMEN PORTLAND UNTUK PEKERJAAN SIPIL

1. Maksud dan Tujuan

 Maksud

Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan untuk melakukan pengujian kekuatan tekan mortar semen portland untuk pekerjaan sipil.

 Tujuan

Tujuan metode ini adalah untuk mendapatkan nilai kekuatan tekan mortar pada umur tertentu yang digunakan untuk menentukan mutu semen portland. 2. Alat dan Bahan

1. Semen Portland 2. Mangkok pengaduk 3. Air bersih 4. Pasir 5. Stopwatch 3. Cara Uji Berdasarkan: SK SNI 03 – 6825 – 2002

Pengujian kekuatan tekan mortar semen portland dilakukan melalui tahap pekerjaan, sebagai berikut :

1) tuangkan 242 cc air suling ke dalam mangkok pengaduk, kemudian masukkan pula perlahan-lahan contoh semen sebanyak 500 gram, biarkan kedua bahan dalam mangkok pengaduk selama 30 detik;

2) aduklah campuran air suling dan semen dengan menggunakan mesin pengaduk selama 30 detik, kecepatan putaran mesin pengaduk adalah 140 putaran per menit;

3) siapkan pasir kwarsa sebanyak 1375 gram; masukkan sedikit demi sedikit ke dalam mangkok yang berisi campuran semen-air suling sambil diaduk dengan kecepatan yang sama selama 30 detik; setelah itu pengadukan diteruskan selama 30 detik dengan kecepatan pengadukan 285

4) pengadukan dihentikan, bersihkan mortar yang menempel di bibir dan bagian atas mangkok pengaduk selama 15 detik, selanjutnya mortar dibiarkan selama 75 detik dalam mangkok pengaduk yang ditutup;

(23)

5) ulang kembali pengadukan selama 60 detik dengan kecepatan pengadukan 285

6) lakukan percobaan leleh dengan cara, sebagai berikut :

1) letakkan cicin di atas meja leleh, lalu diisi dengan mortar sampai penuh; pengisian dilakukan dalam 2 lapis, setiap lapis harus dipadatkan 20 kali dengan alat pemadat;

2) ratakan permukaan atas mortar dalam cincin leleh dan bersihkan mortar yang menempel dibagian luar cincin leleh;

3) angkatlah cincin leleh perlahan-lahan, sehingga di atas meja leleh terbentuk mortar berbentuk kerucut terpancung;

4) getarkan meja leleh sebanyak 25 kali selama 15 detik, dengan tinggi jatuh ½ in ( 12, 7) ;

5) ukurlah diameter mortar di atas meja leleh minimal pada 4 tempat yang berlainan, lain hitung diameter rata-rata (d) mortar tersebut. 7) ulangi pekerjaan 1) sampai dengan 6) dengan mirtar baru dan beberapa

variasi kadar air, sehingga diperoleh diameter rata-rata dr sama dengan 1,00 – 1,15 kali diameter semula ds;

8) setelah tercapai dr = 1,00 – 1,15 kali ds, pekerjaan selanjutnya dilanjutkan dengan mencetak benda uji dengan urutan sebagai berikut :

1) aduk kembali mortar di dalam mangkok pengaduk dengan kecepatan pengadukan 285

2) masukkan mortar ke dalam cetakan kubus; pengisian dilakukan sebanyak 2 lapis dan setiap lapis harus dipadatkan 32 kali dengan 4 kali putaran dalam 10 detik; pekerjaan pencetakan benda uji, harus sudah dimulai dalam waktu paling lama 2 ½ menit setelah pengadukan semula;

3) ratakan permukaan atas kubus benda uji dengan menggunakan sendok perata;

4) simpan kubu-kubus benda uji dalam lemari lembab selama 24 jam; 5) setelah itu bukalah cetakan dan rendamlah kubu-kubus benda uji

dalam air bersih sampai saat pengujian kuat tekan dilakukan;

9) bila dibuat campuran mortar duplo untuk benda uji tambahan, percobaan leleh ditiadakan dan mortar dibiarkan dalam mangkok pengaduk selama 75 detik tanpa ditutup, selanjutnya mortar yang menempel dibibir dan bagian atas mangkok dibersihkan dalam waktu 15 detik; kemudian mortar diaduk kembali untuk mencetak benda uji, sesuai dalam butir 8;

10) pada umur yang telah ditentukan, lakukan pengujian kekuatan tekan terhadap benda uji itu dengan urutan kegiatan sebagai berikut :

1) angkatlah benda uji dari tempat perendaman kemudian permukaannya dikeringkan dengan cara di lap dan dibiarkan selama

(24)

2) timbanglah kubus benda uji, lalu catat berat benda uji itu;

3) letakkan benda uji pada mesin penekan; tekanlah benda uji itu dengan penambahan besarnya gaya tetap sampai benda uji itu pecah. Pada saat pecah, catatlah besarnya gaya tekan maksimum yang bekerja.

11) Hitunglah berat isi benda uji serta kuat tekan dengan rumus. Selanjutnya hitung nilai rata-rata berat isi dan kekuatan tekan benda uji.

(25)

Percobaan : IV - B

FAKTOR AIR SEMEN DAN NILAI SLUMP

1. MAKSUD DAN TUJUAN.

Setelah melakukan percobaan mahasiswa diharapkan dapat menentukan; a) Besarnya Faktor Air Semen

b) Mengukur dan menentukan besarnya nilai Slump c) Menentukan hubungan FAS dengan nilai Slump

2. ALAT DAN BAHAN.

a) Kerucut Abrams dan perlengkapannya. b) Timbangan.

c) Stop watch.

d) Bak pencampur / loyang. e) Cetok, cangkul / sekop. f) Penggaris.

g) Mixer beton / Molen. h) Semen

i) Pasir, kerikil dan air.

3. PROSEDUR PELAKSANAAN PERCOBAAN.

Berdasarkan: SNI 1972:2008

a) Basahi cetakan dan letakkan di atas permukaan datar, lembab, tidak menyerap air dan kaku. Cetakan harus ditahan secara kokoh di tempat selama pengisian, oleh operator yang berdiri di atas bagian injakan. Dari contoh beton yang diperoleh menurut Butir 6, segera isi cetakan dalam tiga lapis, setiap lapis sekira sepertiga dari volume cetakan.

b) Padatkan setiap lapisan dengan 25 tusukan menggunakan batang pemadat. Sebarkan penusukan secara merata di atas permukaan setiap lapisan. Untuk lapisan bawah akan ini akan membutuhkan penusukan secara miring dan membuat sekira setengah dari jumlah tusukan dekat ke batas pinggir cetakan, dan kemudian lanjutkan penusukan vertikal secar spiral pada seputar pusat permukaan. Padatkan lapisan bawah seluruhnya hingga kedalamannya. Hindari batang penusuk mengenai pelat dasar cetakan. Padatkan lapisan kedua dan lapisan atas seluruhnya hingga kedalamannya, sehingga penusukan menembus batas lapisan di bawahnya.

c) Dalam pengisian dan pemadatan lapisan atas, lebihkan adukan beton di atas cetakan sebelum pemadatan dimulai. Bila pemadatan menghasilkan beton turun dibawah ujung atas cetakan, tambahkan adukan beton untuk tetap menjaga adanya kelebihan beton pada bagian atas dari cetakan.

(26)

Setelah lapisan atas selesai dipadatkan, ratakan permukaan beton pada bagian atas cetakan dengan cara menggelindingkan batang penusuk di atasnya. Lepaskan segera cetakan dari beton dengan cara mengangkat dalam arah vertikal secara-hati-hati. Angkat cetakan dengan jarak 300 mm dalam waktu 5 ± 2 detik tanpa gerakan lateral atau torsional. Selesaikan seluruh pekerjaan pengujian dari awal pengisian hingga pelepasan cetakan tanpa gangguan, dalam waktu tidak lebih dari 2 ½ menit.

d) Setelah beton menunjukkan penurunan pada permukaan, ukur segera slump dengan menentukan perbedaan vertikal antara bagian atas cetakan dan bagian pusat permukaan atas beton. Bila terjadi keruntuhan atau keruntuhan geser beton pada satu sisi atau sebagian massa beton (CATATAN 4), abaikan pengujian tersebut dan buat pengujian baru dengan porsi lain dari contoh.

(27)

Percobaan : IV – C

METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON

1. Maksud dan Tujuan

 Maksud

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian ini untuk menentukan kuat tekan ( compressive strength ) beton dengan benda uji berbentuk silinder yang dibuat dan dimatangkan ( curring ) di laboratorium maupun di lapangan.

 Tujuan

Tujuan pengujian ini untuk memperoleh nilai kuat tekan dengan prosedur yang benar.

2. Alat dan Bahan

Untuk melaksanakan pengujian kuat tekan beton diperlukan peralatan sebagai berikut :

1) Cetakan silinder, diameter 152 mm, tinggi 305 mm;

2) Tongkat pemadat, diameter 16 mm, panjang 600 mm, dengan ujung dibulatkan, dibuat dari baja yang bersih dan bebas dari karat;

3) Mesin pengaduk atau bak pengaduk beton kedap air; 4) Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh; 5) Mesin tekan, kapasitas sesuai kebutuhan;

6) Satu set alat pelapis ( capping );

7) Peralatan tambahan : ember, sekop, sendok, sendok perata dan talam; 8) Satu set alat pemeriksaan slump;

9) Satu set alat pemeriksaan berat isi beton. Benda uji

Untuk mendapatkan benda uji harus diikuti beberapa tahapan sebagai berikut : 1) Pembuatan dan Pematangan benda uji

a. Benda uji dibuat dari beton segar yang mewakili campuran beton;

b. Isilah cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan dengan 25 x tusukan secara merata; pada saat melakukan pemadatan lapisan pertama, tongkat pemadat tidak boleh mengenai dasar cetakan; pada saat pemadatan lapisan kedua serta ketiga tongkat pemadat boleh masuk kira-kira 25,4 mm kedalam lapisan dibawahnya;

c. Setelah selesai melkukan pemadatan, ketuklah sisi cetakan perlahan-lahan sampai rongga bekas tusukan tertutup; ratakan permukaan beton dan tutuplah segera dengan bahan yang kedap air serta yang tahan karat;

(28)

kemudian biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan letakkan pada tempat yang bebas dari getaran;

d. Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji; untuk perencanaan campuran beton, rendamlah benda uji dalam bak perendam berisi air pada temperatur 25 c disebutkan untuk pematangan ( curring ), selama waktu yang kehendaki; untuk pengendalian mutu beton pada pelaksanaan pembetonan, pematangan ( curring ) disesuaikan dengan persyaratan.

2) Persiapaan Pengujian

a. Ambilah benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak perendam/pematangan ( curring ), kemudian bersihkn dari kotoran yang menempel dengan kain lembab;

b. Tentukan berat dan ukuran benda uji;

c. Lapislah ( capping ) permukaan atas dan bawah benda uji dengan mortar belerang dengan cara sebagai berikut : lelehkan mortar belerang didalam pot peleleh ( melting pot ) yang dinding dalamnya telah dilapisi tipis dengan gemuk; kemudian letakkan benda uji tegak lurus pada cetakan pelapis sampai mortar belerang cair menjadi keras; dengan cara yang sama lakukan pelapisan pada permukaan lainnya;

d. Benda uji siap untuk diperiksa. 3. Cara Pengujian

Berdasarkan : SK SNI M – 14 – 1989 – F

Untuk melaksanakan pengujian kuat tekan beton harus diikuti beberapa tahapan sebagai berikut :

1) Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris;

2) Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar antara 2 sampai 4 kg/cm2 per detik;

3) Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji;

4) Gambar bentuk pecah dan catatlah keadaan benda uji. 4. Perhitungan

Kuat tekan beton = 2)...(1) Keterangan :

P = beban maksimum ( kg )

(29)

Percobaan IV – D

KUAT TEKAN BETON DENGAN HAMMER BETON

1. Maksud dan Tujuan a) Maksud

Maksud Pengujian Elemen Struktur Dengan Alat Palu Beton Tipe N dan NR ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam melaksanakan uji kekerasan permukaan beton di lapangan.

b) Tujuan

Tujuan metode pengujian ini adalah untuk “memperkirakan” nilai kuat tekan beton pada suatu elemen struktur untuk keperluan pengendalian mutu beton di lapangan bagi perencanaan dan atau pengawasa pelaksanaan pekerjaan.

2. Alat dan Bahan 1. Benda Uji beton 2. Hammer 3. Penggaris 4. Alat tulis

3. PROSEDUR PELAKSANAAN PERCOBAAN : Berdasarkan : SNI 03-4430-1997

1) sentuhkan ujung peluncur pada permukaan titik uji dengan posisi tegak lurus bidang uji ;

2) secara perlahan tekankan palu beton dengan arah tegak lurus bidang uji sampai terjadi pukulan pada titik uji ;

3) lakukan 10 kali pukulan pada satu lokasi bidang uji dengan jarak terdekat antara titik-titik pukulan 25 mm ;

4) catat semua nilai pembacaan yang ditunjukkan oleh skala ; 5) hitung nilai rata-rata pembacaan ;

6) nilai pembacaan yang berselisih lebih dari 5 satuan terhadap nilai rata-rata tidak boleh diperhitungkan, kemudian hitung nilai rata-rata-rata-rata sisanya ;

7) semua nilai pembacaan harus diabaikan apabila terdapat dua atau lebih nilai pembacaan yang berselisih 5 satuan terhadap nilai rata-ratanya ; 8) koreksi nilai akhir rata-rata sesuai inkilinasi pukulan bila arah pukulan

tidak horisontal ;

9) hitung perkiraan nilai kuat tekan kubus atau silinder beton dengan menggunakan tabel atau kurva korelasi yang terdapat pada petunjuk penggunaan palu beton yang bersangkutan

(30)

BAB V

PEMERIKSAAN BAJA PENGUJIAN TARIK BAJA

1. TUJUAN PERCOBAAN :

1.1 Maksud

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan untuk melakukan pengujian kuat tarik baja beton.

1.2 Tujuan

Tujuan metode ini adalah untuk mendapatkan nilai kuat tarik baja beton dan parameter lainnya. Pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam pengendalian mutu baja.

2. PERALATAN :

a) Timbangan b) Penggaris c) Selotip / isolasi

d) Mesin uji tarik yang harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

 Mesin uji tarik harus dapat menarik batang percobaan dengan kecepatan merata dan dapat diatur , sehingga kecepatan naiknya tegangan tidak melebihi 1 kg/mm2 tiap detik.

 Ketelitian pembacaan sebaiknya sampai 1/10 x beban maksimum menurut skala penunjuk beban pada mesin uji tarik.

3. BAHAN :

Batang Baja Deform atau Baja Polos

4. PROSEDUR PRAKTIKUM :

Berdasarkan:SNI 07-2529-1991

1) buat benda uji untuk setiap contoh dengan bentuk dan dimensi yang sesuai dengan ketentuan.

2) setiap contoh dibuat 2 (dua) buah benda uji untuk pengujian ganda; 3) setiap benda uji dilengkapi dengan nomor benda uji, nomor contoh

serta dimensinya;

4) pasang benda uji dengan cara menjepit bagian benda uji pada alat penjepit mesin tarik; sumbu alat penjepit harus berimpit dengan sumbu benda uji;

5) tarik benda uji dengan penambahan beban sebesar 10 MPa/detik sampai benda uji putus; catat dan amatilah besarnya perpanjangan yang terjadi setiap penambahan penambahan beban 10 MPa;

(31)

6) Catat besarnya gaya tarik pada batas leleh Py dan pada batas putus Pmaks, bila benda uji merupakan

7) buatlah grafik antara gaya tarik yang bekerja dan perpanjang.

8) hitung parameter-parameter pengujian dengan menggunakan rumus-rumus yang tercantum:

Gambar

Tabel data penurunan jarum terhadap waktu  Nomor Urutan  Penurunan  Waktu Penurunan (menit)  Penurunan (mm)  1  15  2  30  3  45  4  60  5  75  6  90  7  105  8  120  9  135  10  150  11  165  12  180  13  195  14  210  15  225  Catatan     Konsistensi Normal    =   %     Suhu Pasta  =  o C     Suhu Udara  =   o C
Gambar grafik penurunan jarum terhadap waktu

Referensi

Dokumen terkait