• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN REFLEK REGRESI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERIKSAAN REFLEK REGRESI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERIKSAAN REFLEK REGRESI

Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan reflek-reflek regresi pada usia lanjut. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu mendeteksi kemunduran kualitas fungsi (regresi) pada usia lanjut. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan pemeriksaan reflek regresi pada usia lanjut. Pengertian

Penurunan fungsi kognitif ringan dibagi mild cognitif impairment (MCI) dan vascular cognitif impairment (VCI), yang sebagian berkembang menjadi demensia. Demensia dapat dibagi dalam demensia reversibel dan tidak reversibel.

Kerusakan yang merata pada neuron-neuron kortikal kedua belah hemisferium, yang mencakup daerah persepsi primer, korteks motorik, dan semua daerah asosiatif menimbulkan demensia. Apabila manifestasi gangguan korteks piramidal dan ekstrapiramidal tidak nyata, tanda-tanda lesi organik masih dapat ditimbulkan. Pada umumnya tanda-tanda tersebut mencerminkan gangguan pada korteks premotorik atau prefrontal. Tanda tersebut diungkapkan dengan jalan membangkitkan reflek-reflek, yang disebut reflek regresi (yang merupakan petanda keadaan regresi/kemunduran kualitas fungsi).

REFLEKS REGRESI

Refleks regresi disebut juga refleks demensia muncul akibat terjadinya kerusakan sel saraf pusat di otak, baik yang bersifat terlokalisir maupun difus. Penyebab kerusakan tersebut bisa berasal dari kelainan vaskuler, trauma, gangguan metabolik, infeksi, dan sebagainya. Selain itu, refleks regresi juga merupakan tanda proses degeneratif di otak. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan proses degeneratif tersebut adalah demensia vaskuler dan demensia Alzheimer, pasca hipoksia serebri, pasca meningitis, dll. Pemeriksaan reflek regresi ini bisa dilakukan pada posisi penderita duduk atau berbaring. Beberapa pemeriksaan refleks regresi yang penting adalah:

1. Sucking Reflex.

Sucking reflex dapat dilakukan dengan menyentuhkan benda seperti ujung pena, palu refleks atau jari pemeriksa secara ringan dan lembut pada bibir penderita. Jawaban refleks berupa gerakan bibir seolah-olah akan menetek atau menyusu.

2. Grasping Reflex.

Grasping reflex (refleks menggenggam) dilakukan dengan meletakkan jari pemeriksa secara lembut pada telapak tangan penderita, dimana secara refleks tangan penderita akan menggenggam jari pemeriksa tersebut.

3. Palmomental Reflex.

Refleks palmomental dilakukan dengan menggores telapak tangan penderita pada bagian otot hipotenar. Goresan dilakukan dengan cepat dari proksimal (bagian pergelangan tangan penderita) menuju ke distal (bagian pangkal ibu jari). Jawaban dari rangsangan ini berupa gerakan otot-otot mental (dagu).

4. Glabellar Reflex.

Glabellar reflex (refleks glabella) dilakukan dengan mengetuk glabella (pertengahan dahi diantara kedua alis mata) penderita dengan ujung jari atau palu refleks. Pada orang normal, respon berkedip

(2)

hanya timbul dua sampai tiga kali saja. Sedangkan pada penderita demensia, kedipan mata akan timbul setiap kali glabella diketuk.

Catatan: pengetukan glabella dilakukan dari arah belakang pasien, sehingga tidak diartikan sebagai refleks ancam oleh pasien.

5. Snout Reflex.

Snout reflex dilakukan dengan mengetuk bibir atas penderita secara lembut dengan menggunakan ujung jari pemeriksa atau palu refleks. Jawaban dari rangsangan ini berupa kontraksi otot orbikularis oris, sehingga sudut bibir penderita akan tertarik pada daerah yang diketuk.

6. Refleks Kaki Tonik (Foot Grasping Reflex).

Refleks kaki tonik dilakukan dengan menggores telapak kaki penderita menggunakan ujung palu refleks. Pada penderita demensia, penggoresan telapak kaki menyebabkan kontraksi tonik telapak kaki berikut jari-jarinya.

7. Corneomandibular Reflek.

Positif bila penggoresan kornea menimbulkan pemejaman mata ipsilateral dan disertai gerakan mandibula kesisi kontralateral.

(3)

PENILAIAN SKILLS LAB PEMERIKSAAN REFLEK REGRESI Nama : ………

Nim : ………

No Aspek yang Dinilai Nilai

0 1 2

1

Memberi salam dan memperkenalkan diri. 1= melakukan

0= tidak melakukan

2.

Menjelaskan pada pasien/keluarganya tentang prosedur kerja dan pentingnya tindakan yang akan dilakukan. 2= melakukan dengan sempurna (2 item)

1= melakukan tidak dengan sempurna (1 item) 0= tidak melakukan 3. Meminta persetujuan 1= melakukan 0= tidak melakukan 4.

Mempersiapkan alat (handscoon dan reflex hammer) 2= menyebutkan dan melakukan dengan sempurna (2 item) 1= menyebutkan dan melakukan tidak dengan sempurna (1 item)

0= tidak menyebutkan dan melakukan

5.

Meminta pasien untuk berbaring ditempat tidur dengan posisi terlentang.

2= melakukan dengan sempurna (2 item) 1= melakukan tidak dengan sempurna (1 item) 0= tidak melakukan

6.

Mencuci tangan dan memakai sarung tangan dengan steril. 2= melakukan dengan sempurna (2 item)

1= melakukan tidak dengan sempurna (1 item) 0= tidak melakukan

7.

Melakukan pemeriksaan Glabellar reflex (mengetuk glabella pasien dengan palu reflex dari arah belakang pasien sehingga tidak diartikan sebagai reflex ancaman oleh pasien).

2= melakukan dengan sempurna 1= melakukan tidak dengan sempurna 0= tidak melakukan

8.

Interpretasi: respon berkedip hanya timbul setiap kali glabella diketuk.

1= menyebutkan 0= tidak menyebutkan

9.

Melakukan pemeriksaan Corneomandibular Reflex (menggoreskan kapas secara lembut ke kornea pasien). 1= menyebutkan

0= tidak menyebutkan

10. Interpretasi: positif bila terjadi pemejaman mata ipsilateral dan disertai gerakan mandibula kesisi kontralateral.

(4)

1= menyebutkan 0= tidak menyebutkan

11.

Melakukan pemeriksaan Suck Reflex (menyentuhkan jari pemeriksa secara ringan dan lembut pada bibir pasien). 2= melakukan dengan sempurna

1= melakukan tidak dengan sempurna 0= tidak melakukan

12.

Interpretasi: gerakan bibir seolah-olah akan menyusu. 1= menyebutkan

0= tidak menyebutkan

13.

Melakukan pemeriksaan Snout Reflex (mengetuk bibir atas pasien secara lembut dengan menggunakan ujung jari pemeriksa).

2= melakukan dengan sempurna 1= melakukan tidak dengan sempurna 0= tidak melakukan

14.

Interpretasi: kontraksi otot orbikularis oris sehingga sudut bibir pasien akan tertarik pada daerah yang diketuk.

1= menyebutkan 0= tidak menyebutkan

15.

Melakukan pemeriksaan Grasping Reflex (meletakkan jari pemeriksa secara lembut pada telapak tangan pasien). 2= melakukan dengan sempurna

1= melakukan tidak dengan sempurna 0= tidak melakukan

16.

Interpretasi: tangan pasien akan menggenggam jari pemeriksa.

1= menyebutkan 0= tidak menyebutkan

17.

Melakukan pemeriksaan Palmomental Reflex (menggores telapak tangan pasien pada bagian otot hipotenar dengan cepat dari bagian pergelangan tangan penderita/proksimal menuju kebagian pangkal ibu jari/distal).

2= melakukan dengan sempurna 1= melakukan tidak dengan sempurna 0= tidak melakukan

18.

Interpretasi: gerakan otot-otot mental (dagu). 1= menyebutkan

0= tidak menyebutkan

19.

Melakukan pemeriksaan Foot Grasping Reflex (menggores telapak kaki pasien menggunakan ujung palu reflex).

2= melakukan dengan sempurna 1= melakukan tidak dengan sempurna 0= tidak melakukan

20.

Interpretasi: kontraksi tonik telapak kaki berikut jari-jarinya.

1= menyebutkan 0= tidak menyebutkan

21. Memberi tahu kepada pasien bahwa tindakan sudah selesai. 1= melakukan

(5)

0= tidak melakukan

22.

Melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan. 2= melakukan dengan sempurna (2 item) 1= melakukan tidak dengan sempurna (1 item) 0= tidak melakukan

23.

Melaporkan hasil pemeriksaan. 1= melakukan

0= tidak melakukan 24.

Mencatat dalam rekam medik. 1= melakukan

0= tidak melakukan

Mengetahui Nilai = total skor x 100% = ………… Instruktur 35

(………..…..) NIP.

(6)

TATA CARA PENULISAN DAN PEMBACAAN RESEP

Resep didefinisikan sebagai permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai perundang – undangan yang berlaku. Resep ditulis dalam blanko resep dengan ukuran ideal (lebar 10 – 12 cm, panjang 15 – 18 cm). Resep yang telah dilayani di apotek sesuai dengan peraturan yang berlaku merupakan dokumen yang harus disimpan sekurang – kurangnya 3 tahun di apotek.

Tidak ada ketentuan baku di seluruh dunia tentang tatanan menulis resep yang benar karena setiap Negara mempunyai aturan sendiri. Resep harus ditulis secara jelas, mudah dibaca, dan mengungkapkan dengan jelas apa yang harus diberikan sesuai kaidah sehingga memenuhi syarat untuk dilayani di apotek. Contoh resep yang benar adalah sebagai berikut :

dr. Setiabudhi SIP : 016/X/2013

Alamat praktek : Jl. Subrantas no. 35 C Pekanbaru Telp : (0761) 123456 Pekanbaru, 29 Januari 2013 R/ Paracetamol 100 mg Sacch. Lactis q.s. mf. l.a. pulv. D. t. d. No. VI S p r n tdd pulv I

Pro : Algia (3 tahun) Alamat : jl. Garuda Sakti 123 Pekanbaru

1.1 Unsur Resep .

No Unsur resep Keterangan

1. Identitas dokter Meliputi : nama, nomor surat izin praktek, alamat lengkap rumah dan praktek dokter dilengkapi nomor telepon, hari dan jam praktek. Biasanya sudah tercetak dalam blanko resep 2. Nama kota dan

tanggal penulisan resep

Hal ini diperlukan dalam pelayanan resep berkaitan dengan persyaratan perundang – undangan.

3. Superscriptio Ditulis dengan symbol R/ (Recipe = harap diambil) 4. Inscriptio Merupakan inti resep dokter

Berisi nama obat, dosis dan jumlah obat yang diperlukan serta ditulis dengan jelas. Penulisan nama obat menggunakan nama generic, nama standar atau nama paten. Penulisan dosis obat

(7)

dalam satuan berat dan volume dengan system metrik (mg, g, ml, l) dan dengan angka arab.

Penulisan jumlah obat dalam satuan biji (tablet, kapsul, botol, bungkus, tube dll) dengan angka romawi.

5. Subscriptio Mencantumkan bentuk sediaan obat dan jumlahnya. Cara penulisan (dengan singkatan bahasa latin) tergantung macam formula resep yang digunakan

6. Signatura Berisi informasi tentang aturan penggunaan obat untuk pasien yaitu meliputi frekuensi, jumlah obat dan cara pemakaian obat serta informasi lainnya. Symbol yang digunakan adalah S (signatura = tandailah)

Walaupun aturan penggunaan obat sudah ditulis dalam resep, dokter berkewajiban menjelaskan secara lisan pada pasien saat menyerahkan resep.

7. Penutup Berisi tanda tangan atau paraf dokter. Merupakan syarat syah resep untuk dilayani oleh apotek. Bila resep dokter mengandung obat narkotika maka dibutuhkan tanda – tangan dokter, untuk obat golongan lain cukup paraf dokter saja.

8. Identitas pasien Meliputi nama pasien dan alamatnya. Bila pasien anak dan lansia perlu dituliskan umurnya.

2.2 Macam Formula Resep Dokter.

Ada tiga macam formula yang disusun dalam resep:

1. Formula magistralis atau lebih dikenal dengan nama resep racikan. Untuk menyusun resep racikan, dokter perlu memahami sifat obat, interaksi farmasetik dan bahan tambahan yamg diperlukan dalam menyususn formula tersebut

2. Formula officinalis. Obat yang ditulis merupakan obat baku / standar dalam buku / formularium resmi atau obat jadi generik berlogo

3. Formula spesialistis. Obat yang dituliskan dengan nama paten. Dalam menuliskannya perlu diketahui ada berapa macam sediaan dan dosis serta spesifikasi dari macam – macam sediaan. 2.3 Resep Cito.

Kadang dokter memerlukan obat agar SEGERA didapat oleh pasiennya, maka dokter dapat menuliskan CITO! disebelah kanan atas blanko resep. Untuk itu resep cito harus didahulukan pembuatannya dari resep – resep lain. Dengan demikian dokter yang meminta resep cito hendaknya betul – betul jika pasien dalam keadaan darurat dan penundaan pemberian obat dapat membahayakannya. Istilah lain dalam bahasa latin: statim, urgen, P.I.M (amat segera).

2.4 Resep Rasional.

Penulisan resep yang rasional berpedoman falsafah ‘5 tepat’ yaitu tepat obat, tepat dosis, tepat BSO (Bentuk Sediaan Obat), tepat cara dan waktu pemberian, serta tepat penderita. Oleh karena itu penulisan resep harus memenuhi kaidah:

(8)

Ditulis sesuai dengan nomenklatur internasional dan dipilih sesuai terapi, sifat obat dan kondisi obat.

2. Dosis obat.

Ditetapkan secara individual diperhitungkan secara seksama baik untuk orang dewasa, lansia, anak, dll.

3. BSO disesuaikan dengan tujuan terapi, kepentingan penderita dan spesifikasi BSO tersebut. 4. Cara dan waktu pemberian.

Ditetapkan secara jelas dan dipahami oleh penderita, agar meningkatkan ketaatan penderita. 5. Kondisi penderita.

Meliputi keadaan fisik, ekonomi, dan sosial perlu diperhatikan agar meningkatkan ketaatan pasien dan tujuan terapi tercapai.

2.4 Edukasi Pengobatan kepada Pasien.

Seringkali dijumpai, pasien tidak menggunakan dengan benar obat yang diresepkan, minum obat tidak teratur atau bahkan tidak meminumnya sama sekali. Alas an yang dikemukakan biasanya gejala penyakitsudah hilang, timbul efek samping, obat dirasa tidak manjur dan jadwal dosis yang terlalu rumit.

Untuk meningkatkan kepatuhan pasien minum obat, dapat dilakukan dengan tiga cara: 1. Resepkan obat yang dipilih dengan baik.

2. Ciptakan hubungan dokter dan pasien yang baik.

3. Sempatkan memberi informasi, instruksi, dan peringatan.

Ada 6 perkara yang merupakan informasi minimal yang harus diberikan kepada pasien: 1. Efek obat : indikasi pemberian obat.

2. Efek samping : efek samping yang mungkin timbul dan atau bagaimana mengenai efek samping. 3. Instruksi : bagaimana cara minum obat, waktu minum obat, berapa lama harus minum obat, dan

apa yang harus dilakukan bila lupa minum obat (missal obat KB, OAT).

4. Peringatan : berapa dosis terbanyak, kapan obat harus dihentikan, mengapa obat harus diminum sampai habis (misal : antibiotika).

5. Kunjungan berikutnya : kapan pasien harus kembali (tidak perlu kembali).

6. Sudah jelaskah semuanya? : tanyakan apakah informasi sudah dimengerti, minta pasien mengulang informasi terpenting, dan tanyakan apakah ada yang ingin ditanyakan pasien.

Contoh edukasi pada pasien : Nama obat : ANTASIDA.

1. Efek obat : menetralkan asam lambung sehingga bias mengurangi gejala dyspepsia (nyeri ulu hati, kembung, dan mual).

2. Efek samping : gangguan saluran cerna seperti diare.

3. Instruksi : diminum 4 kali sehari diantara waktu makan dan sebelum tidur.

4. Peringatan : pemberian antasida bersama obat lain dapat mengganggu absorpsi obat lain.

5. Kunjungan berikutnya : tidak perlu kembali jika gejala sudah hilang dan control bila gejala tidak membaik bahkan memberat.

(9)

2.5 Langkah Preskripsi

1. Pemilihan bahan obat yang tepat 2. Penetapan dosis yang tepat

3. Pengaturan jadwal pemberian obat 4. Pemilihan BSO yang tepat

5. Pemilihan formula resep yang tepat 6. Penulisan preskripsi yang lege artis

SINGKATAN – SINGKATAN BAHASA LATIN YANG SERING DIPAKAI DALAM RESEP

Singkatan Kepanjangan Arti

Aa Ana Sama banyak

a.c. Ante coenam Sebelum makan

Ad Ad Sampai

add. Adde Tambahkan

ad lib. / ad. Libit Ad libitum Sesuka hati a.u.i.(ad.us.int.) Ad usum internum Untuk obat dalam a.u.e. (ad.us.ext.) Ad usum externum Untuk obat luar a.u.p. (ad.us.prop.) Ad usum propium Untuk dipakai sendiri u.p. Usum propium Untuk dipakai sendiri m.i. Mihi ipsi Untuk dipakai sendiri aq. dest. Aqua destilasta Air suling

aq. bidest. Aqua bidestilata Air yang 2 kali disuling aq. Steril Aqua sterilata Air steril

c. Cum Dengan

C. Cochlear, cibarium Sendok makan (=15 ml) c.p. Cochlear pultis Sendok bubur (=8 ml) cth. Cochlear theae Sendok teh (= 5 ml) c.c. Centrimetrum cubitum Sentimeter kubik

caps . Capsul Kapsul

clysm. Clysma Klisma. Lavement collut. Collutorium Obat kumur (cuci mulut) collut. or. Collutorio oris Obat kumur (cuci mulut) collyr. Collyria Obat cuci mata

comp. Compositum Obat campuran

cr. Cremor Krim

d.i.d. Da in dim / da in dimido Berikan sepenuhnya d.in 2 plo. Da in duplo Berikan 2 kali banyaknya d.in 3 plo. Da in triplo Berikan 3 kali banyaknya d.in 4 plo. Da in quarduplo Berikan 4 kali banyaknya d.c. Durante coenam Sedang makan

(10)

c.form. Cum formula Dengan resepnya

form. Formula Resepnya

dur.dol. Durante dolore Selagi sakit d.d. De die Sehari, setiap hari 1.d.d. Smel de die Sekali sehari 2.d.d. (b.d.d.) Bis de / in die Dua kali sehari 3.d.d. (t.d.d.) Ter de/in die Tiga kali sehari 4.d.d. (q.d.d.) Quarter de /in die Empat kali sehari

dext. Dexter Kanan

dext.et sin. o.d./o.s.

Oculus dexter et oculus sinister

Mata kanan dan mata kiri d.t.d. Da tale doses Berikan sebanyak dosis tsb epith. Epithema Obat kompres

extend. Extende Ulaskan

extend. cr. Extende crass Ulaskan tebal–tebal (0,6 mm) extend. ter. Extende termiter Ulaskan tipis–tipis (0,2 mm)

empl. Emplstrum Pleister

enem. Enema Lavement

extr. Extractum Ekstrak

extr.aquos. Extractum aquosum Ekstrak dengan air extr.fl. Extractum fluidum Ekstrak encer extr. liq. Extractum liquidum Ekstrak encer extr.sicc. Extractum siccum Ekstrak kering

extr. spir. Extractum spirituosum Ekstrak dengan spiritus extr. spiss. Extractum spissum Ekstrak kental

f. Fac, flat Buat, harap dibuat feb.dur. Febri durante Sewaktu demam

f.l.a Fac lege artis Buat menurut cara semestinya l.a. Lege artis Cara semestinya

F.I. Formularium Indonesia Nama buku resep standar F.M.I Form Medicantorum Indicum Nama buku resep standar F.M.S. FormMedicantorum Selectum Nama buku resep standar filtr. Filtra,filretur Sering, harap disaring

fol. Folia Daun

fol.digit. Folia digitalis Daun digitalis fol.pip.betl. Folia piperis betle Daun sirih

g.gm. Gramma Gram

gi.arab. Gummi arabicum Gum arab garg. Gargarisma Obat kumur

gtt. Guttae Tetes

gtt.ad.aur. Guttae ad aures Obat tetes telinga gtt.auric. Guttae auriculares Obat tetes telinga gtt.nasal. Guttae nasals Obat tetes hidung

(11)

gtt.ophth. Guttae ophthalmicae Obat tetes mata

h. Hora Jam

h.m. Hora matutina Pagi hari h.s. Hora somni Sebelum tidur h.v. Hora vespertina Pada sore hari

i.m.m. In manum medici Berikan ke tangan dokter

inj. Injection Obat suntik

inj.hypod. Injectio hypodermica Obat suntik di bawah kulit inj.subc. Injectio subcutan

inj. i.v. Injectio intravena Obat suntik intravena

Iter Iteretur Harap diulang

iter 1 x Iteretur 1x Harap diulang 1 x

lin. Linimentum Obat gosok

lc. Loco Pengganti

lit.or. Litus oris Cairan untuk dioles di mulut

lot. Lotio Lotio

liq. Liquid Cair

m. Mane Pagi

m.et v. Mane et vespere Pagi dan sore

m. Misce, misceatur Campurlah, harap dicampur m.f. Misce fac Campur dan buatlah

m.f.l.a. Misce fac lege artis Campur dan buatlah menurut cara semestinya

mg.; mgm. Miligramma Milligram

mixt. Mixture Campuran

muc. Gi arab. Mucillago gummi arabici Lendir dari acacia

n. Noctum Malam

N.I. Ne iteretur Harap jangan diulang non.rep Non repetetur Harap jangan diulang

o.h Omni hora Tiap jam

o.b.h Omni bi horio Tiap dua jam o.t.h Omni tri horio Tiap tiga jam o.4 h. Omni quarter horio Tiap empat jam

o.m Omni mane Tiap pagi

o.n Omni nocte Tiap malam

p.p Pro pauper Untuk si miskin p.c Post coenam Sesudah makan

pil. Pilula Pil

P.I.M Periculum in mora Berbahaya bila ditunda ppt. Praecipitatus Diendapkan

sulfur ppt. Sulfur praecipitatus Sulfur yang dibuat dengan diendapkan

(12)

s.n.s Si necease sit Kalau perlu s.o.s Si opus sit Kalau perlu

pot. Potio Cairan untuk obat dalam

pulv. Pulvis Serbuk tunggal

pulv. Pulveres Serbuk terbagi (puyer) pulv.adsp. Pulvis adspersorius Serbuk tabor

q.s Quantum satis / sulficit Secukupnya

R/ Recipe Ambillah

rec. Recep Baru, segar

rec.par Recentus paratus Dibuat baru

s. Signa Tandailah, tulislah

sol. Solution Larutan

spir. Spiritus Spiritus

steril. Sterilisatus Yang disterilkan supp. Suppositoria Supositoria supp.rect. Suppositoria rectal Supositoria rectum

syr. Syrup Sirop

tab. Tabulae Tablet

tct.(tinct.) Tincture Tinctuur

tinct.Bellad. Tinctura belladona Tinctuur belladonna

tuss. Tussis Batuk

tuss.urg. Tussi urgente Jika batuk amat mengganggu u.c Usus cognitus Aturan pakai diketahui u.n Usus notus Aturan pakai diketahui u.e Usus externus Obat luar

ungt. Unguentum Salep

ungt.opth. Unguentum ophtalmicae Salep mata

DOSIS OBAT

YANG SERING DIGUNAKAN  Parasetamol : 10 mg/kgBB/kali.

 Amoksisilin : 30-50 mg/kgBB/hari.

 Metronidazol : 50 mg/kgBB/hari (amubiasis = 3 dosis).  Kloramfenikol : 100 mg/kgBB/hari (meningitis pada bayi),

75-100 mg/kgBB/hari (infeksi lain).  Kotrimoksasol : 3-8 mg/kgBB/hari.

 Ampisilin : 50-150 mg/kgBB/hari.  Eritromisin : 30-50 mg/kgBB/hari.  Chlorpheniramin maleat (CTM) : 0,35 mg/kgBB/hari.  Dexamethason : 0,023 mg/kgBB/hari.

(13)

 Aminophilin : 2-6 mg/kgBB/dosis.  Teophilin : 10-20 mg/kgBB/hari.  Phenobarbital : 8 mg/kgBB/hari.  Diazepam : 0,12-0,8 mg/kgBB/hari.  INH : 15-20 mg/kgBB/hari.  Rifampisin : 10-20 mg/kgBB/hari.

Gambar

tab.  Tabulae  Tablet

Referensi

Dokumen terkait