i
HUBUNGAN KEDISIPLINAN USTADZAH
DENGAN MOTIVASI BELAJAR SANTRIWATI
PONDOK PESANTREN MIFTAKHURROSYIDIN
DESA CEKELAN KEC. MADURESO KAB. TEMANGGUNG
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Disusun Oleh :
RIZCA NELLY FAUZIYAH NIM. 11110182
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vi MOTTO
vii Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Ayah bundaku tercinta, Faizin dan Isroliyah yang selalu dengan sabar mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk
penulis.
2. Kakak tercinta Faisal dan adik tersayang Lutfi yang selalu memberi dukungan sehingga terselesainya skripsi ini dengan lancar
3. Spesial Dra. Nur Hasanah, M.Pd, yang tidak henti-hentinya membimbing dan meluangkan waktunya
4. Eko Haryanto di rental Savana.com, Terima kasih atas ide-ide kreatifnya sehingga skripsi dapat tersusun dengan baik.
5. Teman-teman Jurusan Tarbiyah Progdi. PAI angkatan 2010 yang setia menemani dan memberi motivasi.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi
beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan penutup
para Rasul, Muhammad SAW yang telah membimbing dan mendidik manusia dari
masa kegelapan menuju masa yang sangat terang benderang dengan syariatnya
yang lurus.
Skripsi yang berjudul ―Hubungan Kedisiplinan Ustadzah dengan Motivasi
Belajar Santriwati Pondok Pesantren Miftakhurrosyidin Desa Cekelan Kecamatan
Madureso Kabupaten Temanggung Tahun 2017‖ ini, diajukan untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI ) pada Institut Agama Islam Negeri ( IAIN )
Salatiga.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan
yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual.
Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada :
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga
ix
3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag selaku Ketua Program Pendidikan Agama Islam
(PAI)
4. Dra. Nur Hasanah, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan
meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penulisan
skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi
6. Ayah dan Ibuku tercinta Faizin dan Isroliyah yang selalu dengan sabar
mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk
penulis
7. Sahabat-sahabatku PAI Kelas E angkatan 2010 yang telah menemani
hari-hari saat kuliah di IAIN Salatiga.
Semoga segala amal yang telah diperbuat akan menjadi amal saleh, yang
akan mendaptakan pahala yang setimpal dari Allah SWT, kelak dikemudian hari.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.Amin.ya rabbal ‗alamin
Salatiga, 29 Maret 2017
Yang menyatakan
x ABSTRAK
Kedisiplinan sebagai suatu sikap dan perilaku yang mencerminkan ketaatan dan ketepatan terhadap peraturan, tata tertib, norma-norma yang berlaku dalam pendidikan dipesantren. Membangun kesadaran hidup disiplin patut digalakkan semua pihak. Orang tua sebagai figur utama untuk memberikan contoh sikap disiplin oleh anak-anaknya. Guru atau ustadzah sebagai figur teladan murid harus memberikan contoh yang baik dalam pergerakan disiplin ini. Ajaran Islam mengajarkan kepada umat islam untuk menerapkan disiplin.
Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis kuantitatif. Dengan demikian, Kuantitatif mencakup penghitungan untuk mendapatkan nilai-nilai agar mendapatkan korelasi per variabel. peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi, document dan angket.
Dari hasil analisa Kedisiplinan Ustadzah Pondok Pesantren Miftakhurrosyidin Desa Cekelan Kec. Madureso Kabupaten Temanggung Tahun 2017 adalah 33,3 % aktivitas tinggi, 40 % aktivitas sedang, dan 26,7 % aktivitas rendah. Melihat besarnya frekuensi tersebut Kedisiplinan Ustadzah Pondok Pesantren Miftakhurrosyidin Desa Cekelan Kec. Madureso Kabupaten Temanggung Tahun 2017 termasuk dalam kategori baik. Motivasi Belajar Santri Pondok Pesantren Miftakhurrosyidin Desa Cekelan Kec. Madureso Kabupaten Temanggung Tahun 2017 adalah 24 % Motivasi Belajar Santri tinggi, 56 % Motivasi Belajar Santri sedang dan 20 % Motivasi Belajar Santri Pondok Pesantren Miftakhurrosyidin rendah. Maka Motivasi Belajar Santri Pondok Pesantren Miftakhurrosyidin termasuk dalam kategori baik. Dari data product moment dan diperoleh rxy sebesar 0,753 >
0,462 r tabel pada taraf signifikansi 1% dan 5% maka hasil uji diterima pada taraf signifikansi 1% dan 5% dengan kata lain semakin tinggi Hubungan Kedisiplinan Ustadzah maka semakin baik Motivasi Belajar Santri Pondok Pesantren Miftakhurrosyidin (Dsn. Ds. Cekelan, Kabupaten Temanggung). Hal ini berarti bahwa semakin besar Kedisiplinan Ustadzah maka akan semakin termotivasi dalam belajar santri, sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar.
Kata kunci: Hubungan Kedisiplinan Ustadzah Dengan Motivasi Belajar Santriwati Fuziyah, Rizca Nelly. 2017. Hubungan Kedisiplinan Ustadzah dengan Motivasi
Belajar Santriwati Pondok Pesantren Miftakhurrosyidin Desa Cekelan Kec. Madureso Kab. Temanggung Tahun 2017.
xi
A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Definisi Operasional ... F. Hipotesis ... G. Metode Penelitian ...
1. Pendekatan Penelitian ... 2. Lokasi Penelitian ... 3. Populasi dan sampel ...
H. Metode Pengumpulan Data ... I. Tekhnik Analisis Data ... 1. Sistematika Penulisan ...
xii BAB II LANDASAN TEORI
A. Kedisiplinan ... 1. Pengertian Kedisiplinan ... 2. Karakteristik Kedisiplinan ...
3. Pentingnya Kedisiplinan Dalam Mengajar……….….
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan ... 5. Implementasi kedisiplinan dalam Pendidikan ………….…
B. Motivasi Belajar Siswa ………..………..….….……
1. Pengertian Motivasi Belajar ……….
2. Karakteristik Motivasi Belajar ………. 3. Macam- macam Motivasi Belajar ………...…………. 4. Fungsi Motivasi Belajar ……...………
5. Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar ……….
6. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Belajar Siswa ……….…………..
C. Hubungan Kedisiplinan Ustadzah dengan Motivasi Belajar ……….…………..
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Keadaaan Umum Pondok Pesantren Miftakhurrosyidin ………... 1. Sejarah berdiri Pondok Pesantren Miftakhurrosyidin ... 2. Identitas Pondok Pesantren Miftakhurrosyidin ………
3. Visi Misi ………..
4. Sistem Pendidikan ……… 5. Sarana dan Prasarana ……….………. 6. Struktur Organisasi ……….…. B. Data Populasi Santriwati Ponpes Miftakhurrosyidin ……...
xiii
BAB IV ANALISA DATA ……….………
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan ……….
2. Saran ………
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
58
1 BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangat penting yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan,
baik dalam kehidupan keluarga, lingkungan, bangsa dan negara. Maju
mundurnya suatu bangsa, banyak ditentukan oleh maju mundurnya suatu
pendidikan. Mengingat sangat pentingnya pendidikan dalam kehidupan, maka
pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil
yang diharapkan.
Pendidkan merupakan proses pembentukan kepribadian manusia.
Pendidikan pada umumnya bertujuan untuk membentuk manusia yang
bermoral dan berilmu. Pendidikan itu sendiri adalah usaha manusia untuk
mengembangkan dan mengarahkan fitrahnya agar dapat berkembang sampai
titik optimal untuk menciptakan tujuan yang dicita-citakan (Arifin, 1988: 12).
Agar pendidikan dapat dicapai secara maksimal, maka harus diimbangi
dengan kedisplinan belajar yang baik. Disiplin merupakan suatu sikap yang
menunjukkan kesediaan untuk mematuhi dan mendukung peraturan-peraturan
yang berlaku.
Kian maraknya pelanggaran nilai moral oleh remaja dapat dipandang
sebagai perwujudan rendahnya kedisiplinan diri. Pemicu utamanya diduga,
2
yang berasumsi bahwa ketika mendengar kata ―disiplin‖ yang tergambar dalam
pikirannya adalah ―keras, hukuman, dan penuh paksaan‖. Padahal tidak
demikian, mengajarkan kedisiplinan tidak identik dengan kekerasan. Dunia
militer, menegakkan disiplin acap kali sering berkonotasi dengan
pengertian-pengertian tersebut. Namun dalam dunia mendidik anak, kedisiplinan justru
diterapkan dengan cara fleksibel dan bermakna (Rahman, 2013:62).
Kedisiplinan sebagai suatu sikap dan perilaku yang mencerminkan
ketaatan dan ketepatan terhadap peraturan, tata tertib, norma-norma yang
berlaku dalam pendidikan dipesantren. Membangun kesadaran hidup disiplin
patut digalakkan semua pihak. Orang tua sebagai figur utama untuk
memberikan contoh sikap disiplin oleh anak-anaknya. Guru atau ustadzah
sebagai figur teladan murid harus memberikan contoh yang baik dalam
pergerakan disiplin ini. Ajaran Islam mengajarkan kepada umat islam untuk
menerapkan disiplin.Seperti dalam Al- Qur‘an surat Huud ayat 112:
Artinya: Maka tetaplah kamupadajalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Mahamelihat apa yang kamu kerjakan.
Dari ayat di atas menunjukkan bahwa, disiplin bukan hanya tepat waktu
saja, tetapi juga patuh pada peraturan-peraturan yang ada. Melaksanakan yang
diperintahkan dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya. Di samping itu
3
hanya sedikit. Karena selain bermanfaat bagi kita sendiri juga perbuatan yang
dikerjakan secara kontinyu dicintai Allah walaupun hanya sedikit.
Disiplin pribadi merupakan sifat dan sikap terpuji yang menyertai
kesabaran, ketekunan dan lain-lain. Orang yang tidak mempunyai sikap
disiplin pribadi sangat sulit untuk mencapai tujuan. maka setiap pribadi
mempunyai kewajiban untuk membina melalui latihan, misalnya di rumah atau
di masyarakat, anak selain seabgai seorang siswa yang harus memiliki disiplin
belajar di sekolah, juga harus memiliki disiplin belajar di rumah mapun di
lingkungan masyarakat. Dimana anak tersebut tinggal, contohnya anak dapat
belajar di masjid, mushola, pesantren atau yang lainnya
Sikap disiplin pribadi seorang anak di dalam belajar, tercermin dalam
kedisiplinan penggunaan waktu, baik waktu dalam belajar ataupun waktu
dalam mengerjakan tugas, serta mentaati tata tertib atau yang lainnya.
Kedisiplinan di pesantren merupakan salah satu aspek yang harus ada,
karena, kedisiplinan merupakan suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan
kehidupan yang ada di pesantren. Adanya kedisiplinan akan memotivasi para
siswanya untuk bersaing dengan cerdas dalam meraih prestasi. Dengan
demikian, kedisiplinan di pesantren perlu diterapkan terutama pada
pelaksanaan proses belajar mengajar, karena disiplin merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar.
Fungsi utama kedisplinan adalah mengajarkan untuk mengendalikan
diri agar bisa menghormati dan mematuhi aturan untuk menertibkan diri.
4
sesuatu boleh dilakukan dan dalam hal apa sesuatu tidak boleh dilakukan.
Disiplin terjadi dan terbentuk sebagai hasil dan dampak dari proses pembinaan
cukup panjang yang dilakukan sejak dari dalam keluarga dan berlanjut dalam
pendidikan.
Guru merupakan orang yang berperan dalam kemajuan bangsa dengan
cara mengajar dan mendidik peserta didik untuk menjadi manusia yang
berguna bagi negara dan agamanya. Guru adalah pihak yang paling dekat
hubungannya dengan peserta didik. Ia memegang peranan yang strategis dalam
upaya memperbaiki kualitas dalam pendidikan dan pengajaran. Sama halnya
dengan ustadz dan ustadzah, mereka juga berperan penting terhadap tingkah
laku anak, sehingga anak sadar akan tanggung jawabnyaterhadap dirinya
sendiri. Kedudukan guru dan ustadz sama saja, hanya beda sebutannya
keduanya sama-sama sebagai pihak yang memiliki peranan yang sangat besar
terhadap keberhasilan peserta didiknya. Menjadi seorang guru harus
mempunyai kemampuan personal, berakhlak mulia dan mampu memberikan
teladan bagi setiap peserta didiknya.
Sebagai seorang guru atau ustadz harus mempunyai jiwa disiplin.
karena disiplin dalam proses pendidikan sangat diperlukan dan bukan hanya
untuk menjaga kondisi suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar,
tetapi juga untuk menciptakan pribadi yang kuat bagi peserta didik. Maka
kedisiplinan merupakan suatu kondisi yang tercipta atau terbentuk melalui
proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
5
dilakukan akan berdampak perkembangan pada diri kita, sehingga kita akan
menyadari bahwa hakikat segala apa yang diperbuat pasti akan kembali pada
diri sendiri. Seorang yang disiplin mampu menanamkan dan menumbuhkan
rasa percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki, sebab percaya diri
disetiap perbuatan baik atau buruk yang dilakukannya akan ditanggung sendiri
konsekuensinya.
Di sini kita sebagai pendidik harus lebih giat lagi untuk meningkatkan
sikap kedisplinan terhadap proses belajar untuk mengembangkan motivasi
belajar pada peserta didik. Sebagai seorang guru atau ustadz kita juga harus
aktif dan mengetahui peraturan-peraturan yang telah ditetapkan agar
kedepannya mampu menjalankan tugas dan tanggungjawabnya.
Tingkat kedisiplinan seorang ustadzah tentu bisa mempengaruhi
motivasi belajar para santri. Jika dalam mengajar seorang ustadzah itu
mempunyai sikap disiplin penulis kira itu bisa membantu meningkatkan
motivasi belajar santri dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Karena
seorang ustadzah tentu mengharapkan hasil belajar para santri bisa tercapai
dengan baik. Hal tersebut tidak lepas darimotivasi seorang pendidik, seperti
halnya para ustadzah.
Dari uraian di atas mendorong penulis untuk meneliti tentang ―
Hubungan Kedisiplinan Ustadzah dengan Motivasi Belajar Santriwati Pondok
Pesantren Miftakhurrosyidin Cekelan Kec. Madureso Kab. Temanggung Tahun
6 B.Rumusan Masalah
Dalam melakukan penelitian ini penulis memberikan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat kedisiplinan ustadzah di pondok pesantren
Miftakhurrosyidin Cekelan kec. Madureso kab. Temanggung Tahun 2017 ?
2. Bagaimana motivasi belajar santriwati terhadap kedisiplinan ustadzah di
pondok pesantren Miftakhurrosyidin Cekelan kec. Madureso kab.
Temanggung Tahun 2017 ?
3. Adakah hubungan kedisiplinan ustadzah dengan motivasi belajar santriwati
di pondok pesanten Miftakhurrosyidin cekelan kec. Madureso kab.
Temanggung Tahun 2017 ?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tingkat kedisiplinan ustadzah di pondok pesantren
Miftakhurrosyidin Cekelan kec. Madureso kab. Temanggung Tahun 2017.
2. Mengetahui motivasi belajar santriwati terhadap kedisiplinan ustadzah di
pondok pesantren Miftakhurrosyidin Cekelan kec. Madureso kab.
Temanggung Tahun 2017.
3. Mengetahui apakah ada hubungan kedisiplinan ustadzah dengan motivasi
belajar santriwati di pondok pesantren Miftakhurrosyidin Cekelan kec.
7 D.Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Dapat memberikan pengetahuan bagi kalangan pendidik tentang hubungan
kedisiplinan ustadzah dengan motivasi belajar santriwati di pondok
pesantren Miftakhurrosyidin Cekelan Temanggung Tahun 2017.
2. Dapat memberikan informasi bagi pendidik tentang motivasi belajar
santriwati pondok pesantren Miftakhurrosyidin Cekelan Temanggung
Tahun 2017.
3. Menambah wawasan keilmuan bagi penulis sebagai informasi masyarakat
tentang hubungan kedisiplinan ustadzah dengan motivasi belajar santriwati
pondok pesantren Miftakhurrosyidin Cekelan Temanggung Tahun 2017.
E.Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan dan menghindari
kekurang jelasan atau pemahaman yang berbeda antara pembaca dan peneliti
mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian (Maslikhah,
2013:317).Untuk menghindari kesalah pahaman dalam menafsirkan judul di
atas maka perlu dijelaskan mengenai kata-kata dalam judul skripsi yaitu :
1. Kedisiplinan Ustadzah atau Guru
Kedisiplinan berasal dari kata dasar disiplin. Disiplin adalah tunduk
dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu (Rohani,
2004:134). Kedisiplinan merupakan suatu sikap tunduk untuk mengikuti
8
Disiplin diartikan dengan tata tertib dan ketaatan atau kepatuhan
terhadap peraturan atau tata tertib (Novan Ardy Wiyani, 2013:159).
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1990:144) disiplin adalah
kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena
didorong adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya.
Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa kedisiplinan merupakan
suatu sikap atau watak yang dilakukan secara suka rela terhadap aturan dan
tata tertib yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban
berdasarkan acuan nilai moral. Dengan demikian seorang yang disiplin akan
lebih mampu menunjukkan ketaatan, keteraturan, mengarahkan
danmengendalikan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun yang penulis maksud dengan kedisiplinan sesuai dengan
penelitian ini adalah kemampuan dari seorang ustadzah untuk menanamkan
kedisiplinan baik kepada diri sendiri maupun kepada santri. Adapun rincian
indikator kedisiplinan ustadzah atau guru dalam proses belajar mengajar
yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
a. Pengendalian Perilaku
b. Mengikuti Norma
c. Taat terhadap aturan
d. Tanggung jawab melaksanakan tugas
9 2. Motivasi Belajar
Dorongan yang timbul dalam diri seseorang disebut motivasi,
dimana seseorang memperoleh daya jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu yang timbul dalam dirinya sendiri dinamakan motivasi
intrinsik. Sedangkan dorongan yang timbul yang disebabkan oleh adanya
pengaruh luar disebut motivasi ekstrinsik (Usman,2010:10).
Belajar adalah suatu aktifitas mental dan psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungannya yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai
sikap,perubahan ini bersifat konstandan berbekas (Winkel, 1987: 36).
Motivasi belajar siswa adalah kecenderungan siswa untuk menemukan
aktivitas belajar yang bermakna dan berharga sehingga mereka merasakan
keuntungan dari aktivitas belajar tersebut. Motivasi siswa dibangun dari
karakteristik siswa (Wahyuni, 2009: 38).
Dapat dikatakan bahwa motivasi belajar adalah dorongan yang
muncul dalam diri seseorang dalam melakukan proses usaha untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru sebagai pengalaman yang
diperoleh, menggali dan mengembangkan potensi diri seseorang dengan
cara sengaja mendatangi orang yang mempunyai pengalaman dan wawasan
yang lebih luas yang sering disebut dengan istilah guru.
Untuk mengfokuskan kajian penelitian dari variabel yang
digunakan dalam judul penelitian ini, maka akan penyusun kelompokkan
10
a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran
b. Semangatsiswauntukmelaksanakantugas-tugasbelajarnya
c. Tanggungjawab siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya
d. Rasa senang dalamm enerima dan mengerjakan tugas dari guru
e. Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru
3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat semantara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 2006:71). Berdasarkan pengertian di atas penyusun mengartikan
hipotesis adalah dugaan sementara terhadap suatu masalah penelitian yang
muncul dalam pemikiran yang jawabannya bisa benar dan bisa juga salah.
Hipotesis yang penyusun ajukan dalam penelitian ini adalah adanya
hubungan kedisiplinan ustadzah dengan motivasi belajar santriwati di
Miftakhurrosyidin Cekelan Madureso Temanggung Tahun 2017.
F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang diterapkan oleh peneliti
adalah pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang
menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka)yang diolah
dengan metode statistika. (Saifuddin Azwar, 2012:5).
Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud meneliti hubungan
11
apakah ada hubungan kedisiplinan ustadzah dengan motivasi belajar
santriwati.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren
Miftakhurrosyidin Cekelan Madureso Temanggung Tahun 2017.
b. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 06 Januari
2017 sampai 17 Maret 2017.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi menurut Sukandar rumidi (2004:47), populasi
adalah keseluruhan obyek penelitian baik terdiri dari benda yang nyata,
abstrak, peristiwa atau gejala yang merupakan sumber data dan
memiliki karakter tertentu dan sama. Dalam penelitiian ini yang
menjadi populasi adalah ustadzah dan santriwati pondok pesantren
cekelan madureso Temanggung Tahun 2017, yang berjumlah 123
santri.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Hadi, 1981: 109). Teknik yang di pakai dalam mengambil sampel
adalah teknik Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara
12
populasi secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan
yang sama dipilih menjadi anggota sampel.
Peneliti menganggap bahwa tehnik ini sangat tepat karena
penelitian ini tidak akan membedakan santri. Semua santri di sini
memiliki hak yang sama. Dan peneliti memberi kesempatan kepada
santri agar dapat menilai ustadzahnya tentang kedisiplinan ustadzah
tanpa ada batas-batas tertentu yang telah ditentukan sehingga dalam hal
penilaian yang berkaitan dengan judul penelitian baik dari segi santri
maupun ustadzah sebagai obyek penelitian, santri dapat menilai obyek
dengan baik dan jujur sesuai dengan keadaan yang santri alami dan
rasakan, guna memperoleh keterangan yang sesuai dan benar.
Menurut Arikunto (1996:120) apabila subjeknya kurang dari
seratus orang lebih baik diambil semua, sedangkan apabila lebih dari
seratus orang, maka diambil sampel antara 10-15% atau 20-25% atau
lebih. Berdasarkan pendapat tersebut, dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel sejumlah 25 % dari 123 responden yaitu 30.
G.Metode Pengumpulan Data 1. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu pegumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar
maupun elektronik (Nana Syaodih Sukmadinata, 2010:221). Metode
13
pondok pesantren, keadaan ustadzah dan santri serta hal-hal yang bersifat
dokumen.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu objek dengan
sistematika fenomena yang diselidiki (Sukandarrumidi, 2004:69),
Observasi ini digunakan untuk memperoleh data populasi, keadaan
Pondok Pesantren Miftakhurrosyidin Cekelan Madureso Temanggung
Tahun 2017.
3. Angket
Angket adalah kesimpulan yang diajukan secara tertulis kepada
seseorang (yang dalam hal ini disebut responden), dan cara menjawab juga
dilakukan dengan tertulis (Arikunto, 1995:135).
Model angket yang digunakan penulis adalah angket tertutup,
yaitu angket yang dibentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal
memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang di anggap tepat atau
sesuai.
4. Instrumen Penelitian
Menurut Ibnu Hadjar (1996:160), instrumen merupakan alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi
karakteristik variabel secara obyektif. Kualitas instrumen yang digunakan
14
Tabel 1.1 Indikator Instrumen Kedisiplinan Ustadzah
Variabel Indikator Deskriptif Nomor
Soal
Kedisiplinan Guru
Pengendalian Perilaku
Mengucapkan salam kepada santri 1
Meminta maaf walaupun tidak
bersalah 2
Mengatasi santria pabila dalam proses
pembelajaran terdapat permasalahan 3
Menggunakan bahasa yang baik dan pembelajaran kepada santri dengan dasar yang jelas
5
Model pakaian Ustdazah yang sesuai
dengan aturan yang berlaku 6
Alat peraga yang sesuai dalam pembelajaran dan tidak menyimpang dari ketentuan
7
Saa materi pembelajaran tidak
menyinggung agama non Islam 8
Taat terhadap aturan
Tidak bertindak asusila yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain
9
Disiplin dalam segala hal 10
Pembelajaran sesuai dengan Rencana
Pembelajaran yang sudah ditentukan 11
Pemberian sanksi pada santri jika
melakukan kesalahan 12
15
melaksanakan tugas disediakan pesantren
Guru dapa tmenyusun rencana pembelajaran harian, semester dan tahunan dengan baik
14
Pendampingan santri dari awal
pembelajaran sampai penutup dan tidak meninggalkan santri saat tengah-tengah proses pembelajaran
15
Memberikan test dan menilai hasil
pekerjaan santri 16
Kesadaran atas tugas
Perencanaan yang matang sebelum
pembelajaran 17
Bentuk kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan menjadi tanggung jawab guru
18
Melakukan evaluasi kegiatan
pembelajaran sesuai bidang guru 19
Melakukan kegiatan pembelajaran dikelas dengan menjadikan siswa sebagai anak yang perlu dibantu
20
Tabel 1.2. Indikator Instrumen Motivasi Belajar Santri
Variabel Indikator Deskriptif Nomo
rSoal
Motivasi Belajar
Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran
Membolos tidak mengikuti pelajaran 1
Antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran 2
Siswa menghargai guru 3
16
didepan kelas
Semangat siswa untuk melaksanakan tugas-tugas
belajarnya
Membaca dan menulis dengan baik 5 Mengerjakan tugas dengan tepat tanpa
harus dihukum didepan kelas 6 Perolehan nilai yang memuaskan dari tugas yang diberikan guru 7
Usaha dalam memperoleh nilai yang
baik 8
Tanggungjawab siswa untuk melaksanakan
tugas-tugas belajarnya
Pentingnya belajar dan bekerjasama
secara kelompok atau tim 9
Tidak malas dalam menegur teman atau
diri sendiri 10
Optimis bisa dan tidak mencontek saat
ulangan 11
Menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dengan penuh tanggungjawab 12
Rasa senang dalam menerima dan mengerjakan
tugas dari guru
Menyediakan buku pelajaran pada waktu
penggunaannya 13
Mencatat atau meringkas pelajaran
dengan baik 14
Tidak mengantuk didalam kelas saat
pelajaran berlangsung? 15
Membawa perlengkapan belajar sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan 16
Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus
yang diberikan guru
Bertanya saat terdapat materi yang
belum jelas 17
Berpartisipasi saat pembelajaran
berlangsung 18
17
menjawabnya
Merasa senang saat pelajaran sedang
berlangsung 20
H.Teknik Analisis Data
Untuk memperoleh hasil dari penelitian agar bisa digeneralisasikan,
setiap data yang masuk harus di analisis.
1. Analisis Pendahuluan
Yaitu teknik analisis data dengan menggunakan rumus :
P= x100%
Keterangan:
P : Presentase Perolehan
F : Frekuensi
N : Jumlah sampel
Rumus presentase ini untuk menganalisis dari tiap-tiap kategori
kedua variabel yaitu hubungan kedisiplinan ustadzah dengan motivasi
belajar di Pondok Pesantren Miftakhurrosyidin Temanggung Tahun 2017.
2. Analisi Lanjut
Sesuai dengan jenis data penelitian, maka sebagai tindak lanjut dari
data yang telah dikumpulkan dari kedua variabel, yaitu kedisiplinan
ustadzah (variabel X), motivasi belajar santri (variabel Y), peneliti
menggunakan rumus korelasi product moment, dengan angka kasar
18 rxy=
( )( )
√{( ) ( ) }{( ) ( ) }
Keterangan:
rxy : Nilai koefisien korelasi antara x dan y
xy : Produk dari x dan y
x : Nilai variabel 1
y : Nilai variabel 2
N : Banyaknya subjek pemilik nilai
∑ : Sigma
I. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam penelitian ini penulis membagi dalam lima bab dengan
sistematika sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, penjelasan istilah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional,
hipotesis penelitian, metodologi penelitian, teknik analisi data dan
sistematika penulisan skripsi.
BAB II : Landasan Teori
Bab ini berisi tentang diskripsi variabel-variabel dan teori
mengenai hubungan antara variabel, deskripsi tersebut antara lain
hubungan kedisiplinan ustadzah terhadap motivasi belajar santri.
19
Bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pengamatan terhadap
Pondok Pesantren Miftakhurrosyidin Cekelan Madureso
Temanggung Tahun 2017, yang meliputi visi, misi, tujuan dan
penyajian data yang diperoleh dari pengisian angket tentang
hubungan kedisiplinan ustadzah dengan motivasi belajar santri.
BAB IV : Analisis Data
Bab ini meliputi adanya pengelolaan data yang telah diperoleh
dari penelitian lapangan untuk menguji hipotesis yang diajukan
dengan statistik melalui analisis pendahuluan dan analisis lanjut.
20 BAB II
LANDASAN TEORI
A.Kedisiplinan
1. Pengertian Kedisiplinan a. Menurut Ahli
1) The Liang Gie (dalam Wiyani)
Disiplin sebagai suatu keadaan tertib yang mana
orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada
peraturan-peraturan yang telah ada dengan senang hati (Wiyani, 2014:159).
2) Ali Imron
Disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada
dalam keadan tertib, teratur dan semestinya, serta tidak ada suatu
pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung atau tidak langsung
(Ali Imron (2011:173).
3) Atmosudirjo (dalam Atmodiwirjo)
Disiplin sebagai bentuk ketaatan dan pengendalian diri erat
hubungannya rasionalisme, sadar, tidak emosional. Pendapat ini
mengilustrasikan bahwa displin sebagai suatu bentuk kepatuhan
terhadap aturan melalui pengendalian diri yang dilakukan melalui
21 4) Hasibuan
Disiplin adalah suatu sikap menghormati dan menghargai
suatu peraturan yang berlaku,baik secara tertulis maupun tidak
tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak menolak untuk
menerima sanksi-sanksi apabila dia melanggar tugas dan wewenang
yang diberikan kepadanya(Hasibuan 2002:56).
b. Departemen Pendidikan NasionalTahun 2001)
Disiplin atau tetib adalah suatu sikap konsisten dalam
melakukan sesuatu. Menurut pandangan ini displin sebagia suatu sikap
konsisten dalam melakukan sesuatu. Menurut pandangan ini disiplin
sebagia sikap yang taat terhadap sesuatu aturan yang menjadi
kesepakatan atau telah menjadi ketentuan.Disiplin juga mengandung
pengertian latihan batin dan watak, dengan maksud supaya segala
perbuatannya selalu mentaati tata tertib, ketaatan pada aturan dan tata
tertib.
Dari beberapa pengertian disiplin di atas, bisa kita simpulkan
bahwa dari sudut pandang manapun, disiplin merupakan sikap yang
wajib ada dalam diri semua individu. Karena disiplin adalah dasar
perilaku seseorang yang sangat berpengaruh besar terhadap segala hal,
baik urusan pribadi maupun kepentingan bersama dan untuk memiliki
tingkat kedisiplinan yang tinggi dalam mengerjakan apapun, maka
22
sikap disiplin sehingga menjadi suatu landasan bukan hanya pada saat
berkerja, tetapi juga dalam berperilaku sehari-hari.
Kedisiplinan dalam skripsi ini adalah sikap penuh kerelaan
dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam menjalankan
tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap pendidikan santri
dalam pesantren. Karena bagaimana pun seorang pengajar, merupakan
cermin bagi muridnya dalam sikap atau teladan, dan sikap disiplin guru
akan memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik.
2. Karakteristik Kedisiplinan
Kedisiplinan guru adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi
semua aturan dan norma yang ada dalam menjalankan tugasnya sebagai
bentuk tanggung jawabnya terhadap pendidikan santri. Kedisiplinann
seorang guru harus ditanamkan sejak dini karena kedisiplinan guru akan
dinilai oleh santri baik secara langsung maupun tidak langsung dan akan
menjadi acuan bagi santri dalam berperilaku dan bertindak baik
dilingkungan pondok pesantren maupun diluar. Disiplin merupakan salah
satu alat penentuan keberhasilan pencapaian tujuan dari pendidikan. Allah
SWT pada dasarnya telah mengajarkan kepada manusia tentang
23
Artinya: Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
Dari ayat di atas jelas bahwa disiplin waktu adalah salah satu alat
penentu untuk mencapai tujuan pendidikan, ibarat kata waktu adalah ilmu
bagi kita yang masih belajar, yang mana apabila kita terlambat maka kita
tidak tau apa yang disampaikan guru dan pasti kita kurang faham dengan
apa yang disampaikan guru.Guru yang memiliki kedisiplinan adalah guru
yang memiliki ciri-ciri sekurang-kurangnya sebagai berikut:
a. Melaksanakan tata tertib dengan baik
Melaksanakan tata tertib dengan baik, baik bagi guru maupun
baik bagi santri, karena tata tetib yang berlaku merupakan aturan dalam
ketentuan yangharus ditaati oleh siapa pun demi kelancaran proses
pendidikan.
1) Guru menaati tata tertib yang berlaku disekolah.
Tata tertib adalah salah satu tatanan yang dibuat dalam rangka
membatasi seorang untuk melakukan tindakan yang melebihi batas
norma pada umumnya, oleh sebab itu guru harus selalu menaati tata
tertib yang berlaku dalam pondok pesantren.
2) Seorang guru tertib mengisi absen santri sebelum proses pembelajaran
dimulai.
Seorang guru harus terbiasa dan selalu mengisi absen santri
24 b. Guru memiliki sikap yang tegas
Guru bagi santri adalah pribadi yang mengagungkan ahlak santri
dan guru adalah pribadi penuh cinta terhadap santri, hidup dan matinya
pembelajaran bergantung sepenuhnya kepada guru, guru bagaikan
pembangkit listrik kehidupan dimasa depan (Indris dan Sandra,
2010:131). Disini nampak peran guru yang sangat produktif dalam
menunjang perubahan menuju lebih baik santrinya, sikap yang tegas pula
yang menjadi dominan dalam proses membentuk siswanya menjadi siswa
yang patuh dan taat terhadap peraturan sekolah maupun guru mereka.
Jika siswa melakukan kesalahan, guru memberikan tindakan
berupa sanksi dengan tegas (Rimm, 2003: 59). Terkadang dalam
mengajar, guru harus bersikap tegas. Guru berusaha untuk selalu
menyenangkan siswa dengan bersikap tegas tak banyak membuat banyak
pilihan agar siswa tidak banyak menuntut. Guru harus tau apa yang
terbaik bagi siswa, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran guru
melaksanakan bimbingan dan pengajaran dengan tegas (Rimm, 2003:
59).
c. Disiplin waktu
Disiplin waktu menjadi sorotan utama bagi seorang guru. Waktu
masuk pembelajaran biasanya menjadi parameter utama kedisiplinan
guru, karena itu jangan menyepelekan kedisiplinan waktu ini. Usahakan
25
kapan masuk dan kapan keluar harus sesuai dengan alokasi waktu yang
ditentukan agar tidak menggangu jam guru lain (Ma‘mur Asmani, 2009:
94).
Disiplin dalam Menggunakan Waktu Maksudnya bisa
menggunakan dan membagi waktu dengan baik. Karena waktu amat
berharga dan salah satu kunci kesuksesan adalah dengan bisa
menggunakan waktu dengan baik.
1) Guru datang sebelum jam pelajaran dimulai.
Untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan proses
belajar mengajar, guru menempati kedudukan sebagai figur sentral. Di
tangan gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya tujuan
pencapaian tujuan belajar mengajar di sekolah (Rusyan, dkk, 1989: 3).
Maka dari itu alangkah baiknya seorang guru datang ke ruang kelas
sebelum jam pelajaran dimulai.
2) Keluar kelas setelah jam pelajaran berakhir.
Dalam rangka mewujudkan pemahaman siswa yang lebih
luas sebaiknya seorang guru dalam proses pembelajaran senantiasa
mendampingi siswanya, sehingga memudahkan siswa untuk bertanya
apabila siswa kurang faham dengan penjelasan guru (Rusyan, 1989:
174).
d. Disiplin dalam berpakaian
Guru adalah suri tauladan bagi siswanya, dimana setiap gerak
26
guru dituntut untuk selalu berpakaian rapi dan sopan (Mulyasa, 2009:
13).
Patuh terhadap tata tertib yang berlaku adalah ciri guru yang
ideal, seorang guru harus patuh terhadap semua peraturan yang ada
termasuk didalamnya: menggunakan seragam sesuai dengan peraturan
yang ada.
e. Disiplin dalam mengajar
Disiplin dalam mengajar merupakan faktor terpenting dalam
rangka pencapaian keberhasilan belajar mengajar, seorang guru harus
mampu meningkatkan kedisiplinan dalam rangka mewujudkan generasi
penerus yang memiliki intelektual tinggi, serta membentuk watak bangsa
yang bertanggung jawab.
3. Pentingnya Kedisiplinan Dalam Mengajar
Pendidikan non formal dalam pondok pesantren difungsikan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam bidang Agama agar
terwujudnya masyarakat yang terdepan, adil dan makmur serta berakhlakul
karimah yang pada hakekatnya memungkinkan bagi warganya untuk
mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmaniah maupun
rohaniah. Banyak kalangan menganggap bahwa keberhasilan pendidikan
anak di pondok pesantren tergantung kepada ustadz atau ustadzah, hal ini
menunjukkan betapa pentingnya peranan ustadz atau ustadzah dalam
berlangsungnya proses belajar mengajar. Guru merupakan figur manusia
27
pendidikan. Hal ini didukung dengan pendapat dari Suparlan bahwa mutu
pendidikan amat ditentukan oleh mutu gurunya (Suparlan, 2005:99),Oleh
karena itu dikatakan bahwa guru memegang kunci penentu sukses atau
tidaknya pendidikan.
Dalam pembelajaran disiplin sangat diperlukan, disiplin dapat
melahirkan semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu.
Orang yang berhasil dalam belajar dan berkarya disebabkan mereka selalu
menempatkan disiplin diatas semua tindakan dan perbuatan (Djamarah,
2002:13).
Disiplin yang baik akan mencerminkan besarnya tanggung jawab
seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu
untuk meningkatkan kualitas pendidikan pondok pesantren, guru harus
mempunyai disiplin dalam melaksanakan tugas-tugas. Untuk membangun
pendidikan non formal yang bermutu yang paling penting bukan
pembangunan pondok pesantren atau sarana dan prasarananya, melainkan
harus dengan upaya peningkatan proses pengajaran dan pembelajaran yang
berkualitas, yakni proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan,
dan mencerdaskan (Suparlan, 2005:99). Kesemuanya itu hanya dapat
dilakukan jika ustadz atau ustadzah berdisiplin dalam membuat program
belajar mengajar pondok pesantren. Guru akan mudah melaksanakan proses
kegiatan belajar mengajar sehingga guru dapat melayani kebutuhan belajar
28
Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa untuk mencapai
sukses dalam proses pembelajaran, ustadz atau ustadzah harus
mendisiplinkan diri untuk melaksanakan tugas mengajar dengan membuat
segala sesuatu yang dapat membantu lancarnya proses pengajaran dengan
melaksanakan kedisiplinan dalam mengajar ustadz atau ustadzah akan lebih
mudah melaksanakan kegiatan mengajar sesuai dengan yang diinginkan
yaitu mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan
Sikap disiplin tidak terbentuk secara otomatis pada siri seseorang.
Dalam pembentukan sikap disiplin banyak hal yang mempengaruhinya.
Disiplin pribadi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam dan
faktor dari luar. diantara faktor-faktor tersebut antara lain yaitu:
a. Faktor dari dalam
Yang dimaksud faktor dari dalam adalah faktor dalam diri
manusia mendorong manusia untuk menerapkan disiplin. faktor dari
dalam (intern) ini meliputi beberapa faktor diantaranya adalah:
1) Faktor fisik
Kondisi fisik yang sehat lebih menguntungkan dari pada
kondisi fisik yang terganggu. Kondisi fisik yang sehat akan membantu
guru untuk berdisiplin dalam kegiatan belajar mengajar, karena kalau
kondisi fisik kurang sehat akan sangat mengganggu dalam aktifitas.
Ustadzah akan sering tidak masuk mengajar dikarenakan kondisi
29
agar tetap sehat, supaya bisa membuat rencana belajar, strategi
mengajar, disiplin mengajar santri dan bisa bertugas dengan lancar.
2) Faktor psikis
Faktor psikis yang mempengaruhi adalah:
(b) Adanya keinginan guru untuk melaksanakan tugas mengajar
dengan sebaik mungkin;
(c) Adanya kebutuhan untuk memenuhi cara agar tugas mengajarnya
berhasil dengan baik, karena adanya pemenuhan kebutuhan untuk
berhasil mengajar dengan baik akan mendorong guru untuk
berdisiplin dalam melaksanakan tugasnya;
(d) Adanya inisiatif untuk selalu memperbaiki proses mengajar, maka
akan mendorong guru berdisiplin dalam mengerjakan apa-apa
yang menyangkut tentang keberhasilan mengajar.
b. Faktor dari luar
Faktor dari luar adalah faktor lingkungan. Lingkungan adalah
tempat dimana generasi muda tumbuh dan berkembang (D. Soemarmo,
1997:3). Yang termasuk dalam faktor ini adalah lingkungan dimana guru
itu berada. Misalnya lingkungan pondok pesantren yang terdiri dari
santri, guru-guru dan tata-tertib pndok pesantren.
1) Para santri
Santri yang kreatif akan selalu menanyakan hal-hal dalam
30
membuat guru untuk selalu disiplin dalam penguasaan materi yang
akan disampaikan.
2) Rekan-rekan guru atau ustadzah
Keadaan rekan-rekan guru dalam pondok pesantren juga akan
mempengaruhi kedisiplinan guru dalam mengajar, misalnya
rekan-rekan guru yang sering absen dalam mengajar, begitu juga sebaliknya
bila rekan-rekan guru berdisiplin dalam masuk mengajar maka
gurupun akan rajin atau berdisiplin dalam mengajar.
3) Tata-tertib
Tata-tertib pondok pesantren yang harus ditaati guru juga akan
membantu guru untuk berdisiplin dalam mengajar.
5. Implementasi kedisiplinan dalam Pendidikan
Segala hal yang berhubungan dengan pendidikan merupakan suatu
hal yang sangat menarik untuk dibahas karena pendidikan menjadi faktor
pendukung utama untuk menunjang cerahnya masa depan seseorang.
Pendidikan bukanlah semata-mata sebuah kata yang hanya terdengar
menarik dan terkesan intelek. Pendidikan haruslah terealisasikan dalam
kehidupan setiap guru dan siswa. Untuk itu, perlulah diterapkan kedisiplinan
dalam pendidikan. Garis besar kedisiplinan yang dimaksud untuk guru
seperti tepat waktu, kesiapan penguasaan materi dan selalu menjadi teman
bagi siswa. Sedangkan untuk siswa seperti tak pernah absen mengikuti
pelajaran, selalu mengulang pelajaran yang sudah diterima dari guru atau
31
Hanya saja, bagaimana menerapkan kedisiplinan tersebut tetapi
menjunjung tinggi pendidikan di dalamnya. Berikut beberapa hal yang bisa
diaplikasikan untuk menerapkan kedisiplinan dalam pendidikan:
a. Sebaiknya para pendidik (guru) mendidik peserta didik dengan
menggunakan cara yang lebih lembut atau penuh dengan motivasi
layaknya seorang sahabat yang mengajar sahabatnya sendiri atau seorang
kakak yang sedang mengajar adiknya.
Sering didapati didalam kelas bahwa banyak pendidik yang suka
menggunakan kata-kata yang bersifat mengancam seperti ―Jika tidak
menyelesaikan tugas akan berdiri seharian di depan kelas atau dijemur di
tengah lapangan yang terik‖. Hal ini akan lebih baik jika diganti dengan
―Jika tidak menyelesaikan tugas menandakan anda tidak menghargai
upaya saya sebagai guru/dosen yang sudah meluangkan waktu untuk
memikirkan tugas apa yang harus diberikan untuk menambah wawasan
para siswa/ mahasiswa saya?‖ Jika hal ini terealisasikan, maka sisi nurani
peserta didik akan tersentuh dan mulai memikirkan bahwa sang
guru/dosen sangat peduli kepada anak didiknya. Dan yang menjadi
senjata pamungkas tenaga pendidik adalah kepedulian.
b. Sebaiknya siswa dididik dengan memberikan sebanyak-banyaknya ilmu
pengetahuan dengan cara mengajar dan menjelaskan materi bukan
memfotocopy dan menyerahkan materi untuk dipelajari siswa secara
32
Para pendidik atau dengan kata lain peduli kepada siswa pasti
mampu menjelaskan suatu materi dengan cara yang paling sederhana
namun berkualitas. Apa yang terjadi jika para pendidik mampu
menjelaskan materi secara komprehensif? Jawabannya para peserta didik
tak membutuhkan kecurangan atau bantuan apapun disetiap ujian. Karena
apa? Karena para peserta didik sudah dibekali senjata yang sangat hebat
dari guru.
c. Pendidikan sebaiknya menjadi satu wadah yang disenangi para peserta
didik bukan suatu hal yang dibenci atau bahkan ditakuti. Banyak
anak-anak yang kurang memiliki semangat untuk pergi ke sekolah karena
panjangnya jam belajar yang harus diikuti dan banyaknya mata pelajaran
serta ujian yang harus diselesaikan. Disiplin bukan berarti tertekan namun
menjadikan segala sesuatu teratur guna mencapai hasil yang baik.
Begitupun dengan tekanan yang banyak untuk siswa terkhususnya siswa
dibangku sekolah, semoga ada revisi dari Kementrian Pendidikan atau
yang terkait mengenai kedisiplinan namun untuk pendidikan.
Kesimpulannya, penerapan kedisiplinan dalam pendidikan ada
ditangan semua warga belajar yang terkait. Bukan hanya siswa yang harus
disiplin tetapi juga guru yang sebaiknya lebih bersahabat dan tentu saja
33 B.Motivasi Belajar Siswa
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari Bahasa Latin yaitu ―motif‖ yang berarti
dorongan dan ―asi‖ yang berarti usaha. Secara istilah motivasi merupakan
daya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Bisa juga diartikan
motivasi sebagai keadaan internal organisme yang mendorong untuk
berbuat sesuatu(Tea, 2009: 204). Dengan motivasi orang akan terdorong
untuk mencapai sasaran dan tujuannya karena yakin dan sadar akan
kebaikan, kepentingan, dan manfaat. Bagi siswa, motivasi sangat penting
untuk menggerakkan perilaku positif sehingga mampu menghadapi segala
tuntutan, kesulitan, serta resiko studinya.
Untuk memahami kata motif manusia perlu kiranya adapenilaian
terhadap keinginan dasar yang ada pada semua manusiayang normal. Arti
kata motif sebagai pendorong , penyaring dansebagai penuntun kegiatan
sangat berhubungan erat dengan minat dan sikap (Lestari 1989:308).
Istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam
stimulasi tindakan kearah tujuan tertentu di mana sebelumnya tidak ada
gerakan menuju kearah tujuan tersebut.
Motivasi dapat berupa dorongan- dorongan dasar atau internal dan
insentif di luar diri individu atau hadiah (Hamalik, 2007:173). Orang yang
besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah,
serta giat membaca untuk meningkatkan prestasi serta memecahkan
34
dengan tujuan seseorang untuk memenuhi kebutuhanya. Oleh karena itu,
motivasi belajar adalah suatu proses pembentukan dorongan belajar agar
timbul gairah untuk belajar (Tea, 2009: 204).
Menurut Zainudin (1989: 17) motivasi dapat diartikan berbeda oleh
setiap orang sesuai dengan tempat dan keadaan dari pada masing- masing
orang itu, salah satu diantara penggunaan istilah dan konsep motivasi ini
adalah untuk menggambarkan hubungan antara harapan dan tujuan.
Menurut Mc. Danold motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya ―feweling‖ didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan (Hamalik, 1995: 106). Motivasi
menggerakkan organisme yang menggarahkan tindakan serta memilih
tujuan yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu.
Dengan mempelajari motivasi maka akan ditemukan menggapa
individu berbuat sesuatu tetapi motivasi individu tidak dapat diamati secara
langsung. Sedangkan yang dapat diamati adalah manifestasi dari motivasi
itu dalam bentuk tingkah laku yang nampak pada individu, setidaknya akan
nampak kebenaran apa yang menjadi motivasi individu yang bersangkutan
(Sardiman, 1998: 102). Sehingga minat maupun motivasi untuk belajar
tidak dapat berkembang kala kebutuhan yang paling dasar tidak dipenuhi.
Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan fisik individu.
Menurut Mc. clelland, manakala kebutuhan seseorang terasa sangat
mendesak, maka kebutuhan akan memotivasi orang tersebut untuk
35
memiliki prestasi belajar yang tinggi, maka kebutuhan tersebut mendorong
orang untuk menetapkan target yang penuh tantangan, dia harus bekerja
keras mencapai tujuan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
pengerak pada diri seseoarang untuk melakukan aktivitas-aktivitas guna
mencapai sasaran atau tujuan yang akan dicapai.
Motivasi siswa agar mau belajar tanpa disertai keterpaksaan,
dengan cara memotivasi pada diri siswa dengan dorongan terkuat karena
anak melakukan sesuatu yang benar-benar ingin dilakukan, yang berasal
dari diri siswa (Musrofi, 2010: 45). Memotivasi siswa agar giat belajar
dengan memanfaatkan ―bahasa cinta‖ maksud dari bahasa cinta disini
adalah menggunakan kata-kata penegasan, misalnya seorang anak
mendapat nilai lima pada mata pelajaran matematika, maka untuk
memotivasi dia agar mau belajar, anak tetap harus dipuji (Musrofi, 2010:
49).
Dari pemaparan di atas jelas bahwa memberikan motivasi kepada
siswa, berarti bisa memberdayakan hati mereka agar dapat melakukan
sesuatu, melalui penguatan langsung, penguatan penganti, dan penguat diri
sendiri.
Menurut Morgan, mengatakan bahwa belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Wisnubrata, 1983:3). Sedangkan
36
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua
pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari
diri seseorang.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap
orang sepanjang hidupnya, proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi
seseorang dengan lingkungan, oleh karena itu belajar dapat terjadi dimana
saja dan kapan saja. Salah satu tanda orang itu belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, ketrampilan atau sikap
(Arsyad, 1995: 1).
Dari uraian yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari
dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha
untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan
dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri
seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar untuk menambah
ketrampilan dan pengalaman, motivasi mendorong dan mengarahkan minat
belajar agar sunguh-sunguh belajar sehingga mencapai prestasi yang di
37
efeksi mereka agar dapat melakukan sesuatu, melalui penguatan langsung,
penguatan penganti, dan penguatan diri sendiri (Asdiqoh, 2012: 106).
Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus
mampu membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga dapat mencapai
tujuan pembelajaran, seorang guru seharusnya memiliki rasa ingin tahu,
mengapa dan bagaimana anak belajar dan menyesuaikan dirinya dengan
kondisi-kondisi belajar dalam lingkungannya (Mulyasa, 2010: 174).
2. Karakteristik Motivasi Belajar
Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif
menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi perbuatan dan
mencapai tujuan tertentu. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi
siswa, sehingga ia mau belajar dengan baik, motivasi timbul dari individu
dan dapat timbul akibat pengaruh dari luar dirinya.
Motivasi adalah hal yang sangat penting dalam diri manusia yang
mendorong manusia untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang
khas. Motivasi dianggap sebagai kemauan biasa untuk memasuki suatu
situasi belajar, kalau seseorang sudah memiliki suatu motivasi maka ia
berada dalam ketegangan dan ia siap mengerjakan hal-hal yang diperlukan
sesuai dengan apa yang dikehendaki (K.Devies, 1986: 214). Ukuran
motivasi belajar siswa menurut Baharudin & Esa (Sriyani dkk, 2011: 18)
38
a. Siswa mengalami perubahan perilaku yang lebih baik
Perubahan perilaku itu merupakan hasil latihan atau pengalaman yang
dilakukan secara sadar, dan perubahan itu dapat bermanfaat bagi
individu maupun lingkungan sekitar individu tinggal (Sriyani,
2011:18-19).
b. Siswa tidak pernah bolos sekolah.
c. Siswa tidak pernah melanggar peraturan sekolah.
d. Siswa memiliki ketrampilan
Struktur belajar yang dicakup pembelajaran siswa terdiri dari signal,
rangkaian dorongan dan kemauan untuk mengembangkan ketrampilan
yang ada pada diri siswa (K. Davies,1986: 275), di dalam sekolah
sebaiknya ada naungan bagi siswa untuk mengembangkan bakat yang
dimiliki oleh siswa.
e. Siswa aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar
Siswa yang memiliki motivasi tinggi maka ia akan selalu mengikuti
pelajaran dan selalu aktif dalam proses pembelajaran.
f. Siswa aktif mencatat dan bertanya pada hal yang penting dan belum
diketahui
g. Siswa selalu memperhatikan dalam proses pembelajaran
Anak akan merasa nyaman apabila mereka tahu apa yang mereka
kerjakan dan apa tujuan dari semua itu, kunci utama agar anak
senantiasa memperhatikan guru adalah guru konsisten dalam
39
h. Siswa aktif mengerjakan pekerjaan rumah
Anak cerdas adalah anak yang selalu berusaha sendiri tanpa
menggantungkan sesuatu kepada orang lain (Reid, 2009: 5).
3. Macam- macam Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk melakukan aktivitas belajar untuk mengetahui
macam-macam motivasi akan dapat dilihat dari berbagai segi, diantaranya:
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, meliputi :
1) Motif-motif bawaan
Yang dimaksud adalah motif yang dibawa sejak lahir jadi
motivasi ada tanpa dipelajari Ia adalah motif alami dan motif fitrah
yang dibawa sejak lahir, termasuk motif ini misalnya dorongan
untuk minum, makan, seksual dan sebagainya (Sardiman, 1990:85).
2) Motif-motif yang dipelajari
Maksudnya adalah motif-motif yang timbul karena dipelajari.
Misalnya: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan,
dorongan yang mengajar sesuatu dalam masyarakat (Sardiman,
1990:86).
b. Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis
1) Motif atau kebutuhan organis, misalnya: kebutuhan untuk minum,
40
2) Motif-motif darurat atau rangsangan dari luar, antara lain: dorongan
untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk
berusaha, untuk memburu
3) Motif-motif obyektif, menyangkut kebutuhan untuk melakukan
eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat (Sardiman,
1990:87).
c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah
Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu
menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah.
Motivasi jasmaniah misalnya: refleks, insting otomatis, nafsu.
Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan
(Sardiman, 1990:87).
d. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
1) Motivasi instrinsik
Maksudnya adalah motif-motif yang menjadi dasar aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman,
1990:88).
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri
individu sendiri tanpa ada paksanaan, dorongan orang lain, tetapi
atas kemauan sendiri (Usman,199:29).Misalnya anak mau belajar
41
yang berguna bagi nusa, bangsa dan negara. Oleh karena itu ia
belajar tanpa ada suruhan dari orang lain.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik ialah motivasi yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar (Sardiman,
1990:90).
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu atau karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang
lain, sehingga dengan adanya kondisi demikian akhirnya ia mau
melakukan sesuatu untuk belajar (Sardiman, 1990:92).Sebagai
contoh: seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya
agar mendapat peringkat dikelasnya.
Motivasi ekstrinsik lebih kuat dan tahan lama dibandingkan
dengan motivasi instrinsik. Sebab melalui motivasi instrinsik,
dimulai belajar dan diteruskan berdasarkan golongan dari individu
atau siswa sehingga mereka belajar tanpa disuruh. Meskipun
demikian motivasi ekstrinsik tidak dapat diabaikan. Ia harus
ditumbuhkan dan dirangsang sehingga menimbulkan motivasi
instrinsik. Untuk dapat menumbuhkan motivasi dalam belajar,
Nasution mengemukakan pendapatnya, bahwa hal tersebut dapat
dilakukan seperti dengan ―memberi angka, hadiah, saingan,
42 4. Fungsi Motivasi Belajar
Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi motivasi adalah
mendorong, menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul
keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.61 Dalam kegiatan belajar
mengajar diperlukan adanya motivasi. Dengan adanya motivasi, hasil
belajar yang diperoleh akan menjadi optimal. Semakin tepat motivasi yang
diberikan, semakin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi senantiasa
menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Keberhasilan suatu usaha dalam mencapai tujuan, sangatlah
ditentukan oleh kuat lemahnya motivasi. Prestasi yang baik akan sulit
didapat tanpa adanya usaha mengatasi permasalahan atau kesulitan. Proses
usaha dalam menyelesaikan kesulitan tersebut memberikan dorongan yang
sungguh kuat. Dalam Islam secara jelas menerangkan bahwa memotivasi
dalam usaha mengatasi kesulitan sangatlah berhubungan erat dengan
keberhasilan seseorang. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Ar-Ra‘d
ayat 11 :
Artinya : ...Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan.(QS. Ar-Ra’d ayat 11) (Departemen Agama Repubik Indonesia, 1994:370).
Dari ayat di atas, bisa diketahui bahwa motivasi akan muncul jika
siswa sadar untuk melakukan sesuatu yang akan dicapai. Seperti halnya
43
siswa belajar dengan rajin. Oleh karena itu, motivasi memiliki fungsi yang
sangat besar dalam mencapai tujuan, yaitu agar siswa dapat mencapai hasil
belajar yang optimal, maka diperlukan adanya motivasi, sehubungan
dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi.
a. Mendorong manusia untuk berbuat
b. Menentukan arah atau perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak
dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan
menyampaikan yang tak bemanfaat bagi tujuan itu (Sardiman,
1990:84).
5. Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar
Di dalam kegiatan belajar- mengajar peranan motivasi baikintrinsik
maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajardapat
mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkandan memelihara
ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar(Sardiman, 1990:90).
Dalam hal ini guru dapat menggunakan bermacam- macam
motivasi agara murid- murid giat belajar. Ada beberapa bentuk dan cara
untuk menumbuhkan motivasi. Untuk itu rumusan yang dikemukakan perlu
difahami sebagai berikut:
a. Memberi angka
Angka yang dimaksud adalah sebagai simbul atau nilai dari
44
biasanya bervariasi sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari
hasil penilaian guru. Angka merupakan alat motivasi yang cukup
memberi rangsangan kepada siswa untuk mempertahankan atau bahkan
lebih meningkatkan prestasi belajar mereka. Angka ini biasanya
terdapat dalam buku raport sesuai dengan jumlah mata pelajaran yang
diprogramkan dalam kurikulum. Angka atau nilai yang baik
memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar. Akhirnya guru dapat
memberikan penilaian berupa angka dengan mempertimbangkan
untung ruginya dalam segala pendidikan.
b. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai
penghargaan atau kenang-kenangan (cinderamata). Hadiah yang
diberikan kepada orang lain bisa berupa apa saja, tergantung dari
keinginan pemberi, atau bisa juga disesuaikan dengan prestasi yang
dicapai oleh seseorang. Penerima hadiah tidak tergantung dari jabatan,
profesi, usia seseorang. Semua orang berhak menerima hadiah dari
seseorang dengan motifmotif tertentu. Dalam dunia pendidikan, hadiah
bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada
siswa yang berprestasi tertinggi atau rangking satu, dua dan tiga dari
siswa lainnya.
Dalam pendidikan modern siswa yang berprestasi tertinggi
pasti akan memperoleh beasiswa. Pemberian hadiah bisa juga diberikan