ISSN 1693 – 816 X
Volume No. XLIX, Edisi Juli s/d September 2016
Budidaya
Selada Keriting Organik
Perkembangan Tanaman Pangan
Jawa Timur (Angka Tetap 2015)
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
Triwulan III 2016
Pengembangan Pestisida Nabati
Bertanam untuk Lahan
Sempit Pekarangan
Meminimalisir Residu Pestisida
pada Buah dan Sayur
Tani
Buletin
ISSN 1693 – 816 X
Volume No. XLVIII, Edisi Juli s/d September 2016
Penerbit
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur
Penasihat
Ir. Wibowo Ekoputro, MMT
Kepala Dinas Pertanian
Penanggung Jawab
Drs. M Istidjab, MM
Sekretaris Dinas Pertanian
Pengarah
Ir. A. Nurfalakhi, MP,
Ir. R. Sita P, MMA,
Ir. Bambang H, M. Agr,
Ir. Indrosutopo, MMA
Pemimpin Redaksi
Ir. Koemawi H, MM
Redaksi Pelaksana
Ir. Anastasia, MCP, MMA
Ir. Zainal Abidin,
Suwandi, SH
Huriyani Fikri
Sirkulasi
Wiji Lestari
Alamat Redaksi
Jalan Jend. A Yani 152 Surabaya
Redaksi menerima artikel ataupun opini
dikirim lengkap
dengan identitas serta foto
ke E-mail: mybuletin.diperta@yahoo.com
Fokus
3 ~ 4
- Meminimalisir Residu Pestisida
pada Buah dan Sayur
Info Pertanian
5 ~13
- Perkembangan Tanaman Pangan
Jawa Timur Tahun 2015 (ATAP)
- Perkembangan Nilai Tukar Petani
(NTP) Triwulan III 2016
- Pengembangan Pestisida Nabati
Geliat Agribisnis
14 ~ 16
- Bertanam untuk Lahan Sempit
Pekarangan
Budidaya
17 ~ 20
- Budidaya Selada Keriting Organik
Salam Redaksi
Setiap menyelesaikan satu edisi, perlu kerja keras untuk menyiapkan edisi berikutnya dalam tenggat waktu yang sangat terbatas. Alih-alih menyerah terhadap situasi, meski dengan separuh nafas tetapi semangat justru terpompa untuk menyelesaikan tanggungjawab. Konsistensi menjadi pembakar
motivasi untuk terus berkarya, dan terus berkembang. Semuanya itu harus terus menerus dilakukan dalam menghadapi tantangan globalisasi pertanian. Hal ini menginspirasi tim redaksi untuk mewarnai edisi kali ini dengan mengangkat isu peningkatan daya saing produk pertanian dengan meminimalisir residu pestisida, meningkatkan swasembada pangan, meningkatkan produksi pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Edisi kali ini juga akan mengangkat bagaimana bertanam di lahan pekarangan rumah yang arealnya terbatas? Selain itu, tim redaksi akan mengetengahkan artikel budidaya Selada Keriting Organik.
Opini, saran ataupun kritik yang membangun sebagai dukungan terhadap buletin ini sangat kami nantikan.
SELAMAT MEMBACA
Mengkonsumsi buah dan sayur segar merupakan kebiasaan yang sangat baik, karena kandungan nutrisi buah dan sayuran segar masih utuh dibandingkan dengan produk olahan. Namun, akhir-akhir ini buah dan sayuran segar sebagian besar dibudidayakan dengan meggunakan pestisida sebagai pengendali hama dan penyakit. Oleh karena itu kita harus tahu bagaimana cara meminimalisir residu pestisida pada buah dan sayur yang akan kita konsumsi.
Beberapa cara ini berikut ini dapat mengurangi residu pestisida / bahan kimia lain yang terdapat pada buah dan sayur sebelum kita konsumsi, sebagai berikut :
a. Mencuci dengan air
Air yang mengalir dari keran ternyata tidak serta merta bisa menghilangkan residu pestisida yang ada pada buah dan sayuran. Menggosok buah dan sayuran saat dicuci akan membantu mengurangi pestisida.
Revolusi hijau yang diterapkan dunia pertanian kita telah memberi kontribusi besar bagi kemajuan pertanian, yaitu dikembangkannya varietas-varietas berdaya hasil tinggi,. Namun hal ini berakibat fatal bagi pertanian, karena memerlukan pupuk dalam jumlah yang cukup besar dan tanaman tidak tahan terhadap hama dan penyakit. Pada akhirnya aplikasi pestisida tidak terelakkan.
Dewasa ini, penggunaan pupuk dan pestisida yang terus menerus dan melebihi dosis yang diperlukan sudah menjadi kebiasaan petani, akibatnya bahan pangan produk pertanian mengandung residu pestisida di atas ambang batas, apabila kita konsumsi dalam jangka waktu yang lama dapat berakibat buruk pada kesehatan, antara lain : menimbulkan penyakit kanker, kerusakan syaraf, gangguan hormon, bayi yang lahir cacat, idiot, autis dan sebagainya.
Paparan bahan kimia berbahaya tidak dapat dihindari dari kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah residu pestisida yang terdapat pada buah dan sayur. Tanpa disadari, residu pestisida akan masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang dikonsumsi setiap hari. Semakin tinggi residu pestisida tersebut, maka semakin berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sayuran dan buah yang kita gunakan selama ini sebagian besar hasil dari sistem pertanian konvensional, yang didalam proses produksinya menyertakan bahan anorganik untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Lantas, apakah yang sebaiknya harus kita lakukan?
Menurut Dave Stone, ahli racun yang menjadi direktur National Pesticide Information Center untuk menghilangkan seluruh residu pestisida yang ada dalam buah dan sayuran adalah hal yang tidak mungkin. Mencuci buah dan sayuran memang bisa mengurangi residu pestisida yang ada di permukaan, namun tidak bisa menghilangkan pestisida yang sudah diserap oleh akar sehingga masuk ke dalam jaringan buah dan sayuran.
Sebuah studi pada tahun 2000 oleh Connecticut Agricultural Experiment Station mengungkapkan bahwa selada, stroberi dan tomat yang sudah dibersihkan di bawah air keran selama 60 detik ternyata hasilnya sama dengan kalau kita membersihkannya menggunakan sabun khusus pembersih buah dan sayuran. Cucilah sayuran atau buah buahan dalam keadaan utuh tidak terpotong-potong agar nutrisi yang terkandung di dalamnya tidak ikut larut bersama air pencuci. Gunakan air bersih yang mengalir untuk membersihkan daun dari zat kimia berbahaya dan membersihkan tanah yang masih menempel pada akar-akarnya.
MEMINIMALISIR RESIDU
PESTISIDA PADA BUAH DAN
SAYUR
Oleh : Dyah Nuswandari EkariniPengawas Mutu Hasil Pertanian Ahli Madya
Cara terbaik untuk membersihkan buah dan sayuran dari residu pestisida adalah dengan memasukkannya ke dalam sebuah baskom berlubang kecil-kecil dan mengalirkan air ke dalamnya. Jangan memasukkan buah dan sayuran ke dalam wadah yang airnya tidak bisa mengalir karena residu pestisida tidak akan terbuang bersama aliran air. Kekuatan aliran air akan mengikis residu pestisida yang menempel pada buah dan sayuran.
b. Merendam dengan Air
Cara ini cocok untuk sayur berjenis daun-daunan. Kotoran pada bagian permukaan dicuci dahulu, kemudian direndam dengan air bersih selama 10 menit atau lebih. Karena pestisida pencemar sayuran terutama adalah insektisida organofosfat sulit larut dalam air. Pada saat direndam bisa ditambahkan larutan pencuci buah dan sayuran untuk mendesak keluar lebih banyak pestisida. Setelah direndam dibilas lagi dengan air bersih.
c. Merendam dengan Air Alkali
Insektisida organofosfat dapat cepat larut dalam kondisi basa (alkali). Labu-labuan dan buah-buahan dapat direndam dalam air alkali selama lima hingga lima belas menit, sehingga dapat menyingkirkan sisa-sisa pestisida dengan efektif.
d. Mengupas
Mengupas juga membantu mengurangi residu pestisida yang menempel di kulit buah atau sayuran.
e. Menggunakan Cuka
Menggunakan cuka bisa membersihkan buah dari bakteri dan memecah lapisan lilin pada buah dan sayuran. Caranya adalah dengan menyemprotkan cuka ke buah, kemudian bilas di bawah air mengalir. Untuk hasil yang lebih maksimal, rendam buah dalam campuran air dan cuka selama 10-20 menit, kemudian bilas hingga bersih. Untuk jenis buah yang memiliki banyak pori seperti strawberry kurang cocok dengan cara ini karena cuka akan mempengaruhi rasa dan bau.
f. Sabun Pencuci Buah
Kita bisa membuat sendiri sabun pencuci buah yang murah dan mudah untuk dibuat. Caranya adalah sebagai berikut :
o Campurkan 1 sendok makan air perasan jeruk lemon, 2 sendok makan baking soda, dan 250 ml air, lalu masukkan campuran tersebut dalam botol semprot;
o Jika akan digunakan, semprotkan saja pada buah kemudian diamkan 5-10 menit, sebelum dicuci bersih;
o Baking Soda dapat diganti dengan cuka, dalam ukuran yang sama. Semprotkan pada buah, tak perlu dicuci lagi. Cukup dikeringkan dengan tisu atau lap bersih, dan siap dikonsumsi.
g. Disimpan
Untuk produk pertanian yang tahan lama dan dapat disimpan, Proses penyimpanan produk pertanian dalam waktu tertentu (> 15 hari) dapat mengurangi kadar sisa-sisa pestisida. Pestisida perlahan-lahan terurai menjadi zat yang tidak mengganggu kesehatan.
h. Merendam dengan air panas
Merendam sayur dan buah pada air panas atau blanching dapat efektif menurunkan residu 38-97%, karena air panas dapat memicu pelepasan dan pengurangai pestisida ke dalam air dan uap air.
i. Membuang lapisan luar
Jangan ragu untuk membuang lapisan terluar dari sayuran yang berlapis-lapis seperti pada selada, kol, dan sawi. Bagian terluar ini paling banyak terpapar pestisida, sehingga lebih baik tidak dikonsumsi.
j. Merebus sayuran
Merebus sayur juga efektif menurunkan residu pestisida, termasuk pestisida sistemik. k. Mencuci dengan Air Garam
Mencucinya dengan air garam dapat meminimalisir residu pestisida dalam buah dan sayur segar.
Kondisi kesehatan kita saat ini ditentukan oleh apa yang kita makan pada waktu yang lalu demikian pula dengan kesehatan kita di masa yang akan datang sangat ditentukan dengan apa yang kita makan saat ini. Oleh karena itu kita harus pandai-pandai memilih pangan yang aman dan bermutu untuk menjaga kualitas hidup kita. Pangan organik memang yang paling aman, tetapi tidak semua konsumen mampu membelinya.
eran strategis subsektor tanaman pangan dan hortikultura bukan saja dapat dilihat dari kenyataan bahwa sebagian besar rakyat Jawa Timur hidup dari usaha-usaha pertanian, tetapi juga dari besarnya kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Walaupun kontribusi terhadap produk domestik bruto secara relatif menurun sedikit demi sedikit, tetapi secara absolut menunjukkan peningkatan produksi yang cukup signifikan. Provinsi Jawa Timur bersama 38 kabupaten/kota pada tahun 2015 telah berkomitmen untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan terutama padi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan tersebut terutama untuk komoditas padi, dan jagung.
Meskipun Indonesia adalah negara terbesar ketiga yang memproduksi beras terbanyak di dunia, tetapi masih tetap merupakan negara importir beras. Situasi ini disebabkan karena konsumsi beras per kapita bangsa Indonesia terbesar di dunia. Provinsi Jawa Timur pada tahun 2015 merupakan provinsi penghasil padi terbesar di Indonesia.
Tidak hanya padi, beberapa produksi pangan Jawa Timur mengalami peningkatan sepanjang tahun 2015 (Tabel 1)
Peningkatan produksi tersebut merupakan upaya Pemerintah Jawa Timur untuk mencapai swsembada guna mewujudkan kedaulatan pangan dengan mendorong petani untuk meningkatkan produksi melalui inovasi teknologi dan menyediakan
pupuk bersubsidi serta berbagai intervensi berupa fasilitasi alat dan mesin pertanian. Capaian luas panen, produktivitas dan produksi Jawa Timur tahun 2011-2015 : • Produksi padi Jawa Timur
(ATAP BPS Provinsi Jawa Timur) tahun 2015 sebanyak 13,155 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami peningkatan sebanyak 757,92 ribu ton (6,11 persen) dibandingkan tahun 2014. Peningkatan produksi padi tahun 2015 terjadi karena peningkatan luas panen seluas79,44 ribu Ha (3,83 persen) dan juga produktivitas sebesar 1,32 kuintal/hektar (2,21 persen). Peningkatan produksi padi di Jawa Timur pada tahun 2015 terjadi pada subround
P
Tabel 1. Realisasi Produksi Tahun 2011 – 2015 (ton) menurut ATAP BPS Provinsi Jawa Timur
Komoditas 2011 2012 Realisasi Produksi (ton) 2013 2014 2015
Padi 10.576.543 12.198.707 12.049.342 12.397.049 13.154.967 Jagung 5.443.705 6.295.301 5.760.959 5.737.382 6.131.163 Kedelai 366.999 361.986 329.461 355.464 344.998 Kc. Tanah 211.416 213.792 207.971 188.491 191.579 Kc. Hijau 80.329 66.778 57.686 60.310 67.821 Ubi Kayu 4.032.081 4.246.028 3.601.074 3.635.454 3.161.573 Ubi Jalar 217.545 411.957 393.199 312.421 350.516
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, 2016
Anastasia MCP Perencana Madya
Anastasia MCP (Perencana Madya)
I (Januari-April) sebesar 110,94 ribu ton (1,77 persen), subround II (Mei-Agustus) sebesar 460,44 ribu ton (11,17 persen) dan subround III (September-Desember) sebesar 186,54 ribu ton (9,27 persen);
• Berdasarkan ATAP 2015, produksi Jagungdi Provinsi Jawa Timur sebesar 6,13 juta ton pipilan kering atau mengalami peningkatan sebesar 393,78 ribu ton (6,86 persen) dibanding tahun 2014. Peningkatan produksi ini disebabkan peningkatan luas panen sebesar 11,35 ribu hektar (0,94 persen) dari 1,20 juta hektar menjadi 1,21 juta hektar. Produktivitas juga meningkat sebesar 2,80 kuintal per hektar (5,87 persen) dari 47,72 kuintal per hektar menjadi 50,52 kuintal per hektar. Peningkatan produksi Jagung di Jawa Timur pada tahun 2015 terjadi pada subround I (Januari-April) sebesar 274,42 ribu ton (11,32 persen) dan
subround III (September-Desember) sebesar 140,28 ribu ton (7,89 persen); • Produksi Kedelai ATAP 2015
Jawa Timur sebesar 345 ribu ton biji kering atau mengalami penurunan sebesar 10,47 ribu ton (-2,94 persen) dibanding produksi Kedelai tahun 2014. Penurunan produksi Kedelai tahun 2015 terjadi karena turunnya luas panen sebesar 6,81 ribu hektar (-3,17 persen) meskipun produktivitas meningkat sebesar 0,04 kuintal/hektar (0,24 persen). Peningkatan produksi Kedelai hanya terjadi pada subround II (Mei-Agustus) sebesar 15,41 ribu ton (12,66 persen);
• Produksi Ubi Jalar
berdasarkan ATAP 2015 sebesar 350,52 ribu ton Umbi Basah atau meningkat 38,10 ribu ton (12,19 persen) dibandingkan tahun 2014. Peningkatan produksi ATAP 2015 karena produktivitas meningkat sebesar 42,52 kuintal /
hektar (18,35 persen) pada subround I (Januari-April) dan pada subround II (Mei-Agustus), meskipun luas panen sedikit mengalami penurunan sebesar 701 hektar (-5,20 persen);
• Berdasarkan ATAP 2015 produksi Ubi Kayu sebesar 3,16 juta ton Umbi Basah turun sebesar 473,88 ribu ton atau -13,03 persen dibandingkan tahun 2014. Penurunan produksi Ubi Kayu karena turunnya luas panen 10,32 ribu hektar (-6,57 persen) dan produktivitas sebesar 16 kuintal/hektar (-6,91 persen);
• Produksi Kacang Tanah ATAP 2015 sebesar 191,58 139,54 ribu ton Biji Kering atau meningkat 3,09 ribu ton atau 1,64 persen dibandingkan produksi tahun 2014. Peningkatan produksi Kacang Tanah karena terjadi peningkatan produktivitas sebesar 0,26 kuintal / hektar (1,93 persen) dan luas panen pada subround I (Januari-Tabel 2. Realisasi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai
Tahun 2011–2015 ATAP BPS Provinsi Jawa Timur
Uraian 2014 Padi (Gabah Kering Giling) 2015 Absolut % 2014 Jagung (Pipilan Kering) 2015 Absolut % 2014 Kedelai (Ose Kering) 2015 Absolut %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Luas Panen (ha)
Januari - April 1.044.249 1.018.490 -25.759 (2,47) 599.432 602.798 3.366 0,56 39.144 31.655 -7.489 (19,13) Mei - Agustus 713.559 796.461 82.902 11,62 314.432 327.314 12.882 4,10 81.538 90.752 9.214 11,30 September - Desember 314.822 337.119 22.297 7,08 288.436 283.542 -4.894 (1,70) 94.198 85.660 -8.538 (9,06) Produktivitas (ku/ha) Januari - April 59,96 62,57 2,61 4,35 40,45 44,77 4,33 10,70 16,11 16,01 -0,10 (0,62) Mei - Agustus 57,77 57,54 -0,23 (0,40) 48,79 46,23 -2,56 (5,25) 14,93 15,11 0,18 1,22 September - Desember 63,95 65,25 1,30 2,04 61,66 67,67 6,01 9,75 18,12 18,35 0,23 1,27 Produksi (ton) Januari - April 6.261.572 6.372.510 110.938 1,77 2.424.560 2.698.984 274.424 11,32 63.062 50.683 -12.379 (19,63) Mei - Agustus 4.122.155 4.582.597 460.442 11,17 1.534.253 1.513.331 -20.922 (1,36) 121.753 137.165 15.412 12,66 September - Desember 2.013.322 2.199.860 186.538 9,27 1.778.569 1.918.848 140.279 7,89 170.649 157.150 -13.499 (7,91)
Sumber : ATAP BPS Provinsi Jawa Timur, 2016
April) dan pada subround II (Mei-Agustus);
• Produksi Kacang Hijau ATAP 2015 sebesar 67,82 ribu ton Biji Kering mengalami peningkatan sebesar 7,51 ribu ton (12,45
persen) jika dibandingkan tahun 2014. Peningkatan produksi Kacang Hijau terjadi karena naiknya luas panen sebesar 5,93 ribu hektar (11,80 persen) dan tingkat produktivitas
sebesar 0,07 kuintal/hektar (0,58 persen) pada subround III (September-Desember).
Sumber : Produksi Tanaman Pangan 2015 oleh BPS Republik Indonesi, 2016
Tabel 3. Realisasi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Palawija Tahun 2011–2015 ATAP BPS Provinsi Jawa Timur
Uraian 2014 Luas Panen (hektar) 2015 Absolut % 2014 2015 Absolut Produktivitas (ku/ha) % 2014 Produksi (ton) 2015 Absolut %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kacang Tanah 139.893 139.544 -349 -0,25 13,47 13,73 -88,48 -65,67 188.491 191.579 3.088 1,64 Januari - April 36.191 38.387 2.196 6,07 11,53 13,68 2,15 18,66 41.725 52.516 10.791 25,86 Mei - Agustus 78.639 79.096 457 0,58 13,26 13,70 0,44 3,35 104.246 108.362 4.116 3,95 September - Desember 25.063 22.061 -3.002 -11,98 16,97 13,92 -3,05 -17,97 42.520 30.701 -11.819 -27,80 Kacang Hijau 52.482 56.191 3.709 7,07 11,49 12,07 20,25 17,62 60.310 67.821 7.511 12,45 Januari - April 7.226 6.204 -1.022 -14,14 12,59 12,60 0,01 0,07 9.098 7.817 -1.281 -14,08 Mei - Agustus 25.432 24.231 -1.201 -4,72 11,98 11,91 -0,07 -0,61 30.468 28.851 -1.617 -5,31 September - Desember 19.824 25.756 5.932 29,92 10,46 12,10 1,63 15,59 20.744 31.153 10.409 50,18 Ubi Kayu 157.111 146.787 -10.324 -6,57 231,39 215,39 459,01 19,84 3.635.454 3.161.573 -473.881 -13,03 Januari - April 12.868 7.090 -5.778 -44,90 257,48 331,55 74,07 28,77 331.324 235.071 -96.253 -29,05 Mei - Agustus 67.762 68.687 925 1,37 203,73 214,30 10,57 5,19 1.380.539 1.471.962 91.423 6,62 September - Desember 76.481 71.010 -5.471 -7,15 251,51 204,84 -46,68 -18,56 1.923.591 1.454.540 -469.051 -24,38 Ubi Jalar 13.483 12.782 -701 -5,20 231,71 274,23 -543,44 -23,45 312.421 350.516 38.095 12,19 Januari - April 3.179 3.246 67 2,11 250,30 358,46 108,16 43,21 79.571 116.356 36.785 46,23 Mei - Agustus 5.640 6.051 411 7,29 197,69 228,44 30,75 15,55 111.497 138.229 26.732 23,98 September - Desember 4.664 3.485 -1.179 -25,28 260,19 275,27 15,08 5,79 121.353 95.931 -25.422 -20,95
Sumber : ATAP BPS Provinsi Jawa Timur, 2016
Jawa Timur sebagai provinsi dengan 33,59 juta penduduknya tinggal di pedesaan dan sebanyak 7,26 juta jumlah penduduk terlibat dalam kegiatan sektor pertanian / agribisnis, sehingga perhatian terhadap kesejahteraan petani dinilai sangat strategis dan menjadi prioritas.
“Salah satu indikator / alat ukur yang dipakai untuk menilai tingkat kesejahteraan petani adalah Nilai Tukar Petani (NTP)”
Perhitungan Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima (It) petani terhadap indeks harga yang dibayar (Ib) petani (dalam persentase). Nilai Tukar Petani menggambarkan tingkat daya tukar/daya beli petani terhadap produk yang dibeli/dibayar petani yang mencakup konsumsi dan input produksi yang dibeli. Jadi semakin tinggi nilai tukar petani, semakin baik daya beli petani terhadap produk konsumsi dan input produksi tersebut, dan berarti secara relatif lebih sejahtera.
Upaya Meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat Jawa Timur terutama petani harus terus menjadi prioritas, hal ini berkaitan dengan beberapa aspek, antara lain: a) hak dari setiap anggota masyarakat; b) Pembukaan UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa Indonesia yang sejahtera merupakan tujuan akhir dari pembentukan negara Indonesia; c) kesepakatan dunia yang tertuang dalam Millennium Development Goals (MDGs); dan d) prioritas pembangunan nasional yang terukur dari indikator pembangunan sumberdaya manusia, seperti :
peningkatan pendapatan per kapita; penurunan angka kemiskinan dan tingkat pengangguran.
Sektor pertanian Jawa Timur mempunyai peran strategis dalam pembangunan ekonomi di Jawa Timur karena memiliki multifungsi yang terukur dari kontribusinya dalam pembentukan PDRB Jawa Timur, penyerapan tenaga kerja, dan sumber pendapatan masyarakat, serta untuk penyediaan pangan, pakan, bahan baku industri dan ekspor.
Sesuai dengan definisinya, NTP tidak hanya
dipengaruhi oleh kinerja sektor pertanian tetapi juga dipengaruhi oleh sektor di luar pertanian. Berbagai situasi dan gejolak yang terjadi, baik karena faktor alam atau akibat adanya distorsi pasar salah satunya seperti penerapan
kebijaksanaan akan mempengaruhi produksi serta
harga. Kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap NTP dan kesejahteraan petani. • Jika NTP > 100 artinya
kemampuan/daya beli petani lebih baik dibanding keadaan pada tahun dasar 2012 = 100,
• Jika NTP = 100 artinya kemampuan/daya beli (kesejahteraan) petani sama dengan keadaan pada tahun dasar 2012 = 100 dan
• Jika NTP < 100 artinya kemampuan/daya beli petani menurun dibanding keadaan pada tahun dasar 2012 = 100.
Melalui indeks harga yang diterima petani dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga sebagai data penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor pertanian. Demikian pula dari kelompok konsumsi rumah tangga dalam indeks yang dibayar (Ib), dapat digunakan untuk melihat fluktuasi harga
barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang
merupakan bagian terbesar dari masyarakat di perdesaan.
Komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib) terdiri dari 2 golongan yaitu golongan konsumsi rumah tangga dan golongan biaya produksi dan pembentukan barang modal (BPPBM). Golongan konsumsi rumah tangga dibagi menjadi kelompok makanan dan kelompok non makanan. Sedangkan dari kelompok biaya produksi dapat digunakan untuk melihat fluktuasi harga-harga barang yang digunakan untuk memproduksi barang- barang pertanian.
Rata-rata NTP Jawa Timur s/d triwulan III tahun 2016 mencapai 104,75 meningkat 0,36 meskipun pertumbuhan melambat 0,16 persen. Melambatnya pertumbuhan NTP Jawa Timur Triwulan I hingga Triwulan III tahun 2016 disebabkan rendahnya besaran rerata NTP pada triwulan I dan III tahun 2016 dibanding rerata NTP pada triwulan I dan III tahun 2015 meskipun rerata NTP Triwulan III tahun 2016 lebih besar daripada tahun 2015. Rerata NTP Triwulan III
tahun 2016 dibandingkan Triwulan II menunjukkan peningkatan sebesae 0,80 dari 104,23 pada Triwulan II menjadi 105,03 pada Triwulan III.
Kontribusi NTP Tanaman Pangan dan Hortikultura terhadap NTP Jawa Timur pada tahun 2016 sampai dengan bulan September 2016 menunjukkan perkembangan > 100 artinya bahwa kemampuan / daya beli petani tanaman pangan dan hortikultura lebih baik dibanding keadaan pada tahun dasar 2012 = 100. Rerata NTP Tanaman Pangan sampai dengan Triwulan III tahun 2016 sebesar 102,17 meningkat 3.32 dibandingkan rerata tahun 2015 yang mencapai 98,85. Demikian pula dengan NTP Hortikultura sebesar 104,14 meningkat 0,17 dibandingkan rerata tahun 2015 yang mencapai 103,96.
Perkembangan rerata NTP triwulan III tahun 2016 :
• Rerata NTP Jawa Timur meningkat 0,80 persen dari 104,23 pada Triwulan II menjadi 105,03 yang NTP Jawa Timur Semester I Tahun 2015 dan 2016
Uraian Rerata Tw I - III Pertumbuhan s/d Tw III 2015 2016 2015 2016
1. Tanaman Pangan
a. Indeks yang Diterima (It) 120,34 131,68 0,55 0,01 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 121,74 128,89 0,36 0,30 c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 98,85 102,17 0,19 (0,29) 2. Hortikultura
a. Indeks yang Diterima (It) 124,67 131,55 0,17 0,13 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 119,92 126,33 0,35 0,27 c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 103,96 104,14 (0,18) (0,14) 3. Gabungan/Jawa Timur
a. Indeks yang Diterima (It) 124,55 131,41 0,48 0,23 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 119,31 125,45 0,34 0,24 c. Nilai Tukar Petani (NTP-JT) 104,39 104,75 0,15 (0,01)
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, 2016 (data diolah)
disebabkan peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) lebih tinggi dari pada kenaikan indeks harga yang dibayar petani (It).;
• Rerata NTP Tanaman
Pangan meningkat 0,81 persen dari 101,17 pada Triwulan II menjadi 101,98
yang disebabkan peningkatan indeks harga
yang diterima petani (It) dari komoditas gabah bulan Agustus dan September dan jagung di bulan September; • Indeks harga yang diterima petani tanaman pangan naik
2,64 persen dari 130,09 pada Triwulan II menjadi 132,72 di Triwulan III, Sedangkan Indeks harga yang dibayar petani meningkat 1,56 persen dari 128,58 pada Triwulan II menjadi 130,14 di Triwulan III;
• Rerata NTP Hortikultura turun 0,66 persen dari 104,35 pada Triwulan II menjadi 103,69 akibat meningkatnya indeks harga yang dibayar petani (Ib) lebih tinggi dari komoditas cabai merah, beras dan upah panen dari pada
kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) dari komoditas apel, bawang merah, buah mangga, cabai rawit;
• Indeks harga yang diterima petani hortikultura naik 0,72 persen dari 131,49 pada Triwulan II menjadi 131,49 di Triwulan III, Sedangkan Indeks harga yang dibayar petani meningkat 1,49 persen dari 126,01 pada Triwulan II menjadi 127,50 di Triwulan III;
(Anastasia, MCP, Perencana Madya)
Perkembangan NTP Jawa Timur Triwulan III Tahun 2016 terhadap NTP Triwulan II Tahun 2016 dan Triwulan III Tahun 2015
Sumber : BPS Jawa Timur, 2016, (diolah)
Juli'15 Ags'15 Sep'15 Tw. III Tw. I Tw. II Juli'15 Ags'15 Sep'15 Tw. III
1. Tanaman Pangan
a. Indeks yang Diterima (It) 120,10 123,40 127,42 123,64 132,22 130,09 131,71 132,19 134,27 132,72 7,35 2,03 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 123,00 123,68 123,83 123,50 127,95 128,58 129,97 130,03 130,42 130,14 5,37 1,21 c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 97,64 99,77 102,90 100,10 103,35 101,17 101,34 101,66 102,95 101,98 1,88 0,80
2. Hortikultura
a. Indeks yang Diterima (It) 125,99 126,22 125,80 126,00 130,95 131,49 133,41 131,10 132,12 132,21 4,93 0,55 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 121,02 121,61 121,98 121,54 125,46 126,01 127,38 127,37 127,76 127,50 4,91 1,19 c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 104,11 103,79 103,13 103,68 104,37 104,35 104,73 102,93 103,41 103,69 0,01 (0,64)
3. Tan. Perkebunan Rakyat
a. Indeks yang Diterima (It) 121,74 124,59 122,85 123,06 125,15 126,09 127,14 126,55 127,88 127,19 3,36 0,87 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 120,90 121,52 121,80 121,41 125,37 125,98 127,23 127,19 127,55 127,32 4,87 1,07 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 100,69 102,53 100,86 101,36 99,83 100,09 99,93 99,50 100,26 99,90 (1,44) (0,19)
4. Peternakan
a. Indeks yang Diterima (It) 131,25 133,10 135,77 133,37 132,24 131,83 133,45 135,90 137,78 135,71 1,75 2,94 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 116,83 117,22 117,55 117,20 120,33 120,16 120,88 121,21 121,40 121,16 3,38 0,84 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 112,34 113,55 115,50 113,80 109,90 109,71 110,40 112,12 113,49 112,00 (1,58) 2,09
5. Perikanan
a. Indeks yang Diterima (It) 131,31 131,55 132,25 131,70 134,14 135,40 138,12 137,88 138,47 138,16 4,90 2,04 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 124,03 124,62 124,80 124,48 127,70 128,14 129,29 129,21 129,37 129,29 3,86 0,90 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 105,87 105,56 105,97 105,80 105,05 105,74 106,83 106,71 107,03 106,86 1,00 1,06
Gabungan/Jawa Timur
a. Indeks yang Diterima (It) 125,10 127,23 129,06 127,13 130,99 130,42 132,04 132,38 134,06 132,83 4,48 1,85 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 120,44 121,01 121,28 120,91 124,76 125,12 126,29 126,39 126,71 126,46 4,59 1,07 c. Nilai Tukar Petani (NTP-JT) 103,87 105,14 106,42 105,14 105,00 104,23 104,56 104,74 105,80 105,03 (0,10) 0,77
Nasional
a. Indeks yang Diterima (It) 120,58 121,38 122,70 121,55 125,07 124,69 125,78 126,16 127,10 126,35 3,94 1,33 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 119,42 119,85 119,91 119,73 122,58 122,95 124,06 124,22 124,56 124,28 3,80 1,08 c. Nilai Tukar Petani (NTP-JT) 100,97 101,28 102,33 101,53 102,03 101,41 101,39 101,56 102,02 101,66 0,13 0,24
Subsektor Tahun 2015 Tahun 2016
Persentase Tw. III 2016 thd Tw III 2015 Persentase Tw. III 2016 terhadap Tw. II 10
Konsep pertanian ramah lingkungan adalah konsep pertanian yang mengedepankan keamanan seluruh komponen yang ada pada lingkungan ekosistem dimana pertanian ramah lingkungan mengutamakan tanaman maupun lingkungan serta dapat dilaksanakan dengan menggunakan bahan yang relatif murah dan peralatan yang relatif sederhana tanpa meninggalkan dampak yang negatif bagi lingkungan.
Penggunaan pestisida sintetis atau kimia banyak menimbulkan dampak negatif baik terhadap jasad sasaran, bukan sasaran bahkan dapat mencemari lingkungan (tanah, tanaman air dan berbagai komponen ekosistem lainnya), selain tumbuhnya rasa ketergantungan konsumen terhadap pihak produsen. Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tanaman atau tumbuhan dan bahan organik lainya yang berkhasiat mengendalikan serangan hama pada tanaman. Pestisida ini tidak meninggalkan residu yang berbahaya pada tanaman maupun lingkungan serta dapat di buat dengan mudah menggunakan bahan yang murah dan peralatan yang sederhana.
Dalam upaya pengembangan pestisida nabati ditingkat petani agar mampu dikembangkan diperlukan strategi antara lain: 1. Mudah didapat, pasokannya baik, kualitas,
kuantitas dan kontinyuitas terjamin,
2. Mudah dibuat ekstrak, sederhana dan cepat,
3. Kandungan senyawa pestisida harus efektif pada kisaran 3-5 % bobot kering bahan,
4. Selektif,
5. Bahan yang digunakan bisa dalam bentuk segar/kering,
6. Efek residunya singkat, tetapi cukup lama efikasinya,
7. Sedapat mungkin pelarutnya air (bukan senyawa sintetis),
8. Budidayanya mudah, tahan terhadap kondisi suhu optimal,
9. Tidak menjadi gulma atau inang hama penyakit,
10. Bersifat multi guna.
Peranan Pestisida Nabati pada pengendalian OPT
Dalam mengendalikan OPT/Hama di lapang pestisida menurut jasad sasarannya dapat berperan sebagai :
A. Insektisida
1. Batang Pinus ( Pinus merkusii) Cara Pembuatan :
• Serbuk gergaji kayu pinus dijemur sampai kering
• Sebarkan ke lahan persemaian pada pagi hari
Sasaran : Wereng batang coklat (menghambat penetasan)
2. Buah Picung/Kluwek ( Pagium edule) Cara Pembuatan :
• Satu buah picung dihancurkan,
• Rendam dalam satu gelas air selama satu hari satu malam.
• Hasil rendaman tersebut disaring dan dilarutkan dalam sepuluh liter air, disemprotkan.
• Akan lebih efektif dan efisien bila dikombinasikan dengan perangkat yuyu atau ketam/laos, kotoran ayam, bangkai keong mas atau bahan perangkap lain Kandungan Bahan aktif :
• palmitic acid, oleic acid dan linoleic acid. Sasaran : Walang sangit.
3. Daun dan biji Sirsak ( Annona muricata) dan Daun Tembakau (Nicotiana batacum) Bagian : sirsak dan daun tembakau
PENGEMBANGAN
PESTISIDA NABATI
Cara Pembuatan :
50 lembar daun sirsak diremas-remas dicampur satu ons tembakau, direndam dalam satu liter air selama 24 jam. Air rendaman disaring dan dilarutkan dalam 28 liter air kemudian disemprotkan akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan perangkap tersebut diatas.
Kandungan : Annonain (sirsak), Nikotin (tembakau)
Sasaran : Walangsangit
4. Umbi Gadung ( Dioscorea hispida) Cara Pembuatan :
Umbi gadung seberat 5 kg diparut kemudian direndam dalam 10 liter air. 1 liter air rendaman dicampur dengan 14 liter air untuk disemprotkan
Kandungan : Diosgenin dan Steroid saponin
Sasaran : Walang Sangit.
5. Rimpang Lengkuas ( Alpinia galanga) dan Jahe ( zingiber oficinalis )
Cara Pembuatan :
Lengkuas dan jahe ditumbuk atau diparut, kemudian diperas untuk diambil sarinya, selanjutnya dicampur air secukupnya untuk disemprotkan pada areal tanaman terserang
Sasaran : Ulat grayak pada kedelai 6. Daun Tembakau (Nicotiana tabacum)
Kandungan : nikotin Cara Pembuatan :
Tembakau sebanyak 9,5 Kg dimasukan kedalam kaleng dan disiram air panas sebanyak 4 liter, kemudian didiamkan sampai dingin, campuran disaring dan dilarutkan kedalam air dengan konsentrasi 60 cc per 15 liter air. Siap disemprotkan pada tanaman terserang.
Sasaran : Ulat penggulung daun dan ulat grayak kedelai
Cara Pembuatan : 0,25 kg daun tembakau direbus dengan 5 liter air selama 0,5 jam tambahkan 30 gram sabun lalu disaring. Penggunaan 1 bagian larutan ditambah 4 bagian air
Sasaran : aphis, lundi penggerek batang dan wereng batang coklat.
7. Daun Sengon Buto Cara Pembuatan:
Sebanyak 5 kg daun sengon buto direndam dalam air sebanyak 100 liter selama 24 jam, air rendaman disaring dan siap disemprotkan pada tanaman
Sasaran : belalalng daun jagung. 8. Biji Srikaya (Annona squamosa)
Kandungan : Annonain dan resin Cara Pembuatan :
Biji yang telah tua ditumbuk sampai halus, tepung yang terbuat dari 20 butir biji dicampur dengan 1 liter air
Sasaran : wereng batang, aphis dan ulat kubis.
9. Akar dan kulit kayu Tuba (Deris Eliptica) Kandungan : Retenon
Cara Pembuatan :
Akar dan kulit kayu ditumbuk dan dicampur air lalu disaring. 6 sendok larutan dicampur dengan 3 liter air
Sasaran : berbagai jenis ulat (racun kontak dan perut)
10. Daun dan biji Nimba (Azadirachta indica) Cara Pembuatan :
Biji dan daun daun ditumbuk (1 kg) lalu direbus dengan air 5 liter dan didinginkan selama satu malam kemudian disaring Sasaran : Ulat, kutu, kumbang dan penggerek
B. BAKTERISIDA
1. Daun dan biji Nimba (Azadirachta indica) Kandungan : Zadirachtin, meliontriol dan salanin
Cara Pembuatan :
Daun 50 gram diekstrak menjadi cairan 1 liter, cairan disemprotkan dengan perbandingan 30 cc / l air.
Biji Nimba ditumbuk, setiap 20 gram tepung biji nimba dicairkan dengan 1 liter air dan dicampur 20 % tepung terigu
Sasaran : Bakteri
2. Picung/kluwek (Pigium edule) Cara Pembuatan :
Konsentrasi 30 gram/liter disemprotkan pada tanaman padi
Sasaran: Penyakit Kresek pada padi. Kandungan bahan aktif : Palmitic acid, oleic acid dan linoleic acid
C. RODENTISIDA
1. Umbi Gadung (Dioscoreahispida) dan Dioscorea composita)
Cara Pembuatan :
Umbi gadung seberat 1 kg diparut dicampur dedak 10 kg dan tepung ikan 1 ons serta sedikit kemiri tambah air semua bahan dicampur dibuat sebagai umpan. Kandungan : Diosgenin dan steroid saponin
Sasaran Tikus
2. Daun Kacang Babi : (Tephrosia vhogelii) Cara Pembuatan :
Daun kacang babi ditumbuk dicampur dedak dan tepung ikan serta sedikit kemiri tambah air, semua bahan dicampur dibuat sebagai umpan
Kandungan : Tephrosin dan deguelin Sasaran : Tikus
D. NEMATISIDA
1. Daun Tembakau ( Nicotiana tabacum) Kandungan : Nicotin
Cara Pembuatan :
Sebanyak 0,25 kg daun tembakau direbus dengan 5 liter air selama 0,5 jam, tambahkan 30 gram sabun lalu disaring. Penggunaan satu bagian larutan ditambah 4 bagian air
Sasaran : Nematoda. E. MOLUSKISIDA
1. Biji Pinang (Arca cathecu) Cara Pembuatan :
Biji pinang ditumbuk lalu disebarkan ke sawah
Sasaran Siput murbey Kandungan : Oricholine F. REPELENT
1. Buah Jengkol
Cara Pembuatan :
Buah jengkol diiris-iris kemudian disebarkan ke sawah yang berair
Sasaran : Tikus 2. Batang Serei wangi
Cara Pembuatan :
Batang serai wangi ditumbuk lalu disemprotkan pada tanaman dapat dicampur dengan tanaman lain yang bersifat pestisida
G. ANTRAKTAN
1. Daun dan bunga Selasih ( Ocinum sanctum)
Cara Pembuatan :
Satu genggam daun selasih ditumbuk halus dan diberi air 5 ml, kemudian disaring. Air saringan tersebut diteteskan pada kapas lalu dimasukan kedalam perangkap plastik
Sasaran : Lalat buah Kandungan : Methil eugenol
2. Daun Kayu putih (Melaleuca leucadendra) Cara Pembuatan :
Satu genggam daun putih ditumbuk halus dan diberi air 5 ml, kemudian disaring. Air saringan tersebut diteteskan pada kapas lalu dimasukan kedalam perangkap plastik Sasaran : Lalat buah
Kandungan : Methil eugenol 3. Daun Pandan ( Pandanus sp.)
Cara Pembuatan :
Satu genggam daun kayu panda ditumbuk halus dan diberi air 5 ml kemudian disaring. Air saringan tersebut diteteskan kapas lalu dimasukan kedalam perangkap plastik. Sasaran : Lalat buah
H. PEREKAT 1. Buah Labu
Cara Pembuatan :
Buah labu diparut lalu diperas dan disaring. Air perasan dicampur air dengan perbandingan 5 sendok untuk 1 liter air. (Dyah Sulistyowati, Penyuluh Ahli Madya)
etersediaan lahan yang terbatas bukan menjadi alasan untuk tidak bisa melakukan
aktivitas bertanam. Terdapat beberapa pilihan model/cara bertanam yang dapat
dilakukan di halaman, pekarangan atau lahan sempit perkotaan.
Pekarangan dapat
diartikan sebagai
sebidang tanah darat
yang terletak disekitar
rumah yang jelas
batas-batasnya dan merupakan
bagian usahatani yang
apabila diusahakan
dengan intensif akan
dapat membantu dan
memenuhi kebutuhan gizi
sekaligus dapat
menambah pendapatan
keluarga. Sebagaimana
diketahui terdapat
potensi luasan lahan
pekarangan yang cukup
besar di lingkungan sekitar
kita. Adanya lahan
pekarangan yang sangat
luas dapat dimanfaatkan
secara optimal dengan
pembudidayaan tanaman
untuk menghasilkan produk
sayuran/buah-
buahan
K
Bertanam sayuran dengan rak vertikultur
segar yang rendah residu
kimia dan benar-benar
aman konsumsi.
Kegiatan intensifikasi
pekarangan di Provinsi
Jawa Timur telah mulai
dilakukan sejak era 90-an.
Pada saat ini kegiatan
optimalisasi pemanfaatan
pekarangan atau lahan
sempit, utamanya pada
daerah perkotaan, kembali
dilakukan dengan aneka
tanaman hortikultura yakni
Sayuran, Buah-buahan,
Tanaman hias dan
Biofarmaka. Maksud dari
kegiatan ini pada awalnya
lebih diutamakan untuk
memotivasi sekaligus
menggerakkan upaya
penyediaan bahan sayuran /
bumbu - bumbuan secara
swadaya oleh
masing-masing keluarga. Dengan
semakin beragamnya jenis
komoditas yang ditanam di
lahan pekarangan atau
halaman rumah warga,
secara tidak langsung juga
mendorong terciptanya
keindahan lingkungan di
masing-masing lokasi
pemukiman.
Perkembangan
dari
pemanfaatan pekarangan
dengan aneka tanaman
sayuran yang dibutuhkan
sehari-hari oleh keluarga
(seperti Cabe) merupakan
salah satu solusi atau
alternatif terbaik dalam
menghadapi terjadinya
lonjakan harga komoditas
yang bersangkutan. Hal ini
jelas terlihat saat terjadinya
kenaikan harga akibat
adanya fenomena anomali
iklim yang menyebabkan
gangguan produksi atau
gagal panen di lahan
pertanaman
pada
umumnya. Adapun sasaran
dari kegiatan ini adalah para
ibu yang tergabung dalam
kelompok PKK, Dasa Wisma
dan Kelompok Wanita Tani
(KWT) yang ada di
masing-masing unit pemukiman
warga.
Terdapat beberapa
manfaat langsung maupun
tidak langsung dari kegiatan
bertanam di lahan sekitar
rumah tersebut:
Tersedianya bahan
pangan yang sehat dan
bergizi yang
dibutuhkan sehari-hari
oleh keluarga
Dapat mengurangi
beaya belanja harian
keluarga, utamanya
pada saat terjadinya
kenaikan harga
komoditas bahan
pangan
Menciptakan aktivitas
yang positif, kreatif dan
bermanfaat untuk
mengisi waktu luang
bagi ibu rumah tangga
Memperindah
lingkungan sekaligus
dapat mengurangi
polusi dan terjadinya
efek rumah kaca
Mendorong
tumbuhnya usaha
ekonomi produktif
untuk menambah
pendapatan keluarga,
termasuk usaha
pengolahan produk
pertanian.
Menyalurkan hobi dan
kesenangan anggota
keluarga yang dapat
dilakukan di dalam
rumah
• Selanjutnya untuk
dapat menghadirkan
aktivitas bertanam di
lahan pekarangan
sempit, maka perlu
memperhatikan
beberapa hal sebagai
berikut :
Jenis tanaman :
Pemilihan jenis
tanaman harus
disesuaikan dengan
kondisi halaman dan
agroklimat di sekitar
lingkungan tempat
tinggal . Tanaman yang
dibudidayakan
diprioritaskan pada
berbagai jenis tanaman
yang dipergunakan
sebagai bahan pangan
atau bumbu-bumbuan
yang dibutuhkan oleh
keluarga sehari-hari,
seperti : Sayuran (Cabe,
Tomat, Terong, Sawi,
Kangkung, Bayam, dan
lain-lain) serta
Biofarmaka
(empon-empon).
Teknis pertanaman :
dapat dilakukan secara
langsung di lahan
ataupun menggunakan
wadah tanaman, yang
berupa : polybag / pot
maupun berbagai
bahan lainnya seperti :
kaleng / tong bekas,
15ember, pipa, balok
berongga dan bambu.
Khusus untuk lahan
yang sempit dapat
dilakukan sistem
bertanam secara
vertikal dengan
menggunakan rak
vertikultur ataupun
memanfaatkan
bahan-bahan yang
tersedia.
Pengelolaan tanaman
dilakukan dengan
menerapkan konsep
budidaya yang baik
dan ramah
lingkungan, yakni :
minimalisasi agroinput
kimia olah tanah
minimum dan
penggunaan bahan
organik.
Selain memperhatikan
jenis dan kondisi tanah
pekarangan, juga perlu
diperhatikan dalam
menentukan tata letak
penanamannya
sehingga
mempermudah dalam
pemeliharaan sekaligus
memenuhi aspek
keindahan / estetika.
Kebun Puspa Lebo -
Sidoarjo dalam mengemban
tupoksinya untuk
melaksanakan diseminasi
bagi masyarakat secara
tidak langsung juga
melakukan aktivitas yang
bersifat percontohan
bertanam untuk lahan
sempit. Hal ini perlu
dilakukan mengingat sering
adanya kunjungan
kelompok wanita (PKK)
maupun masyarakat umum
yang salah satu tujuannya
ingin menambah wawasan /
pengetahuan dan
ketrampilan terkait
bertanam di lahan sekitar
rumah yang bersifat praktis
dan tidak merepotkan.
Diharapkan melalui
visualisasi berbagai model
dan tatacara bertanam
yang dicontohkan di Kebun
Puspa Lebo akan dapat
menumbuhkan minat dan
semangat para pengunjung
untuk bisa mengadopsi dan
melakukan penanaman
serupa di rumah maupun
lingkungan pemukiman
masing-masing.
(Sri Suwartini, Kasi
Agribisnis Hortikultura, UPT
PATPH Jawa Timur)
Sisa potongan batang ginseng ditanam ulang pada talang paralon