• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Anak Usia Dini

Secara yuridis, istilah anak usia dini di Indonesia ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun.Dalam undang - undang No 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa

“ pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang di lakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”

Solehudin dalam Suyadi(2015:19) menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Anak Usia Dini adalah “mempasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma dan nilai-nilai kehidupan yang di anut”. Melalui Pendidikan Anak Usia Dini, anak diharapkan dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya- intelektual(kognitif), social, emosi, dan fisik motorik. Selain itu aspek yang tidak boleh di tinggalkan adalah perkembangan rangsangan rasa beragama sebagai dasar-dasar akidah yang lurus sesuai dengan ajaran agama yang di anutnya, memiliki kebiasaan atau prilaku yang diharapkan, menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan dasar sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya serta memiliki motifasi dan sikap belajar yang positif.

Usia 4 – 6 tahun merupakan bagian dari PAUD. Pada usia tersebut merupakan masa peka yang penting bagi anak untuk mendapatkan pendididkan, pengalaman yang di peroleh anak dari lingkungan termasuk stimulasi yang di berikan dari orang dewasa, akan mempengaruhi kehidupan anak di masa mendatang. Untuk itu diperluka upaya yang mampu memfasilitasi anak dalam masa tumbuh kembang nya.

Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini ialah memberikan stimulasi atau rangsangan bagi perkembangan potensi anak agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu,

(2)

Page

7

cakap, kritis, kreatif, inopatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggung jawab.Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini yang lebih ekstrim di kemukakan oleh suyanto dalam Suyadi(2015:19) yang menyatakan bahwa “tujuan PAUD adalah untuk mengembangkan seluruh potensi anak ( the

whole child ) agar kelak dapat berpungsi sebagai manusia utuh sesuai falsapah

suatu bangsa”

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwa secara praktis, tujuan Pendidikan Anak Usia Dini adalah sebagai berikut :

a. Kesiapan anak memasuki pendidikan lebih lanjut b. Mengurangi angka pengulang kelas

c. Mengurangi angka putus sekolah

d. Mempercepat pencapaian Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun e. Menyelamatkan anak dari kelalaian didikan wanita karier dan ibu

berpendidikan rendah

f. Meningkatkan mutu pendidikan g. Mengurangi angka buta huruf muda

h. Memperbaiki derajat kesehatan gizi anak usia dini i. Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) a. Hakikat perkembangan kognitif (Anak Usia dini )

Pengertian kognitif yang di adaptasi dari pendapat Kurrien dalam kurniawati (2013:3), adalah

“suatu proses berpikir yang berupa kemampuan untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan sesuatu. Dapat juga di maknai sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk menciptakan karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan”. Menurut Sujiono dalam handayani(2013:2) kognitif adalah suatu proses berpikir kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.

Menurut piaget dalam Handayani(2013:2) kognitif adalah aktivitas mental dalam mengenal dan mengetahui tentang dunia luar.

Menurut santrock dalam handayani(2013:2)menyatakan bahwa kognitif adalah mengacu pada aktivitas mental tentang bagaimana

(3)

Page

8

informasi, masuk kedalam pikiran, disimpan, dan di transformasi serta dipanggil kembali dan digunakan dalam aktivitas.

Kurrien dalam Jurnal Kurniawati (2013:4) menyatakan bahwa:

“ Konsep dasar kemampuan kognitif pada istilah anak, meliputi konsep tentang warna, bentuk, ukuran, tekstur, bau. Pada saat yang sama, aktivitas – aktivita tersebut dirancang untuk membantu anak mengembangkan lima proses mental atau keterampilan berpikir, yaitu 1) Menjodohkan

2) Mengklasifikasikan / mengelompokan 3) Memahami pola

4) Memahami hubungan 5) Memecahkan masalah

Kemampuan–kemampuan tersebut tidak hanya membentuk dan memperbaiki konsep–konsep yang pernah diperoleh sebelumnya, tetapi juga sebagai dasar yang sangat berharga untuk membangun kemampuan–kemampuan mental yang akan di butuhkan nanti di sekolah dasar yang lebih tinggi “

b. Tahapan Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Perkembangan kognitif anak melibatkan keterampilan belajar pada anak yang terjadi mulai proses elaborai di dalam otak (mind ), dan kegiatan mental internal yang kompleks. Dengan demikian keterampilan belajar bukan hanya di peroleh karena perubahan atau sekedar karena proses kematangan.

Piaget dalam Kurniawati (2013:4) membagi 4 tingkat perkembangan kemampuan otak untuk berpikir mengembangkan pengetahuan (kognitif0, yaitu tahapan sensorikmotorik (0-18 atau 24 bulan), tahapan praoperasional (2 tahun-7tahun), operasionalkonkrit ( 7 tahun – 11 tahun ), dan operasionalformal ( mulai 11 tahun ). Anak usia dini berada pada pra operasional ( 2-7 tahun), dalam pada tahap ini anak telah mampu menggunakan logika pada tempatnya.

Menurut Jamaris dalam maiyulia(2012:2) menyebutkan beberapa karakteristik kemampuan kognitif yaitu:

1) Sudah dapat memahami jumlah dan ukuran

2) Tertarik dengan huruf dan angka ada yang sudah mampu menulisnya atau mengkopinya serta menghitungnya

(4)

Page

9

4) Mulai mengerti tentang waktu, kapan harus pergi ke sekolah dan pulang sekolah, nama-nama hari dalam satu minggu

5) Mengenal bidang yang bergerak sesuai bidang yang dimilikinya 6) Pada akhir usia 6 tahun anak sudah mampu membaca, menulis, dan

menghitung.

Piaget dalam ibda (2015:2-3)

Ia menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang dibanding dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif.

Sebagaimana yang tercantum dalam modul Dikmas dalam Kurniawati (2013:5) adalah

Cara untuk mempermudah guru dalam menstimulasi kemampuan kognitif anak, sehingga tercapai optimal potensi pada masing – masing anak. Lebih jelas nya dapat di atur sebagai berikut :

1) Pengembangan Aud itory yang berhubungan dengan bunyi atau indra pendengaran anak

2) Pengembangan Visual (PV) Kemampuan ini berhubungan dengan penglihatan, pengamatan, tanggapan dan persepsi anak terhadap lingkungan sekitar.

3) Perkembangan Taktil ( PT ) kemampuan ini berhubungan dengan pengembangan tekstur ( indra peraba )

4) Pengembangan kinestetik (PK) kemampuan ini berhubungan dengan kelancaran gerak tangan / keterampilan tangan atau motoric halus yang mempengaruhi perkembangan kognitif.

5) Perkembangan aritmatika ( PAr ) kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan yang diarahkan untuk kemampuan berhitung atau konsep berhitung permulaan. Kemampuan yang dikembangkan, antara lain, mengenali atau membilang angka, menyebut urutan bilangan, menghitung atau membilang angka, menyebutkan urutan bilangan, mengerjakan atau menyelesaikan operasi penjumlahan, dan pengurangan, dengan menggunakan konsep dari konkrit ke abstrak.

6) Pengembangan geometri kemampuan geometri berhubungan dengan pengembangan konsep bentuk bangun geometri.

c. Perkembangan kognitif anak usia 4 – 5 tahun

Peraturan mentri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia no 137 tahun 2014 tentang Standar Isi Tentang Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak.

Perkembangan kognitif anak usia 4 – 5 tahun : 1) belajar dan pemecahkan masalah

(5)

Page

10

a) mengenal benda berdasarkan fungsi,( pisau untuk memotong, pensil untuk menulis)

b) menggunakan benda – benda sebagai permainan simbokik ( kursi sebagai mobil )

c) mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari hari ( gerimis, hujan, gelap, terang, tematam, dsb)

d) mengetahui konsep banyak dan sedikit

e) mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri yang terkait dengan pemecahan masalah

f) mengamati benda dan gejala dengan rasa ingin tahu g) mengenal pola kegiatan dan menyadari pentingnya waktu

h) memahami posisi/ kedudukan dalam keluarga, ruang, lingkungan social ( misalnya : sebagai peserta didik/ anak/ teman )

2) Berpikir logis

a) Mengklasipikasikan benda berdasarkan funsi, bentuk atau warna atau ukuran

b) Mengenal gejala sebab –akibat yang terkait dengan dirinya

c) Mengklasipikasikan benda kedalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan dua variasi

d) Mengenal pola (missal, AB-AB dan ABC-ABC)

e) Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna 3) Berfikir simbolis

a) Membilang banyak benda satu sampai sepuluh b) Mengenal konsep bilangan

c) Mengenal lambang bilangan d) Mengenal lambang huruf

(6)

Page

11

2. Kemampuan Berhitung Anak usia dini.

Berhitung merupakan bagian dari komponen mengenai konsep bilangan dan lambang bilangan,anak diharapkan mengenal konsep bilangan, lambang bilangan sehingga anak mampu berhitung dengan benar, kesenangan anak dalam penguasaan konsep berhitung di mulai dari dirinya itu sendiri ataupun rangsangan – rangsangan dari luar seperti bentuk permainan yang ada kaitannya dengan berhitung.

Menurut Griffith dalam Jasni (2018:222) bahwa

berhitung sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari di sekitar anak, baik di rumah, lingkungan sekitar tempat tinggal, sekolah, tempat umum, dan dimana saja. Kesenangan anak dalam penguasaan konsep berhitung dapat dimulai dari diri sendiri ataupun rangsangan dari luar seperti permainan-permainan dalam pesona matematika.

Suyanto dalam Kurniawati (2013:7) mengungkapkan kemampuan berhitung adalah “kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya yang mulai dari lingkungan terdekat dengan dirinya”, sejalan dengan perkembangan kemampuan anak dapat meningkatkan ke tahap pengertian mengenai lambang bilangan, jumlah, yaitu yang berhubungan dengan jumlah dan pengurangan.

a. Tahapan Kemampuan Berhitung Pada Anak Usia 4 – 6 tahun.

Lestari . dalam Ambarita (2015:04) mengatakan bahwa konsep angka pada anak usia 3 – 6 tahun dikembangkan mulai 3 tahap. Tahap pengembangan konsep angka tersebut sebagai berikut :

a. Menghitung

Tahap awal menghitung pada anak adalah menghitung melalui hapalan atau membilang. Kemampuan menghitung pada tahap ini dikembangkan melalui kegiatan menyanyi, permainan jari, dan kegiatan lain yang menggunakan angka.

b. Hubungan satu – satu

Tahap ini dilakukan dengan menghubungkan satu angka dengan satu benda yang terkait.Maksudnya adalah menghubungkan satu, dan hanya satu angka

(7)

Page

12

dengan benda yang berkaitan. Teknik ini biasa dilakukan melalui kegiatan sehari – hari.

c. Menjumlah, membandingkan, dan symbol angka.

Konsep penjumlahan dapat dapat di perkenalkan dengan benda yang nyata dan sering dijumpai anak.

Menurut pendapat dari Susanto dalam Kurniawati (2013:8) mengemukakan bahwa berhitung melalui tahapan sebagai berikut: a. Tahapan Konsep

Pengertian pada tahapan ini anak berekspresi untuk menghitung segala macam benda – benda yang dapat dihitung dan dapat dilihat.

b. Tahapan Transmisi

Peralihan tahap transmisi merupakan masa peralihan dari yang konkrit ke lambang.Tahap ini adalah saat anak mulai benar – benar memahami jumlah benda kedalam lambang bilangan.

c. Tahapan lambang.

Tahapan ini dimana anak sudah mulai di berikan kesempatan menulis sendiri tampa paksaan, yakni berupa lambang bilangan, bentuk – bentuk, sebagai jalur – jalur dalam mengenalkan kegiatan berhitung.

b. Program Pengembangan Kemampuan Berhitung

Menurut pusat kurikulum balitbang depdiknas bahwa perkembangan berhitung anak usia 4 – 5 tahun adalah :

a. Membilang / menyebutkan bilangan minimal dari 1 sampai 10

b. Membilang dengan menunjukan benda( mengenal konsep bilangan dengan benda benda sampai 5

c. Menunjukan urutan benda untuk membilang 1 sampai 5

d. Mengelompokan banyak sedikit,lebih kurang sama – tidak sama e. Menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan benda

benda sampai 5 anak tidak disuruh untuk menuli

f. Menunjukan dua kumpukan yang sama jumlahnya,yang tidak sama,lebih banyak dan lebih sedikit

(8)

Page

13

g. Menunjukan hasil penamambahan, ( menggabungkan 2 kumpulan benda) dengan benda sampai 5

3. Media pembelajaran

Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tampa mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hudup. Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk mengubah prilakunya. Dengan demikian, hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Tentu saja, perubahan yang diharapkan adalah perubahan kearah yang positip

Media pembelajaran dalam teknologi pendidikan merupakan bagian dari sumber belajar dan digolongkan kedalam bahan dan alat. Media pembelajaran merupakan saluran komunikai untuk menyampaikan pesan dari sumber peran kepada penerima peran.

Media pembelajaran menurut Miarso dalam modul PLPG Pendidikan AnakUsia Dini ( 2013:244 ) adalah

“segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan, serta merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali”

Kegunaan media pembelajaran menurut Miarso dalam modul PLPG Pendidikan AnakUsia Dini ( 2013:244 ) adalah :

a. Memberikan rangsangan kepada otak siswa sehingga otak siswa dapat berfungsi oftimal

b. Mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh siswa c. Melampaui batas ruang kelas

d. Memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya

e. Menghasilkan keseragaman pengamatan f. Membangkitkan keinginan dan minat baru

g. Membangkitkan motifasi dan semangat untuk belajar

h. Memberikan pengalaman yang integral/ menyeluruh dari sesuatu yang kongkrit maupun abstrak

i. Media memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, pada tempat dan waktu serta kecepatan yang ditentukan sendiri

(9)

Page

14

j. Meningkatkan kemampuan keterbatasan baru

k. Meningkatkan efek sosialisasi (kesadaran) akan dunia sekitar l. Meningkatkan kemampuan ekspresi siswa

Ragam media menurut Kustandi dalam modul PLPG Pendidikan AnakUsia Dini ( 2013:246 ) adalah :

a. Media cetak

b. Media audio / visual c. Media praktek / Demontrai d. Media game / kit sain / kit seni

Pemanfaatan media pembelajaran identik dengan penggunaan media pembelajaran. Menurut Heinich dalam modul PLPG Pendidikan AnakUsia Dini ( 2013:249 ) bahwa media pembelajaran merupakan satu komponen dari model system pembelajarannya yang disebut utilisasi yaitu merupakan satu tuga pembelajaran dalam membantu mempermudah siswa belajar.

Menurut Sadiman dkk dalam modul PLPG Pendidikan AnakUsia Dini ( 2013:249 ) ada dua pola dalam pemanfaatan media yaitu :

a. Pemanfaatan media dalam situasi kelas, yaitu dimana pemanfaatannya dipadukan dengan proses pembelajaran di situasi kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu

b. Pemanfaatan media diluar kelas situasi kelas, pemanfaatan ini di bagi dua kelompok utama :

1) Pemanfaatan secara bebas, ialah media digunakan sesuai kebutuhan masing – masing, biasanya digunakan secara perorangan. Dalam pemanfaatan secara bebas, control atau kendali ada pada individual, dimana penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhannya.

2) Pemanfaatan secara terkontrol ialah bahwa media itu digunakan dalam suatu rangkaian kegiatan yang diatur untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(10)

Page

15

4. Bermain Dan Permainan

Bermain bagi anak usia dini sudah tidak asing lagi, setiap ada anak usia dini, disitu pasti dijumpai kegiatan bermain,bermain anak usia dini diibaratkan seperti hal nya dua sisi mata uang. Antara sisi satu dengan sisi yang lainnya saling melengkapi dan tidak bias di pisah – pisahkan. Karena memang bermain merupakan dunianya anak – anak.

M.Fadlillah, M.Pd.I.(2018:6) bermain adalah

“Serangkaian kegiatan atau aktivitas anak untuk bersenang – senang. apapun kegiatan nya selama ituterdapat unsur – unsur kesenangan atau kebahagiaan bagi anak usia dini, maka bias disebut sebagai bermain”

Untuk lebih jelas mengenai pengertian bermain, dapat di perhatikan melaui pemaparan para pakar pendidikan anak usia dini, M.Fadlillah, M.Pd.I.(2018:7 - 8)

a. Menurut piaget, bermain adalah suatu kegiatan yang di lakukan berulang – ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepuasan bagi diri seseorang.

b. Menurut parten, bermain adalah suatu kegiatan sebagai sarana bersosialisasi dan dapat memberikan kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengeksplorasi perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan.

c. Menurut Buhler dan Danziger, bermain adalah merupakan kegiatan yang menimbulkan kenikmatan

d. Menurut Docker dan Fleer, bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya

e. Menurut Mayety, bermain adalah kegiatan yang anak – anak lakukan sepanjang hari, karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan.

a. Tujuan Bermain

Adapun secara umum M.Fadlillah, M.Pd.I.(2018:7 - 8) tujuan bermain dapat diklasipikasikan menjadi beberapa bentuk sebagai berikut :

(11)

Page

16

1) Untuk eksplorasi anak

Yaitu untuk mengeluarkan atau mencurahkan seluruh kemampuan yang dimiliki. Jiwa anak adalah suka berpetualang. Anak suka melakukan hal – hal baru yang di inginkan dan menarik bagi dirinya. Karakteristik anak yang mempunyai rasa ingin tahu yang cukup kuat membuat anak cenderung bereksplorasi untuk mencurahkan segala kreativitasnya.

2) Untuk eksperimen anak

Bermain sebagai eksperimen anak memiliki makna bahwa melalui bermain anak dapat melakukan uju coba – uji coba untuk mendapatkan informasi pengetahuan atau pengalaman yang baru. Hal ini dikarenakan rasa ingin tahu anak sangat tinggi, sehingga anak sering kali melampiaskan ke dalam bentuk – bentuk permainan yang dimainkannya.

3) Untuk imitation anak

Bermain merupakan suatu bentuk peniruan anak – anak terhadap permainan yang di mainkan.

4) Untuk adaptasi anak.

Untuk melatih adaptasi anak dengan lingkungan sekitar. Anak berupaya beradaptasi dengan teman – teman nya dalam rangka menciptakan suasana keakraban dan kegembiraan.

b. Manfaat bermain.

Manfaat bermain bagi anak usia dini ialah bermain dapat mengembangkan kemampuan motoric, kognitif, afektif, bahasa dan social. Selain itu menurut Hurlock dalam M.Fadlillah, M.Pd.I.(2018:7 – 15)

Bahwa aktivitas bermain dapat berpengaruh pada diri anak diantaranya :

1) Dapat mengembangkan otot dan seluruh tubuhnya 2) Dapat melatih atau mendorong berkomunikasi 3) Sebagai penyalur energy emosional yang terpendam 4) Sebagai penyalur kebutuhan dan keinginan

5) Dapat sebagai sumber belajar bagi anak

6) Dapat sebagai rangsangan bagikreativitas anak

7) Sebagai sarana belahar masyarakat/bersosialisasi anak 8) Dapat melatih standar moral anak

9) Dapat dijadikan sebagai relaksasi bagi diri anak

10) Memberikan kesempatan anak untuk mencoba hal baru 11) Melatih anak untuk meemcahkan masalah sederhana

(problem solving)

c. Jenis-jenispermainan

Usia dini/pra sekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangakan berbagai potensi yang dimiliki anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk melalui

(12)

Page

17

permainan.Kebanyakan anak lebih menyukai jenis permainan aktif daripada permainan pasif.

1) Permainan Aktif

Permainan aktif menurut pendapat Montolalu dalam Kurniawati (2013:6)

Didasarkan pada tinggi rendahnya keterlibatan anggota tubuh, kegiatan bermain aktif merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri, kegiatan ini dapat diartikan sebagai kegiatan yang melibatkan banyak aktivitas tubuh atau gerakan-gerakan tubuh.

Kegiatan permainan ini terjadi, apabila anak bermain bersama temannya dalam kegiatan sosial secara aktif, dan mengikuti aturan permainan. Salah satu kegiatan bermain yang termasuk adalah permainan ular tangga. Pada kegiatan permainan ular tangga ini anak saling mengikuti aturan yang mereka anggap baik, walaupun tidak ada yang menjadi pemimpin atau yang mengatur arah permainan secara resmi.

2) Bermain Pasif

Hiburan merupakan satu bentuk bermain pasif. Dalam hal ini anak memperoleh kesenangan bukan berdasarkan kegiatan yang dilakukan sendiri. Misalnya menonton film, membaca, mendengarkan musik, mendengarkan radio. Salah satu contoh bentuk permainan yang dapat mengembangkan kemampuan berhitung pada anak usia dini adalah permainan ular tangga. Permainan ular tangga ini merupakan permainan yang mengarah pada penguasaan kemampuan berhitung anak. Hal ini dikarenakan dalam permainan ular tangga terdapat konsep-konsep urutan angka/bilangan yang harus dikuasai oleh anak. d. Permainan Ular Tangga Pada Anak usia Dini

Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil, di dalam kotak tersebut tergambar sejumlah

(13)

Page

18

“tangga” atau “ular” yang menghubungkannya dengan kotak lain. Permainan ini diciptakan pada tahun 1870. Permainan ular tangga walaupun selama ini masih dianggap sebagai permainan yang murah, praktis, dan mudah untuk dibuat, namun permainan ular tangga ini, diyakini dapat menarik perhatian anak. Tidak ada papan permainan standar dalam ular tangga - setiap orang dapat menciptakan papan mereka sendiri dengan jumlah kotak, ular dan tangga yang berlainan. Sriningsih dalam Kurniawati (2014:7) mengungkapkan secara umum bahwa:

“ media permainan ular tangga dapat diberikan untuk anak usia 4-5 tahun dalam rangka menstimulasi berbagai bidang pengembangan seperti kognitif, bahasa dan sosial. Keterampilan berbahasa yang dapat distimulasi melalui permainan ini misalnya: kosa kata naik-turun, maju mundur, ke atas- ke bawah, dan lain sebagainya. Keterampilan sosial yang dilatih dalam permainan ini di antaranya kemauan mengikuti dan mematuhi aturan permainan, bermain secara bergiliran.

Keterampilan kognitif-matematika yang terstimulasi yaitu menyebutkan urutan bilangan, mengenal lambang bilangan dan konsep berhitung”

Gambar 2.1 ular tangga untuk Anak Usia Dini Kelebihan dan kekurangan bermain ular tangga:

a. Kelebihan permainan media ular tangga secara umum 1) Dapat dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar

2) Dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan jenjang pendidikan yang lainnya

(14)

Page

19

4) Dapat meningkatkan antusias anak dalam menggunakan media pembelajaran ini

5) Melatih kognitif anak

6) Memotivasi anak agar terus belajar

b. Kelemahan permainan ular tanggasecara umum

Penggunaan media permainan ular tangga memerlukan banyak waktu untuk menjelaskan kepada anak

Kurangnya pemahaman kepada anak dapat menimbulkan kericuhan

Membutuhkan konsep yang matang agar

Pada penelitian ini, permainan ular tangga yang di gunakan adalah dibuat menggunakan kain planel yang berwarna warni dan dibawahnya dilapisi dengan dakron, gunanya agar anak nyaman dalam melakukan permainan dan menarik. Ukuran ular tangga ini adalah panjang165cm dan lebar 130cm setiap petak di beri gambar buah-buahan sesuai dengan jumlah lambang bilangan yang ada di petak tersebut. Media ular tangga ini dibuat urutan angka dari 1-20 pada setiap petak.hal tersebut berguna untuk mengurutkan bilangan dan mengenalkan bilangan awal pada anak. sedangkan ular dan tangga yang tertera pada papan ular tangga yang peneliti buat, bisa di copot dan di pindah ke posisi yang lain.guna nya agar anak tidak merasa bosan dan mengenal pareasi baru sedangkan dadu yang di gunakan adalah masih terbuat dari planel, yang dalam setiap petak nya terdapat bulatan-bulatan sesuai lambang bilangan yang tertera di petak tersebut, bilangan yang tertera pada dadu yang peneliti buat adalah 1-6.Permainan ini dimainkan oleh anak itu sendiri.

(15)

Page

20

Gambar 2.2 ular tangga yang di buat peneliti

Aturan permainan yang peneliti tetapkan dalam papan permainan ular tangga yang peneliti buat adalah:

a) Media permainan ular tangga ini hanya untuk anak usia dini

b) Dimainkan oleh anak

c) Dimainkan oleh 2 orang – 4 orang d) Bermain secara bergiliran

e) Sebelum main anak melempar dadu sendiri dan menyebutkan lambang bilangan yang muncul diatas permukaan

f) Anak harus naik tangga apabila hitungan nya berhenti di petak yang ada tangga naiknya

g) Anak harus turun apabila hitungan nya berhenti di perak yang ada ularnya

B. Kajian penelitin yang relevan

Pertama, “ meningkatkan kemampuan berhitung menggunakan media belajar ular tanggan di taman kanak – kanak dharma wanita 2 jragan Tembarak, Temanggung” yang dilakukan oleh Agus Cahyono pada tahun 2017, Dalam penelitiannya peneliti memaparkan Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B TK Dharma Wanita 2 Jragan Kabupaten Temanggung yang berjumlah 25 anak. Objek penelitian ini berupa kemampuan berhitung anak meliputi mengurutkan angka, mencocokan, penjumlahan, dan pengurangan, dengan metode penelitian tindakan kelas, Analisis data hasil penelitian menggunakan analisis statistik

(16)

Page

21

deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada peningkatan kemampuan berhitung dari pretest, siklus I, dan siklus II. Hasil penilaian pretest jumlah nilai 144 dengan presentase 57,6% meningkat menjadi 173 dengan presentase 69,2% pada siklus I, kemudian pada siklus II lebih meningkat dengan jumlah 220 dengan presentase 88,4%. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan berhitung anak kelompok B TK Dharma Wanita 2 Jragan Kabupaten Temanggung dapat ditingkatkan menggunakan media belajar ular tangga, dengan cara mengkondisikan anak agar kondusif, anak diajak ikut memberi apresiasi, serta memberikan reward dapat meningkatkan kemampuan berhitung. Peneniti pun memberi saran sebagai berikut:

1. Media belajar ular tangga dapat menjadi alternatif media pembelajaran dalam berhitung, karena terbukti dapat meningkatkan kemampuan berhitung.

2. Diharapkan guru memiliki inisiatif dalam memilih dan mencari inovasi media pembelajaran.

3. Penelitian ini masih jauh dari sempurna, sehingga diharapkan peneliti lain agar dapat mengembangkan penelitian ini lebih lanjut agar hasil lebih meningkat.

Kedua, dalam jurnal Rindha kurniawati tahun 2013 yang berjudul “ meningkatkan kemampuan berhitung dengan permainan ular tangga pada anak kelompok B TK Yunior Surabaya” bahwa permainan ular tangga adalah permainan yang murah, mudah, praktis, dan mudah untuk dibuat, namun permainan ulartangga di yakini dapat menarik perhatian anak, arti ular tangga itu sendiri adalah permainan papan yang di mainkan oleh dua orang atau lebih, papan permainan dibagi dalam kotak – kotak kecil didalam kotak tersebut tergambar sejumlah “ tangga “ atau “ ular “ yang menghubungkan dengan kotak lainnya. Tidak ada papan permainan standar dalam permainan ular tangga, setiap orang dapat menciptakan papan mereka sendiri dengan jumlah kotak, ular dan tangga yang berlainan. Hasil dari penelitian Rindha kurniawati tingkat capaian perkembangan kemampuan dasar kognitif khususnya pada materi pengembangan kemampuan berhitung 1 – 20 pada anak kelompok B TK Yunior dengan media

(17)

Page

22

pembelajaran melalui permainan ular tangga dari siklus I dan siklus II meningkat 22,5 % .keberhasilan ini terkait dengan mulai terbiasanya guru dan anak dalam menerapkan permainan ular tangga pada proses pembelajaran, khususnya pada bidang pengembangan kemampuan berhitung 1 – 20 pada anak.

Ketiga, penelitian Sri Handayani yang berjudul “ peningkatan kemampuan berhitung anak melalui permainan ular tangga di taman kanak – kanak Aisyiyah simpang IV agam” tahun 2012 melalui permainan ular tangga kemampuan berhitung anak akan dapat berkembang secara baik. Permainan ular tangga merupakan alat yang dirancang semenarik mungkin sehingga anak dapat tertarik memakainya, alat permainan ini di ciptakan untuk kemampuan berhitung anak usia dini

Ular tangga yang Sri Handayani ciptakan terbuat dari karpet busa bongkar pasang menyerupai papan permainan ular tangga, di setiap kotak di tulis angka dan di beri kertas lipatan yang berisikan kartu gambar, permainan ini menggunakan dadu angka, kartu gambar, dan papan planel.Angka yang digunakan adalah 1 – 16 yang nantinya akan di tulis di kotak ular tangga dan di temple pada papan planel, sedangkan kertu gambar yang di gunakan adalah gambar buah – buahan.

Penelitian nya menggunakan jenis penelitian tindakan kelas, Subjek penelitian adalah anak-anak di kelas B1 dengan jumlah murid 20 orang. 11 orang anak laki-laki dan 9 orang anak perempuan. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Simpang IV Lubuk Basung yang dilakukan secara bersiklus yaitu siklus I dan II.Siklus II sangat ditentukan oleh hasil refleksi pada siklus I, siklus I akan dilakukan selama 3 kali pertemuan dan siklus II akan dilaksanakan 1 kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari beberapa langkah penelitian.

Setelah dilakukan kegiatan pembelajaran pada siklus I dan siklus II terlihat peningkatan yang sangat baik, dimana tingkatan penilaian siklus I dan siklus II dapat dijabarkan keberhasilannya untuk kemampuan berhitung anak melalui permainan ular tangga sebagai berikut, Kemampuan berhitung melalui permainan ular tangga mengalami peningkatan yaitu dimana anak sudah mengalami

(18)

Page

23

kemajuan dalam mengurutkan bilangan dan meletakkan lambang bilangan sesuai dengan jumlah bendanya, Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus II sudah membawa hasil yang baik bagi anak dan bagi guru.

Keempat, penelitian Ratna Widyanti “Upaya meningkatkan kemampuan beritung permulaan melalui permainan tradisional congklak pada anak kelompok B di TK Kridawita kecamatan klaten tengah” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok B di TK Kridawati pada tahun ajaran 2013/2014 melalui permainan tradisional congklak. Observasi sementara yang dilakukan menunjukan bahwa masalah tersebut muncul karena penerapan metode yang konvensional. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas(PTK) yang dilakukan antara peneliti dan teman sejawat. Data yang dikumpulkan menggunakan observasi dan dekumentasi, analisis data dilakukan dengan metode deskriptif komparatif dan kritis. Penelitian nya dilakukan di TK Kridawati Klaten dengan subjek penelitian 11 anak. Hasil dari penelitian permainana congklak untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak, pra siklus 36%, siklus 1 57% siklus 2 82%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan permainan congklak dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak sampai 82%.

Kelima, “ pengaruh permainan balik dan permainan dakom terhadap kemampuan berhitung permulaan di tinjau dari kesiapan sekolah siswa TK B Paud Insan Fatonah Bejen karangayar” penelitian ini dilakukan oleh Nur fauziyah pada tahun 2014 yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: pengaruh metode pembelajaran dengan permainan balok dan permainan dakon terhadap berhitung permulaan, pengaruh kesiapan sekolah terhadap kemampuan berhitung permulaan, dan interaksi anatara metode pembelajaran dengan permainan balok dan permainan dakom dan kesiapan sekolah terhadap kemampuan berhitung permulaan pada siswa TK B di Paud Insan Fatonah bejen karang anyar. Subjek dalam penelitian adalah semua siswa TK B Insan Fathonah Bejen Karanganyar berjumlah 36 siswa yang terbagi dalam 2 kelas yaitu kelas B1 dan B2. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi dan tes. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis ANAVA dengan sel tak

(19)

Page

24

sama.Berdasarkan analisis, penelitian menyimpulkan bahwa: 1) Metode permainan berpengaruh terhadap kemampuan berhitung permulaan pada anak usia dini. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji F statistik dengan = 0.048.; 2) Kesiapan sekolah berpengaruh terhadap kemampuan berhitung permulaan pada anak usia dini. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji F statistik dengan = 0.001; dan 3) Tidak ada interaksi pengaruh antara metode permainan dengan kesiapan sekolah terhadap kemampuan berhitung permulaan pada anak usia dini di PAUD Islam Insan Fathonah. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji F statistik dengan = 0,378

Keenam, “pengembangan multimedia pembelajaran interaktif materi berhitung untuk anak kelompok A TK Teruna Bangsa”di lakuakan oleh Heni maryati ambarita pada tahun 2015 bertempat di kelompok A TK teruna Bangsa,dengan jumlah anak sebanyak 15 anak.. Penelitian ini bertujuan menghasilkan satu produk berupa software multimedia pembelajaran interaktif pada materi berhitung untuk siswa kelompok A TK Teruna Bangsa. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh terbatasnya multimedia interaktif bagi siswa taman kanak-kanak yang didesain menurut prinsip-prinsip pembelajaran, memperhatikan perbedaan individu, menarik, mudah dipelajari, relevan dengan kebutuhan proses belajar mengajar, dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Tahapan-tahapan dalam pengembangan multimedia pembelajaran interaktif adalah melakukan penelitian pendahuluan, pembuatan desain, pengumpulan bahan, pengembangan produk awal, validasi oleh ahli materi dan media, melakukan uji coba satusatu, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Hasil validasi oleh ahli media menunjukkan kualitas baik dengan nilai rata-rata 3,2. Hasil validasi oleh ahli materi menunjukkan bahwa kualitas materi sangat baik dengan nilai rata-rata 3,7. Hasil uji satu-satu menunjukkan nilai yang baik dengan nilai rata-rata 3,09. Hasil uji coba kelompok kecil menunjukkan nilai baik dengan nilai rata-rata 3,07. Hasil uji coba lapangan memiliki kualitas sangat baik dengan nilai rata-rata 3, 29. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa multimedia pembelajaran interaktif materi berhitung untuk anak kelompok A taman kanak-kanak merupakan

(20)

Page

25

Ketujuh,” Meningkatkan kemampuan berhitung melalui media permainan ular tangga di kelompok b tk dharma wanita persatuan singkil kabupaten aceh singkil" dilakukan oleh Jasni pada tahun 2018. Media Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Permainan Ular Tangga. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi Kelompok B TK Dharma Wanita Persatuan Singkil Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 20 (dua puluh) anak didik dengan rincian 11 (sebelas) orang anak didik laki-laki dan 9 (sembilan) orang anak didik perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2016/2017 selama 3 bulan yaitu mulai bulan Januari hingga Maret 2017. Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Prosedur penelitian terdiri dari pra siklus, perencanaan siklus I, pelaksanaan tindakan siklus I, observasi siklus I, refleksi siklus I, perencanaan siklus II, pelaksanaan tindakan siklus II, observasi siklus II, dan refleksi siklus II.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa menggunakan media permainan ular tangga dalam kegiatan pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak di kelompok B TK Dharma Wanita Persatuan Singkil. Ini diketahui dari hasil analisis pra siklus sebesar 50,93%, siklus 1 sebesar 61,56% dan pada siklus 2 menunjukkan peningkatan sebesar 80%. Suasana kegiatan pembelajaran anak dari hasil observasi anak terlibat aktif dan guru mampu menciptakan proses kegiatan pembelajaran yang efektif dengan menggunakan media yang sesuai dengan tujuan kegiatan pembelajaran.

C. Kerangka Pikir

Pembelajaran berhitung awal anak di kelompok A TK PGRI Tunas Harapan di berikan dengan metode kelompok, dengan menggunakan media majalah. Anak jarang diberikan pembelajaran dengan metode yang lebih menarik atau dengan metode permainan, sehingga anak merasa bosan dan kurang tertarik dengan media majalah, banyak anak yang sering tidak mau mengerjakan tugas yang ada di

(21)

Page

26

majalah, dengan hasil banyak anak yang masih kurang paham dalam berhitung: mengurutkan bilangan, mengenal konsep bilangan, mengenal lambang bilangan

Oleh karena itu diperlukan perubahan proses pembelajaran berhitung anak, agar anak tertarik dengan pembelajaran berhitung,maka dari itu peneliti memilih media permainan untuk menyampaikan pelajaran berhitung kepada anak, karena bermain adalah salah satu bentuk media yang dapat menarik anak, selain itu bermain adalah dunia anak yang harus dipenuhi oleh mereka. Dan permainan yang peneliti ambil adalah media permainan ular tangga.

Permainan ular tangga pada dasarnya permainan yang banyak di minat anak dan cukup menarik,dengan kegiatan bermain ular tangga anak akan melakukan proses belajar tampa disadari oleh anak tersebut.dengan bermain anak juga akan merasa senang dan tidak terbebani dengan kegiatan yang sedang dilakukan.

Penelitian ini peneliti memilih permainan ular tangga, karena permainan ini akan membuat anak mampu melakukan proses menganalisa sesuatu, sehingga dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan baik khususnya dalam berhitung awal anak usia dini. Proses menganalisa dari permainan ular tangga biasanya melakukan proses berhitung sederhana.

Kegiatan berhitung anak usia dini yaitu hanya melakukan membilang, mengurutkan dan mengenal lambang bilangan. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dalam kegiatan bermain, saat melakukan kegiatan bermainan tersebut anak akan melakukan proses berhitung.

Ditinjau dari latar belakang masalah dan landasan teori, maka penggunaan permainan ular tangga terhadap kemampuan berhitung awal anak usia dini memiliki pengaruh yang lebih baik.

Untuk lebih jelasnya maka kerangka pikir dalam penelitian ini di gambarkan sebagai berikut:

(22)

Page

27

Gambar 2.3 Kerangka Pikir

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang hendak di buktikan dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Adanya pengaruh signifikan dari penggunaan Media permainan ular tangga terhadap kemampuan berhitung awal anak kelompok A, TK PGRI Tunas Harapan Cijeungjing Ciamis.

b. Adanya pengaruh signifikan anak kelompok A TK PGRI Tunas Harapan terhadap kemampuan berhitung awal

c. Ada interaksi yang signifikan antara berhitung awal dan media

permainan ular tangga pada anak kelompok A TK PGRI Tunas Harapan Cijeungjing – Ciamis.

Anak kelompok A Guru kelas

Belajar berhitung awal

Dengan metode permainan ular tangga

Tampa metode permainan

Kemampuan berhitung awan anak kelompok A

meningkat Kurang berhasil

(23)

Page

Gambar

Gambar 2.1 ular tangga untuk Anak Usia Dini  Kelebihan dan kekurangan bermain ular tangga:
Gambar 2.2 ular tangga yang di buat peneliti
Gambar 2.3 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan adalah suatu usaha yang sistematis dan terorganisir yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan

Nilai ini menunjukkan bahwa kombinasi genotipe C111 dengan C120 untuk menghasilkan F1 yang memiliki jumlah buah terbanyak dibanding dengan genotipe hasil kombinasi tetua yang

[r]

Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui potensi pohon Puspa (Schima wallichii Korth) di plot penelitian di Kebun Raya UNMUL Samarinda (KRUS) dan Mengetahui

Abstrak: Salah satu pilar dalam program pembangunan nasional adalah pengarusutamaan gender, karena hal ini diyakini mampu menciptakan target yang lebih nyata dan jelas

Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pengembalian aset untuk sektor 4 dan sektor 5 adalah berbeda jauh atau dapat dikatakan relatif tidak sama.. Jika melihat hasil

Hasil pengujian pada hipotesis kedua (H2) dapat kita lihat pada tabel path coefficient dengan nilai p values memiliki besaran nilai 0.000, nilai tersebut lebih kecil dari

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana ses eorang melakukan tindakan yang eorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang