Epistylis
Epistylis
sp,
sp,
Nycto
Nyctothe
therr us
us co
corr dif
dif ormi
ormi s
s, Op
, Opali
ali na r
na r anaru
anaru m,
m,
Trypanosoma
Trypanosoma
sp,
sp,
M
M yxob
yxobolu
olus
s koi
koi, M
, M yxos
yxosoma
oma
sp,
sp,
dan
dan
Sarcocystis
Sarcocystis
sp
sp
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas praktikum Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas praktikum
mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan semester
mata kuliah Parasit dan Penyakit Ikan semester genapgenap
Disusun oleh : Disusun oleh : Ayunani
Ayunani Agustina Agustina 230110140023011014009595 Ulfah
Ulfah Maisyaroh Maisyaroh 230110140123011014010505 Rifqi
Rifqi Abdurohman Abdurohman 230110140123011014011414
Kelas : Kelas : Perikanan B / Kelompok 12 Perikanan B / Kelompok 12 UNIVERSITAS PADJADJARAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR JATINANGOR
2016 2016
1. Epistylis sp
Epistylis sp. merupakan protozoa yang hidup berkelompok dan biasanya ditemukan di kulit atau insang. Epistylis sp. adalah protozoa yang bertangkai dan bercabang (Kabata 1985 dalam Mahatma 2012). Klasifikasi Epistylis sp. menurut
Kudo (1977) adalah sebagai berikut : Phylum : Protozoa Gambar 1. Epistylis sp Sumber: Sekhar 2004 Kelas : Ciliata Ordo : Peritricha Famili : Epistylidae Genus : Epistylis Spesies : Epistylis sp
Epistylis sp. hidup dalam bentuk koloni bertangkai yang tidak berkontraktil dan mempunyai makronukleus kecil. Bentuk tubuhnya seperti lonceng namun lebih ramping dan mempunyai cilia pada membran adoral. Sel mampu berkontraksi. Capsilia kecil berpasangan mengandung benang melingkar. Epistylis sp adalah filter feeder dan merupakan ektoparasit pada udang dan predileksinya pada kulit dan insang (Trimariani 1994).
Gejala klinis yang timbul saat terserang parasit ini adalah penampilan udang vannamei menjadi tidak menarik. Tubuh udang kelihatan seperti berlumut dengan warna kecoklatan yang diakibatkan oleh penempelan parasit ini. Parasit ini juga menyerang insang udang vannamei, sehingga insang berwarna kehitaman
(Barnes 1991). Parasit ini tergolong dalam Hama dan Penyakit Ikan golongan II.
2. Nyctotheru s cor difor mis
Menurut Trimariani (2013), klasifikasi dari Nyctotherus cordiformis adalah sebagai berikut:
Phylum : Protozoa Gambar 2. Epistylis sp Sumber: www.researchgate.net Subfilum : Ciliophora Kelas : Ciliata Ordo : Heterotrichida Famili : Plagiotomidae Genus : Nyctotherus
Parasit ini bersel satu, tubuhnya berbentuk seperti ginjal dengan bagian dorsal yang cembung dan cekung di bagian abdominal (perut). Tubuh Nyctotherus cordiformis bersilia yang digunakan sebagai alat gerak. Pada bagian peritome (mulut) terdapat membrane undulantubuh yang ada zona cilia yang menuju cytostome hingga ke oesophagus. Parasit ini merupakan endoparasit usus dan banyak ditemui pada Rana sp. Inti berbentuk seperti ginjal (Trimariani 2013).
3. Opali na ranarum
Adapun klasifikasi Opalina ranarum menurut Trimariani (2013) adalah sebagai berikut:
Filum : Protozoa
Gambar 3. Opalina ranarum Sumber: www.inds.co.uk
Kelas : Ciliata Ordo : Opalinida Famili : Opalinidae
Genus : Opalina
Spesies : Opalina ranarum
Tubuhnya pipih dan ditutupi silisa, berinti banyak yang letaknya tersebar di seluruh cytoplasma. Tidak mempunyai mulut (cytostome) hingga disebut astomatous protozoa. Hidupnya di usus Amphibia dan ikan sehingga dikenal sebagai endoparasit usus. Membiak secara membelah diri yang kemudian menjadi kista dan dikeluarkan melalui tinja (Trimariani 2013). Gejala klinis khas yang ditimbulkan oleh Opalina ranarum adalah gangguan dalam sistem pencernaan pada bagian rectum. Pada umumnya parasit ini menyerang pada bagian usus
ikan. Opalina ranarum termasuk ke dalam Hama dan Penyakit Ikan.
4. Trypanosoma sp
Adapun klasifikasi Trypanosoma sp. menurut Trimariani (2013) adalah sebagai berikut:
Filum : Protozoa Gambar 4. Trypanosoma sp. Sumber: www.allposters.com Kelas : Flagellata Ordo : Kinetoplastida Famili : Trypanosomatidae Genus : Trypanosoma Spesies : Trypanosoma sp.
Tubuhnya berupa satu sel dan bentuknya memanjang dan mengecil pada kedua ujungnya. Mempunyai flagellum dan membran undulan. Flagellum keluar dari kinetosome yang letaknya dekat ujung posterior tubuh dan letaknya ditepi dari membran undulan. Intinya besar dan bentukna lonjong dan terletak ditengah tubuh. Dekat basal dari flagellum terdapat kinetoplas yang bentuknya bulat atau seperti batang atau pipih. Berkembang biak secara biner dan mempunyai stadia critidia yang terdapat pada tubuh inang perantara. Hidup dalam pembuluh darah sehingga dikenal sebagai parasit darah (Trimariani 2013).
Endoparasit yang ditemukan pada darah ikan lele dumbo budidaya salah satunya adalah Trypanosoma sp. (Alamanda et al. 2006). Aguilar et al. (2005) menemukan tujuh protozoa pada ikan sidat ( Anguilla spp.), yaitu salah satunya Trypanosoma granulosum. Menurut Kordi (2004) ikan yang terserang Trypanosoma sp. menunjukkan gejala-gejala ikan kekurangan oksigen, gerakan ikan sangat lemah, dan kerusakan pada kulit dan perdarahan pada insang. Infeksi berat ditandai ketika ikan menderita anemia, insangnya pucat dan lembam.
Selanjutnya Moller dan Anders (1986) menyebutkan bahwa Trypanosoma sp. menyebabkan menurunnya jumlah eritrosit, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin. Trypanosoma sp. termasuk ke dalam Hama dan Penyakit Ikan golongan II.
5. M yxobolus koi
Adapun klasifikasi Myxobolus koi menurut Trimariani (2013) adalah sebagai berikut: Filum : Protozoa Gambar 4. Trypanosoma sp. Sumber: www.allposters.com Kelas : Myxozoa Ordo : Myxosporida Famili : Myxobolidae
Genus : Myxobolus Gambar 5. Myxobolus koi
Sumber: fishparasite.tokyo.ac.jp
Spesies : Myxobolus koi
Berkembang biak dengan membentuk spora. Spora terdiri atas dua belahan yang bersatu oleh sutur (celah) dan spora terdapat dalam kista yang berupa endoparasit, dan ditemui pada berbagai organ tubuh. Selain sebagai endoparasit juga dapat sebagai ektoparasit jika ditemui pada insang.
Bentuk spora Myxobolus bagian posterior membulat dan melancip dibagian anterior. Katubnya licin dan tonjolan interkapsular tumbuhnya baik. Polar kapsul bentuknya piriform, panjang dan langsing dan menempati 2/3 bagian dan ¾ bagian dari spora. Ukuran spora panjangnya 13.5 – 16.0 um, lebar 7.0 – 9.0 um,
tebal 5.0 – 6.7 um, panjang polar kapsul 7.0 – 9.0 um, panjang filament polar 72.0 um. Sporoplasma mengandung vakuola iodin. Menyerang insang, otot daging, dinding usus, dan lapisan subkutan (Trimariani 2013).
Myxobolus sp. menginfeksi bagian luar tubuh ikan, infeksi besar yang terjadi pada insang menyebabkan occlusion pada sirkulasi branchia, kematian jaringan (necrosis) dan tidak berfungsinya pernafasan. Apabila infeksi terjadi pada organ dalam, seperti hati, ginjal, dan selaput usus cenderung lebih fatal. Selain dapat menyebabkan kematian, Myxobolus koi juga menurunkan nilai ekonomis ikan koi. Penyebaran parasit Myxobolus koi terjadi karena perpindahan parasit dari ikan terinfeksi ke ikan sehat melalui inang perantara pada fase-fase tertentu dari siklus hidup parasit tersebut. Myxobolus koi ditetapkan sebagai hama penyakit ikan karantina (HPIK) kelas 1 sehingga pemusnahan harus dilakukan jika ditemukan (Chotimah 2012).
6. M yxosomasp
Adapun klasifikasi Myxosoma sp. adalah sebagai berikut: Filum : Protozoa Gambar 5. Myxosoma sp. Sumber : www.tiermarkt-4u.de Kelas : Myxozoa Ordo : Myxosporidae Famili : Myxobolidae Genus : Myxosoma Spesies : Myxosoma sp
Spora ini berbentuk lonjong atau oval dan kelihatan mendatar. Ujung anterior memiliki dua kapsul polar (Markecick 1951). Menurut Landsberg (1985) bila dipandang dari depan ujung anterior hampir sama lebarnya dengan ujung posterior. Dinding katup tidak begitu jelas. Memiliki dua kapsulpolar yang berukuran sama, berpasangan berbentk labu, dengan ujung-ujung anerior yang ramping bertemu pada ujung anterior spora. Kapsul polar terletak pada sudut sumbu longitudinal dengan ujung-ujung posterior disebelah luar (Molnar et al. 2002).
Gejala infeksi pada ikan antara lain adanya benjolan pada bagian tubuh luar (bintik) yang berwarna kemerah merahan. Bintik ini sebenarnya berisi ribuan spora yang dapat menyebabkan tutup insang ikan selalu terbuka. Jika bintik ini pecah, maka spora yang ada di dalamnya akan menyebar seperti plankton. Spora
ini berukuran 0,01 – 0,02 mm, sehingga sering tertelan oleh ikan. Pengaruh serangan Myxosoma tergantung pada ketebalan serta lokasi kistanya. Serangan yang berat pada insang menyebabkan gangguan pada sirkulasi pernafasan serta penurunan fungsi organ pernafasan. Sedangkan serangan yang berat pada jaringan bawah kulit dan insang menyebabkan berkurangnya berat badan ikan, gerakan ikan menjadi lambat, warna tubuh menjadi gelap dan system syaraf menjadi lemah. Myxosoma sp. termasuk ke dalam Hama dan Penyakit Ikan golongan II.
7. Sarcocystis sp
Adapun klasifikasi Sarcocystis sp. adalah sebagai berikut: Filum : Protozoa Gambar 6. Sarcocystis sp. Sumber: www.dfg.ca.gov Kelas : Toxoplasmea Ordo : Toxoplasmida Famili : Sarcocystidae Genus : Sarcocystis Spesies : Sarcocystis sp .
Sarcocystis adalah protozoa parasit yang menyebabkan penyakit Sarcocystosis dan tersebar secara meluas di sel otot. Protozoa ini membuat kista dalam urat daging induk semang antara. Spesies Sarcocystis diperkirakan lebih dari 100 spesies. Sarcosystis berkembang biak dengan cara membelah diri kista
terdapat pada otot daging bentuk kista bulat atau lonjong yang biasa disebut miescher tube bentuk Spora Tropozoid seperti pisang (lonjong melengkung) terdapat granula tau butir butir kecil pada spora dan te rdapat inti.
Morfologi Sarcocystis terlihat dalam urat daging melintang sebagai sruktur memanjang, sumbu axis paralel dengan serat urat daging. Biasanya terlihat seperti garis-garis putih kelabu saat pemeriksaan postmortem. Ukurannya beragam tergantung dari spesies dan stadium perkembangannya. Di dalam dinding kista terdapat organisme dalam bentuk septa beruang-ruang, jika masak maka berisi ribuan trofozoit atau spora berbentuk pisang. Trofozoit berukuran dengan panjang 10-15 mikron dan lebar 4-9 mikron yang dikenal dengan bradyzoit atau “Rainey’s corpuscles” (Tampubolon 2004). Sarcocystis sp. termasuk ke dalam Hama dan Penyakit Ikan golongan II.
DAFTAR PUSTAKA
Aguilar A, Alvarez F, Le ro J , Sanmartın L. 2005. Parasite populations of the European eel (Anguilla anguilla L.) in the river Ulla and Tea (Galicia, Northwest Spain). Aquaculture. 249(1-4): 85-94.
Alamanda, I.E., Handajani, N.S., Budiharjo, A. 2007. Penggunaan Metode Hematologi dan Pengamatan Endoparasit Darah untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen Boyolali. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Arios YP. 2008. Identifikasi cacing parasit pada insang ikan mas (Cyprinus carpio) (Skripsi). Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Barnes, R. D. 1963. Invertebrate’s zoology. W. B. Sounders Company. Tokyo.
Chotimah, dkk. 2012. Isolasi Identifikasi dan Karakterisasi Glikoprotein Permukaan Myxobolus koi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Kabata. 1985. Parasites and Disease of Fish Cultured In The Tropics. Taylor and Francis, London, page 109-114
Kudo, R. R. 1977. Fifth Edition Protozoology. Charles Thomas Publisher. USA. Lom, J. and I. Dykova. 1992. Protozoan Parasites of Fishes. Developments in Aquaculture and Fisheries Science, Vol. 26. Elsevier. 315 pp
Trimariani, Agnes. 2013. Petunjuk Praktikum Parasitologi Ikan. Sumedang: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.