• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modernisasi Pendidikan Islam di Kota Padangsidimpuan Muhammada Amin Hasibuan, M.A. Stai Pertinu Padangsidimpuan. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modernisasi Pendidikan Islam di Kota Padangsidimpuan Muhammada Amin Hasibuan, M.A. Stai Pertinu Padangsidimpuan. Abstrak"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

599

Abstrak

Perubahan pelaksanaan pendidikan Islam di kota Padangsidimpuan memerlukan modernisasi. Di dalam karya tulis ini penulis memaparkan tentang kondisi pelaksanaan pendidikan Islam di kota Padangsidimpuan. Adapun permasalahan yang dikupas dalam kertas kerja ini adalah Pelaksanaan pendidikan Islam di kota Padangsidimpuan masih terlalu teoritis dan boleh dikatakan belum mampu mewarnai perilaku masyarakat kota padangsidimpuan, kuhususnya kaula muda. Menurut pantauan penulis generasi muda kota Padangsidimpuan masih terpengaruh oleh budya-budaya yang tidak sesuai dengan pendidikan Islam, padahal kita ketahui para siswa di sekolah mulai dari Paud, TK, hingga ke tingkat SMA sederajat selalu mengikuti mata pelajaran pendidikan Islam di sekolah minimal dua kali pertemuan setiap minggu. Melalui paper ini penulis inginmembahas apakah yang salah dengan pelaksanaan pendidikan di kota Padangsidimpuan. Dan berdasarkan pantauan dan analisa sementara penulis berpendapat bahwa pelaksanaan pendidikan Islam perlu di modernisasi dan direlevansikan dengan modernisasi kehidupan dengan tetap tidak menyimpang dengan sayriat Islam dan tujuan utama pelaksanaan Pendidikan Islam.

Kata Kunci: Pendidikan Islam, Kebudayaan, Perubahan, dan Modernisasi budaya.

I. Pendahuluan A. Latar Belakang

Masayarakat kota Padangsidimpuan adalah masyarakat yang memiliki multi kultur, karena penduduknya merupakan kumpulan dari berbagai etnis atau suku dan megimani berbagai agama dimanan sebahagian besar menganut agam Islam.. Namun masayarakat kota padang sidimpuan memiliki solidaritas yang tinggi terhadap perbedaan agama yang di anut masing-masing penduduknya, akibatnya masyrakat kota Padangsidimpuan cendrung sering berperilaku berdasar budaya kedaerahan dari pada berdasar budaya keagamaan. Hal ini dapat kita lihat ketika masayarakat penganut Islam melaksanakan berpuasa pada bulan Ramadan, sering diwarnai dengan adanya kegiatan mandi dan bertamasya ramami ramai, misalnya kepantai atau ke sungai dengan sebutan “ marpangir” Dan begitu juga sebahagian masarakat melakukan pemasangan lilin, kembang api, bahkan mercun api pada menjelang berakhirnya puasa, dimana hal ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Berdasarkan hal di atas menunjukkan pelaksanaan pendidikan Islam masih gagal. Padahal pendidikan Islam adalah merupakan pelestarian budaya Islami dan menjadi bagian terpenting dari kajian dan sekaligus tujuan pelaksanaan pendidikan Islam.

Masalah lainnya adalah sebagai dampak negative dari hasil modernisasi atau berupa perkembangan teknologi dan informasi secara on line, masayarakat kota padangsidimpuan juga telah memiliki budaya yang baru, sebagai subjek dan sekaligus objek penerima modernisasi di maksud di atas. Dengan perubahan tersebut hampir seluruh masyarakat memiliki jaringan internet lewat HP yang dimilikinya. Seterusnya dengan menggunakan jaringan Internet masarakat juga dengan mudah dan bebas mengakses berbagai hal atau informasi yang belum tentu sesuai dengan syariat agama yang di anutnya yaitu Islam. Misalnya maraknya tindakan kebohongan lewat Hp, dan Chatting lewat internet, dan bahkan penulis yakin jaringan internet menjadi jalan yang lebar menuju keneraka well jika para intelektual atau cendikiawan Islam tidak segera memodernisasi elaksanaan pendidikan Islam khususnya di kota Padangsidimpuan.

Pendidikan adalah islitilah yang selalu menekankan sesuatu berdasarkan makna dan pengertian, watak, dan hubungan antara aspek-aspek wujud sebagai sebahagian dari kandungan falsafahnya. selanjutnya dalam menggariskan dasar pendidikan ini, tujuan , perencanaan, kurikilum dan sebagainya harus berpedoman kepada kandungan falsafah tersebut. Pendidikan secara hakiki atau filosofi bertujuan untuk mewujudkan masyarakat manusia yang damai dan sejahtera,

Modernisasi Pendidikan Islam di Kota Padangsidimpuan Muhammada Amin Hasibuan, M.A.

(2)

600

bermoral.demikian juga pendidikan Islam juga bertujuan untuk membentuk masayarakat yang damai sejahtera, bermoral, ber Iman dan bertaqwa, sehingga mampu menjadikhalipah di muka bumi.

Pendidikan yang baik memandang dan membahas tentang berbagai ilmu kemanusiaan, sains , alam semesta dan keterkaitan diantaranya, menjadi suatu bahan kajian yang harus dimuat dalam kurikulum dan silabus, serta pelaksanaan proses pembelajaran.Dalam pelaksanaan pendidikan, pendidik dan peserta didik harus memiliki persepsi bahwa pendidikan sebagai suatu proses pertumbuhan membentuk pengalaman dan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku individu dan kelompok .Seterusnya perubahan ini akan berhasil melalui interaksi dengan lingkungan atau alam sekitar.

Di sisilain Institusi dan perguruan tinggi Islam adalah merupakan perusahaan yang memproduksi sarjana, cendikiawan, pemikir atau tokoh yang mampu membendung dampak negative modernisasi kehidupan saat ini dan saat yang akan dating. Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan pada institusi dan perguruan tinggi Islam harus mampu mengikuti atau mendampingi serta merelevansikan kebutuhan dalam mengakumulasi modrnisasi kehidupan, kerkembangan dan perubahan modernisasi masyarakat. Sebab pendidikan adalah satu-satunya usaha untuk melestarikan kehidupan yang bermoral, berkepribadian, cerdas dan berketerampilan yang dibutuh untuk mengharuhi hidup beragama, berkeluarga, masayarakat dan Negara. Dengan demikian pendidikan juga merupakan pelestarian kebudayaan atau sosial budaya.sebab didalam Agama ada sosial budaya atau kebudayaan.

Membahas sosial budaya berarti membahas tentang komunitas sosial dan perangkat , norma, nilai, hukum, aturan, adat, kebiasaan dan kaitannya satu sama lain demi terwujudnya hidup yang damai diantar per individu dan perkelompok. Suatu sosial budaya yang dianut oleh suatu masyarakat adalah sesuai dengan filosopi yang dianut masyarakat tsb., dan sosial budaya harus diregenerasikan atau harus dilestarikan, sehingga harus diwariskan pada generasi yang akan dating. Sosial budaya yang dianut menjadi karakteristik masyarakat yang memegang budaya tsb.

Pelestarian sosial budaya adalah hal penting, hanya dapat dilaksanakan melalui pendidikan, oleh karena itu pendidikan berkewajiban melestarikan sosial budaya, melalui visi dan misi pendidikan yang dilaksanakn. Sebgai contoh dengan memasukkan sosial budya kedalam kajian kurikulum secara nyata maupun tersembunyi sebagaimana esensi pendidikan untuk mensejahterakan ummat manusia. Dengan kata lain hubungan pendidikan dengan sosial budya tidak bisa terpisahkan, sangat erat kajiannya, karena tujuan sosial budaya juga salh satu menjadi tujuan pendidikan. Sosial budaya adalah adat, kebiasaan, norma dan nilai luhur yang dianut dan diyakini oleh suatu masyrakan dan menjadi dasar pundamental dalam tiap actifitas kehidupan masyarakat yang memiliki sosial budaya dimaksud.

Selanjutnya, pendidikan adalah determinan dalm pencapaian efektifitas vertical dan horizontal masyarakat serta membentuk kontruksi sosial baru. Kontruksi sosial baru ini akan mementuk budaya baru, Jika konstruksi sosial itu terdiri dari masyarakat terdidik, maka sosial budaya yang terbentuk adalah budaya terdidik dan selanjutnya budaya terdidi ini menjadi pengikat dan perekat bagi tiap-tiap unit sosial: keluarga, komunitas, organisasi sosial dan masyarakatnya.

Pendidikan nasional adalah paya seluruh kemampuan bangsa, merupakan kesatuan utuh dan terpadu dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang kompeten, terampil, cerdas, berakhlak mulia, mandiri dan berfikir modern dapat mengikuti perkembangan zaman.

Pembangunan pendidikan adalah bagian penting untuk mewujudkan masyarakat yang bermartabat, berbudaya, pada taraf nasional dan internasional, maka pembangunan pendidikan adalah merupakan inpestasi yang multi dimensial dan meliptuti sosial budaya, ekonomi dan politik. Dalam perspektif sosial budaya, pembangunan pendidikan diharapkan dapat memproduksi kaum terpelajar, terdidikdan terampil pelaku proses transformasi sosial didalam masyarakat.

Pendidikan adalah medium dalam mewariskan norma, mensosialisasikan nilai, dan menanamkan dan mengembangkan atau membudayakan etos kerja. Pendidikan berfungsi sebagai instrument dalam memupuk kepribadian bangsa, identitas nasional dan budaya nasional, oleh karena itu pembangunan pendidikan merupakan upaya pelestarian sosial budaya nasional. dan seterusnya dengan kondisi dan keberadan serta fungsi pendidikan maka pelaksanaan pnedidikan harus tetap dimodernisasi khususnya dalam pendekatan, model strtegi meode dan tehnik.

(3)

601

i. Pendidikan Islam adalah Pembudayaan Masyarakat Islami

Sebagai mana telah disebutkan di atas, pendidikan pada hakikatnya adalah upaya manusia untuk mensejahterakan hidup manusia dalam seluruh aspek kehidupan, salah satu diantaranya adalah aspek sosial budaya. Pendidikan berfungsi sebagai media untuk mewariskan budaya kepada generasi komunitas manusia muda, agar budaya itu tidak hilang sehingga budaya itu hidup dan berregenerasi. Untuk meningkatkan harkat kepribadian individu, sehingga menjadi manusia yang cerdas dan melimpahkan sosial budaya orang dewasa kepada yang lebih muda maka konsep pendidikan secara praktis membutuhkan jalinan pemikiran teoretik – filsafat dan ilmiah – empiric secara proporsional dan komplementer , dan secara makro ada dua segi normative pendidikan yang saling melengkapi yakni:

a. Segi pengembangan individual manusia bagi terwujudnya kontribusi individu menuju perubahan sosial

b. Segi pelimpahan dan atau transmisi harta/nilai sosio budaya bagi terwujudnya stabilitas dan tertib sosial.

Apa Esensi Pendidikan?

Pertanyaan ini dapat dijawab dengan berpangkal pada gejala pendidikan sebagai fenomena mendidik-dan- terdidiksecara empiric. Pendidikan mencakup mendidik mengajar dalm bentuk mikro lingkungan interaksi tatap muka tertentu antara orang-orang yang mempunyai kualitas relasi pribadi antara pendidik dan peserta didik.

Adapun upaya pendidikan sebagai gejala perilaku dan upaya manusia, diatas perilaku-perilaku individual-sosial memenuhi kebutuhan dasar primer (survival) , bertahan hidup dan berupaya untuk meningkatkan kehidupan agar lebih bermankna dan bernilai. Pendidikan dimulai dari keluarga atas anak (infant) yang beum mandiridan diperluas ke lingkungan tetangga, komunitas sekitar , lembaga pra sekolah, persekolahan formal dan non formal.

Disisi lain pelaksanaan pendidikan suatu Negara didasarkan pada filsapat yang dianut Negara tersebut, sosial budaya Negara tersebut secara tidak langsung juga diwanai filsafat yang dianut Negara itu. Separti di NKRI, filsafat Negara kita adalah filsafat Pancasil, pelaksanaan pendidikan didasarkan pada filsafat Pancasila, sosial budayanasional kita juag sosial budaya Pancasila, meliputi: azas mufakat, kerjasama dan gotong royong .

Warga masyarakat nasional Negara kita didik untuk dapat mewarisi nilai-nilai luhur Pancasila, dan nilai moral Pancasila ini mewarnai karakter warga dan Bangsa Indonesia secara nasional, karena sebagaimana disebutkan diatas sosial budaya itu meliputi nilai-nilai luhur dannilai norma, atau moral yang berlaku pada suatu komunitas sosial secara umum.

ii. Pendidikan adalah pelestarian: Etika, Norma,Moral, Nilai

Dalam istilah sehari-hari keempat istilah tersebut diatas sering disamakan makna dan penggunaananya oleh masyrakat awam, mereka menggaggap istilah itu bersinonym, dan memang secara filsafat moralitas diartikan sebagai perilaku manusia dan norma-norma yang dipegang dan berlaku pada masyrakat yang mendasarinya. Menurut Sastrapratedja (2001) menjelaskan etika adalah “etos”„, dan berasal dari bahasa Yunani, memiliki arti: adat, kebiasaan, peraturan tingkah laku, moralitas. Dalam berbagai situasi peranan sosial budaya sama dengan peranan etika, moral, nilai dan norma.

Berbens (1999) menyatakan etika adalah seperangkat nilai atau norma yang menjadi pegangan hidup ssorang dan sekelompok orang dalam bertingkah laku, kumpulan prinsip nilai dan nilai moral, ilmu tentang yang baik dan yang buruk yang berlaku pada suatu komunitas sosial. Moralitas adalah segala sesuatu yang terkait dengan sosial budaya manusia dalamsuatu komunitas sosial.

Moralitas merupakan system nilai bagaimana seseorang seharusnya hidup, baik dan sejahtera, bermartabat, sebagaimana pelaksanaan tujuan pendidikan. Moralitas dapat ditemukan dalam aturan atau tatanan hidup bermasyarakat dan berwujud berupa kebiasaan, tradisi, petuah, hokum, adat, kebiasaan, dll yang menjadi nilai fundamental hidup suatu masyarakat sosial.

Norma adalah aturan, patokan, ukuran, atau kaidah atas baik buruknya, boleh tidaknya suatu perilaku manusia dalam suatu masyarakat sosial secara umum. Magnis Suseno ( 1987)

(4)

602

menyatakan norma terbagi dua, yakni norma umum dan norma khusus; norma umum mencakup norma moral dan norma hokum, dan norma khusus mencakup norma sopan santun berlaku secara khusus: pada orang tertententu, situasi dan waktu tertententu, norma ini umumnya tidak tertulis, tetapi mengikat, jika dilanggar akan menjadi celaan bagi orang yangmelanggarnya.

Nilai artinya berguna, mampu, berdaya, berlaku, atau segala sesuatu yang dipandang baik atau bermamfaat. Nilai adalah kuaitas sesuatu hal yang menjadikan seasuatu itu dhargai, sehingga orang yang melakukan sesuatu yang bernilai , orang tersebut menjadi sejahtera dan bermartabat.

Eka Darmaputera (1987: 65) nilai adalah sesuatu yangmemberi makna pada hidup, nilai adalh sesuatu yang dijunjung tinggi dan mewarnai jiwa dan setiap tindakan seseorang, sehingga cendrung menjadi keyakinan, membentuk dan mendasari pola fikir orang atau mayarakat yang menganut nilai tersebut.

Pada kesempatan lain Hall, et. al., (1982) menyatakan “ Values are both general and more central to my personality than are my attitudes. A value is an enduring preference for a mode of conduct (e. g, homesty) or state of exsistence(e.g, inner pence). A person‟s values cluster together to form a value system, that is an organization of values in terms their relative importance.” Berdasarkan penjelasan ini dapat diketahui bahwa nilai adalah patokan dasar yang fundamental yang berlaku pada diri pribadi, masyarakat sosial yang mengikat satu danyang lainnya dalam hidup bersama untuk hidup damai, sejahtera dan bermartabat.

Sehubungan dengan makna dan arti nilai diatas dalam keberlangsungan kejahteraan hidup masayarakat, tentu nilai danmoral itu harus dilestarikan dan di regenerasikan pada generasi- genrasi yang akan dating agar nilai dan moral itu tetap hidup dan lestari atu tidak hapus atau hilan. Sehubungan dengan itu untuk meregenerasikan sosial budaya yang meliputi nilai dan moral tersebut diatas media atau medium yang tepat adalah pendidikan.

Adapun pendidikan nilai menurut Thapat(2006) adalah “ Value education is education in Values and Educations toward the inculculation of values.” Menurut pendapat ini pendidika nilai adalah pendidikan yang bertujuan untuk mengarahkan dan mengembang nilai pada pesertadidiknya. Hill (1991) menjelaskan “ values education should seek, as a minimum specification:

1) To enable students: (a) to acquire a representative knowledge base concerning the value traditons which have helped to form contemporary culture,(b) to enter with emphaty into perceptions and feelings of people who have been strongly commited to these traditions, (c) to develop skills of critical and appreciate vaues appraisal, (d) to develop and put into practice the skill of decision making and value negotiation,

2) It should be encourage them to develop a concern for the community and the care of its members.

Dengan penjelas ini Hill menandaskan bahwa pendidikan nilai harus mampu membuat peserta didik manguasai pengetahuan yang berakar pada nilai-nilai tradisional yang mampu menolong menghadapi niali-nilai modern, berempati dengan persepsi dan persaan atau sikap seorang peserta didik dalam mengembangkan keterampilan dan memiliki komitmen yang utuh pada masyarakat dan negaranya. Pendidikan nilai dapat mengantar peserta didik untuk mengenali, memgembangkan dan memasuki kehidupan berbdaya.

Thomas Lickona (1992) menghubungkan pengetahuan nilai/ moral, sikap nilai/moral dan tindakan nilai/moral dengan pendidikan, pendidikan nilai / moral akan menghasilkan karakter peserta didik. Suatu generanrasi yang diberikan pendidikan nilai moral yang baik generasi tersebut akan menjadi generasi yang bermoral dimasa dating.

Selanjutnya dalam padangan Lickona(1992) pendidikan nilai /moral memiliki tiga component karakter yang baik yakni: pengetahuan tentang moral (moral knowing), perasaan tentang moral ( feeling moral), dan tindakan bermoral ( action moral). Menurut beliau ketiga komponen ini menjadi indikator dalam penilaian seseorang bermoral atau tidak. Noto nagoro ( 1967) mengelompokkan nilai menjadi tiga, yaitu: nilai materil, nilai vital, dan nilai kerohanian. a. Nilai Materiil, meliputi nilai yang berhubungan dengan jasmani manusia.

b. Nilai Vital, meliputi seluruh nilai-nilai yang bergunabagi manusia untuk melaksanakan aktivitas secara baik dan benar.

(5)

603

Pendidikan

Islam

Kurikulum

Materi

Karakter

Kebudayan: Pengetahuan,

moral

Tindakan bermoral

Sikap pribadi/keluarga

masyarakat bermoral

c. Nilai Kerohania, meliputi semua nilai yang menyangkut rohani manusia. Nilai kerohanian ini

terdiri dari Empat macam:

1) Nilai kebenara, bersumber pada akal dan budi manusia. 2) Nilai keindahan, bersumber pada unsure rasa manusia.

3) Nilai kebaikan atau moral bersumber pada unsure kehendak atau keinginan manusia. 4) Nilai relegi, keagamaan,bersumber keyakinan manusia pada Tuhannya.

iii. Hubungan Pendidikan dengan Sikap, Nilai dan Perilaku

Sikap menurut kamus bahasa Indonesia artinya adalah cara duduk atau berdiri yang baik, pendirian, pendirian hidup yang didasrkan pada pandangan hidp (fisafat yang dianut). Banyak para ahli yang memberikan pendapat tentang sikap, baik dalam konteks nasional beitu juga dalam daraf Internasional, misalnya: Gagne (1977) merumuskan sikap ssbb: “ we define attitude as an internal state that influences (moderates) the choices of personal action made by the individual. Attitudes are generally considered to have affective (emotional) components, cognitive aspects, and behavioral consequences”. Menurut beliau sikap adalah keadaan batiniah seseorang, dan dapat mempengeruhi dirinya dalam menentukan pilihan-pilihan tindakan diri pribadinya. Sikap ini secara umum erat kaitannya pada ranah kognutif dan ranah afektif seseorang sehingga mewarnai tingkah laku seseorang

Pada kesempatan lain Trow ( 2007) memberi pendapat tentang sikap yakni kesiapan mental dan emosiaonal dalam menentukan suatu tindakan yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisinya. Pendapat ini didukung para ahli linnya, Djaali dan Alport, mereka menyatakan sikap adalah suatu kesiapan mental dan syraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu. Berdasarkan defenisi para ahli diatas dapat dirumuskan hubungan Pendidikan dengan nilai sikap dan tinglaku, sbb:

Skema ini menjelaskan untuk mewujudkan masyrakat bermoral haruslah melalui pendiidkan, pendidikan dengan kurikulum yang bedasarkan karakter atau moral akan memproduk manusia-manusia bermoral yang mncakup dalam tiga komponen: pengetahuan, perasaan dan tindakan.

iv. Komformitas Adalah Dampak Pelaksanaan Pendidikan.

Pelaksanaan pendidikan merupakan perwujudan hubungan atau interaksi antara pendidik dan peserta didik dengan menggunakan media dan medium proses pembelajaran. Komformitas merupakan pengaruh sosial dalam bentuk penyamaan pendapat atau pola tingkah laku seseorang terhadap orang lain yang mempengaruhinya. Dalam hubungan pendidikan, komformitas terjadi pada peserta didik sebagai pengaruh hasil pemndidikan melalui proses pembelajaran.

Peristiwa pendidikan penuh dengan peristiwa komformitas. Yakni komformitas peserta didik terhadap pendidik/ guru. Sebagaimana makna “ guru” adalah yang harus di “gugu” atau “ditiru”, guru adalah panutan. Mengacu pada proses, tujuan dan isi, pendidikan tidak terlepas dari komformitas.

Para ahli psikologi sosial membagi tingkatan komformitas: type A komformitas membabi buta, type B komformitas identifikasi, type C komformitas internaslisasi. Masing-masing type komformitas ini memiliki sfat dan karakteristik yang berbeda.

(6)

604

Komformitas ini biasanya bersifat vulgar, tradisional dan primitive. Komformitas ini diwarnai sikap dictator, maksudnya meniru, atau mengikuti apa yang menjadi kemauan orang lain tampa didasari pemahaman, pengenalan, pemikiran atau perasaan serta keahlian khusus berupa penghayatan atas apa yang ditiru dari orang yang mempengaruhi secara utuh tampa seleksi. Komformitas ini juga disertai rasa takut oleh sanksi yang diancam terhadap orang yang melanggar atau tidak mau berkomformitas, disisilain komformitas ini didasari harapan imbalan atas komformitas yang dilakukan. Rasa takut dan harapan akan imbalan adalah dua sisi yang yang sangat erat kaitannya dalam komformitas ini.

Dalam komformitas type ini, antara pihak yang dipengaruhi dan yang mempengaruhi jika dianalogikan ke ranah pendidikan adalah antra peserta didik dan pendidik terpancang wewenang dan kekuasaan. Kekuasaan ini menjadi sumber komformitas yang baik. Dan menjadi mwedia dalam wewenang memberikan sanksi kepada pelanggar komformitas. Misalnya guru member komformitas yang harus dipatuhi peserta didik, jika tidak guru member sanksi berupa hukuman, atau tidak diluluskan nilai, sehingga siswa merasa takut, maka siswa melakkukan komformitas karena takut, atau demi memperoleh nilai yang bagus komformitas dilakuka, kepatuhan dan disiplin terhadap guru akan terjadi pada diri siswa . Jika hal ini dilakukan berkelanjutan, dan terus menerus, anak didik lama kelamaan akan memiliki sosial budaya yang patuh dan disiplin, khususnya pada guru.

2. Komformitas Identifkasi

Komformitas identifikasi ini lebih maju dari komformitas type A, dimana komformitas ini terbebas dari rasa takut ancaman sanksi. Komformitas ini tidak didasrkan pada kekuatan atau kekuasaan yang memaksa untuk adanya persetujuan atau penerimaan dari yang terpengaruhi/peniru. Kekuasaan dalam hal ini digantikan karisma yang terpencar dari seorang peminpin atau komandan, yang lebih tinggi kedudukannya. Karisma didasri oleh rasa kepercayaan dan rasa hormat, menerima secara suka rela, tidak dengan rasa terpaksa dan tidak karena mengharapkan suatu imbalan, tetapi lebih berorientasi pada sikap dan rasa senang.

Komformitas ini sang peminpin adalah idola, jika dianalogikan kependidikan, dalam hal ini, peserta didik patuh dan setia pada guru, karena dia merasa guru itu berkarisma, dan disenanginya, baik perlakuan maupun method yang digunakan. Komformitasnya beralasan logis, dapat diterima akal untuk melakukan komformitas ini. Jika komforrmitas ini dilakukan berkesinambung peserta didik akan memiliki rasa hormat, penghargaan dan kepatuhan kepada gurunya, dan lama kelamaan ini rasa hormat dan penghargaan ini juga mendadi sosial budaya bagi peserta didiknya.

3. Komformitas Internalisasi

Komformitas Internalisasi ini didasarkan pada pertimbangan yang rasional, sebelum seseorang mau melakukan komformitas tau menolak komformitas. Pada komformitas ini seorang pelaksana komformitas memiliki kebebasan untuk memilih aspek mana yang harus dikomformitas, bahkan untuk menolak komformitas secara utuh, dengan pertimbangan rasio, wawasan dan pengetahuan, pengalaman serta ilmunya.

Komformitas ini memungkinkan kekuatan pertimbangan manusiawi, yakni pikiran, perasaan, pengalaman, hati nurani dan semangat untuk menetukan pilihan-pilihan dalam bersikap dan bertingkah laku yang hendak diposisikan dalam komformitas ini. Pihak atau orang yang melakukan komfor mitas internalisasiini benar- benar memahami dan meyakini tingkat kebenaran atas hal-hal yang layak dikomformitas.

Komformitas internalisasi dianggap sebagai tingkat yang paling tinggi dalam hubungan pengaruh mempengaruhi, didalmnya terdapat aktualisasi aspek-aspek kedirian manusia yang paling dalam, dengan kebebasan ini kehadiran seseorang dihargai sepenuhnya karena dasr pemikiran kemampuan pribadi yang milikinya, dan akhirnya keberterimaan menjelma menjadi komformitas internalisasi.

v. Modernisasi Pendidikan Islam

Modernisasi berasal dari kata “modern”, yaitu sesuai dengan zaman. Untuk mencapai hidup modern, orang tersebut harus memiliki intelektual yang baik. menurut inkeles seorang guru besar sosiologi Universitas Harvard, berpendapat bahwa cirri-ciri manusia modern adalah” 1) manusia modern harus tetap siap menerima pembaharuan, innovasi dan perubahan, dari kehidupan tradisional menuju modrnisasi. 2) manusia modern mampu menjawab tantangan, permasalahan, atau berbagai issu yang selalu muncul pada tiap decade kehidupan.3) manusia modern memiliki sikap perilaku yang

(7)

605

demokratis dan berorientasi pada lebih memproritaskan kepentingan orang banyak dari pada kepentingan dirinya sendiri. 4) manusia modern memiliki pemikiran yang orientasi kepada penanganan masalah sekarang dan kehidupan masa depan, dengan tidak mengabaikan masa sebelumnya. 5) manusia modern berorientasi kepada dan terlibat dalam perencanaan (Planning) serta pengorganisasian, dan mempercayai planning tersebut menjadi pedoman dalam mengatur kehidupannya. 6) manusia modrn percaya bahwa ia dapat belajar sampai tingkat yang jauh untuk menguasai lingkungannya, 7) manusia modern mempunyai kepercayaan, bahwa dunia ini dapat diperhitugnkan, dan masing-masing unsure memiliki kewajiban dan tanggung jawab, dan kerja keras, kurang menerima kepasrahan, 8) manusia modern memiliki kesadaran terhadap martabat orang lain dan cenderung menunjukkan respek terhadap mereka, 9) manusia modern percaya pada ilmu dan teknologi, 10) manusia modern percaya pada keadilan yang terbagi ( distributive justice).

Sedangkan Dr. Faisal Ismail (1998: 205) manusia modern menurut pandangan Islam adalah: 1) modernisasi adalah suatu usaha secara sadar untuk menyesuaikan diri dengan kontelasi unia, dengan mempergunakan kemajuan ilmiah, material dan mental untuk kebahagiaan hidup dan kehidupan sebagai perorangan, bangsa atau ummat manusia.2) Modernisasi dalam Islam menolak westernisasi yang tidak sesuai dengan syariat Islam. 3) modrnisasi Islam tidak menerima anggapan bahwa paradigma yang menyatakan bahwa indicator manusia modern adalah orang yang memiliki hidup westernisasi. 4) modrnisasi Islam dapat menerima kebudayaaan western selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. 4) islam mendorong ummatnya untuk memiliki sikap dan pola pikir modernisasi dengan tetap berpegang tetguh pada syariat Islam.

Lebih lanjut kehidupan dan kebudayaan yang terwujud adalah sebagai hasil pendendidikan, dan pembudayaan, jika pelaksanaan pendidikan mengalami modernisasi yang sesuai dengan syariat Islam, maka kebudayaaan yang terwujud juga adalah kebudayaan yang modern sesuai dengan syariat Islam. Masyarakat muslim Indonesia khususnya masyarakat muslim kota Padangsidimpuan diharapkan dapat memodrnisasi pelaksanaan pendidikan yang ada sekarang ini agar masayarakat muslim kota Padangsidimpuan tetap eksis dalam mempertahakan pelaksanaan keidupan dan kebudayaan yang Islami. Kita harus meyakini bahwa pendidika Islam adalah usahasadra dan terecana untuk mengatasi seluruh permasalahan kehidupan dari dunia hingga akhirat di akhir zaman.

vi. Prinsip-Prinsip Yang Menjadi Dasar Pandangan Islam Terhadap Manusia

Falsafah pendidikan Islam memiliki penentuan sikap dan tanggapan tentang manusia Hal ini merupakan komponen yang amat penting dan vital, karena manusia adalah unsur terpenting dalam tiap proses mendidik dan pendidikan. Dari sudut falsafah pendidikan Islam pada hakekatnya pendidikan adalah usaha yang dfokuskan dalam menolong manusia untuk mengetahui serta memahami serta menemukan rahasia alam dalam menumbuh kembangkan minat bakat kemampuan dan mengarahkan dan meminpinnya demi kebaikan dan keselamatan hidupnya secara pribadi maupun bermasyarakat,Ssecara singkat padangan falsafah ini, memiliki arti penidikan dilaksanakan adalah semata-mata untuk kemaslahatan manusia, sehingga jika manusianya perindividu baik, insya allah masyarakatnya akan baik, begitu juga dengan alam lingkungannya baik dan selamat. Pendidikan Islam memandang dan memegang prnisip antaralain:

1) Kepercayaan Bahwa Manusia ialah makhluk yang termulia di dalam jaga raya 2) Kepercayaan akan kemuliaan Manusia

3) Kepercayaan bahwa Manusia itu Hewan yang berfikir

4) Kepercayaan Manusia mempunyai Tiga Dimensi: Badan,Akal dan ruh.

5) Kepercayaan bahwa manusia dalam pertumbuhannya Terpengaruh oleh factor-faktor Warisan dan Alam Lingkungan

6) Kepercayaan bahwa Manusia Mempunyai Motivasi dan Kebutuhan. 7) Kepercayaan bahwa ada perbedaan Perseorangan diantara Manusia.

8) Kepercayaan bahwa Manusia Mempunyai Keluwesan sifat dan selaluberubah.

vii. Prinsip- Prinsip yang menjadi dasar Teori Pengetahuan dan Pemikiran Islam 1) Kepercayaan akan pentingnya pengetahuan sebagai tujuan asasi pendidikan.

(8)

606

2) Kepercayaan bahwa Pengetahuan adalah segala yang kita capai dengan panca indra atau akal kita atau kita terima melalui intuisi, atau ilham agamakepercayaan terhadap bertingkatnya itu pada keutamaan dan nilainya.

3) Kepercayaan bahwa pengetahuan manusia mempunyai berbagai sumber.

4) Kepercayaan bahwa pengetahuan manusia itu bertingkat pada keutamaan nilainya 5) Kepercayaan bahwa pengetahuan itu berpisah dari akal yang mengetahuinya

6) Kepercayaan bahwa pengetahuan yang baik adalah pengetahuan yang didalamnya terkandung keyakinan dan kesesuaian dengan agama.

Sebutan manusia, insani atau “Annas” dalam Alqur‟an telah berulang kali bahkan lebih dari 64 kali. dis butkan dengan kata sandang tentu beserta Alif dan Lam. Kecuali pada tempat tertentu dengan menggunakan sebutan “Nakirah”. Yang biasanya mengandung makna hubungan manusia dengan dunia .

viii. Kurikulum Pendidikan Islam 1. Konsep Kurikulum pada pendidikan Islam

- Karakteristik kurikulum Islam

- Prinsip-prinsip dasar kurikulum Islam - Asa dasar kurikulum Islam

- Tujuan kurikulum pendidikan Islam 2. Metode Pembelajaran Pada Pendidikan Islam

- Konsep metode pembelajaran Islam

- Jenis metode pembelajaran dalam pendidikan Islam( metode deduktif, analogy, kulih, cakapan dan diskusi, metode kelompok kecil(Halkah) Cerita, mendengar, membaca, member catatan, Menghafal, berfikir, dan melawat).

1) Prinsip-prinsip umum dasar metode pembelajaran pada pendidikan Islam: a) Perlu mengetahui Motivasi, kebutuhan, dan minat belajar.

b) Perlu mengetahui tujuan belajar c) Tahap kematangan peserta didik

d) Perbedaan-perbedaan individual dikalangan pesertadidik e) Memperhatiakan peluang pengalaman peraktek

f) Memperhatikan kepahaman, integrasi hubungan pengalaman dan kelanjutannya, keaslian, pembaharuan, dan kebebasan berfikir.

g) Perlu menjadikan proses pendidikan itu sebagai pengalaman yang mengembirakan bagi peserta didik.

II. Kesimpulan

Berdasarkan paparan diatas, penulis membuat kesimpulan sbb:

1. Pelaksanaan Pendidikan adalah usaha meregenerasi kebudayaan, artinya Hubungan Sosial budaya atau kebudayaan sangat erat kaitannya dengan pendidikan, dimana tujuan sosial budaya juga merupakan bagian dari tujuan dan konten dalam pelaksanaan pendidikan, yakni untuk menata kehidupan kesejahteraan hidup manusia.

2. Pelaksanaan pendidikan adalah media dan medium yang baik dan tepat dalam memperkenalkan serta melestarikan sosial budaya.

3. Membahas tentangkebudayan atau sosial budaya juga mengkaji: adat kebiasaan, norma, nilai, sikap, tingkah laku atau perlakuan yang bermuara pada karakter masyarakat pemilik sosial budaya tsb.

(9)

607

4. Pelaksanaan pendidikan didasarkan pada seharusnya agama dan falsafah yang dianut, agar regenerasi kebudayaan dan sosial budaya yang sesuai dengan agam dan falsafah yang dinut dapat terlaksana dengan baik .

5. Di Negara kita NKRI, pelaksanaan pendidikan didasarkan pada filsafat Pancasila, dan karakter yang diharapkan terbentuk sebagai pengaruh pelaksanaan pendidikan adalah karakter Pancasila, dan sosial budaya yang berazaskan Pancasila.

Referensi

Faisal Ismail. Paradigma kebudayaan Islam. Studi Kritis dan Refleksi Historis. 1998.Titian Ilahi Press. Yogyakarta

Filsafat Pendidikan Islam

H. Ilyas Yunahar Lc., M.A Kuliah Akhlaq .2001 LPPI, Pustaka Pelajar Opset yokyakart.

Ismail SM, dkk. Paradigma Pendidikan Islam 2001, Pustaka pelajar fakultas tarbiah IAIn Walisongo .Semarang.

Prof. Langgulung Hasan. Pendidikan Islam dan Peralihan Paradigma ,HIZBI Press, Shah Alam, Slangor Darul Ehsan.

Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toury Al Syaibany,alah bahasa Dr. Hasan Langlung. Penerbit Bulan Bintang Jakarta

Prof. Prayitno. Teori dan Praksis Pendidikan

Rahman Aflalur . Muhammad the Educator of Mankind. The Muslim Schools Trut London UU SISDIKNAS no 20 tahun 2003

Referensi

Dokumen terkait