• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan material teknik metalografi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan material teknik metalografi"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I TUJUAN TUJUAN

1.

1. MenMengetagetahui shui strutruktuktur mikr mikro suro suatu latu logaogam.m. 2.

2. Dapat Dapat mengmengenali enali struktstruktur-stur-strukturuktur yr yang ang tampaktampak.. 3.

3. MengeMengetahui ptahui pengaruengaruh komph komposisi terosisi terhadap sthadap strukturuktur mikro sur mikro suatu logatu logam.am. 4.

4. Dapat mDapat melakukelakukan analan analisa terhisa terhadap ladap logam bogam berdasarkerdasarkan strukan struktur mitur mikronykronya.a. 5.

5. MengeMengerti rti kegukegunaan naan metalometalografi grafi dalam dalam analisa analisa logamlogam..

BAB II BAB II TEORI DASAR  TEORI DASAR 

Metalografi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai struktur mikro material Metalografi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai struktur mikro material logam. Kondisi struktur mikro suatu material sangat mempengaruhi sifat-sifat logam. Kondisi struktur mikro suatu material sangat mempengaruhi sifat-sifat mek

mekanianisnysnya. a. DenDengan gan penpengamgamatan atan dan dan anaanalisa lisa mikmikro ro strustruktuktur r dapdapat at dikdiketahetahuiui faktor-faktor yang mempengaruhi sifat suatu material.

faktor-faktor yang mempengaruhi sifat suatu material.

MAT

MATERIAL UJERIAL UJII Ma

Mateteriarial l ujuji i  specimen specimen! ! yanyang g dipdiperluerlukan kan untuntuk uk penpengamgamatan atan metmetalogalografi rafi bisabisa disiapkan dengan berbagai ma"am ukuran. #ntuk meningkatkan efisiensi$ lebih disiapkan dengan berbagai ma"am ukuran. #ntuk meningkatkan efisiensi$ lebih  baik bila

 baik bila spesimen berukuran spesimen berukuran lebih ke"il lebih ke"il namun bisa namun bisa me%akili bagian me%akili bagian yang inginyang ingin diperiksa atau merupakan bagian yang ingin diteliti. &emisahan spesimen bisa diperiksa atau merupakan bagian yang ingin diteliti. &emisahan spesimen bisa di

dilaklakukukan an dedengngan an memengnggugunanakan kan memetotodede-m-metoetode de pepemomototongngan an yayang ng umumumum digunakan$ seperti menggunakan gergaji$ roda abrasif$ atau dengan flame "utting. digunakan$ seperti menggunakan gergaji$ roda abrasif$ atau dengan flame "utting. Di

Diananjujurkrkan an babah%h%a a didilalakukukakan n prprososes es pepemomototongngan an yyanang g mmenenghghasasililkakann deformasi'perubahan struktur yang terendah$ dan dilakukan dengan panas yang deformasi'perubahan struktur yang terendah$ dan dilakukan dengan panas yang minimal. Dalam hal ini$ yang terbaik adalah dengan menggunakan roda abrasif$ minimal. Dalam hal ini$ yang terbaik adalah dengan menggunakan roda abrasif$ dengan pemotongan yang disertai dengan pemberian "a

dengan pemotongan yang disertai dengan pemberian "airan pendingin.iran pendingin.

(ila spesimen memiliki ukuran yang ke"il$ tipis$ atau sulit dipegang$ misalkan plat (ila spesimen memiliki ukuran yang ke"il$ tipis$ atau sulit dipegang$ misalkan plat tip

tipis is atau atau ka%ka%at at berberukuukuran ran ke"ke"il$ il$ makmaka a diadianjunjurkarkan n untuntuk uk melamelakukkukan an proprosesses mounting.

(2)

 Mounting  adalah penggunaan pemegang atau proses pembesaran pemegang spesimen. &emegang biasanya digunakan untuk plat tipis$ dimana beberapa plat ditumpuk sehingga menghasilkan spesimen yang berukuran "ukup besar yang akan mempermudah penanganan. &embesaran spesimen dilakukan dengan menggunakan bahan resin atau  plastic thermosetting . )pesimen di"etakkan dengan bahan ini sehingga memiliki ukuran yang lebih besar. *enis bahan yang digunakan tergantung pada spesimen yang diuji. Plastic thermosetting  tidak "o"ok  untuk material yang rentan terhadap temperatur atau tekanan tinggi$ karena proses  pengerasan plasti" thermosetting memerlukan penekanan yang disertai dengan  pemanasan. +esin memiliki keunggulan karena tidak memerlukan pemanasan atau  penekanan untuk mengeras. Plastic thermosetting yang umum digunakan adalah

(akelite atau ,u"ite$ dimana ,u"ite memiliki %arna transparan.

)etelah spesimen dipotong dan dapta dipegang dengan mudah$ maka dilakukan  penghalusan permukaan. &roses penghalusan permukaan dilakukan dengan menggunakan amplas atau poles. &engamplasan dilakukan dalam dua tahap$ yaitu  pengamplasan kasar grade -32! dan pengamplasan halus grade 4-12!. &engamplasan dilakukan dengan menggunakan air$ untuk men"egah pemanasan$ dan orientasi pengamplasan dirotasi /0 pada tiap kali penggantian amplas$ untuk  mempermudah pengamatan terhadap laju pengamplasan. &engamplasan kasar  dilakukan se"ukupnya sehingga lapisan yang terpengaruh oleh proses pemotongan dapat hilang seluruhnya. gar proses penghalusan bisa menghasilkan permukaan yang baik$ maka perlu diperhatikan lama pengamplasan pada tiap grade dan kualitas amplas yang digunakan. aktu pengamplasan disarankan 2-3 kali %aktu yang diperlukan untuk menghasilkan garis gores yang seragam. &enggunaan amplas baru dengan amplas lama akan berpengaruh terhadap kualitas permukaan dan lama %aktu yang dibutuhkan. al ini karena amplas lama menyebabkan  permukaan spesimen mengalami pengerjaan dingin.

)etelah pengamplasan selesai$ maka dilanjutkan dengan pemolesan. brasif yang digunakan bisa berupa pasta intan$ serbuk Mg$ alumina$ atau )i2. &emolesan dilakukan sampai semua bekas goresan amplas hilang.

(3)

)etelah pemolesan selesai$ maka permukaan spesimen harus dibersihkan dari sisa-sisa sebuk abrasif. al ini bisa dilakukan dengan membilas dengan air atau se"ara ultrasoni". Metode pemolesan$ lama pemolesan$ dan jenis abrasif yang digunakan tergantung pada jenis paduan$ fase paduan tersebut$ dan tingkat kehalusan yang diinginkan. ntan dan alumina digunakan untuk pemolesan a%al$ dan )i2 dan Mg untuk pemolesan terakhir. #ntuk paduan-paduan tertentu$ seringkali proses  pemolesan diselingi dengan pengetsaan. &enyiapan spesimen perlu diperhitungkan

dengan seksama$ karena akan mempengaruhi struktur tampak. )eandainya terjadi keraguan terhadap struktur yang terlihat$ maka dianjurkan untuk melakukan  proses pengamplasan atau pemolesan lagi. Ketidaksempurnaan permukaan akibat goresan-goresan yang tidak hilang akan tampak sangat jelas$ terutama dengan  pembesaran yang tinggi. Kebersihan yang rendah terhadap permukaan spesimen dapat menyebabkan mun"ulnya struktur-struktur semu$ yang merupakan pengotor$  perubahan akibat pemanasan$ atau abrasif yang tersisa.

ETSA

6tsa merupakan larutan kimia yang digunakan untuk memungkinkan pengamatan struktur mikro. 6tsa bekerja dengan tiga "ara yaitu 7

1. Melarutkan lapisan aliran logam yang terbentuk sebagai akibat dari proses  persiapan permukaan spesimen.

2. Membedakan struktur yang terdapat pada logam.

3. Memberikan %arna pada struktur mikro sehingga mempermudah pengenalan dan analisa untuk pengetsaan ber%arna!

6tsa dapat membedakan struktur mikro karena perbedaan komposisi fase atau orientasi kristal sehingga terjadi perbedaan tingkat pelarutan struktur oleh etsa yang digunakan. )truktur yang mudah dilarutkan akan tampak gelap$ karena  permukaannya menjadi tidak rata'kasar.

(4)

menjadi perhatian. #ntuk beberapa paduan seperti paduan tembaga$ terdapat  beberapa ma"am etsa yang memiliki fungsi yang sama. #ntuk hal ini$ dianjurkan untuk menggunakan etsa yang paling mudah dibuat atau disesuaikan dengan etsa yang digunakan oleh gambar referensi. (erikut adalah beberapa etsa yang umum digunakan7

Fe dan Paduan

1. 8ital 7 1 9 5 ml 83 dan /ml ethanol atau methanol /5: atau absolute!. Digunakan pada baja karbon untuk membedakan ferrite dengan pearlite atau "ementite$ membedakan ferrite dengan martensite$ menunjukakan batas butiran ferrite. ,ama pengetsaan 7 "elup selama beberapa detik sampai 1 menit.

2. &i"ral 7 4 g asam pi"ri"$ 1 ml ethanol atau methanol /5: atau absolute!$ dan 4 9 5 tetes 1;: zephiran chloride. <unakan ethanol bila asam mengandung 1: atau lebih air. #ntuk baja karbon yang telah mengalami perlakuan panas$ memberikan resolusi yang lebih baik daripada 8ital untuk struktur halus. Membedakan karbida. =elup selama beberapa detik sampai 1 menit.

3. ,arutan >ilella?s 7 2 ml =l$ 1 g asam pi"ri" dan 1 ml ethanol atau methanol /5: atau absolute!. Menunjukkan batas butiran austenite pada baja hasil  pengerasan'tempering.

Aluminium dan paduannya

1. 6tsa @ 7 1 ml @ 4:! dan 2 ml 2. #ntuk struktur se"ara umum. =elup selama 3-45 detik atau oleskan selama 15 detik. @ melarutkan ka"a.

2. ,arutan Keller?s 7 2 ml @4:!$ 3 ml =l "on".!$ 5 ml 83 "on".!$ 1/ ml 2. =elupkan selama -15 detik$ bilas dalam aliran air$ keringkan dengan udara  panas. *angan bersihkan permukaan dari sisa-sisa etsa.

Tembaga dan paduannya

5 g @e=l3$ 5-3 M, =l$ dan 1 ml ethanol. Menggelapkan fase A dalam kuningan B C A! dan kuningan aluminium. =elup atau oles selama 1 detik

(5)

sampai beberapa menit. Dalam penyiapan etsa$ perlu diperhatikan mengenai  bahaya "airan kimia. al ini penting karena kebanyakan etsa mengandung atau memerlukan "airan kimia berupa asam atau basa konsentrat serta senya%a 9  senya%a yang bera"un. Di%ajibkan untuk memba"a terlebih dahulu keterangan yang terdapat pada botol-botol kimia sehingga bisa menghindari ke"elakaan. &enggunaan etsa harus dilakukan sesuai dengan anjuran yang terdapat bagi tiap  jenis etsa. al yang sama berlaku untuk penyimpanan etsa$ karena ada beberapa

yang tidak stabil untuk disimpan lama atau diperlukan dalam keadaan baru di"ampur.

Strutur mir!

&engamatan struktur mikro dilakukan dengan menggunakan pembesaran yang rendah terlebih dahulu. al ini untuk melihat struktur mikro se"ara luas. (ila kemudian terdapat daerah yang menarik perhatian$ maka dilakukan pengamatan dengan pembesaran yang lebih tinggi. &embesaran a%al umumnya adalah 1 kali. )truktur mikro yang tampak sangat tergantung pada jenis material yang diamati.

Ba"a #arb!n dan Paduan

(aja karbon merupakan logam dengan unsur dasar @e$ dengan paduan karbon tidak lebih dari 2: beratnya. &aduan lainnya yang biasanya diberikan adalah mangan dengan jumlah tidak lebih dari 1:. (aja karbon memiliki struktur berupa ferritepearlite hypoeute"toid! atau pearlite-"ementite hypereute"toid!. #ntuk   baja eute"toid .:!$ strukturnya adalah pearlite. @errite akan tampak sebagai  butiran ber%arna terang$ pearlite sebagai butiran ber%arna gelap$ dan "ementite sebagai butiran terang. #ntuk membedakan ferrite dengan "ementite$ biasanya dilakukan dengan menggunakan pengujian kekerasan. )elain itu ferrite dan "ementite jarang berada dalam struktur yang sama$ ke"uali sebagai pearlite dan  pada baja yang telah mengalami spheroidiing$ dimana "ementite akan berupa  butiran-butiran ke"il yang dibatasi oleh garis hitam.

(6)

#ntuk baja yang telah mengalami pengerasan$ misalnya quenching   atau tempering $ maka sruktur metastabil umumnya tampak seperti martensite dan  bainite. (ila dietsa dengan 8ital atau &i"ral$ maka martensite ber%arna terang dan  bainite "enderung gelap. Eerdapat berbagai jenis martensite dan bainite$ dan terkadang agak sulit untuk dikenali atau dibedakan. Martensite dapat dibedakan dengan ferrite karena ferrite lebih terang dan berupa butiran halus.

&ada baja paduan$ terdapat berbagai Fariasi unsur tambahan yang dapat dipadukan dengan @e. )e"ara umum$ fase yang tampak serupa dengan baja karbon biasa$ namun untuk beberapa paduan$ fase austenite akan tampak. al ini umumya tampak pada baja tahan karat atau baja paduan yang memiliki kadar nikel tinggi.

Tembaga dan Paduannya.

Eembaga ditandai dengan %arnanya yang "enderung kekuningan atau kemerahan$ tergantung paduannya. @ase tembaga umumnya tunggal$ namun ada beberapa  paduan yang memiliki fase ganda BCA!. )truktur paduan fase ganda terdiri dari fase B tembaga! dan eute"ti". &aduan tembaga dengan oksigen menghasilkan struktur yang memiliki dendrite'partikel oksida. #ntuk membedakan antara  paduan tembaga yang berfase tunggal agak sulit. al ini karena semuanya

memiliki fase yang sama$ yaitu fase B.

Aluminium

luminium l! merupakan logam yang memiliki sistem paduan yang luas dengan berbagai jenis paduan. al ini menyulitkan pengenalan dan pembedaan struktur mikro. @ase-fase yang tampak akan sangat bergantung pada jenis paduan yang terdapat dalam logam tersebut. )elain itu$ beberapa fase berada dalam  jumlah yang sangat sedikit sehingga sulit untuk dipisahkan dari fase-fase lainnya. Meskipun demikian$ terdapat beberapa fase yang dapat dengan mudah dikenali. )alah satunya adalah keberadaan silikon )i!. al ini karena silikon memiliki tingkat kelarutan yang rendah dalam aluminium. &aduan aluminium silikon akan terdiri dari silikon primer yang berada dalam matriks eute"ti". &engetsaan dengan

(7)

@ akan menyebabkan matriks eute"ti" memiliki %arna yang lebih terang daripada silikon primer.

Eerdapat pula beberapa fase yang memiliki %arna alami sebelum pengetsaan yang khas. al ini berlaku untuk sili"on$ Mg2)i$ Mg2l3$ dan =ul2. &engamatan dapat dilakukan pada permukaan yang telah dipoles halus dan bersih$ dengan  pembesaran sekitar 5 kali. Dalam menentukan fase 9 fase paduan aluminium$ akan sangat membantu apabila telah diketahui komposisi paduan tersebut terlebih dahulu.

DIA$RAM FASE

Dalam melakukan analisa terhadap strutur mikro suatu logam$ diagram fase merupakan alat bantu yang sangat penting. Diagram fase digunakan untuk  memperkirakan komposisi logam berdasarkan fasenya yang tampak$ atau memperkirakan strukturnya berdasarkan komposisinya yang telah diketahui terlebih dahulu. Diagram fase menunjukkan fase-fase yang mun"ul sebagai akibat dari pendinginan se"ara eGuilibrium$ dan tidak "o"ok untuk digunakan dalam menganalisa logam yang telah mengalami pendinginan yang non-eGuilibrium$ seperti Guen"hing. #ntuk menentukan struktur hasil Guen"hing$ diperlukan diagram E isothermal transformation! atau =E continous transformation!. &erlu diingat bah%%a diagram fase hanya bias digunakan untuk system paduan tertentu saja.

Diagram fase untuk system paduan dua unsur relatif mudah untuk diperoleh dan diterjemahkan. Diagram fase untuk system tiga paduan lebih terbatas dan agak  sulit diinterpretasi.

Hang lebih umum tersedia adalah potongan'irisan dari diagram fase tiga paduan yang menghasilkan diagram fase dengan dua paduan berFariasi tetapi satu paduan tetap.

(8)

<ambar 2.1 Diagram @ase @e 9 @e3"

Dari diagram fase$ dapat diketahui fase logam pada setiap tingkat temperature dan : kadar paduan yang dimiliki. Diagram fase untuk system paduan =u-In dan l-Mn masing-masing ditunjukkan pada gambar 2.2 dan 2.3

(9)

<ambar 2.2 Diagram @ase =u 9 In

<ambar 2.3 Diagram @ase l - Mn

BAB III

ALAT DAN BA%AN

1. Mikroskop opti" tipe 6Jamet #nion 223

2. Kamera 8ikon tipe @L'35 3. Mesin mplas dan kertas

amplas grade 1-12

4. Mesin poles dan serbuk   alumina 3 dan .3m! 5. ,arutan etsa . Mesiun gergaji ;. Mesin bubut . Kikir /. Malam 1. las ka"a

(10)

12. lkohol /:! 13. Kapas 14. )pesimen7 )t 42. )t $ aluminium$ l-12)i"or!$ kuningan$ tembaga &'(

(11)

&)( BAB I*

PROSEDUR PER+OBAAN

1. Menyiapkan spesimen dari lonjoran bahan yang telah disediakan.

2. Melakukan proses fa"ing permukaan yang akan diuji dengan menggunakan mesin bubut. Menggunakan "airan pendingin untuk  men"egah pemanasan setempat.

3. Menghaluskan permukaan tiap spe"imen dengan menggunakan amplas. Mengamplas mulai dari grade 1 sampai dengan grade 12. Melakukan  pengamplasan dengan pendingin berupa air. Menaikkan grade apabila goresan pada permukaan telah seragam. Merotasi orientasi spe"imen pada saat naik grade sehingga proses pengamplasan bias lebih mudah diamati. &engamplasan lebih mudah dilakukan bila menggunakan kertas amplas  baru.

4. Membersihkan permukaan spe"imen engan air dan mengeringkannya. Menghaluskan permukaan yang tergores dengan amplas.

5. Melakukan pemolesan dengan menggunakan alumina berukuran 3 m. Membuat larutan alumina dengan men"ampur serbuk alumina dengan air  dengan perbandingan 173 dalam botol khusus.

. Memutar roda poles lalu membershikan dengan menuangkan air N 1 liter. ,alu memberikan larutan alumina sampai merata. Melakukan pemolesan serupa dengan proses pengamplasan. Melakuka pemolesan sampai goresan amplas hilang.

;. Membersihkan permukaan spe"imen dengan air. Membershikan roda poles dengan "ara yang sama seperti pada langkah 3. Menyiapkan larutan poles dengan alumina .3 m$ lalu memoles permukaan spe"imen sampai  permukaan serupa dengan "ermin. Membersihkan kembali roda poles. . Membersihkan permukaan spe"imen dengan air$ lalu al"ohol$ lalu

(12)

/. Menyiapkan larutan etsa sesuai dengan jenis logam. Menangani larutan kimia berkonsentrasi tinggi dengan hati-hati. Men"ampurkan asam'basa ke air dengan perlahan-lahan.

1. Melakukan proses pengetsaan pada setiap spe"imen sesaui dengan anjuran etsa yang digunakan.

11. Membersihkan permukaan spesimen dari sisa 9 sisa "airan etsa dengan menggunakan air lalu alkohol$ terus mengeringkannya.

12. Menyiapkan mikroskop. Memasang lensa dengan pembesaran 1$ 2$ dan 1 kali. Memasang lensa okuler dengan pembesaran 1 kali. Menyiapkan kamera baterai dan film!.

13. Membentuk OmalamP menjadi bulatan lalu menempelkannya pada alas ka"a.

14. Menempatkan spesimen yang ingin diamati pada malam. Menurunkan alas  pengamatan lalu menempatkannya alas ka"a diatasnya.

15. Memposisikan lensa pembesaran 1 kali diatas tengah-tengah spe"imen lalu tekankan spe"imen pada lensa sehinggan permukaan spe"imen tegak  lurus terhadap datangnya "ahaya.

1. Menyalakan lampu mikroskop dan atur fokus sehingga struktur mikro logam terlihat jelas.

1;. Melakukan pengamatan terhadap struktur mikro pada seluruh penampang spesimen. Melakukan proses pengamplasan$ pemolesan dan pengetsaan apabila pengamatan sulit dilakukan karena permukaan spesimen terlalu kasar.

1. Melakukan pengamatan dengan menggunakan pembesaran yang lebih  besar. Menurunkan alas pengamatan pada saat mengganti lensa  pembesaran$ supaya lensa tidak bertabrakan dengan spesimen.

1/. Melakukan pemotretan pada bagian yang menjadi pengamatan 2. Melakukan pengamatan dan pengambilan foto untuk tiap spesimen.

(13)

21. Mengembalikan lensa mikroskop ke tempatnya semula. &,( BAB *

PEN$OLA%AN DATA &-(

1/. )trukur material )t  yang di amati dengan menggunakan mikroskop dan di foto$ diketahui bah%a pada )t  terdapat ferrite$ pearlite$ batas butir$ dan impurities. 2. pearlite 21. ferrite ..( ./( .0( .'( .)( .,( .-( .1( /2( /&( /.(

33. impurities (atas butir  

34. <ambar 5.1 )truktur material )t  35. 3. 3;. 3. 3/. 4. 41. 42.

(14)

44.

45. )trukur material )t 42 yang di amati dengan menggunakan mikroskop dan di foto$ diketahui bah%a pada )t 42 terdapat ferrite$ pearlite$ batas butir$ dan impurities. 4. pearlite 4;. 4. 4/. 5. 51. 52. 53. 54. 55. 5. 5;.

5. <ambar 5.2 )truktur material )t 42

5/. (atas butir impurities

. ferrite 1. 2. 3. 4. 5. . ;. . /. ;. ;1. ;2.

(15)

;3. )trukur material tembaga yang di amati dengan menggunakan mikroskop dan di foto$ diketahui bah%a pada tembaga terdapat fase B$ fase A$ impurities$ batas butir$ dan "a"attwinning .

;4. ;5. @ase B ;. (atas butir   ;;. ;. ;/. . 1. 2. 3. 4. 5. . ;. . @ase A

/. impurities "a"at t%inning /. <ambar 5.3 )truktur material tembaga

1&( 1.( 1/( 10( 1'( 1)( 1,( 1-( 11( &22(

(16)

12. )trukur material kuningan yang di amati dengan menggunakan mikroskop dan di foto$ diketahui bah%a pada kuningan terdapat fase B$ fase A$ impurities$ dan batas butir.

13. impurities 14. 15. 1. 1;. 1. 1/. 11. 111. 112. 113. 114. 115. 11.

11;. <ambar 5.4 )trukur material kuningan

11. 11/. @aseA fase B 12. 121. 122. 123. 124. 125. 12. 12;. 12. 12/. &/2(

(17)

131. )trukur material aluminium yang di amati dengan menggunakan mikroskop dan di foto$ diketahui bah%a pada aluminium terdapat aluminium$ impurities$ dan batas butir.

132. &//( &/0( &/'( &/)( &/,( &/-( &/1( &02( &0&( &0.( &0/( &00(

145. <ambar 5. 5 )truktur material aluminium

14. impurities 14;. (atas butir    aluminium &0-( &01( BAB *I  ANALISA DATA

15. )etiap material memiliki kadar karbon yang berbeda 9 beda. (egitu  pula dengan st 42 dan st . Material st  memiliki kadar karbon yang lebih tinggi dibandingkan dengan material st 42$ hal ini ditunjukkan dengan adanya  pearlite yang dimiliki oleh st  lebih banyak  dibandingkan dengan st 42. leh karena itu$ )E  memiliki kekerasan yang lebih tinggi dari )E 42.

(18)

dibandingkan dengan kadar tembaga dalam kuningan$ hal ini ditunjukkan dengan adanya fase B yang lebih banyak yang dimiliki oleh tembaga murni dibandingkan fase B yang dimiliki oleh kuningan. leh karena itu$ kuningan lebih keras daripada tembaga dan tembaga memiliki mampu mesin yang lebih baik.

152.

&'/( BAB *II &'0( #ESIMPULAN

155. Metalografi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai struktur  mikro material logam. )truktur mikro pada material dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. )etiap material memiliki struktur mikro yang  berbeda 9 beda. (esi st  dan 42 memiliki ferrite$ pearlite$ batas butir$

dan impurities. Eembaga memilkik fase B$ fase A$ impurities$ batas butir$ dan "a"at twinning . Kuningan memiliki fase B$ fase A$ impurities$ dan  batas butir. luminium memiliki aluminium$ impurities$ dan batas butir. 15. )E  yang memiliki kadar karbon yang lebih banyak sehingga

memiliki kekerasan yang lebih besar dibandingkan dengan )E 42 yang memiliki sedikit karbon. Kuningan lebih keras jika dibandingkan dengan tembaga karena komposisi tembaganya yang lebih sedikit dibandingkan dengan tembaga murni.

&',(

&'-( BAB *III

&'1( JA3ABAN PERTAN4AAN

1. pa pengaruh ukuran butir pada struktur mikro terhadap sifat mekanismeQ 1. Eemperatur pemanasan austenisasi yang semakin tinggi  super 

heating ! akan menghasilkan pertumbuhan butir austenit yang semakin  besar$ sehingga pada saat pendinginan yang lambat akan menghasilkan  butir ferrite dan pearlite yang semakin kasar.

2. pakah dalam setiap struktur mikro impuritiesQ *elaskan "ara mengetahuinyaR

11. )etiap struktur pasti memiliki impurities$ sekalipun itu hanya dalam bentuk ke"il. =ara mengetahuinya dengan melakukan metalografi$

(19)

impurities biasanya ber%arna hitam gelap! dan bentuknyanya tidak   berpola terhadap material satu dengan yang lain.

12.

3. pa pengaruh impurities terhadap sifat mekanisme suatu materialQ

13. mpurities$ untuk beberapa benda yang berfungsi sebagai filter atau  bahan bearing $ struktur berrongga merupakan aspek Fital benda dalam memenuhi fungsinya. )enya%a @e)$ dianggap sebagai pengotor yang tidak  diinginkan pada baja yang digunakan untuk pengerjaan panas$ tetapi pada  baja  free-machining  hal yang sebaliknya terjadi. al ini karena @e)

terdistribusi pada batas butir dan memiliki sifat berupa temperatur lebur  yang rendah$ sehingga pada temperatur pengerjaan panas$ baja akan getas. 14.

&)'( BAB I5 DAFTAR PUSTA#A

1. http7''repository.usu.a".id'bitstream'12345;/'2452'4'=hapter  :2.pdf 

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian di MTs Negeri 5 Kebumen, analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

Dari fenomena dan pembahasan diatas, penulis ingin meneliti 2 subyek yang terdeteksi sebagai penyandang tunadaksa yang menjadi mahasiswa di Universitas Islam

Perubahan makanan seiring dengan ber- tambahnya ukuran panjang tubuh terjadi pada ikan bilis di perairan Pantai Mayangan.. Gambar 4 menunjukkan bahwa jenis makanan

ANALISIS PENGARUH KERJA LEMBUR TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PROYEK KONSTRUKSI, Milena Maria Sequeira Salu, NPM 08.02.12945, tahun 2014, Bidang Keahlian Manajemen

Bagi tenaga kerja: penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi para tenaga kerja yang ada di Yogyakarta dan Timor Leste agar memperhatikan pengaruh kerja lembur yang

Dibuat Oleh : Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Pada kelas eksperimen dalam kegiatan belajar mengajarnya (KBM) inti menggunakan media animasi mekanisme komponen pneumatik hasil pengembangan, sementara itu pada

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode pengklasifikasian buah manggis dengan acuan citra fitur warna RGB yang dihasilkan melalui kamera pemindai yang