• Tidak ada hasil yang ditemukan

materi edukasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "materi edukasi"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I,

Jakarta 14350

T. (021) 6400261 F. (021) 6400778

email : [email protected]

www.royalprogress.com

PENGERTIAN

Pemasangan Endotracheal Tube (ETT) atau Intubasi

adalah memasukkan pipa jalan nafas buatan kedalam

trachea melalui mulut. Tindakan Intubasi baru dapat di

lakukan bila : cara lain untuk membebaskan jalan nafas

(airway) gagal, perlu memberikan nafas buatan dalam

jangka panjang, ada resiko besar terjadi aspirasi ke paru.

B. TUJUAN

1. Membebaskan jalan nafas

2. Untuk pemberian pernafasan mekanis (dengan

ventilator).

C. PERSIAPAN ALAT YANG DI GUNAKAN

1. Laryngoscope

2. Endotracheal tube (ETT) sesuai ukuran (Pria : no. 7,7.5,

8 ) (Wanita no. 6.5, 7)

3. Mandrin

4. Xylocain jelly

5. Sarung tangan steril

6. Xylocain spray

7. Spuit 10 cc

8. Orofaringeal tube (guedel)

9. Stetoskop

10.Bag Valve Mask (ambubag)

11. Suction kateter

12. Plester

13. Gunting

14.Masker

D. PERSIAPAN TINDAKAN

1. Posisi pasien terlentang dengan kepala ekstensi (bila

dimungkinkan pasien di tidurkan dengan obat pelumpuh

otot yang sesuai )

2. Petugas mencuci tangan

3. Petugas memakai masker dan sarung tangan

4. Melakukan suction

5. Melakukan intubasi dan menyiapkan mesin pernafasan

(Ventilator)

• buka blade pegang tangkai laryngoskop dengan tenang

• buka mulut pasien

• masukan blade pelan-pelan menyusuri dasar

lidah-ujung blade sudah sampai di pangkal lidah- geser lidah

pelan-pelan ke arah kiri

• angkat tangkai laryngoskop ke depan sehingga

menyangkut ke seluruh lidah ke depan sehingga rona

glotis terlihat

• ambil pipa ETT sesuai ukuran yang sudah di tentukan

sebelumnya

• masukkan dari sudut mulut kanan arahkan ujung ETT

menyusur ke rima glotis masuk ke celah pita suara

• dorong pelan sehingga seluruh balon ETT di bawah pita

suara

• cabut stylet

• tiup balon ETT sesuai volumenya

• cek adakah suara keluar dari pipa ETT dengan

Menghentak dada pasien dengan ambu bag

• cek ulang dengan stetoskop dan dengarkan aliran

udara yang masuk leawt ETT apakah sama antara paru

kanan dan kiri

o fiksasi ETT dengan Plester

o hubungkan ETT dengan konektor sumber oksigen

6. Pernafasan yang adekuat dapat di monitor melalui cek

BGA (Blood Gas Analysis) ± ½ – 1jam setelah intubasi

selesai

7. Mencuci tangan sesudah melakukan intubasi

8. catat respon pernafasan pasien pada mesin ventilator

TINDAKAN PEMASANGAN

ETT (ENDO TRACHEAL

TUBE)/ INTUBASI

107

(2)

Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I,

Jakarta 14350

T. (021) 6400261 F. (021) 6400778

email : [email protected]

www.royalprogress.com

PEMASANGAN CENTRAL

VENOUS CATHETER (CVC)

Pengertian

CVP adalah memasukkan kateter poli ethylene dari vena tepi sehingga ujungnya berada di dalam atrium kanan atau di muara vena cava. CVP disebut juga kateterisasi vena sentralis (KVS)

Tekanan vena sentral secara langsung merefleksikan tekanan pada atrium kanan. Secara tidak langsung menggambarkan beban awal jantung kanan atau tekanan ventrikel kanan pada akhir diastole. Menurut Gardner dan Woods nilai normal tekanan vena sentral adalah 3-8 cmH2O atau 2-6 mmHg. Sementara menurut Sutanto (2004) nilai normal CVP adalah 4 – 10 mmHg.

Beberapa hal yang harus diperhatikan perihal : 1. Mengadakan persiapan alat – alat

2. Pemasangan manometer pada standard infus 3. Menentukan titik nol

4. Memasang cairan infus 5. Fiksasi

6. Fisioterapi dan mobilisasi

Tujuan

1. Mengetahui tekanan vena sentralis (TVS)

2. Untuk memberikan total parenteral nutrition (TPN) ; makanan kalori tinggi secara intravena

3. Untuk mengambil darah vena

4. Untuk memberikan obat – obatan secara intra vena

5. Memberikan cairan dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat 6. Dilakukan pada penderita gawat yang membutuhkan erawatan yang cukup lama

CVP bukan merupakan suatu parameter klinis yang berdiri sendiri, harus dinilai dengan parameter yang lainnya seperti :

• Denyut nadi • Tekanan darah • Volume darah

• CVP mencerminkan jumlah volume darah yang beredar dalam tubuh penderita, yang ditentukan oleh kekuatan kontraksi otot jantung. Misal : syock hipovolemik –> CVP rendah

Persiapan untuk pemasangan

a. Persiapan pasien

Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang: – tujuan pemasangan,

– daerah pemasangan, & – prosedur yang akan dikerjakan b. Persiapan alat– Kateter CVP – Set CVP

– Spuit 2,5 cc – Antiseptik

– Obat anaestesi lokal

– Sarung tangan steril – Bengkok

– Cairan NaCl 0,9% (25 ml) – Plester

Cara Kerja

a. Daerah yang Dipasang :

• Vena femoralis • Vena cephalika • Vena basalika • Vena subclavia • Vena jugularis eksterna • Vena jugularis interna b. Cara Pemasangan :

• Penderita tidur terlentang (trendelenberg) • Bahu kiri diberi bantal

• Pakai sarung tangan • Desinfeksi daearah CVP • Pasang doek lobang • Tentukan tempat tusukan • Beri anestesi lokal

• Ukur berapa jauh kateter dimasukkan

• Ujung kateter sambungkan dengan spuit 20 cc yang diisi NaCl 0,9% 2-5 cc

• Jarum ditusukkan kira – kira 1 jari kedepan medial, ke arah telinga sisi yang berlawanan

• Darah dihisap dengan spuit tadi

• Kateter terus dimasukkan ke dalam jarum, terus didorong sampai dengan vena cava superior atau atrium kanan

• Mandrin dicabut kemudian disambung infus -> manometer dengan three way stopcock

• Kateter fiksasi pada kulit • Beri betadhin 10%

• Tutup kasa steril dan diplester

Keuntungan Pemasangan di Daerah Vena Subclavia

1. Mudah dilaksanakan (diameter 1,5 cm – 2,5 cm) 2. Fiksasi mudah

3. Menyenangkan penderita

4. Tidak mengganggu perawatan rutin dapat dipertahankan sampai 1 minggu

Cara Menilai CVP dan Pemasangan Manometer

Cara Menentukan Titik Nol CVP Manometer • Penderita tidur terlentang mendatar

• Dengan menggunakan slang air tang berisi air ± setengahnya -> membentuk lingkaran dengan batas air yang terpisah

• Titik nol penderita dihubungkan dengan batas air pada sisi slang yang satu. Sisi yang lain ditempatkan pada manometer.

• Titik nol manometer dapat ditentukan

• Titik nol manometer adalah titik yang sama tingginya dengan titik aliran V.cava superior, atrium kanan dan V.cava inferior bertemu menjadi satu. Penilaian CVP

• Kateter, infus, manometer dihubungkan dengan stopcock -> amati infus lancar atau tidak

• Penderita terlentang

• Cairan infus kita naikkan ke dalam manometer sampai dengan angka tertinggi -> jaga jangan sampai cairan keluar

• Cairan infus kita tutup, dengan memutar stopcock hubungkan manometer akan masuk ke tubuh penderita

• Permukaan cairan di manometer akan turun dan terjadi undulasi sesuai irama nafas, turun (inspirasi), naik (ekspirasi)

• Undulasi berhenti -> disitu batas terahir -> nilai CVP • Nilai pada angka 7 -> nilai CVP 7 cmH2O

• Infus dijalankan lagi setelah diketahui nilai CVP Nilai CVP

• Nilai rendah : < 4 cmH2O • Nilai normal : 4 – 10 cmH2O • Nilai sedang : 10 – 15 cmH2O • Nilai tinggi : > 15 cmH2O Penilaian CVP dan Arti Klinisnya

CVP sangat berarti pada penderita yang mengalami shock dan penilaiannya adalah sebagai berikut :

1. CVP rendah (< 4 cmH2O)

• Beri darah atau cairan dengan tetesan cepat.

• Bila CVP normal, tanda shock hilang -> shock hipovolemik • Bila CVP normal, tanda – tanda shock bertambah -> shock septik 2. CVP normal (4 – 14 cmH2O)

• Bila darah atau cairan dengan hati – hati dan dipantau pengaruhnya dalam sirkulasi.

• Bila CVP normal, tanda – tanda shock negatif -> shock hipovolemik • Bila CVP bertambah naik, tanda shock positif -> septik shock, cardiogenik shock

3. CVP tinggi (> 15 cmH2O)

• Menunjukkan adanya gangguan kerja jantung (insufisiensi kardiak) • Terapi : obat kardiotonika (dopamin).

Faktor -faktor yang Mempengaruhi CVP

1. Volume darah : • Volume darah total

• Volume darah yang terdapat di dalam vena • Kecepatan pemberian tranfusi/ cairan 2. Kegagalan jantung dan insufisiensi jantung

3. Konstriksi pembuluh darah vena yang disebabkan oleh faktor neurologi 4. Penggunaan obat – obatan vasopresor

5. Peningkatan tekanan intraperitoneal dan tekanan intrathoracal, misal : • Post operasi illeus

• Hematothoraks • Pneumothoraks

• Penggunaan ventilator mekanik • Emphysema mediastinum 6. Emboli paru – paru 7. Hipertensi arteri pulmonal 8. Vena cava superior sindrom

9. Penyakit paru – paru obstruksi menahun 10. Pericarditis constrictiva

11. Artevac ; tersumbatnya kateter, ujung kateter berada di dalam v.jugularis inferior

108

EP.

(3)

Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I,

Jakarta 14350

T. (021) 6400261 F. (021) 6400778

email : [email protected]

www.royalprogress.com

PARASENTESIS KANDUNG

KEMIH

Indikasi

Retensio urin akut dengan keadaan umum berat,

tidak ada fasilitas lain, dan dalam keadaan

gawat darurat, dengan syarat dalam 1-2 jam

berikutnya dilakukan tindakan selanjutnya.

Bila tidak dilakukan tindakan berikutnya kandung

kemih akan penuh kembali dan merembes

melalui bekas pungsi hingga terjadi infiltrat urin

yang dapat menjadi urosepsis yang berakibat

fatal bagi penderita.

Peralatan

Jarum pungsi lumbal, jarum panjang biasa, atau

abbocath berukuran besar (G 18), spuit anestesi

dan zat anestesi, duk steril, wadah penampung

urin steril.

Teknik

1. Penderita dalam posisi telentang dengan

pantat diganjal bantal tipis agar simfisis pubis

menonjol.

2. Lakukan anestesi pada dinding perut di atas

simfisis pubis. Kemudian tusukkan jarum ke

kandung kemih dengan hati-hati hingga urin

keluar

3. Tampung urin.

Saat melakukan tindakan ini kandung kemih

harus penuh. Bila tidak dapat terjadi perlukaan

pada organ intraperitoneum.

Komplikasi

Perdarahan dan ekstravasasi urin.

109

EP.

(4)

Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I,

Jakarta 14350

T. (021) 6400261 F. (021) 6400778

email : [email protected]

www.royalprogress.com

Definisi

Kateter double lumen adalah sebuah alat yang terbuat

dari bahan plastic PVC mempunyai 2 cabang, selang

merah (arteri) untuk keluarnya darah dari tubuh ke mesin

dan selang biru (vena) untuk masuknya darah dari mesin

ke tubuh

Kateter double-lumen hemodialisis merupakan alat

akses vaskular hemodialisis akut. Kateternya terbuat dari

polyurethane, polyethylene atau polytetrafluoethylene.

Lokasi penusukan kateter hemodialisis dapat dilakukan di

beberapa tempat,yaitu :

1. Vena femoralis

2. Vena subclavicula

3. Vena jugularis internal

Komplikasi

1.Perdarahan

2.Infeksi sekitar catheter

3.Sumbatan pada pembuluh vena sentral

4.Rasa sakit pada daerah sekitar leher

Cara / teknik perawatan kateter double lumen

1. Tujuan Perawatan Kateter Double Lumen

Adalah mencegah terjadinya infeksi, mencegah adanya

bekuan darah di selang kateter double lumen, kateter

dapat digunakan dalam waktu tertentu dan aliran darah

menjadi lancar.

2. Hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan kateter

double lumen

Adalah kebersihan kateter, kondisi kateter yang tidak

tertekuk, rembesan darah dari sambungan tutup kateter,

kateter lepas atau berubah posisi, tanda – tanda

peradangan dan keluhan pasien.

3. Prosedur perawatan kateter double lumen

Perencanaan :

1) Persiapan alat

Set steril (sarung tangan steril, kasa, pinset

anatomis, 3 kom,doek berlubang, tuffer)

Bethadine

Alcohol 70%

NaCl 0,9%

Sarung tangan disposable

Spuit 5 cc

Kain perlak (alas)

Plester

Piala ginjal

Plastik

• Fiksomol / tegaderm

Salep

2) Persiapan klien

Menjaga privacy klien

Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan

3) Pelaksanaan

a. Perawat mencuci tangan

b. Memakai sarung tangan disposable

c. Dekatkan alat yang digunakan

d. Letakkan alas (perlak) di bawah kateter double

lumen

e. Lepaskan balutan kotor dari badan pasien dan

masukkan balutan tersebut ke dalam plastik

kotor.

f. Lepaskan sarung tangan disposible

g. Buka set steril

h. Pakai sarung tangan steril

i. Isilah masing – masing kom dengan betadin

solution, alcohol 70 %. Jika di unit hemodialisa

menggunakan bromderm spray (alkohol dan

bethadine)

j. Lakukan desinfektan pada area kulit di

PERAWATAN KATETER

DOUBLE-LUMEN

HEMODIALISIS

sekitar lokasi penusukan (exit site) dengan

menggunakan alkohol 70% dan diulangi

sampai kulit bebas dari kotoran. Kemudian

berikan desinfektan dengan bethadine solution

secara sirkuler dari arah dalam keluar.

k. Sekitar exit site, betroban salep lalu ditutup

dengan kasa steril.

l. Berikan heparin pekat sesuai dengan anjuran

yang tertera dalam selang pada kateter double

lumen (unit hemodialisa).

m. Kencangkan kateter double lumen dan tutup

kateter double lumen dan klem dalam posisi

terkunci (unit hemodialisa).

n. Fiksasi kateter double lumen + elastic verban

(femoral)

o. Tutuplah seluruh kateter dengan kasa steril dan

transparan dressing

p.

Bersihkan alat-alat yang sudah terpakai

q. Cek kembali keadaan exit site dan kelancaran

kateter

Anjuran Untuk Pasien

Anjurkan klien untuk meminimalkan aktivitas seperti

berjalan (femoralis)

Meminimalkan jongkok terlalu lama (khusus femoralis)

Balutan dipertahankan tetap kering dan bersih

110

EP.

(5)

Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I,

Jakarta 14350

T. (021) 6400261 F. (021) 6400778

email : [email protected]

www.royalprogress.com

Persiapan

Persiapan pasien: rambut pubis dicukur,

lakukan tindakan asepsis/antisepsis daerah

kelamin serta pasang duk steril.

• Alat-alat: kateter (karet atau logam), tabung

suntik uretra untuk memasukkan anestesi

lokal, antiseptik, kasa steril, jeli steril, anestesi

lokal.

Persyaratan kateterisasi adalah: ada indikasi,

sterilitas harus dijaga, tersedia pelumas (jeli)

untuk mengurangi trauma, dan anestesi

untuk mengurangi spasme uratra.

Teknik Kateterisasi

1. Penolong berada di sebelah kanan penderita

menghadap ke arah kepala penderita.

2. Orifisium uretra eksterna dicuci dengan

antiseptik.

3. Dengan tabung suntik uretra, masukkan

anestesi lokal berbentuk jeli ke dalam uretra.

Untuk itu dapat digunakan lidokain jeli 1-2%

sebanyak 20 ml. Tunggu beberapa menit

hingga anestesi bekerja.

4. Ujung kateter yang akan dimasukkan

dibubuhi jeli anestetik. Penis dipegang

dengan tangan kanan penolong tepat

pada glans penis (sulkus koronarius glands)

dan ditarik ke atas di antara kedua paha.

Dengan pinset, kateter dimasukkan ke

orifisium uretra eksterna, kemudian kateter

didorong perlahan-lahan masuk ke dalam

uretra hingga pangkal kateter. Pemasukan

tidak boleh dipaksa.

KATETERISASI SALURAN

KEMIH

111

EP.

(6)

Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I,

Jakarta 14350

T. (021) 6400261 F. (021) 6400778

email : [email protected]

www.royalprogress.com

Definisi

Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/ anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas.

Indikasi trakeostomi

Indikasi trakeostomi termasuk sumbatan mekanis pada jalan nafas dan gangguan non obstruksi yang mengubah ventilasi.

Gejala-gejala yang mengindikasikan adanya obstruksi pada jalan nafas: 1. timbulnya dispneu dan stridor eskpirasi yang khas pada obstruksi setinggi atau di bawah rima glotis terjadinya retraksi pada insisura suprasternal dan supraklavikular.

2. Pasien tampak pucat atau sianotik 3. disfagia

4. pada anak-anak akan tampak gelisah

Gangguan yang mengindikasikan perlunya trakeostomi : 1. terjadinya obstruksi jalan nafas atas

2. sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya pada pasien dalam keadaan koma.

3. untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator). 4. apabila terdapat benda asing di subglotis.

5. penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina ludwig), epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul melalui mekanisme serupa

6. mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas atas seperti rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Hal ini sangat berguna pada pasien dengan kerusakan paru, yang kapasitas vitalnya berkurang. Indikasi lain yaitu:

1. Cedera parah pada wajah dan leher 2. Setelah pembedahan wajah dan leher

3. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi

Pembagian Trakeostomi

Menurut lama penggunaannya, trakeosomi dibagi menjadi penggunaan permanen dan dan penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi dalam trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara baik.

Jenis Tindakan Trakeostomi

1. Surgical trakeostomy

Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm.

2. Percutaneous Tracheostomy

Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.

3. Mini tracheostomy

Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator.

Jenis Pipa Trakeostomi 1. Cuffed Tubes

Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya aspirasi

2. Uncuffed Tubes

Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai risiko aspirasi

3. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam)

Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi.

4. Silver Negus Tubes

Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri.

5. Fenestrated Tubes

Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara.

Alat-Alat Trakeostomi

Alat yang diperlukan untuk melakukan trakeostomi adalah semprit yang berisi obat analgesia, pisau, pinset anatomi, gunting panjang tumpul, sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil yang tajam serta kanul trakea dengan ukuran sesuai.

Teknik Trakeostomi

1. Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atalantooksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher.

2. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan kain steril.

3. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi.

4. Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira lima sentimeter.

5. Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang

TRAKEOSTOMI

(TRACHEOSTOMY)

rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah yang tampak ditarik lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat keda tepinya dan disisihkan ke lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat. Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke tiga dengan gunting yang tajam. Kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa.1

Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan insisi kulit jangan terlalu pendek agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah terjadinya emfisema kulit.

Perawatan Pasca Trakeostomi Secera setelah trakeostomi dilakukan:

1. Rontgen dada untuk menilai posisi tuba dan melihat timbul atau tidaknya komplikasi

2. Antibiotik untuk menurunkan risiko timbulnya infeksi

3. Mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat pipa trakeostomi

Perawatan pasca trakeostomi sangat penting karena sekret dapat menyumbat dan menimbulkan asfiksia. Oleh karena itu, sekret di trakea dan kanul harus sering diisap ke luar dan kanul dalam dicuci sekurang-kurangnya dua kali sehari lalu segera dimasukkan lagi ke dalam kanul luar. Bila kanul harus dipasang dalam jangka waktu lama, maka kanul harus dibersihkan dua minggu sekali. Kain basah di bawah kanul harus diganti untuk menghindari timbulnya dermatitis. Gunakan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri pada daerah insisi.

Komplikasi

Komplikasi dini yang sering terjadi: 1. perdarahan

2. pneumothoraks terutama pada anak-anak 3. Aspirasi

4. Henti jantung sebagai rangsangan hipoksia terhadap respirasi 5. paralisis saraf rekuren

Komplikasi lanjut

1. Perdarahan lanjutan pada arteri inominata 2. Infeksi

3. fistula trakeoesofagus 4. stenosis trakea

112

(7)

Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I,

Jakarta 14350

T. (021) 6400261 F. (021) 6400778

email : [email protected]

www.royalprogress.com

PERAWATAN PASCA

MELAHIRKAN

Perawatan pasca melahirkan memang patut dilakukan

agar tubuh bisa kembali normal dan sehat seperti

sedia kala. Jadi setelah melahirkan, seorang bayi

juga harus memperoleh asupan gizi yang seimbang

untuk membantu tumbuh kembangnya agar lebih

optimal, sementara bagi seorang ibu tentunya juga

harus mendapatkan perawatan secara tepat. Berikut

ini tips perawatan pasca melahirkan;

1. Merawat penampilan tubuh

a. Rahim masih membesar dan berkontraksi untuk

beberapa waktu, kemudian mengecil dalam 2

minggu kemudian. Kontraksi rahim tidak terus

menerus terjadi, namun seringkali terasa sakit.

Kontraksi rahim semakin diperkuat dengan

menyusui, karena menyusui dapat merangsang

pembentukan produksi hormon yang

merangsang aliran susu dan kontraksi rahim.

Setelah 2 minggu pasca melahirkan, rahim

kembali ke ukuran normal. Meskipun begitu,

perut ibu tidak lagi manjadi rata seperti sebelum

hamil untuk beberapa bulan, bahkan jika ia

berolahraga. Tanda kerut dapat menghilang

dalam waktu setahun.Gunakanlah “gurita” atau

yang biasa disebut dengan stagen,ini terbukti

efektif untuk mengecilkan perut, rahim dan juga

untuk menahan otot di area perut.

b. Lakukan luluran pasca melahirkan secara teratur.

Hal ini dikarenakan setelah melahirkan kulit ibu

akan cenderung gelap dan kusam.

c. Jagalah pola makan dengan mengonsumsi menu

yang seimbang serta mengandung tinggi protein

untuk memulihkan luka dengan cepat.

d. Lakukan olahraga ringan seperti lari pagi, senam

maupun berenang. Selain itu minumlah cukup

air putih untuk membersihkan tubuh dari dalam.

e. Kesembuhan penuh setelah kehamilan

memerlukan waktu sekitar 1 sampai 2 tahun.

Sehingga dokter biasanya menyarankan ibu

untuk menunggu sebelum hamil kembali. Pada

saat pemeriksaan ke dokter pertama kali setelah

melahirkan, seorang ibu bisa membicarakan

pilihan kontrasepsi yang sesuai dengan

kondisinya.

2. Merawat Area Tertentu pasca melahirkan

a. Jadi selain merawat tubuh, seorang ibu juga

harus mengetahui bagaimana cara untuk

merawat area tertentu pasca proses persalinan.

Di sini terdapat beberapa cara yang bisa anda

lakukan untuk merawat area tertentu seperti :

b. Untuk mengurangi luka akibat jahitan, maka

anda bisa mengompres di bagian luka jahitan.

Lakukan dengan menggunakan es serta kain

yang bersih kemudian di tempelkan pada luka

c. Selalu bersihkan luka jahitan dengan sabun dan

waslap

d. Selalu bersihkan area tertentu menggunakan air

dingin apabila selesai buang air kecil

e.

Hindari melakukan aktivitas berat setelah

melahirkan. Jadi sebaiknya lebih sering berbaring

ataupun duduk.

f. Lakukanlah senam kegel untuk mengencangkan

bagian panggul

g. Oleskan salep anti biotik di bagian luka akibat

jahitan

h. Ibu pasca melahirkan bisa mandi dan daerah

di sekitar vagina bisa dibasuh dengan air

hangat 2 atau 3 kali sehari. Mandi air hangat

sambil duduk bisa meringankan rasa sakit yang

diakibatkan oleh episiotomi atau wasir. Mandi

duduk adalah mengambil posisi duduk dengan

air hanya sampai ke pinggang dan pantat.

i. Ibu yang menyusui perlu belajar bagaimana

meletakkan bayi selama menyusui. Jika letak

bayi tidak baik, puting ibu bisa menjadi luka.

Kadangkala bayi menarik puting dengan bibir

bagian bawah dan menghisapnya, sehingga

dapat melukai puting. Setelah menyusui, air susu

pada puting dapat dikeringan secara alami,

dibandingkan menyeka atau mencucinya.

j. Masalah yang terjadi saat kehamilan biasanya

akan menghilang setelah melahirkan, seperti

misalnya tekanan darah yang tinggi atau rasa

panas di dada. Tetapi ada juga gejala yang tetap

berlanjut hingga setelah melahirkan, seperti

misalnya wasir. Untuk wasir & konstipasi yang

ringan bisa dilakukan penanganan sendiri di

rumah atau menurut petunjuk dokter.

k. Ibu yang tidak menyusui biasanya mulai

berovulasi kembali sekitar 4 minggu setelah

melahirkan. Tetapi, bisa juga terjadi lebih awal.

Ibu yang menyusui cenderung mulai berovulasi

10-12 minggu setelah melahirkan. Kadangkala,

seorang ibu yang menyusui juga bisa mengalami

ovulasi, menstruasi dan menjadi hamil secepat

ibu yang tidak menyusui.

113

EP.

(8)

Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I,

Jakarta 14350

T. (021) 6400261 F. (021) 6400778

email : [email protected]

www.royalprogress.com

PENILAIAN NYERI SECARA

NONVERBAL PADA PASIEN

Pasien yang tidak bisa melaporkan nyeri sangat

bergantung pada perawat untuk menilai nyeri

secara akurat dan untuk memberikan intervensi

yang tepat. Perawat memiliki beberapa alat

penilaian perilaku nyeri yang tersedia. Namun,

beberapa studi telah menyelidiki alat-alat

penilaian nyeri tersebut benar-benar berguna

dalam pengkajian nyeri dan manajemen nyeri

secara bed side.

Menilai tingkat nyeri secara akurat pada semua

pasien sakit kritis adalah langkah pertama dalam

mengevaluasi delirium yang mungkin terjadi

pada pasien. the behavioral pain scale dan

the Critical-Care Pain Observation Tool adalah

alat penilaian nyeri yang valid dan handal yang

dapat digunakan untuk menilai nyeri nonverbal

pasien dengan fungsi motorik utuh. Ketika

dikombinasikan dengan alat untuk mengevaluasi

sedasi, seperti RichmondAgitation Sedation Scale

atau Sedation Agitation Scale, dan alat untuk

menilai adanya delirium, seperti Confusion

Assessment Method-ICU atau Intensive Care

Delirium ScreeningChecklist, maka pasien akan

mendapat intervensi yang tepat.

Berikut adalah Apa yang Dapat Anda Lakukan

1. Evaluasi alat penilaian nyeri yang digunakan

dalam unit Anda untuk pasien tidak dapat

berkomunikasi. Pastikan yang digunakan alat

valid dan reliabel.

2. Mengevaluasi skala sedasi digunakan di unit

Anda untuk memastikan alat yang digunakan

valid dan reliabel.

3. Meninjau dan mengevaluasi pendekatan unit

Anda untuk mencegah delirium pada orang

dewasa yang sakit kritis.

4. Bekerja dengan dokter, apoteker, dan anggota

tim interprofessional lain untuk mengembangkan

atau meninjau nyeri dan protokol manajemen

sedasi.

5. Meningkatkan kesadaran dengan rekan-rekan

Anda dengan berbagi praktik evidence-base

untuk mengelola rasa sakit, obat penenang, dan

mencegah delirium pada orang dewasa yang

sakit kritis.

114

EP.

(9)

Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I,

Jakarta 14350

T. (021) 6400261 F. (021) 6400778

email : [email protected]

www.royalprogress.com

Definisi

suatu pengalaman sensorik dan emosional

yang tidak menyenangkan, yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan yang nyata atau

yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan

jaringan.

Fisiologis Nyeri

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang

berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.

Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor

nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit

yang berespon hanya terhadap stimulus kuat

yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri

disebut juga nosireceptor, secara anatomis

reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien

dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf

perifer. Berdasarkan letaknya, nosireseptor

dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian

tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam

(deep somatic), dan pada daerah viseral, karena

letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang

timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.

Tipe Nyeri

Ada 3 tipe nyeri yang dapat terjadi :

Nyeri akut merupakan hasil dari injuri akut,

penyakit atau pembedahan.

Nyeri kronik non keganasan dihubungkan

dengan kerusakan jaringan yang dalam

masa penyembuhan atau tidak progresif.

Nyeri kronik keganasan adalah nyeri yang

dihubungkan dengan kanker atau proses

penyakit lain yang progresif.

Penilaian intensitas nyeri

Dimana evaluasi penilaian disimpulkan dalam

suatu angka sebagai berikut :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat

berkomunikasi dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien

mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan

lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat

mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang

tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon

terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi

nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak

dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang

dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak

mampu lagi berkomunikasi, memukul.

Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah

tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut

Penatalaksanaan Nyeri

Dapat dilakukan dalam beberapa pilihan

untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri

disesuaikan dengan kompetensi petugas yang

memberikan asuhan dan manajemen nyeri.

1.

Manajemen non farmakologik; heat/cold

compress, pernapasan dalam, dll.

2.

Manajemen farmakologik; dengan

obat-obatan analgetik/anti nyeri, gol.narkotik

maupun kombinasi keduanya.

3. Manajemen okupasi, fisioterapi, psikologis

seperti; metode pengalihan, imajinasi,dll

EDUKASI MANAJEMEN NYERI

115

(10)

Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I,

Jakarta 14350

T. (021) 6400261 F. (021) 6400778

email : [email protected]

www.royalprogress.com

Dalam buku “Preventing Falls in Hospitals: A Toolkit for Improving Quality of Care” disebutkan upaya upaya untuk mengurangi terjadinya kejadian pasien terjatuh di rumah sakit, yaitu:

• Membiasakan pasien dengan lingkungan sekitarnya. • Menunjukkan pada pasien alat bantu panggilan darurat. • Posisikan alat bantu panggil darurat dalam jangkauan. • Posisikan barang-barang pribadi dalam jangkauan pasien.

• Menyediakan pegangan tangan yang kokoh di kamar mandi, kamar dan lorong.

• Posisikan sandaran tempat tidur rumah sakit di posisi rendah ketika pasien sedang beristirahat, dan posisikan sandaran tempat tidur yang nyaman ketika pasien tidak tidur.

• Posisikan rem tempat tidur terkunci pada saat berada di bangsal rumah sakit.

• Menjaga roda kursi roda di posisi terkunci ketika stasioner. • Gunakan alas kaki yang nyaman, baik, dan tepat pada pasien. • Gunakan lampu malam hari atau pencahayaan tambahan.

• Kondisikan permukaan lantai bersih dan kering. Bersihkan semua tumpahan.

• Kondisikan daerah perawatan pasien rapi.

• Ikuti praktek yang aman ketika membantu pasien pada saat akan ke tempat tidur dan meninggalkan tempat tidur.

Pernyataan yang paling ringkas, akan tetapi memiliki makna yang dalam seperti yang disarankan oleh Standart Akreditasi JCI adalah “The program is implemented”. Dengan implementasi beberapa saran dalam tulisan ini diharapkan dapat meminimalkan kejadian pasien terjatuh di rumah sakit. Sehingga salah satu indikator patient safety dapat dilakukan. Intervensi Jatuh Standar:

1. Tingkatkan observasi bantuan yang sesuai saat ambulasi.

2. Keselamatan lingkungan: hindari ruangan yang kacau balau; dekatkan bel dan telepon; gunakan penerangan yang cukup malam hari; posisi tempat tidur rendah; terpasang penghalang tempat tidur; serta roda tempat tidur harus selalu terkunci.

3.Monitor kebutuhan pasien. Keluarga menemani pasien yang berisiko jatuh. Bila tidak ada keluarga, pasien diminta untuk menekan bel bila membutuhkan bantuan

4. Edukasi perilaku untuk mencegah jatuh kepada pasien dan keluarga dengan menempatkan standing akrilik edukasi jatuh di meja samping tempat tidur pasien.

5. Gunakan alat bantu jalan (walker, handrail).

6. Anjurkan pasien menggunakan kaus kaki atau sepatu yang tidak licin. 7. Lakukan penilaian ulang risiko jatuh bila ada perubahan kondisi atau pengobatan.

Intervensi Jatuh Risiko Tinggi:

1. Pakaikan gelang risiko jatuh berwarna kuning. Pasang tanda peringatan risiko jatuh warna kuning pada bed pasien

2. Lakukan Intervensi jatuh standar.

3. Strategi mencegah jatuh dengan penilaian jatuh yang lebih detil seperti analisa cara berjalan sehingga dapat ditentukan intervensi spesifik seperti menggunakan terapi fisik atau alat bantu jalan jenis terbaru untuk membantu mobilisasi.

4. Pasien ditempatkan dekat nurse station. 5. Handrail kokoh dan mudah dijangkau pasien. 6. Siapkan komod dan alat bantu jalan.

7. Lantai kamar mandi dengan karpet anti slip/ tidak licin, serta anjuran menggunakan tempat duduk di kamar mandi saat pasien mandi. 8. Dampingi pasien bila ke kamar mandi, jangan tinggalkan sendiri di toilet, informasikan cara mengunakan bel di toilet untuk memanggil perawat, pintu kamar mandi jangan dikunci.

9. Lakukan penilaian ulang risiko jatuh tiap shif. How to reduce injuries from fall

Although there is no evidence-based bundle of practices to prevent injury-inducing falls, the Institute for Healthcare Improvement has identified six promising changes to reduce them.

1. Screen risk for falling on admission.

2. Screen fall-related injury risk factors and history upon admission. 3. Assess risk of anticipated physiological falling and risk for serious injury from a fall.

4. Communicate and educate staff and patients about patients’ fall and injury risks.

5. Standardize interventions for patients at risk for falling.

6. Customize interventions for patients at highest risk of fall-related injury. Four catagories of falls

Falls expert Pat Quigley, from the James A. Haley Veterans’ Hospital in Tampa, Fla., encourages hospital executives to categorize patient falls into four types. The first two types of falls are generally preventable; the second two are not.

•Accidental: These falls occur when low-risk patients trip over an IV pole, fall out of bed when they reach to get something or encounter another environmental hazard.

•Anticipated physiological: The most common type of patient falls, these occur in patients who have risk factors that can be identified in advance, including abnormal gait, high-risk medication, urinary frequency or dementia.

•Unanticipated physiological: These falls occur in patients who have a low risk of falls in general but suffer an event — a seizure, stroke or fainting episode — that results in a fall that could not have been predicted. •Behavioral or intentional falls: These occur when a patient acts out. a. Latihan fisik

Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.

b. Modifikasi lingkungan

1) Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk menghindari pusing akibat suhu.

PENCEGAHAN PASIEN

JATUH

2) Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu.

3) Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas. 4) Pasang pegangan tangan pada tangga, kamar mandi.

5) Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang biasa untuk melintas.

6) Gunakan lantai yang tidak licin.

7) Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari tersandung.

8) Hindari furnitur yang beroda. c. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia

1) Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat. 2) Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus. 3) Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai. 4) Hindari olahraga berlebihan.

d. Alas kaki

1) Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar.

2) Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga keseimbangan.

3) Pakai sepatu yang antislip atau sandal berbahan karet tidak licin. e. Alat bantu jalan

Pada penggunaannya, alat bantu jalan memang membantu meingkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah direkomendasikan secara individual. Alat bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1 ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan cane type apa yang digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-2 ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat badan.

f. Memelihara kekuatan tulang

1) Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orang tua.

2) Berhenti merokok 3) Hindari konsumsi alcohol 4) Latihan fisik

116

EP.

(11)

Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I,

Jakarta 14350

T. (021) 6400261 F. (021) 6400778

email : [email protected]

www.royalprogress.com

Ventilasi Mekanik Ventilator adalah merupakan suatu alat

bantu mekanik yang berfungsi bermanfaat dan bertujuan

untuk memberikan bantuan nafas pasien dengan cara

memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui

jalan nafas buatan dan juga merupakan mesin bantu nafas

yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh

proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.

Tujuan Indikasi Pemasangan Ventilator

Ada beberapa hal yang menjadikan tujuan dan manfaat

penggunaan ventilasi mekanik ini dan juga beberapa

kriteria pasien yang perlu untuk segera dipasang ventilator.

Tujuan Ventilator antara lain adalah sebagai berikut :

• Mengurangi kerja pernapasan.

• Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.

• Pemberian MV yang akurat.

• Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi.

• Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat.

Kriteria indikasi pemasangan ventilasi mekanik

1. Pasien Dengan Gagal Nafas. Pasien dengan distres

pernafasan gagal nafas, henti nafas (apnu) maupun

hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen

merupakan indikasi ventilasi mekanik. Idealnya pasien

telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilasi

mekanik sebelum terjadi gagal nafas yang sebenarnya.

Distres pernafasan disebabkan ketidakadekuatan

ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat berupa

kerusakan paru (seperti pada pneumonia) maupun karena

kelemahan otot pernafasan dada (kegagalan memompa

udara karena distrofi otot).

2. Insufisiensi jantung. Tidak semua pasien dengan ventilasi

mekanik memiliki kelainan pernafasan primer. Pada

pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan

kebutuhan aliran darah pada sistem pernafasan (sebagai

akibat peningkatan kerja nafas dan konsumsi oksigen)

dapat mengakibatkan jantung kolaps. Pemberian ventilasi

mekanik untuk mengurangi beban kerja sistem pernafasan

sehingga beban kerja jantung juga berkurang.

3. Disfungsi neurologis. Pasien dengan GCS 8 atau

kurang yang beresiko mengalami apnoe berulang juga

mendapatkan ventilasi mekanik. Selain itu ventilasi

mekanik juga berfungsi untuk menjaga jalan nafas pasien

serta memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien

dengan peningkatan tekanan intra cranial.

4. Tindakan operasi. Tindakan operasi yang membutuhkan

penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu

dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas

selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah bisa

tertangani dengan keberadaan ventilasi mekanik.

Kriteria Pemasangan Ventilasi Mekanik

Seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik

(ventilator) bila :

• Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.

• Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2

kurang dari 70 mmHg.

• PaCO2 lebih dari 60 mmHg

• AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350

mmHg.

• Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

Komplikasi

Pneumonia terkait ventilator

Gagal napas

VENTILATOR

117

EP.

(12)

Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I,

Jakarta 14350

T. (021) 6400261 F. (021) 6400778

email : [email protected]

www.royalprogress.com

Deskripsi

Alat syringe pump merupakan suatu alat yang di gunakan untuk memberikan cairan atau obat kepada kedealam tubuh pasien dalam jangka waktu tertentu secara teratur . Secara khusus alat ini mentitikberatkan atau memfokuskan pada jumlah cairan yang diamasukan kedalam tubuh pasien, dengan satuan mililiter per jam (ml/h).

Alat ini menggunakan motor dc sebagai tenaga pendorong syringe yang berisi cairan atau obat yang akan dimasukan kedalam tubuh pasien. Alat ini menggunakan sistem elektronik mikroprosesor yang berfungsi dalam pengontrolan dalam pemberian jumlah cairan ke tubuh pasien, sensor dan alarm. Dalam sistem Mekanik yaitu dengan gerakan motor sebagai tenaga pendorong.

Pada dasarnya pada syringe pump terdiri dari beberapa rangkaian yaitu rangkaian pengatur laju motor (pendeteksi rpm), rangkaian komparator, dan rangkaian sinyal referensi.

Motor akan berputar untuk menggerakkan spuit merespon sinyal yang diberikan oleh rangkaian pengendali motor, tetapi putaran motor itu sendiri tidak stabil sehingga perubahan-perubahan itu akan dideteksi oleh rangkaian pendeteksi rpm. Sinyal yang didapat dari pendeteksi rpm akan dibandingkan dengan sinyal referensi, dimana hasil dari perbandingan tersebut akan meredakan ketidakstabilan motor. Motor akan mengurangi lajunya jika perputarannya terlalu cepat dan sebaliknya akan menambah kecepatan jika perputarannya terlalu pelan sehingga didapatkan putaran motor yang stabil.

Syringe pump didesain agar mempunyai ketepatan yang tinggi dan mudah untuk digunakan. Syringe pump dikendalikan dengan mikro computer / mikro kontrolir dan dilengkapi dengan system alarm yang menyeluruh.

Sistem Alarm dan Keamanan

Untuk menjaga keamanan ke pasien (patient safety), maka alat ini dilengkapi dengan sistem Alaram, diantaranya adalah sebagai berikut

1. Alaram Occlusion / Kemampatan

> berfungsi untuk memberikan tanda bunyi alaram dan memberhentikan sistem pompa pada saat terjadi sumbatan

pada IV line dan pembuluh darah pada pasien. Kondisi Alaram terjadi pada saat sensor Occlusion mendeteksi tekanan, nilai tekanan pada kondisi ini berkisar 60-80 Kpa, 350-500 mmHg. 2. Alaram Delivery Limit

> Untuk memberikan batasan jumlah cairan yang akan diberikan pada pasien. Jika jumlah cairan yang diberikan sudah tercapai, maka alaram akan berbunyi dan alat akan berhenti memompa. 3. Alaram Nearly empty

> Berfungsi untuk memberikan isyarat suara alaram pada saat cairan yang diberikan pada pasien akan segera habis.

Fungsi alat

Memasukan cairan atau obat ke tubuh pasien dengan tingkat akurasi yang tinggi.

Untuk mencegah periode kadar obat atau cairan yang dimasukan,dimana Tingkat obat di dalam darah terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Menghindari penggunaan tablet yang dikarenakan pasien yang mengalami kesulitan dalam meminum tablet.

Bagian Bagian Syringe Pump

Panel Pengoperasian (operation panel)

Pada panel pengoperasian atau operation panel terdapat beberapa bagian, antara lain:

1) Power Display; terdiri dari :

a. [AC/DC] indicator; lampu akan menyala jika syringe pump menggunakan

sumber AC ataupun DC b. [BATTERY] indicator

2) Power Switch; berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan syringe pump.

3) Syringe size Indicator; menunjukkan ukuran dari syringe. Adapun syringe pump type TE-311 ini mampu mendeteksi ukuran syringe (suntikan) dengan berbagai ukuran diantaranya adalah (10, 20, 30, 40, 50 ml).

4) Start Switch; merupakan tombol untuk memulai proses pemasukan cairan kedalam tubuh pasien.

5) Alarm Indicator; terdapat beberapa alarm diantranya: a. Occlusion Alarm; artinya alarm akan berbunyi jika terjadi kemacetan pada proses pemasukan cairan kedalam tubuh pasien.

b. Nearly Empty; artinya alarm akan berbunyi jika cairan yang terdapat dalam syringe (suntikan) akan habis atau mendekati habis.

c. Low Battery; alarm akan berbunyi jika tegangan dalam baterai lemah sehingga perlu dilakukan pengisian kembali (recharge). d. (Flow Rate/Delivery Limit/Volume Delivered) Display; berfungsi menampilkan aliran rata-rata / flow rate dalam dalam satuan ml/h.

SYRINGE PUMP

Blok Diagram Fungsi Blok Diagram: 1. Block power supply

• Block power supply berfungsi mendistribusikan tegangan dari PLN, langsung pada alat.

• Selain itu, pada alat syring pump dapat juga menggunakan Battery sebagai cadangan Supply.

2. Block Microcontroller / mikrokomputer / .CPU

• Mikrokontroller sebagai pengontrol dan pengendali dari Syringe pump.

• Output berupa perintah untuk mengendalikan motor, baik untuk memberhentikan motor atau pun mempercepat kerja motor.

• Selain itu mengolah pendeteksian sensor yang berfungsi sebagai Pengaman dan selanjutnya menyalakan Buzzer sebagai tanda alarm.

3. Block Sensor

• Sebagai pendeteksi cairan yang ada pada syringe. Dapat menggunakan sistem optocopler

• Menggunakan optocoupler sebagai sensor. Dengan sebuah fototransistor sebagai penerima dari LED yang memancarakan cahaya, yang akan mempengaruhi resistansi fototransistor. 4. Block Motor Driver

• Sebagai tenaga utama pendorong syringe yang berisi cairan. Berupa motor DC.

• Bekerja dengan kecepatan delivery rate sesuai dengan penyetingan awal yang dilakukan dan dapat dipercepat dengan menekan push button pada setting alat.

5. Block Alarm dan Display

• Alarm sebagai keamanan. Akan berbunyi apabila cairan pada syring akan habis.

• Display pada syringe sebagai indicator penyettingan dari kecepatan motor dalam mendorong cairan pada syringe yang diatur terlebih dahulu.

• Terdapat pula lampu indikator.

118

EP.

(13)

Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I,

Jakarta 14350

T. (021) 6400261 F. (021) 6400778

email : [email protected]

www.royalprogress.com

Definisi

Nebulizer adalah alat untuk membantu kelancaran

pernafasan bagi pasien. Karena gangguan pernafasan,

bila dibiarkan, bisa menurunkan kondisi pasien yang

bersangkutan.

Indikasi

Nebulizer itu gunanya untuk yang punya masalah dengan

saluran pernafasan, seperti batuk, pilek, atau asma, yang

juga berfungsi untuk membantu menngluarkan dahak. Dia

lebih bagus dibanding obat oral karena tidak mengendap

dalam darah, karena bentuknya uap, jadi efek samping

obat sangat kecil.

Fungsi Nebulizer

Mengenai nebulizer dan penguapan merupakan suatu cara

pemberian obat melalui inhalasi/pernafasan,Fungsinya

sama seperti dengan pemberian obat lainnya namun

mempunyai daya efektifitas lebih tinggi dibandingkan

melalui mulut. pengobatan lewat nebulizer ini lebih efektif

dari obat-obatan minum, karena langsung dihirup masuk

ke paru-paru, sehingga dosis yang dibutuhkan pun lebih

kecil, otomatis juga lebih aman. Biasanya dipakai untuk

anak asma atau yang memang sering batuk pilek berat

karena alergi.

Memberikan Nebulizer adalah memberikan campuran zat

aerosol dalam partikel udara dengan tekanan udara.

Tujuan Memberikan Nebulizer

Untuk memberikan obat melalui nafas spontan pasien

Persiapan Memberikan Nebulizer

Alat dan obat :

1. Oksigen set

2. Nebulizer set

3. Cairan normal saline dan obat yang akan dipakai

4. Spuit 5 atau 10 cc.

5. Mouth piece bila perlu

6. Tisu

7. Lingkungan harus Bersih dan tenang

Prosedur Memberikan Nebulizer

1. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pengobatan

khususnya pada pasien yang menggunakan bronkodilator.

2. Jelaskan prosedur pada klien.

3. Atur posisi pasien senyaman mungkin paling sering

dalam posisi semifowler, jaga privasi.

4. Petugas mencuci tangan.

5. Nebulizer diisi obat (sesuai program pengobatan) dan

cairan normal salin ± 4-6cc.

6. Hidupkan nebulizer kemudian hubungkan nebulizer

dan selangnya ke flow meter oksigen dan set aliran pada

4-5 liter/menit, atau ke kompresor udara.

7. Instruksikan pasien untuk buang nafas.

8. Minta pasien untuk mengambil nafas dalam melalui

mouth piece, tahan nafas beberapa saat kemudian buang

nafas melalui hidung.

9. Observasi pengembangan paru / dada klien.

10. Minta pasien untuk bernafas perlahan-lahan dan

dalam setelah seluruh obat diuapkan.

11. Selesai tindakan, anjurkan klien untuk batuk setelah

tarik nafas dalam beberapa kali (teknik batuk efektif).

12. Pasien dirapikan.

13. Alat dirapikan.

14. Petugas mencuci tangan.

15. Catat respon pasien dan tindakan yang telah

dilakukan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Perlakukan pasien secara hati-hati.

2. Saat awal tindakan pasien perlu didampingi sampai

terlihat

tenang.

NEBULIZER

119

EP.

(14)

Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I,

Jakarta 14350

T. (021) 6400261 F. (021) 6400778

email : [email protected]

www.royalprogress.com

Definisi

Nasal kanul adalah selang bantu pernafasan yang di letakan pada lubang hidung. Nasal kanul memiliki keuntungan yaitu pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju, pernafasan teratur, Pemasangannya mudah, Klien bebas makan, Pasient bebas berbicara dengan nyaman. Selain itu nasal kanul juga memiliki kerugian di antaranya adalah tidak dapat memberi konsentrasi oksigen lebih dari 44% , suplai oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, dapat mengiritasi selaput lendir.

Tujuan Pemakaian

Tujuan dari nasal kanul itu sendiri adalah untuk memenui kebutuhan oksigen dalam tubuh karena mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen. Sebelum kita melakukan nasal kanul ada beberapa persiapan yang harus di lakukan yaitu cek perencanaan keperawatan klien dan klien di beri penjelasan tentang prosedur yang akan di lakukan. Selain itu kita juga harus mempersiapkan alat-alat di antaranya adalah tabung oksigen yang sudah dilengkapi dengan socket dan manometer, humedifier yang di isi aquadest sampai pembatas yang sudah di lakukan, nasal kanul.

Keuntungan

Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, murah, disposibel, klien bebas makan, minum, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa nyaman dan dapat digunakan pada pasien dengan pernafasan mulut.

Kerugian

Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1 - 1.5 cm, tidak dapat diberikan pada pasien dengan obstruksi nasal. Dapat terjadi pemborosan oksigen dan menyebabkan mukosa kering dan mengiritasi selaput lendir. Dapat menyebabkan kerusakan kulit diatas telinga dan di hidung akibat pemasangan yang terlalu ketat.

SIMPLE MASK

Simple mask (sungkup muka sederhana)Digunakan untuk konsentrasi oksigen rendah sampai sedang.Merupakan alat pemberian oksigen jangka pendek, kontinyu atau selang seling. Aliran 5 – 8 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 – 60%. Masker ini kontra indikasi pada pasien dengan retensi karbondioksida karena akan memperburuk retensi. Aliran O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit untuk mendorong CO2 keluar dari masker.

Keuntungan

Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlubang besar,dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol. Kerugian

Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.Menyekap, tidak memungkinkan untuk makan dan batuk.Bisa terjadi aspirasi bila pasien mntah. Perlu pengikat wajah, dan apabila terlalu ketat menekan kulit dapat menyebabkan rasa pobia ruang tertutup, pita elastik yang dapat disesuaikan tersedia untuk menjamin keamanan dan kenyamanan. Indikasi Terapi O2 pada Pasien

Pengertian : Memberikan tambahan oksigen kepada pasien agar kebutuhan oksigennya terpenuhi

Tujuan : Agar oksigenasi seluruh tubuh pasien adekuat Indikasi :

• Sumbatan jalan nafas • Henti nafas

• Henti jantung • Nyeri dada/angina pektoris • Trauma thorak • Tenggelam

• Hipoventilasi (respirasi < 10 kali/menit) • Distress nafas • Hipertemia

• Syok • Stroke (Cerebro Vasculer Attack) • Keracunan gas • Pasien tidak sadar

C. Monitoring dalam pemberian oksigen Persyaratan dalam pemberian terapi oksigen

Yang harus diperhatikan pada pemberian terapi oksigen pada pasien antara lain:

• Mengatur pemberian fraksi O2 (% FiO2) / jumlah liter per menit • Mencegah terjadinya akumulasi kelebihan CO2 oleh karena salah

metode

• Resistensi minimal untuk pernafasan (terutama pada kasus PPOK) • Efesiensi dan ekonomis dalam penggunaan O2 - Oksigen harus

dapat diterima pasien

Perhatian :

- pemberian oksigen atas indikasi yang tepat - Awas pasien muntah, siapkan penghisap - Pantau pernafasan dan aliran oksigen (LPM) Catatan :

- Oksigen dapat menyebabkan mukosa kering

- Pergunakan hummidifier pada pemberian oksigen > 30 menit - Terangkan pada pasien tindakan apa yang akan dilakukan.

NASAL KANUL DAN

SIMPLE MASK

Prosedur Penggunaan Peralatan :

• Oksigen medis (oksigen tabung) • Flowmeter/regulator

• Humidifier • Nasal kanul

• Face mask • Partial rebreather mask • Non rebreather mask • Venture mask • Bag valve mask (ambu bag)

Prosedur pelaksanaannya adalah:

a) Anamnesa d) Penatalaksanaan b) Langkah-Langkah Pertolongan e) Penyuluhan c) Pemeriksaan Fisik f) Follow Up Cara kerjanya:

1. perawat cuci tangan dulu, 2. atur posisi yang nyaman,

3. periksa manometer sentral O2 atau tabung O2 humedifier dan flowmeter,

4. hubungkan kanul dengan O 2 atau alirkan O2 yang rendah, 5. masukan ke dua ujung kanul ke lubang hidung, membersihkan nasal kanul setiap 8 jan sekali,

6. perawat cuci tangan,

7. Perhatikan dan catat reksi setelah melakukan tindakan tersebut, perhatikan respon pasien didokumentasikan.

Nasal Canule

Langkah-langkah Pemasangan : a) Mengatur posisi yang nyaman.

b) Memberi penjelasan pada pasien/keluarga tentang prosedur pemasangan nasal canule (maksud, tujuan dan prosedur).

c) Memasang nasal canula pada kedua hidung dengan fiksasi kedua telinga.

d) Mengalirkan oksigen 1 – 6 liter/ menit.

e) Memberi penjelasan pada pasien/keluarga bahwa prosedur sudah selesai.

f) Mengobservasi tentang perkembangan terapi. g) Mencatat hasil kegiatan pada status pasien Sungkup Muka Sederhana (Simple Mask) Langkah-langkah Pemasangan :

a) Mengatur posisi yang nyaman ( berbaring/ semi fowler/ fowler ). b) Memberi penjelasan tentang maksud, tujuan dan prosedur pemasangan simple mask.

c) Memasang simple mask pada muka pasien sesuai ukuran, alirkan oksigen 5 – 8 liter/ menit dan fiksasi karet pengikat pada belakang kepala.

d) Memberikan penjelasan bahwa prosedur sudah selesai. e) Mengobservasi tentang perkembangan terapi oksigen. f) Mencatat hasil kegiatan pada status pasien.

Jenis Peralatan dan Konsentrasi Oksigen

JENIS ALAT KONSENTRASI OKSIGEN ALIRAN OKSIGEN

Nasal kanula 24-32% 2-4 LPM

Simple Face Mask 35-60% 6-8 LPM

35-80% 8-12 LPM

Non Rebrether 50-95/100% 8-12 LPM

Venturi 24-50% 4-10 LPM

Bag-Valve-Mask (Ambubag) Tanpa oksigen 21% (udara)

Dengan oksigen 40-60% 8-10 LPM

Dengan reservoir 100% 8-10 LPM

Tabung oksigen dengan 2000 PSI

Ukuran Vol (Liter) Durasi/Kecepatan Aliran

Kecil 300 29 menit

Sedang 650 50 menit

Besar 3000 4 jam 41 menit

120

EP.

(15)

Jl. Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I,

Jakarta 14350

T. (021) 6400261 F. (021) 6400778

email : [email protected]

www.royalprogress.com

Definisi Inffusion Pump

Inffusion pump adalah suatu alat untuk mengatur jumlah

cairan / obat yang masukkan kedalam sirkulasi darah

pasien secara langsung melalui vena. Sehingga obat /

cairan masuk dalam aliran darah dalam jangka waktu

dan dosis yang tepat.

Nama lain Inffusion Pump adalah alat infus

Komponen Alat

- Alarm control

- Pump sistem

- Sensor tetesan

- Kontrol gelembung udara

- Pengatur jumlah tetesan

- Display system

Prinsip Kerja

Buzzer drive / Buzzer volume variable circuit akan berbunyi

dan digunakan sebagai sumber alarm.

Motor drive circuit, yang digunakan pada unit ini adalah

motor stepper untuk motor penggerak, rasio dari motor

tersebut adalah: PK244-01 4V : 2 phasa, 1,8˚ / step.

Tegangan pada motor akan senantiasa dipilih pada

masing-masing kecepatan digunakan untuk menstabilkan

output putaran. Proses kenaikan tegangan motor dilakukan

oleh tipe switching regulator untuk mengurangi kerugian

tegangan yang hilang. Spesifikasi tegangan dapat dipilih

yaitu sebanyak 32 step.

Nurse call I/O circuit, nurse call relay dikontrol oleh sinyal

nurse call relay dari CPU atau signal run out of control

stop.

Air in-line detection circuit, untuk mendeteksi keberadaan

gelembung pada pipa atau selang pada infus pump, untuk

mendeteksi the air in-line maka diigunakan ultrasonic

sensor.

Delivery detection circuit, digunakan untuk mendeteksi

berapa besar tetesan yang sudah dikeluarkan atau

diberikan. Tetesan pada drip chamber dideteksi dengan

infra red emitting element yang terletak pada drop sensor

probe.

Occlusion detection circuit, rangkaian ini berguna untuk

mendeteksi terjadinya penyumbatan saat terjadi tekanan

internal pada selang keluaran, dimana pendeteksian

secara mekank diatur pada bagian terendah dari fingger

unit. Oclusion plunger yang menggunakan magnet

akan mendeteksi posisi yang berubah dikarenakan oleh

bergeraknya tabung / selang.

Door detection circuit, mendeteksi keadaan door, dimana

akan terdeteksi oleh magnet yang dipasang pada pintu

dan semua bagian element dihubungkan pada display

circuit.

Fail safe circuit, berguna untuk mengetahui keadaan

bekerjanya control circuit dan display circuit board CPU

yang akan digunakan untuk berkomunikasi dengan

bagian lain pada saat status operasi dengan CPU.

Hal yang perlu diperhatikan

- Tegangan

- Jumlah tetesan / menit

- Display

- Control system

- Lakukan pemeliharaan sesuai jadwal

- Lakukan pengujian dan kalibrasi 1 tahun sekali

Indikasi pemakaian

Pasien dengan kebutuhan akan cairan rehidrasi kontinue.

Pasien dengan tirah baring lama

Penggunaan obat antibiotik intravena

Penggunaan obat-obatan intravena yang memerlukan

waktu monitoring tepat

INFUSION PUMP

121

Referensi

Dokumen terkait