• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIFAT ,TEKNIK DAN RAGAM ALAT EVALUASI PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIFAT ,TEKNIK DAN RAGAM ALAT EVALUASI PENDIDIKAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

SIFAT ,TEKNIK DAN RAGAM ALAT

EVALUASI PENDIDIKAN

A.SIFAT –SIFAT EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM Sifat-sifat evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut (Muhaimin, 1993: 283)

a.Kuantitatif, yaitu hasil evaluasi yang diberikan skor atau nilai dalam bentuk angka, misalnya : 50, 79, 100.

b.Kualitatif, yaitu hasil evaluasi yang diberikan dalam bentuk pernyataan verbal, misalnya : memuaskan, baik, cukup dan kurang.

B. TEKNIK EVALUASI PENDIDIKAN

Teknik yang dapat digunakan dalam evaluasi pendidikan Islam adalah :

1.Teknik tes :

Teknik tes adalah tenik yang digunakan untuk menilai kemampuan anak didik, meliputi pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil belajar, serta bakat khusus dan inteligensinya.

(2)

Teknik ini terdiri atas :

a.Uraian (essay test) terdiri dari : 1. Uraian bebas (free essay) 2. Uraian terbatas (limited essay) b.Objective test

1. Betul –salah (true-false)

2. Pilihan ganda (multiple choice) 3. Menjodohkan (matching)

4. Isian (complition)

5. Jawaban singkat (short answer)

c. Bentuk tes lain :

1. Bentuk ikhtisar 2. Bentuk laporan

3. Bentuk khusus dalam

pelajaran bahasa seperti , ta’bir syafawi (oral test) dan ta’bir tahriri (written test).

2.Non tes :

Teknik yang digunakan untuk menilai karakteristik lainnya, misalnya minat, sikap, kepribadian siswa dan sebagainya. Teknik ini meliputi :

a.Observasi terkontrol

(3)

c.Inventory d.Questionnaire e.Anecdotal accounts

Jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam adalah :

1.Tes tertulis (written test) 2.Tes lisan (oral test)

3.Test perbuatan (performance test)

Aspek kognitif biasanya menggunakan tes tertulis maupun lisan, sedangkan aspek

psikomotorik menggunakan tes perbuatan. (Zuhairini, 1981: 158).

C. Ragam Alat Evaluasi

Muhibbinsyah (2003 : 201) menggolongkan teknik evaluasi ke dalam pembagian ragam alat evaluasi. Menurutnya secara garis besar ragam alat evaluasi terdiri atas dua macam bentuk, yaitu : 1). Bentuk objektif; 2). Bentuk subjektif. Bentuk objektif biasanya diwujudkan dalam bentuk-bentuk alternatif jawaban, pengisian titik-titik dan

pencocokan satu pernyataan dengan pernyataan lainnya.

(4)

a. Bentuk Objektif .

Bentuk ini lazim disebut tes objektif, yakni tes yang jawabannya dapat diberi skor nilai secara lugas (seadanya) menurut pedoman yang

ditentukan sebelumnya. Ada lima macam yang termasuk dalam evaluasi ragam objektif ini.

1.Tes Benar- Salah

Tes ini merupakan alat evaluasi yang paling bersahaja baik dalam hal susunan item-itemnya maupun dalam hal cara menjawabnya. Soal-soal dalam tes ini berbentuk pernyataan yang pilihan jawabannya hanya dua macam, yakni “B” jika pernyataan tersebut benar dan “S” jika salah. Apabila soal-soalnya disusun dalam bentuk pertanyaan, biasanya alternatif jawaban yang harus dipilih adalah “ ya” atau “ tidak”.

Dalam dunia pendidikan modern, tes

semacam itu sudah lama ditinggalkan karena dua alasan :

1.Tes “ B-S” tidak menghargai kreativitas akal siswa karena mereka hanya didorong untuk memilih sekenanya salah satu dari dua alternatif yang ada.

(5)

2.Tes “B-S” dalam beberapa segi tertentu

dianggap sangat rendah tingkat reliabilitasnya. Meskipun demikian, tes “ B-S “ ini juga memiliki manfaat yang tidak dapat diremehkan antara lain:

1.Tes “ B-S “ ini mendorong siswa /peserta didik untuk berpikir kritis dan berhati-hati dalam menjawab, karena biasanya poin nilai yang diberikan biasanya adalah satu yang berarti apabila salah memilih maka point nilainya akan hilang.

2.Tes “B-S “ ini memudahkan bagi pendidik /guru untuk memeriksa jawaban dengan cepat karena jawaban yang dirancang juga pasti.

3.Dalam merancang tes ini sebenarnya tidak mudah, seorang pendidik/guru harus benar-benar memikirkan soal-soal yang sesuai dengan validitas dan reliabilitasnya.

3.Tes Pilihan Berganda

Item-item (butir-butir soal) dalam tes pilihan berganda (multiple choice) biasanya berupa

pertanyaan atau pernyataan yang dapat dijawab dengan memilih salah satu dari empat atau lima

(6)

alternatif jawaban yang mengiringi setiap soal. Cara yang sangat lazim dilakukan adalah dengan memberikan tanda silang(X) pada salah satu huruf, a, b,c,d atau e yang menandai alternatif jawaban yang benar.

Contoh :

Rukun Iman terdiri dari ……. Perkara :

a. dua b. tiga. c. empat d. lima e. enam

Pada zaman modern sekarang ini, dunia pendidikan khususnya di Barat sudah mulai

meninggalkan tes pilihan berganda kecuali untuk keperluan-keperluan di luar pengukuran prestasi belajar. Alasan-alasan mereka meninggalkan jenis tes ini ialah :

1.Kurang mendorong kreativitas ranah cipta dan karsa siswa, karena mereka diminta

berspekulasi yakni menebak dan menyilang secara untung-untungan.

2.Sering terdapat dua jawaban (di antara empat atau lima alternatif) yang identik atau sangat mirip, sehingga terkesan kurang diskriminatif. 3. Sering terdapat satu jawaban yang sangat

(7)

jawaban-jawaban lainnya terlalu gampang untuk ditinggalkan.

Namun demikian, sampai batas tertentu tes pilihan berganda masih dipakai untuk

mengevaluasi prestasi belajar siswa dengan catatan , penyusunannya dilakukan secara ekstra cermat. Dalam hal ini, guru seharusnya berusaha sebaik-baiknya untuk menghindari kelemahan-kelemahan di atas.

4.Tes Pencocokan (Menjodohkan)

Tes pencocokan (matching test) disusun dalam dua daftar yang masing-masing memuat kata, istilah atau kalimat yang diletakkan

bersebelahan. Tugas siswa dalam menjawab item-item soal ialah mencari pasangan yang selaras antara kalimat atau istilah yang ada pada daftar A (berisi item-item yang ditandai dengan nomor urut 1 sampai 10 dan seterusnya sesuai dengan

kebutuhan) dengan daftar B terdiri atas item-item yang ditandai huruf a,b,c dan seterusnya.

Untuk menjaga mutu reliabilitas dan

validitasnya, salah satu daftar instrumen evaluasi di atas sebaiknya ditambah sekitar 10% sampai 20%. Dengan demikian, kemungkinan siswa

(8)

menebak semaunya pada saat mengerjakan satu atau dua soal yang terakhir dapat dihindari. Agar lebih jelas, berikut ini penyusunannya disajikan dalam sebuah contoh :

Petunjuk :

“ Isilah titik-titik yang terdapat pada daftar A dengan menuliskan salah satu huruf dari daftar B yang cocok/benar. Nomor 1 yang sudah terisi adalah contoh cara mengerjakan soal selanjutnya. No Daftar A Daftar B

1 Al-Fatihah…..i… a. Menyekutukan Allah 2 Al-Furqan……… b. Beragama Yahudi atau

Nasrani

3 Arafah…………. c. Wajib dilaksanakan di bulan Ramadan

4 Ilmu

Pengetahuan…..

d. Wajib ditunaikan bagi orang Muslim yang mampu

5 Kafir Kitabi e. Beragama Hindu atau Budha

6 Murtad f. Wajib dituntut oleh setiap Muslim

7 Musyrik g. Nama lain bulan Ramadhan

8 Puasa h. Tempat wukuf jama’ah haji

9 syahadatain i. Bacaan wajib dalam sholat

10 Zakat j. Keluar dari Islam k. Nama lain Alquran

(9)

l. Pengakuan terhadap Allah Swt sebagai Tuhan dan Muhammad Saw sebagai utusan-Nya.

4. Tes Isian

Alat tes isian biasanya berbentuk cerita atau karangan pendek, yang pada bagian-bagian yang memuat istilah atau nama tertentu dikosongkan. Tugas siswa dalam hal ini berpikir untuk

menemukan kata-kata yang relevan dengan karangan tersebut. Lalu kata-kata itu dituliskan pada titik-titik atau ruang kosong yang terdapat pada badan karangan tadi. Untuk memperjelas uraian mengenai tes isian itu, selanjutnya disajikan contoh paling sederhana di bawah ini.

Contoh :

“ Isilah titik-titik di bawah ini dengan kata-kata yang benar!

“ Atas berkat rahmat……… Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan …………

supaya berkehidupan kebangsaan yang………….., maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini

(10)

……….” 5. Tes Melengkapi

Cara menyelesaikan tes melengkapi pada dasarnya sama dengan menyelesaikan tes isian. Perbedaannya terletak pada kalimat-kalimat yang digunakan sebagai instrumen. Dalam tes

melengkapi, kalimat-kalimat itu tidak disusun dalam bentuk karangan atau cerita pendek tetapi dalam bentuk yang msing-masing berdiri sendiri. Sebagai contoh, berikut ini disajikan salinan teks proklamasi dalam ejaan aslinya.

Petunjuk !

“ Isilah titik-titik yang ada pada setiap kalimat du bawah ini dengan kata-kata yang sesuai!”

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan ……… Indonesia. Hal-hal jang mengenai

pemindahan kekoeasaan d.l.l…………. dengan tjara seksama dan dalam tempo jang

sesingkat-singkatnja.

…….., hari 17 boelan 8 tahoen’45

(11)

Atas nama ……… Indonesia

…………/Hatta b. Bentuk Subyektif

Alat evaluasi yang berbentuk tes subyektif adalah alat pengukur prestasi belajar yang

jawabannya tidak dinilai dengan skor atau angka pasti, seperti yang digunakan untuk evaluasi obyektif. Hal ini disebabkan banyaknya ragam gaya jawaban yang diberikan oleh para siswa. Instrumen evaluasi mengambil bentuk essay

examination, yakni soal ujian mengharuskan siswa menjawab setiap pertanyaan dengan cara

menguraikan atau dalam bentuk karangan bebas. Banyak ahli menganggap evaluasi subyektif itu sukar sekali dipercaya reliabilitas dan

validitasnya, karena subyektivitas guru penilainya lebih menonjol (Suryabrata, 1984 : 67). Contoh; sebuah esai jawaban yang hari ini diberi nilai 70, mungkin dua minggu yang akan datang, jika diperiksa lagi akan diberi nilai 60 atau 80.

Namun demikian, menghindari pemakaian tes subyektif (essay test) hanya karena alasan

(12)

subyektivitas guru adalah suatu tindakan yang berlawanan dengan perkembangan modrenisasi pendidikan. Tes esai ini lebih populer di mana-mana khususnya di negara-negara maju,

mengingat keunggulannya yang sulit ditandingi terutama oleh instrumen tes B-S dan pilihan berganda yang sering mendorong siswa bermain tebak-tebakan atau “menghitung kancing” itu.

Ada beberapa keunggulan tes esai yang secara implisit diakui juga oleh Suryabrata (1984 : 68), yakni bahwa :

a. Tes esai tidak hanya mampu mengungkapkan materi hasil jawaban siswa tetapi juga cara atau jalan yang ditempuh untuk memperoleh jawaban itu.

b. Tes esai dapat mendorong siswa untuk berpikir kreatif, kritis, bebas, mandiri, tetapi tanpa

melupakan tanggung jawab.

Mengenai sikap subyektif guru penilai tidak perlu menjadi halangan penggunaan tes ini, sebab seperti objektivitas, subjektivitas juga ada

batasnya. Persoalannya sekarang adalah

bagaimana kita mencetak guru profesional dalam arti luas dan komprehensif termasuk dalam hal

(13)

evaluasi prestasi belajar para siswanya. D. SYARAT ALAT EVALUASI

Langkah pertama yang perlu ditempuh guru dalam menilai prestasi belajar siswa adalah

menyusun alat evaluasi (test instrument) yang sesuai dengan kebutuhan dalam arti tidak

menyimpang dari indikator dan jenis prestasi yang diharapkan.

Persyaratan pokok penyusunan alat evaluasi yang baik dalam persfektif psikologi belajar (The psychology of learning) melihat dua macam, yakni : 1) reliabilitas; 2) validitas (Butler, 1990 : 98). Persyaratan lainnya adalah objektif,

diskriminatif dan sebagainya yang dikemukakan oleh kebanyakan penyusun buku psikologi

pendidikan dan buku ilmu-lmu kependidikan pada umumnya. Reliabilitas secara sederhana berarti tahan uji atau dapat dipercaya. Sebuah alat

evaluasi dipandang reliabel atau tahan uji, apabila memiliki konsistensi (ketetapan) dan keajegan hasil. Artinya apabila alat itu diujikan kepada

kelompok siswa pada waktu tertentu menghasilkan prestasi “ X “, maka prestasi yang sama atau

(14)

hampir sama dengan “ X “ itu dapat pula dicapai kelompok siswa tersebut setelah diuji ulang dengan alat yang sama pada waktu yang lain.

Validitas pada prinsipnya berarti keabsahan atau kebenaran. Sebuah alat evaluasi dipandang valid (absah) apabila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Contohnya, apabila sebuah alat evaluasi bertujuan mengukur prestasi belajar

matematika, maka item-item dalam alat itu hendaknya hanya direkayasa untuk mengukur kemampuan matematis para siswa. Kemampuan-kemampuan lainnya yang tidak relevan, seperti kemampuan dalam bidang bahasa, IPS dan sebagainya tidak perlu diukur oleh instrumen evaluasi matematika tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis jalur (path analysis) merupakan model dasar yang digunakan untuk menganalisis jalur dalam mengestimasi kekuatan dari hubungan-hubungan kausal yang

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Pengaruh aktivitas belajar terhadap kemandirian belajar siswa, 2) Pengaruh pengorganisasian tugas terstruktur

Penentuan kriteria diagnostik pada anak disleksia dilakukan dengan menyesuaikan kriteria yang terdapat pada Diacnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-5),

Penelitian ini dilaksanakan melalui tahap- tahap sebagai berikut: persiapan, pembuatan proposal, mengumpulkan data-data pendukung, menganalisa data, menyusun laporan, dan

Sebaliknya, di perdesaan Jawa lain yang hanya menggunakan sistem produksi pertanian relatif subsisten (pada usahatani padi) ternyata proses perubahan penguasaan sumberdaya

No Nama Rumah Sakit Provinsi Kota Alamat Rumah Sakit No Telepon Fasilitas PPH, PPH Plus, PSS (Black Card).. HS,

Deiksis orang kedua, yakni pemberian bentuk rujukan penutur kepada seseorang atau yang lebih melibatkan diri.. &RQWRK ³Ellu is in love with her´ µ(OOX

2013 ‘Effect of Exercise on Reproductive Hormones in Female Athletes’, International Journal of Sport and Exercise Science, 51, pp.. Perbedaan pemberian latihan fisik intensitas