• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAP PIJAT OKSITOSIN STIKES MUHAMMADIYAH.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SAP PIJAT OKSITOSIN STIKES MUHAMMADIYAH.docx"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

( SAP )

Tentang Pijat Oksitosin Pada Ibu Post Partum

Disusun Oleh :

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

(2)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

( SAP )

A. Pokok Bahasan/ Topik : Pijat Oksitosin B. Sasaran : Ibu Post Partum C. Tempat : Ruang Mawar Nifas D. Tanggal : Sabtu, 8 Agustus 2015

E. Waktu : Pukul 09.00 WITA.

F. Penyuluh : Mahasiswa STIKES MUHAMMADIYAH

I. Tujuan Instruksinal Umum

Setelah di lakukan tindakan pendidikan kesehatans selama 1x 30 menit, di harapkan klien dan keluarga mampu memahami tentang pijat oksitosin sesuai dengan petunjuk yang diberikan

II. Tujuan Instruksinal Khusus

a. Menjelaskan pentingnya perawatan payudara b. Menjelaskan kembali pengertian pijat oksitosin c. Menjelaskan manfaat pijat oksitosin

III. Analisa Situasi

1. Peserta penyuluhan adalah ibu post partum rawat inap di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

2. Ibu dengan post partum siap mengikuti penyuluhan kesehatan dari mahasiswa.

3. Ibu dengan post partum sangat antusias dalam mengikuti penyuluhan terbukti dengan adanya beberapa pertanyaan yang disampaikan.

(3)

4. Penyuluhan dikatakan berhasil karena saat dievaluasi keluarga klien mampu mengulang kembali penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa yang menyuluh.

5. Penyuluh Mahasiswa Stikes Muhammadiyah yang praktek keperawatan dan bertanggung jawab terhadap Ibu Post Partum yang dibuktikan dengan: a. Mahasiswa menguasai materi yang disampaikan.

b. Mahasiswa mampu membuat suasana menarik saat penyuluhan berlangsung

IV. Materi terlampir V. Metode

Ceramah, tanya jawab dan diskusi.

VI. Media

Lembar Balik dan Leafleat.

VII. Pelaksanaan

No .

Kegiatan Penyuluhan Peserta

1 Pembukaan (waktu + 5 menit)  Mengucapkan salam  Memperkenalkan diri  Menjelaskan tujuan penyuluhan

 Memberikan waktu untuk tanya jawab  Menjawab salam  Menyimak  Menyimak 2 Inti (waktu + 20 menit)

 Menjelaskan kembali tentang pentingnya perawatan payudara.

 Menjelaskan kembali pengertian pijat oksitosin.  Menjelaskan manfaat pijat

 Menyimak penjelasan

(4)

oksitosin. Menyimak 3 Penutup

(waktu + 15 menit)

 Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya  Memberikan reward

 Mengucapkan terima kasih &  salam penutup.  Menjawab pertanyaan  Menyimak kesimpulan  Menjawab salam VII. Evaluasi 1. Evaluasi Persiapan

a. Materi sudah siap 1 hari sebelum penkes b. Media sudah siap 1 hari sebelum penkes c. Tempat sudah siap 1 hari sebelum penkes d. SAP sudah jadi sebelum penkes

2. Evaluasi Proses

a. Peserta hadir tepat waktu

b. Peserta kooperatif serta aktif bertanya c. Media digunakan secara efektif 3. Evaluasi Hasil

a. Menjelaskan kembali pentingnya perawatan payudara b. Menjelaskan kembali pengertian pijat oksitosin c. Menjelaskan kembali manfaat pijat oksitosin

MATERI PIJAT OKSITOSIN A. Perilaku menyusui bayi

(5)

Menyusui merupakan respon perilaku bayi yang komplek yang menunjukan cara bayi memperolah makanan. Bayi baru lahir mempunyai kemampuan yang unik yaitu mampu memindahkan susu dari payudara ibunya. Bayi menunjukan adaptasi yang luar biasa. Perilaku menyusu bayi dimulai segera setelah lahir, yaitu (Walker,2002):

a. 15 menit, bayi menunjukan reflak mencari (roots) dan raflek menghisap (suck) b. 34 menit, bayi menunjukan gerakan tangan di mulut

c. 55 menit bayi menunjukan gerakan menyusu dan spontan attachment

Selain perilaku menyusui pada beberapa jam pertama setelah lahir bayi menunjukan perilaku:

a. Lahir – 2 jam dalam keadaan terjaga

b. 2-20 jam bayi mengantuk dan tertidur nyenyak

c. Setelah 20 jam bayi berada dalam keadaan continum of state.

Perawatan Payudara

a. Definisi

Melakukan perawatan payudara setelah melahirkan atau pada masa nifas. Perawatan payudara pada ibu post partum sangat diperlukan untuk merawat puting payudara agar bersih dan tidak mudah lecet, mempertahankan kelancaran ASI serta menstimulasi reflex oksitosin untuk memperlancar produksi ASI.

b. Tujuan

Tujuan perawatan payudara antara lain :

- Membantu mengurangi pembengkakan payudara - Memperlancar pengeluaran ASI

- Menjaga kebersihan payudara, terutama kebersihan puting susu agar terhindar dari infeksi

- Mengetahui secara dini kelainan puting susu (datar) dan memperbaiki bentuk puting susu sehingga bayi dapat menyusu dengan baik

- Mencegah bendungan ASI

Segeralah atasi keluhan yang muncul agar tidak semakin parah. Adapun keluhan yang umum terjadi saat menyusui adalah :

(6)

1) Payudara bengkak atau keras

Hal ini biasanya ditimbulkan akibat produksi ASI yang berlebihan tetapi belum dihisap oleh bayi atau akibat adanya sumbatan. Kompreslah payudara dengan air hangat selama beberapa menit, setelah itu keluarkan ASI sedikit secara manual lalu menyusui bayi.

2) Puting terasa perih

Bila hal ini terjadi, batasi setiap waktu menyusu selama 10 menit atau hentikan kegiatan menyusui (minimal 24 jam) agar tidak terjadi infeksi. Jaga payudara dalam kondisi kering, saat masih terluka gunakan pelindung puting yang terbuat dari bahan karet lunak saat menyusui. Pastikan cara dan posisi menyusui bayi sudah tepat , masukkan semua bagian puting sampai areola ke dalam mulut bayi.

3) Air susu merembes

Adanya air susu yang merembes selain mengurangi keindahan penampilan juga kurang baik bagi kesehatan ibu dan bayi. Payudara yang lembab bisa menjadi media yang efektif bagi bakteri dan jamur sehingga mudah menimbulkan iritasi dan infeksi. Untuk menghindarinya pilihlah breast pad (bantalan dalam BH) dengan bahan yang halus dan berdaya serap baik. Jangan lupa sering mengganti breast pad minimal 2 kali sehari. Pemakaian BH tidak boleh terlalu ketat karena dapat menekan payudara dan membuat tidak nyaman.

4) Puting tenggelam

Bagi ibu yang memiliki puting susu datar dianjurkan untuk melakukan gerakan menarik puting susu secara manual dan dilakukan rutin hingga puting susu menonjol.

Cara Menilai Proses Menyusui (Walker, 2002)

Menyusui merupakan salah satu upaya pemberian nutrisi pada bayi. Proses menyusui yang tepat akan memberikan nutrisi yang adekuat pada bayi. Penilaian Proses menyusui akan membantu petugas kesehatan dalam menentukan apakah seorang ibu membutuhkan bantuan atau tidak. Selain itu, petugas kesehatan juga dapat melihat tingkat kebenaran atau kekeliruan proses

(7)

menyusui yang dilakukan oleh ibu. Penilaian ini dilakukan dengan pengamatan proses menyusui ibu dan pertanyaan-pertanyaan tentang proses menyusui, seperti:

a. Bagaimana ibu memegang bayinya. b. Bagaimana respon bayi.

c. Bagaimana ibu meletakan bayinya.

d. Bagaimana ibu memegang payudaranya saat menyusui. e. Apakah si bayi terlihat menempel dengan baik di payudaranya. f. Apakah menghisap efektif.

g. Bagaimana penyusuan berakhir/selesai. h. Apakah bayi tampak puas.

i. Bagaimana kondisi payudara ibu.

j. Bagaimana penyusuan dirasakan oleh ibu.

Keberhasilan proses menyusui dapat dinilai dari perkembangan kemampuan ibu dalam mengenali kapan dan bagaimana menyusui bayinya. Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan MBA scoring system (Mother-Baby Assessment) yang dikembangkan oleh Mulford (Walker, 2002). Komponen yang dievaluasi dalam MBA scoring system antara lain:

a).Mengenali (signaling) tanda-tanda awal menyusui

Kriteria/hal yang dikaji pada signaling antara lain: 1) ibu melihat dan mendengar kecapan bayi, ia akan memeluk, menggoyang, atau bicara dengan bayi, atau ia akan menstimulasi bayi jika bayi mengantuk dan menenangkan bayi jika dia ribut; 2) Bayi menunjukan kesiapan seperti terjaga, rooting (mencari), sucking (menghisab), tangan di mulut, suara mengecap, atau menangis.

b).Posisi (positioning)

Kriteria/ hal yang dikaji pada positioning antara lain: 1) Ibu memeluk bayi dengan nyaman, latch-on baik (puting menenpel dengan baik), tubuh bayi lurus, menghadap tubuh ibu, kepala dan bayi disangga dengan baik oleh ibu; 1) Bayi mencari payudara dengan baik, mulut terbuka lebar.

c).Perlekatan bayi dengan payudara ibu (Fixing)

Kriteria/hal yang dikaji pada fixing antara lain:

1) Ibu memegang payudaranya dan membantu bayi dengan mendekatkan payudara saat mulut bayi terbuka lebar atau mungkin meneteskan ASI.

(8)

2) Bayi menempel (lacth-on), puting dan areola masuk ke mulut sebanyak kurang lebih 2 cm , kemudian menghisab.

d).Transfer susu (milk transfer)

Kriteria hal yang diakaji pada milk transfer antara lain: 1) Ibu melaporkan tanda-tanda seperti; haus atau kram uteri atau peningkatan lochea atau sakit pada payudara atau rileks dan mengantuk; susu mungkin keluar dari payudara yang tidak dihisap; 2) Terdengar tegukan bayi, susu terlihat di mulut, bayi mungkin akan mengeluarkan ludah; terjadi perubahan call-up sucking rate yang cepat (dua hisapan tiap detik) menjadi nutritive sucking (satu hisapan per detik).

e).Pengakhiran proses penyusuan (Ending)

Kriteria hal yang dikaji pada ending antara lain: 1) Payudara ibu nyaman; dia membiarkan bayinya menyusu hingga selesai; setelah menyusui, payudaranya lebih lembut; tidak ada bengkak, engorgement, ataupun lecet pada putting; 2) Bayi melepas payudara secara spontan, terlihat puas. Bayi tidak menunjukan refleks mencari ketika distimulasi. Wajah, lengan dan tangan bayi rileks; bayi mungkin tertidur.

Faktor yang Mempengaruhi Proses Menyusui

Keberhasilan proses menyusui dipengarahi oleh berbagai faktor. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Calvacante dkk (2005), faktor resiko yang mengganggu menyusui (ineffective breastfeeding) antara lain:

a. Biologikal

1. Nutrisi ibu hamil

Pada ibu postpartum yang mengalami malnutrisi berat seperti anemia, akan mengalami kelemahan fisik, sehingga proses menyusui menjadi terganggu. Selain itu malnutrisi maternal akan menyebabkan cara kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) atau bahkan prematuritas. Pada BBLR dan prematuritas, refleks-refleks primitiv seperti refleks hisap dan telan umumnya belum sempurna, sehingga proses menyusui menjadi terganggu.

(9)

2. Anomali payudara

Bentuk payudara yang abnormal sering mengganggu proses menyusui. Puting susu ibu yang mendatar (inverted) akan menghambat proses menyusui. Bayi mengalami kesulitan untuk lacth on dan kadang-kadang menyebabkan bingung puting. Selain puting yang datar, puting yang nyeri (pain nipple), engorgement, juga akan menghambat proses menyusui.

3. Faktor genetik dan penyakit kongenital

Bayi dengan kalainan genetik seperti sindrom down's atau Pierre robin juga akan mengalarni gangguan proses menyusui. Pada sindrom down's, bayi memiliki lidah yang pendek sehingga reflex hisap kurang kuat. Selain itu kadang-kadang juga disertai gangguan jantung yang menyebabkan bayi sianosis.

Penyakit kongenital yang sering dialami pada bayi baru lahir yang dapat mengganggu proses menyusui antara lain bibir dan palatum sumbing (cleft lip and palate) dan choanal atresia. Pada bayi dengan bibir sumbing dan palatum akan mengalami gangguan pada saat menghisap. Bayi umumnya mengalami menghisap yang tidak efektif (ineffective suckling), sehingga akan mengganggu proses menyusui. Penyakit kongenital lain yang juga dialami bayi baru lahir adalah kelainan jantung bawaan seperti VSD, ASD, TOF, PDA, dan lain-lain. Pada bayi yang mengalami kelainan jantung bawaan akan mudah lelah, mengalami peningkatan kerja jantung sehingga heart rate dan respirasi rate meningkat, dan kadang-kadang mengalami sianosis.

Selain kelainan kongenital dan genetik, anomali pada bayi juga menyebabkan gangguan proses menyusui. Pada bayi-bayi ini mungkin mengalami gangguan refleks hisap, sehingga proses menyusui terganggu.

b. Psikologikal

Faktor-faktor psikologikal yang sering mengganggu proses menyusui antara lain: kecemasan pada ibu hamil (maternal anxiety), ketakutan ibu hamil (maternal fear), gangguan emosi ibu hamil, depresi postpartum, dan kelahiran anak yang tidak diinginkan. Ibu yang mengalami gangguan psikologi seperti hal-hal di atas akan terganggu proses menyusuinya. Mereka mungkin mengalami gangguan proses fikir ataupun orientasi sehingga sulit untuk berkonsentrasi. Salah satu cara untuk meningkatkan hormon oksitosin adalah dengan

(10)

meningkatkan psikologis ibu, maka adanya dukungan suami dalam memberikan pijat oksitosin diperlukan selama ibu menyusui.

c. Sosial

1. Susu formula pengganti ASI

Promosi susu formula untuk bayi yang gencar di media massa juga berpengaruh terhadap keputusan pemberian ASI. Pemberian makanan pra laktal seperti susu formula pada bayi baru lahir akan berpengaruh terhadap proses menyusui.

2. Kurang pengetahuan

Tingkat pengetahuan ibu yang tinggi tentang proses menyusui akan berpengaruh terhadap proses pemberian ASI pada bayi. Pengaruh orang lain, misalnya dari orang tua, mertua, saudara ipar, dokter, petugas kesehatan atau pun yang lain.

Tingkat pengetahuan ibu dan dukungan sosial yang rendah akan mengganggu proses menyusui ibu. Ketidaktahuan mengenai proses manyusui dan ASI pada ibu akan menyebabkan ibu tidak percaya diri sehingga mudah menyerah pada awal belajar menyusui. Dukungan yang tidak adekuat dari orang di sekitar ibu juga berperan dalam kegagalan menyusui. Selain itu peran pasangan dalam pembuatan keputusan untuk menyusui atau memberikan susu formula juga akan berpengaruh pada proses menyusui ibu.

Pengalaman menyusui sebelumnya juga akan berpengaruh terhadap proses menyusui selanjutnya. Ibu yang mengalami kegagalan pada proses menyusui sebelumnya menjadi kurang percaya diri.

3. Perubahan gaya hidup

Perubahan gaya hidup di era giobalisasi mempengaruhi proses menyusui ibu. Ibu banyak yang bekerja di luar rurnah, dan umumnya tempat-tempat bekerja tersebut tidak menyediakan tempat untuk menyusui, sehingga mereka menganggap bahwa menyusui menjadi merepotkan dan memalukan.

d. Ekonomikal

Faktor ekonomikal meliputi: kemiskinan, kelaparan, dan distribusi income dan kesempatan yang tidak adekuat. Kemiskinan dan kelaparan membuat ibu berhenti menyusui karena terpaksa bekerja untuk mencari uang dan membantu meningkatkan penghasilan keluarga.

(11)

Tinjauan tentang dukungan suami dan pijat oksitosin

Pentingnya peran ayah dalam mendukung ibu selama memberikan ASI memunculkan istilah breastfeeding father atau ayah menyusui. Jika ibu merasa didukung, dicintai, dan diperhatikan, maka akan muncul emosi positif yang akan meningkatkan produksi hormon oksitosin sehingga produksi ASI pun lancar. Membantu ibu saat mulai proses menyusui, memberi waktu ibu untuk beristirahat dan memberi kenyamanan sehingga meningkatkan psikologis ibu.

Dukungan suami terhadap ibu bertujuan untuk menggugah hormon oksitosin. Untuk kelancaran proses menyusui diperlukan kerja gabungan antara hormon prolaktin dan oksitosin. Reflek prolaktin berguna untuk merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI sedangkan oksitosin berfungsi melancarkan ASI yang keluar dari payudara. Tanpa hormon oksitosin, bayi akan kesulitan menyusu karena ASI tidak lancar.

Hari pertama setelah melahirkan, ibu mengalami kelelahan fisik dan mental. Akibatnya, ibu merasa cemas, tidak tenang, hilang semangat, dan sebagainya. Ini merupakan hal normal yang perlu diantisipasi suami maupun pihak keluarga. Namun dalam beberapa kasus, terutama pada anak pertama, banyak ayah yang lebih sibuk dengan bayinya daripada memperhatikan kebutuhan sang istri. Jika kondisi ini terus-menerus berlanjut maka ibu akan merasa bahwa perhatian suami padanya telah menipis sehingga muncul asumsi-asumsi negatif. Terutama yang terkait erat dengan penampilan fisiknya setelah bersalin.

Tubuh yang dianggap tak lagi seindah dulu membuat suami lebih mencintai anak daripada dirinya sebagai istri. Perasaan negatif ini akan membuat refleks oksitosin menurun dan produksi ASI pun terhambat. Sehingga untuk meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin diperlukan dukungan ayah selama proses menyusui.

Hormon oksitosin disebut juga ‘hormon kasih sayang’ karena hampir 80% hormon ini dipengaruhi oleh pikiran ibu (positif atau negatif). Pikiran negatif ibu akan menghambat pengeluaran hormon ini, demikian pula sebaliknya. Jadi bila seorang ibu berpikir ASI-nya kurang, oksitosin akan turun dan ASI tak banyak dialirkan kedalam sinus laktiferus. Jalan somatosensori untuk merangsang refleks pengeluaran oksitosin.

Ketika bayi menyusu, memicu mengalirnya hormon oksitosin yang melepaskan air susu ibu (ASI). Secara bersamaan dapat mendorong peraaan dicintai serta keperayaan dalam diri ibu dalam memastikan terpenuhinya kebutuhan bayi. Refleks semacam itu telah lama menjadi

(12)

teka-teki karena mendorong pengeluaran oksitosin dalam jumlah besar. Dengan menggunakan program komputer khusus, para peneliti dari Cina, Prancis, Itali dan Inggris berhasil memahami cara kerjanya.

Penelitian yang dilakukan para ahli tersebut dilaporkan pada jurnal PLoS Computational Biology. Kesimpulannnya, proses menyusui tidak hanya membuka jalan untuk perkembangan sel otak, termasuk mengeluarkan oksitosin.Proses menyusui juga menghasilkan dendrites, yang tugasnya membentuk hubungan komunikasi antara sel otak untuk menghasilkan hormon. Meningkatnya hubungan antara neuron dan pembentukan pusat produksi oksitosin menghasilkan ledakan pengeluaran hormon sewaktu-waktu.

Kerja dari hormon oksitosin dipengaruhi pikiran dan perasaan ibu. Dengan demikian untuk tercapainya proses menyusui yang lancar, ibu harus dalam keadaan tenang, nyaman, dan senang saat menyusui. Untuk itu diperlukan peran ayah dalam memberikan dukungan kepada ibu terutama saat menyusui, sehingga ibu akan dijalari perasaan dicintai dan diperhatikan. Keadaan tersebut membuat ibu senang, sehingga reflek oksitosin akan bekerja dengan baik dan ASI akan keluar dengan lancar.

Refleks turunnya susu penting dalam menjaga kestabilan produksi ASI, tetapi dapat terhalangi apabila ibu mengalami stres. Oleh karena itu sebaiknya ibu tidak mengalami stres. Refleks turunnya susu yang kurang baik adalah akibat dari puting lecet, terpisah dari bayi, pembedahan payudara sebelum melahirkan, atau kerusakan jaringan payudara. Apabila ibu mengalami kesulitan menyusui akibat kurangnya refleks ini, dapat dibantu dengan pemijatan payudara, penghangatan payudara dengan mandi air hangat, atau menyusui dalam situasi yang tenang, suami memberi perhatian dengan memberi pijat oksitosin.

Breastfeeding father bisa diwujudkan dengan menggendong bayi, memberikan sentuhan lembut pada punggung ibu pada saat menyusui, memijat punggung ibu ketika lelah menyusui sangat membantu dalam proses pemberian ASI Sentuhan tersebut memberikan kenyamanan pada ibu. Secara psikologis perasaan tersebut membantu kelancaran proses keluarnya ASI. Kenyamanan pada diri ibu bisa menular pada bayi sehingga akan menyusu dengan lebih baik. Secara fisiologis hal tersebut meningkatkan hormon oksitosin yang mengirimkan sinyal ke otak untuk memproduksi ASI. Hal ini juga menimbulkan bonding antara ayah dan bayi.

(13)

Dukungan tersebut bisa diwujudkan dengan memberikan pijatan pada punggung minimal 1-2 kali setiap selesai menyusui. Jadi, peran ayah memang cukup berpengaruh dalam proses menyusui. Keberhasilan menyusui adalah keberhasilan sang ayah, dan kegagalan menyusui adalah kegagalan sang ayah.

Pijat oksitosin adalah tindakan yang dilakukan oleh suami pada ibu menyusui yang berupa back massage pada punggung ibu untuk meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin. Pijat oksitosin yang dilakukan oleh suami akan memberikan kenyamanan pada ibu sehingga akan memberikan kenyamanan pada bayi yang disusui. Adapun cara kerjanya sebagai berikut, (Suherni, dkk, 2007):

 Memberitahu ibu, membantu ibu secara psikologis

 Membangkitkan rasa percaya diri

 Membantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya

 Menstimulir putting susunya, dengan menarik secara pelan-pelan dan memutar putting susu dengan jari-jarinya.

 Mengusap ringan payudara

 Ibu duduk bersandar kedepan melipat lengan diatas meja didepannya dan meletakkan kepalanya diatas lengannya.

 Payudara tergantung lepas tanpa baju

 Suami menggosoki kedua sisi tulang belakang dengan menggunakan kepalan tinju kedua tangan dan ibu jari menghadap kearah atas/depan.

 Suami menekan dengan kuat, membentuk lingkaran kecil dengan kedua ibu jarinya

 Suami menggosok kearah bawah dikedua sisi tulang belakang, pada saat yang sama, dari leher kearah tulang belikat selama 2 atau 3 menit.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PIJAT OKSITOSIN Pengertian : Menjaga kebersihan dan menjaga kelancaran aliran ASI

Tujujuan :

(14)

2. Mencegah terjadinya infeksi

Indikasi : Ibu yang mempunyai bayi dan memberikan ASI secara eksklusif Prosedur : A. Persiapan alat 1. Alat-alat a. Kursi b. Meja c. Minyak kelapa

d. BH kusus untuk menyusui e. Handuk

2. Persiapan perawat

a. Menyiapkan alat dan mendekatkanya ke pasien b. Membaca status pasien

c. Mencuci tangan

3. Persiapan lingkungan a. Menutup ordien atau pintu b. Pastikan prifaci pasien terjaga

(15)

B. Bantu ibu secara pesikologis 1. Bangkitkan rasa percaya diri

2. Cobalah membantu mengurangi rasa sakit dan rasa takut

3. Bantu pasien agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang bayinya

C. Pelaksanaan

1. Perawat mencuci tangan

2. Menstimulir puting susu : menarik puting susu dengan pelan-pelan memutar puting susu dengan perlahan dengan jari-jari

3. Mengurut atau mengusap ringan payudara dengan ringan dengan menggunakan ujung jari 4. Ibu duduk, bersandar ke depan, melipat lengan diatas meja di depanya dan meletakan

kepalanya diatas lenganya. Payudara tergantung lepas, tanpa baju, handuk dibentangkan diatas pangkuan pasien. Perawat menggosik kedua sisi tulang belakang, dengan menggunakan kepalan tinju kedua tangan dan ibu jari menghadap kearah atas atau depan. Perawat menekan dengan kuat, membentuk gerakan lingkaran kecil dengan kedua ibu jarinya. Perawat menggosok kearah bawah kedua sisi tulang belakang, pada saat yang sama, dari leher kearah tulang belikat, selama 2 atau 3 menit.

5. Amati respon ibu selama tindakan

D. Evaluasi

1. Menanyakan kepada ibu tentang seberapa ibu paham dan mengerti tehnik refleksi oksitosin (perawatan payudara)

2. Evaluasi perasaan ibu 3. Simpulkan hasil kegiatan

(16)

4. Lakukan kontrak kegiatan selanjutnya 5. Akhiri kegiatan

6. Perawat cuci tangan

E. Dokumentasi

1. Catat hasil tindakan di catatan perawat (tanggal, jam, paraf, nama terang, kegiatan dan hasil pengamatan)

DAFTAR PUSTAKA

Mawarti, Retno., Trisetiyaningsih, Yanita., Nazila, Zuzun. 2012. Buku Panduan Praktek Laboratorium Keperawatan Maternitas. PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta : Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam bidang satelit geodesi, teknik VLBI dapat dipandang sebagai teknik penentuan posisi relatif dengan menggunakan data fase VLBI dapat dipandang sebagai teknik penentuan

Solusi untuk tidak melakukan pembaja- kan software memang sudah ada, yaitu de- ngan menggunakan produk yang berdasar pada open source. Tetapi pada kenyataan- nya, mengubah

kematangan biji kopi robusta dengan metode histogram equalization dan perhitungan jarak menggunakan teknik euclidean distance untuk menentukan tingkat kematangan biji

Neel beranggapan, secara historis gen ini bersifat menguntungkan bagi kaum primitif yang tidak pernah terpapar oleh makanan-makanan dalam periode waktu yang

Latihan isometrik lebih meningkatkan tekanan terhadap jantung daripada peningkatan aliran ke jantung, aliran tidak dapat banyak meningkat karena adanya tekanan yang lebih tinggi

Buatlah aplikasi baru dengan cara memilih File|New|Application Kemudian tempatkan komponen dibawah ini, kemudian lakukan pengesetan properti pada object properties untuk

Pada S II dini, papul generalisata dan S II Pada S II dini, papul generalisata dan S II lanjut menjadi setempat dan tersusun secara lanjut menjadi setempat dan

Suatu terobosan baru dalam peningkatan peran dan kegiatan Indonesia dalam perdagangan internasional adalah ketika Pemerintah Indonesia mengajukan Request of Consultation