• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengakuan Iman Berdasarkan Roma 10:9-13 dan Aplikasinya bagi Orang Kristen Masa Kini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Pengakuan Iman Berdasarkan Roma 10:9-13 dan Aplikasinya bagi Orang Kristen Masa Kini"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Copyright© 2020; ERESI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen| 1 Volume 1, No 1, Maret 2020 (1-14)

Available at: https://www.sttia-nisel.ac.id/e-journal/index.php/eresi

:

Analisis Pengakuan Iman Berdasarkan Roma 10:9-13 dan Aplikasinya

bagi Orang Kristen Masa Kini

Marinus Gulo

Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar Nias Selatan marinusgulostt@gmail.com

Abstract

Today's Christian life needs to be evaluated and taught properly and correctly. Challenging for the challenges faced by God's church today makes Christianity less qualified so that it affects the spiritual life of congregations that are also unqualified. Confession of faith is a real act from inside and out. That is, the confession of faith is evidenced by the concrete actions of Christians today. Because most Christians do not want to confess their faith correctly as a result many Christians who apostatize and betray the Lord Jesus Christ. In Romans 10: 9-13 it shows a very fundamental attitude of Christianity in all circumstances, both difficult and experiencing problems. It is all proven by the living conditions around us. If recognition is important, action must be real. Real in action, words through the witness of true life because of the grace of the Lord Jesus Christ.

Keywords: Christian; confession; faith; Romans 10

Abstrak

Kehidupan kekristenan masa kini perlu dievaluasi dan diajarkan dengan baik dan benar. Tantang demi tantangan yang dihadapi oleh jemaat Tuhan masa kini menjadikan kekristenan menjadi kurang berkualitas sehingga mempengaruhi kehidupan rohani jemaat yang turut tidak berkualitas pula. Pengakuan iman merupakan tindakan nyata dari dalam dan keluar. Artinya, pengakuan iman dibuktikan dengan tindakan nyata orang Kristen zaman ini. Sebab sebagian besar orang Kristen tidak mau mengakui imannya secara benar akibatnya banyak orang Kristen yang murtad dan mengkhianati Tuhan Yesus Kristus. Di dalam Roma 10:9-13 ini menunjukkan sikap kekristenan yang sangat fundamental dalam segala keadaan, baik susah maupun mengalami masalah. Itu semua dibuktikan oleh keadaan hidup disekitar kita. Jika pengakuan itu menjadi penting, maka tindakan harus nyata. Nyata di dalam tindakan, perkataan melalui kesaksian hidup yang benar oleh karena anugerah Tuhan Yesus Kristus.

Kata kunci: iman; pengakuan iman; orang Kristen; Roma 10

PENDAHULUAN

Pengakuan iman sangat penting di dalam kehidupan ke-Kristen-an. Selain itu, pengakuan iman juga berpengaruh terhadap kehidupan jemaat (orang Kristen). Pengakuan iman suatu konsep yang harus dipahami dengan benar oleh setiap orang percaya. Sebab di dalam konsep ini, keselamatan manusia tidak ditentukan oleh perbuatan yang dilakukannya, “melainkan berdasarkan anugerah dari Allah yang diterima melalui iman kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Keselamatan itu bukan karena pekerjaan atau perbuatan manusia, melainkan keselamatan itu anugerah Allah”.1

(2)

“Alkitab mengajarkan dengan jelas bahwa manusia yang berdosa telah diselamatkan dengan cuma-cuma melalui anugerah (Roma 4:16). Jadi dasar pembenaran itu adalah kematian Kristus, dan sarana yang olehnya pembenaran itu menjadi efektif adalah iman”.2 Iman adalah hal yang sangat penting bagi orang benar. Seperti yang kita ketahui bahwa orang benar hidup oleh karena iman (Roma 1:17). Iman memberikan energi atau kekuatan untuk menjalani seluruh kehidupan orang percaya seutuhnya. Oleh karena itu, iman merupakan daya pendorong untuk perbuatan-perbuatan Allah yang mustahil di lakukan oleh manusia. Iman memiliki banyak manfaat yaitu: karena iman kita taat, karena iman kita hidup kudus, karena iman kita juga hidup berkelimpahan dan karena iman kita bertumbuh di dalam Firman Allah, yaitu di dalam rohani. Dengan demikian, sangat penting dan diperlukan pengajaran serta pemahaman tentang iman yang seutuhnya, namun yang menjadi masalah saat ini adalah tentang pengakuan iman dan keyakinan orang percaya di dalam kehidupannya dan pertumbuhan rohaninya. Seringkali keyakinan dalam setiap kehidupan gereja adalah berhubungan dengan pengakuan iman. Mengapa demikian karena pengakuan iman merupakan dasar atau landasan bagi orang percaya untuk mempunyai sebuah komitmen seperti yang sudah diajarkan oleh bapa-bapa leluhur pada zaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang sampai saat ini masih berlaku. Di dalam Alkitab pengakuan iman memang seharusnya di ajarkan. Ajaran untuk pengakuan iman ini sangatlah mutlak untuk di lakukan. Setiap orang Kristen dituntut untuk menunjukan statusnya sebagi orang yang beriman.

Pengakuan iman sangat penting untuk dipahami oleh jemaat Tuhan, dalam kaitannya dengan keselamatan mereka. Walaupun keselamatan adalah anugerah Allah, tetapi pengakuan akan iman sangat perlu. Keselamatan bukan hal mengikuti ajaran agama, melainkan pengakuan kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Chris Marantika mengatakan bahwa “Pengalaman Kristen sejati bukanlah suatu religious quest, yaitu suatu hasil usaha keagamaan melainkan personal encounter yaitu suatu pengalaman pertemuan yang bersifat kekal antara yang Ilahi (Allah) dan yang insani (manusia) melalui Allah manusia sejati Tuhan Yesus.”3 Demikian juga, Henry C. Thiessen mengatakan bahwa “Allah memakai banyak cara dan sarana untuk mengantarkan orang-orang kepada diri-Nya untuk persekutuan dan keselamatan, dan semua ini dapat dianggap dari arti kata yang lebih luas sebagai sarana-sarana kasih karunia”.4

Walaupun demikian, pengakuan iman tetap perlu dan penting bagi jemaat Tuhan. Tidak sedikit jemaat Tuhan yang menyangkal imannya. Dan tidak mengakuinya di dalam kesesakan, seperti aniaya. Justru di dalam keadaan seperti itu pengakuan iman dibutuhkan, sehingga kebenaran dari Allah serta keselamatan di dalam Kristus Yesus akan dinyatakan kepada dunia bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Sebab, pengakuan kita terhadap iman kepada Kristus, membuktikan kepada dunia bahwa kebenaran hanya ada di

2 George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru II, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999), hlm. 201-202.

3 Chris Marantika, Soteriology dan Spiritual Life, (Yogyakarta: Iman Press, 2009), hlm. 156. 4 Hery C. Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang: Gandum Mas, 2000), hlm. 461.

(3)

Copyright© 2020; ERESI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen| 3

dalam Kristus. Chris Marantika menambahkan penjelasannya bahwa “Pengalaman Kristen bersifat mengubah dan pengalaman itu menghasilkan hidup yang berarti dan bertujuan.”5

Keselamatan jemaat ditentukan oleh pemahaman mereka tentang pengakuan iman. Sebab itu, diperlukan suatu studi atau pembelajaran yang mengajarkan jemaat tentang pengakuan iman yang benar di dalam Kristus. Dengan demikian, pemahaman mereka tentang iman tersebut akan lebih jelas dan terarah. Bukan sekedar pengakuan iman, melainkan perbuatan atau tindakan yang nyata dalam kehidupan mereka sehari-hari. Keselamatan tidak hanya ditentukan oleh pengakuan percaya kepada Kristus, tetapi perlu ada ujian dalam iman yang mereka akui itu.

Pengertian Pengakuan Iman

Kata “mengakui” baik dalam bahasa Ibrani maupun dalam bahasa Yunani (yada dan homolegein), seperti halnya dalam bahasa Indonesia mengacu kepada dua hal, yaitu pengakuan iman dan pengakuan dosa. Dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini menjelaskan bahwa “pengakuan berarti mengumumkan di depan umum suatu hubungan pribadi dengan Allah dan ketaatannya kepada-Nya.”6 Artinya, pengakuan Allah dan Tuhan Yesus Kristus harus dilakukan secara terbuka di hadapan manusia (Matius 10:32). Dalam Perjanjian Lama pengakuan sering mempunyai sifat pujian, di mana orang percaya dengan mengucap syukur mengumumkan apa yang Allah telah lakukan dalam penyelamatan bagi Israel atau bagi jiwanya sendiri.

Sedangkan, iman merupakan kepercayaan atau keteguhan seseorang terhadap Tuhan atau sesuatu yang dipercayainya. Namun, kata iman itu sendiri berasal dari bahasa Ibrani yaitu “emun, yang berarti kesetiaan. Dan Perjanjian Baru yaitu pistis (Kata Benda), pisteuo (Kata Kerja), yaitu kepercayaan yang memiliki dasar yang teguh.”7 Defenisi iman yang paling dekat ialah yang dinyatakan dalam Kitab Ibrani 11:1, yang berkata demikian: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Hal yang sama juga ditambahkan oleh Chris Marantika bahwa: “Arti iman adalah suatu tunjangan atau tumpuan, khususnya pada suatu pribadi, yang padanya pihak lain tanpa ragu bisa mengandalkan atau mempercayakan dirinya.”8 Arti leksikonnya: “letting a full weight down, to lean upon; believe, faith, trust,to tust, yang berarti bersandar penuh atau mempercayakan seluruh hidup jasmani dan rohani.”9

Prinsip-Prinsip Pengakuan Iman

Ketaatan

Ketaatan berasal dari kata dasar taat yang artinya patuh dan taat untuk melakasanakan tugas. Sedangkan, “ketaatan adalah suatu tindakan atau perlakuan untuk selalu patuh dan

5 Marantika, op.cit, hlm. 157.

6 J. D. Douglas (Ed), Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (A-L), (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008). 24.

7 Ibid, hlm. 430.

8 Marantika, op.cit, hlm. 79. 9 Ibid, hlm. 79.

(4)

taat terhadap segala sesuatu yang menjadi aturan atau tata tertib.”10 J. Wesley Brill memberikan penjelasan pengertian kata taat. Kata taat dalam bahasa aslinya, “yaitu bahasa Ibrani berasal dari sebuah kata yang berarti songkong atau tanggung. Jadi, orang yang taat berarti orang yang dapat menyokong kita, yang menanggung kita yang kepadanya tidak dapat bersandar tanpa merasa kuatir.”11 Dalam Ulangan 7:9 berkata: “Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan.”

Demikian juga, Andew Murray mengatakan bahwa taat merupakan “salah satu yang paling penting di dalam Alkitab dan di dalam kehidupan orang Kristen. Karena ketidaktaatanlah, manusia tidak diperkenankan Allah dalam kehilangan kehidupan Allah.”12 Hanya dengan ketaatanlah manusia dapat diperkenankan Allah dan dapat kembali menikmati kehidupan itu. Kesetiaan seseorang dapat memberikan teladan melalui tindakan dan perbuatan. Pengertian ketaatan juga dikemukakan oleh Joni Sugicahyono bahwa ketaatan (taat) adalah “sikap kehidupan yang diwarnai oleh sikap saling merendahkan diri dan ketundukan serta ketaatan di antara sesama orang percaya secara khusus berdampak terhadap hubungan tinbal balik antara anak dan orang tua serta antara pegawai dan majikan.”13 Oleh karena itu ketaatan atau kesetiaan seharusnya mereka lakukan dengan sukarela dan dengan sukacita.

Hati yang Percaya

Paul G. Caram mengatakan: “Hati yang percaya adalah suatu sikap hati, “Aku tahu bahwa Engkau mampu, Tuhan.” Ini juga adalah suatu pengakuan yang positif.”14 Pengakuam iman mencakup hati sebagai ungkapan perasaan dari iman yang dimiliki oleh jemaat atau orang Kristen. Ini prinsip iman yang mungkin tidak semua orang memilikinya. Orang yang mengkui imannya, tetapi bukan dari hati maka tidak ada dampak sama sekali baik dalam kehidupannya maupun dalam kehidupan orang. Lebih-lebih dalam hubungannya dengan keselamatan. Joyce Meyer mengatakan “Hanya iman yang dari hari yang membuat Allah senang. Kita menerima dari Allah melalui iman. Oleh karena itu, sangatlah penting bari orang percaya di dalam Kristus untuk belajar tentang iman dan mulai berjalan di dalam iman itu.”15

Melalui pengakuan iman, kita mendapatkan kekuatan, keberanian, dan keyakinan dari setiap pengalaman di mana kita benar-benar berhenti untuk menatap langsung kepada rasa takut. Ulangan 31:6 berkata: “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.”

10 Tim Abdi Guru, Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm. 51. 11J. Wesley Brill. Dasar Yang Teguh, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004), hlm. 61. 12 Brill, op.cit, hlm. 188.

13 Joni Sugicahyono, Gerakan Membaca Alkitab, (Jakarta: Gereja Kristus Yesus, 2010), hlm. 68. 14 Caram, op.cit, hlm. 141.

15 Joyce Meyer, Sebuah Cara Baru Untuk Hidup Baru, (Jakarta: Yayasa Tangan Pengharapan, 2012), hlm. 60.

(5)

Copyright© 2020; ERESI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen| 5

Iman yang Sejati

Menurut Paul G. Caram, iman sejati adalah: “suatu pemberian dari Allah. Suatu hati yang percaya dan pengakuan yang benar memimpin kepada iman.”16 Israel tidak taat, karena itu, mereka tidak percaya dan tidak memiliki iman. Mereka mati semua dipandang gurun belantara. Kaleb dan Yosua taat. Oleh karena itu, mereka memiliki suatu hati yang percaya dan pengakuan yang benar yang memimpin kepada iman ilahi. Iman sejati adalah iman yang keluar dari pengakuan hati, yang disaksikan melalui mutul dengan tindakan yang benar. Arozatulo Telaumbanua mengatakan bahwa “setiap orang percaya harus memiliki iman yang baik dan benar. Artinya, orang percaya yang memiliki iman dan percaya kepada Allah, maka ia harus memiliki sikap dan tindakan yang sesuai dengan imannya itu dan Allah menghendaki agar ada keterpaduan antara hati yang percaya dengan mulut yang mengaku.”17

Iman yang sejati datang dari suatu hubungan yang intim dengan pencipta iman, yaitu Allah (Ibrani 12:2). Jika iman dipisahkan dari Yesus Kristus, maka iman itu tidak ada nilainya. Pengakuan iman akan mempengaruhi kehidupan kita yang akan datang setelah kita meninggalkan dunia yang fana ini. Tuhan Yesus dengan tegas mengatakan dalam Matius 10:32-33 “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.” Jelas bahwa tanpa ada pengakuan di dalam mulut kita, maka tidak akan berkenan ke dalam Kerajaan-Nya.

Mengaku Dengan Mulut (Roma 10:9)

Pengakuan iman di dalam Kristus tidak hanya pengakuan secara teoritis, melainkan pengakuan yang benar melalui mulut. Pengakuan ini menunjukkan sikap dan tindakan kita tehadap Allah dalam kehidupan sehari-hari. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu (Amsal 3:6). Pengakuan yang tulus akan menghasilkan iman yang sejati. Iman yang sejati adalah percaya kepada Kristus sebagai dasar iman yang diterima atas kasih karunia Allah. Paul G. Caram mengatakan bahwa “Iman itu benar-benar supranatural. Iman itu hanya berasal dari Allah. Setiap berkat atau karunia yang kita miliki kita terima oleh kasih karunia melalui iman (Efesus 2:8).”18

Yesus Adalah Tuhan (Roma 10:9b)

Selanjutnya, pengakuan melalui mulut merupakan kata aktif yaitu kata kerja yang terus diungkapkan melalui nilai-nilai kehidupan yang nyata. Pengakuan kepada Yesus sebagai Tuhan adalah satu tindakan aktif yang terus bekerja di dalam kehidupan orang percaya.

16 Caram, op.cit, hlm. 141.

17 Arozatulo Telaumbanua, Saya Pasti Bisa Seperti Rajawali, (Yogyakarta: Arasni Family’s Press, 2009), hlm. 50.

(6)

Dalam konteks ini Paulus sedang memuliakan Allah dengan mulutnya. Melalui pengakuan ini, Paulus juga berharap agar jemaat mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan. Dalam konteks jauh, Matius 16:16, pengakuan Petrus kepada Yesus sebagai Tuhan menunjukkan bahwa Yesus membalikkan konsep yang salah dari orang banyak tentang Yesus. Marulak Pasaribu menjelaskan bahwa “Pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup merupakan penyingkapan yang luar biasa. Petrus mengerti bahwa Yesus, Anak Allah, adalah Mesias yang dinubuatkan oleh para nabi dalam PL”.19

Secara gramatikal ύ ῠ (kurion Insoun), artinya Yesus adalah Tuan. Kata ύ merupakan kata benda akusatif maskulin tunggal. Kata ύ berasal dari kata dasar kurios, yang artinya “Tuhan, Tuan, Pemilik”.20 Secara teologis, pengenalan dan pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan, Anak Allah bukanlah sesuatu hal yang mudah. Pengakuan ini membutuhkan keberanian yang teguh dan konsisten dengan kebenaran. Dengan mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan, maka terjadi peningkatan iman kita di dalam pengakuan tersebut. Sebab perkataan yang diucapkan merupakan kuasa yang menyatakan kebenaran. Dan itu adalah pekerjaan Allah di dalam kehidupan setiap orang percaya.

Allah Membangkitkan Dia (Roma 10:9c)

Tidak sekedar kita mengakui Yesus adalah Tuhan. Secara konteks yang sedang dibahas, menunjukkan satu pendalaman iman yang sungguh-sungguh. Di dalam ayat sebelumnya (ayat 6 dan 7) menyatakan kebenaran yang disebabkan oleh iman. Oleh karena itu, Paulus menunjukkan satu kebenaran iman yang menurut pandangan manusia mustahil terjadi, yaitu “Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati.”

Secara gramatikal, kalimat “Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati”, ditulis dalam bahasa Yunani “ὁ ὁϛ ὁ ἥ   (ho Theos auton hegeiren ek nekron). Kata “ἥ“ (hegeiren) menunjukkan kata kerja indikatif aoris aktif orang ketiga tunggal. Ini artinya, kebangkitan Kristus Yesus dari antara orang mati bukan suatu rekayasa, tetapi benar-benar terjadi. Kata “ἥ“ (hegeiren) berasal dari kata dasar ῳ (hegeiro), yang artinya “membangunkan, membangkitkan; menyebabkan (Filipi 1:17); mengeluarkan (Matius 12:11); menjadikan.”21 Kalimat ini dipakai setelah Tuhan Yesus bangkit dari antara orang mati. Kata membangkitkan Dia dari antara orang mati, Dave Hagelberg mengatakan “ini menyebutkan apa yang kita harus lakukan dengan mulut dan hati kita.”22

Secara teologis, berbicara mengenai iman yang sungguh-sungguh di dalam Pribadi Yesus Kristus. Suatu bukti bahwa Allah yang memberikan keselamatan melalui iman kepada Kristus. Mengaku dengan mulut merupakan sebuah usaha, sebuah pekerjaan, tetapi pembenaran diberikan kepada orang yang tidak bekerja.

19 Marulak Pasaribu, Eksposisi Injil Sinoptik, (Malang: Gandum Mas, 2005), hlm. 279. 20 Newman, op.cit, hlm. 97.

21 Newman, op.cit, hlm. 46.

(7)

Copyright© 2020; ERESI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen| 7

Yesus Adalah Juruselamat (Roma 10:9d)

Pengakuan dengan mulut bahwa Yesus adalah Juruselamat merupakan hal yang amat penting di dalam kehidupan orang percaya. Sebab tidak semua orang memiliki iman yang dangkal tentang keselamatan di dalam Kristus Yesus. Tanpa ada pengakuan dari mulut kita bahwa Yesus adalah Juruselamat, maka kita telah mengabaikan pengorbanan Yesus di atas kayu salib, dan mengabaikan kasih karunia yang Allah berikan melalui Dia. Charles C. Ryrie mengatakan “Paulus pasti menghubungkan pendamaian dengan kematian Kristus di dalam Roma 3:25. Darah-Nya (kematian-Nya) menjadikan diri-Nya sebagai pendamaian.”23 Roma 10:9, menekankan fakta bahwa Kristus sendiri adalah korban yang menghapuskan dosa manusia, sehingga manusia memperoleh keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Tuhan Yesus sebagai Juruselamat dunia memberikan kepastikan kepada orang percaya yang mengaku dengan mulut bahwa Yesus Adalah Juruselamat untuk hidup dalam kerajaan Allah. Keselamatan itu diberikan kepada setiap orang melalui iman dan pengakuan di dalam Kristus Yesus. Dalam Kisah Para Rasul 4:12 berkata “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” “Yesus adalah satu-satuny Juruselamat manusia. Dia tidak hanya menyelamatkan kita dari penghakiman Allah di masa depan, Dia juga Juruselamat kita sekarang dalam hidup kita.”24 Semua orang percaya dapat bersaksi bahwa mereka telah terbebas dari cengkeraman setan, maut dan dosa; dan mereka sanggup mengatasi semua kesukaran hidup ini oleh karena Dia.

Percaya Dalam Hati (Roma 10:10-11)

Kata percaya dalam bahasa Yunani “ς” (pisteuses), yang artinya beriman, percaya, mempercayai, meyakini, mempercayakan.”25 Percaya merupakan penyerahan totalitas hidup kepada Kristus berdasarkan iman kita kepada-Nya. Kata “ς” (pisteuses) merupakan kata kerja yang berasal dari kata “” (pisteuo). Berarti kata percaya adalah suatu ungkapan yang aktif, bukan pasif.

Sedangkan kata hati dalam bahasa Yunani adalah “” (kardia), artinya “hati, jantung”. Kata “” (kardia) merupakan kata benda datif feminim tunggal. Kata hati atau hati semu orang memiliki karena memang sifatnya umum. Tetapi percaya tidak semua orang memiliki kepercayaan yang sama dengan tujuan yang sama.

Dengan demikian, percaya dalam hati adalah suatu ungkapan yang dalam dari hati dan diucapkan atau disaksikan melalui mulut kepada dunia. Pengakuan iman dari dalam hati adalah pengakuan yang menghasilakn kuasa. Mengaku dengan mulut dan percaya dalam hati ada kaitannya dengan menjadi saksi Kristus, karena menyaksikan, mengakui Yesus Tuhan dan Juruselamat kepada dunia. Henry C. Thiessen mengatakan “dengan pengakuan iman, maka iman membuat kita terus menjadi berkat bagi orang lain (Yohanes 7:38), menuntun kita untuk berusaha melakukan sesuatu yang menguntungkan orang lain (Markus

23 Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 2012), hlm. 41. 24 Samuel Ching, Yesus Sang Juruselamat, (Jakarta: YALLKI, tt), hlm. - . 25 Newman, op.cit, hlm. 133.

(8)

2:3-5), dan mendapatkan pertolongan untuk orang lain (Kisah Para Rasul 27:24-25).”26 Artinya, pengakuan kita melalui iman kepada Yesus akan menjadikan saksi-Nya kepada dunia melalui tata kehidupan kita setiap hari, yang merupakan cerminan dari Kristus dan karakter-Nya (Matius 5:14-15).

Dibenarkan (Roma 10:10a)

Kalimat dalam Roma 10:10 tersebut merupakan hasil dari pengakuan iman kita kepada Kristus melalui mulut dan hati kita. Kata dibenarkan secara konteks adalah dibebaskan, dilayakkan. Dave Hagelberg mengatakan “kebenaran dan keselamatan, sebagai dua aspek dari satu kenyataan.”27

Secara gramatikal, kata dibenarkan berasal dari bahasa Yunani, yaitu  (dikaiosunen), yang artinya “kebenaran, keadilan, apa yang dituntut Allah, kebenaran yang dianugerahkan Allah.”28 Kata  (dikaiosunen) merupakan kata benda akusatif feminism singular common. Artinya, hanya orang yang memiliki iman dalam hati kepada Kristus yang dibenarkan dan yang mendapatkan anugerah Allah.

Konsep pembenaran berhubungan dengan posisi legal manusia di hadapan Allah, disebut juga legalitas dalam kerajaan Allah. Chris Marantika mengatakan “Seseorang yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi, oleh Allah dinyatakan sebagai manusia benar tanpa dosa dan mempunyai hak legal dalam kerajaan Allah.”29 “Pernyataan ini lengkap dan sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam seluruh surat Roma mengenai cara di mana orang berdosa dapat memperoleh status benar dihadapan Allah.”30

Pembicaraan konsep pembenaran menjadi sangat penting karena mengandung nilai yang tidak dapat dibeli dengan apa pun selain darah Kristus. Dengan demikian, dengan hati Injil Kristus dipercayai sehingga orangnya dibenarkan. Pembenaran mempunyai hanya satu syarat, yaitu iman dalam hati. Perbuatan seperti amal, kehadiran di gereja, ketaatan pada hokum taurat, baptisan maupun pengakuan di dalam mulut tidak dikemukakan sebagai syarat untuk dibenarkan.

Secara teologis, dibenarkan adalah memiliki hal paten berdasarkan pembenaran yang dilakukan oleh Allah melalui Yesus Kristus. Dalam ayat ini jelas bahwa keselamatan merupakan akibat dari pengakuan, dan dibenarkan merupakan akibat dari pengakuan akan iman kepada Allah.

Diselamatkan (Roma 10:10b)

Keselamatan adalah suatu kondisi obyektif yang dialami secara lengkap, dan pasti dalam penebusan Yesus Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Secara etimologis, kata “keselamatan” terdapat dalam banyak ragam kata Ibrani, namun yang populer berasal dari akar kata Ibrani dalam Perjanjian Lama yakni: yw’ atau yasha’. Kata yasha pada

26 Thiessen, op.cit, hlm. 413. 27 Hagelberg, op.cit, hlm. 204. 28 Newman, op.cit, hlm. 42. 29 Marantika, op.cit, hlm. 103. 30 Hagelberg, op.cit, hlm. 204.

(9)

Copyright© 2020; ERESI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen| 9

mulanya berarti luas, lebar, lawan dari kesempitan atau tindasan, di pakai dalam Alkitab Ibrani hingga kurang lebih 270 kali.”31

Dalam Perjanjian Baru dipakai kata soteria. “Kata soteriologi berasal dari dua kata yaitu: “soteri” dan “logos/logi”, yang berarti selamat, aman, tanpa ada cela sama sekali, sehat, setia, perkasa, benar (Matius 9:22; Kisah Para Rasul 27:20; Ibrani 5:7).”32 Soteriologi atau keselamatan adalah sebagai suatu anugerah supaya orang-orang yang sedang mengalami penderitaan mendapatkan keselamatan, juga dapat berhubungan dengan Tuhan secara normal. Federans Randa II juga menjelaskan bahwa “keselamatan menunjukkan satu kepedulian Allah untuk membebaskan manusia dari kutukan dosa, dimana kata agorazo memiliki pengertian membeli atau menebus.”33 Rasul Paulus berkata kepada Jemaat Tuhan di Korintus dengan mengatakan bahwa “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (1 Korintus 6:20).” Allah telah membeli kita dengan harga lunas, itulah keselamatan dari Allah yang telah diberikan kepada manusia.

Dalam konteks atau kalimat pada ayat ini berbicara suatu kepastian dan jaminan akan hidup orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Diselamatkan bukan usaha manusia, melainkan pemberian Allah. Namun, pengakuan iman dalam hati sangat penting untuk keselamatan kita.

Kalimat diselamatkan merupakan terjemahan dari bahasa Yunani, yaitu  (soterian) yang berasal dari kata dasar  (soteria), yang artinya “keselamatan, pembebasan, pemeliharaan.”34 Kata ini juga merupakan kata benda akusatif feminism singular common. Secara harfiah, kata diselamatkan adalah dipelihara oleh Allah, tidan dibiarkan begitu saja, melainkan dijaga dan dibebaskan dari kematian kekal. Menurut Chris Marantika mengatakan “Di dalam bahasa Yunani, kata keselamatan berasal dari kata kerja sozo yang arti dasarnya adalah “menjadi sehat”, menyembuhkan”, “menyelamatkan”, mengawetkan”, dan dalam kaitannya dengan manusia berarti “menyelamatkan dari kematian atau mempertahankan hidup.”35

Dengan mulut hal ini diakui sehingga orangnya diselamatkan. Hal mengaku Yesus sebagai Tuhan tidak dianggap suatu perbuatan yang sehingga mereka tidak segan mengatakan kalau pengakuan menumpang pada iman sebagai syara pembenaran. Dalam ayat ini Paulus menjelaskan bahwa mengaku dengan mulut merupakan satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh orang percaya untuk memperoleh keselamatan dari bahaya yang mereka hadapi. Dave Hagelberg mengatakan “orang yang mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan akan diselamatkan dari murka Allah yang sedang dinyatakan dari surge atas segala kefasikan dan kekaliman manusia yang menindas kebenaran dengan

31 Peter Wongso, Soteriologi (Doktrin Keselamatan), (Malang: SAAT, 2000), hlm. 131.

32 Abigail Susana, Disertasi “Studi Korelasi Pemahaman Soteriologi Alkitabiah Dengan Palaksanaan

Tritugas Gereja, (Semarang: STT Baptis Indonesia, 2006), hlm. 15.

33 Federans Randa II, Anda Berharga Dimata Allah, (Yogyakarta: Randa’s Family Press, 2009), hlm. 63.

34 Newman, op.cit, hlm. 167. 35 Marantika, op.cit, hlm. 16.

(10)

kelaliman.”36 “Orang yang menindas kebenaran tidak dapat mengaku Yesus sebagai Tuhan dengan mulut mereka, dan sebaliknya orang yang memakai mulut mereka untuk mengaku Tuhan Yesus tidak dapat menindas kebenaran.”37

Tidak Akan Dipermalukan (Roma 10:11c)

Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan (Roma 10:11). Dalam Bahasa Yunani ditulis “     ” (ho pisteuon he auto ou kataiskhunthesetai), dengan kata kuncinya “” (kataiskhunthesetai). Kata “” (kataiskhunthesetai), artinya “menghina, mempermalukan (pas. Merasa malu); mengecewekan.”38 Kata “” (kataiskhunthesetai), merupakan kata kerja indikatif future pasif orang ketika tunggal. Ini berarti bahwa suatu jaminan atau janji yang akan datang bagi orang percaya.

Paulus mengungkapkan hal ini untuk meneguhkan dan meyakinkan bahwa barang siapa yang percaya dan mengaku dengan iman bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat tidak akan dikecewakan oleh Dia. Ada jaminan atau kepastian di dalam Kristus. Dalam Yohanes 14:1-2 jelas dikatakan bahwa: “"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.” Olla Tuluan mengatakan bahwa hal ini menerangkan “tentang cara Injil bersangkut paut dengan bangsa Israel. Paulus menegaskan bahwa Injil tidak meniadakan kehendak Allah bagi bangsa Israel (ps 9). Sebaliknya Injil menggenapi janji Allah bagi Israel (ps. 10) dan meneguhkan pengharapan bagi Israel (ps. 11).”39

Janji ini sampai sekarang masih relevan dalam kehidupan orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Roma 8:24-25, berkata: “Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.” Sauimiman Saud mengatakan: “orang-orang yang dipanggil itu tentu merupakan suatu panggilan yang efektif dari Allah melalui iman pada Yesus Kristus. Setelah itu dibenarkan, bukan diampuni atau diselamatkan atau diberi hidup baru, sesuai dengan Roma 1:17 “orang yang benar karena iman akan hidup. Dan akhirnya barulah masuk di dalam kemuliaan.”

Aplikasi Bagi Kehidupan Orang Percaya Masa Kini

Melalui pengakuan iman dalam hati, jelas bahwa kehidupan orang percaya harus tercermin secara nyata. Kehidupan yang berdampak dan menjadi teladan bagi orang lain bahkan bagi dunia ini. Jason Lase mengatakan bahwa “realitas (wujud nyata) keselamatan itu adalah suatu hubungan yang diubahkan dan hidup yang diperbaharui.”40 Artinya, kita

36 Hagelberg, op.cit, hlm. 205. 37 Hagelberg, op.cit, hlm. 105. 38 Newman, op.cit, hlm. 86.

39 Olla Tuluan, Introduksi Perjanjian Lama, (Malang: Yayasan PPII, 1999), hlm. 130.

40 Jason Lase, Pendidikan Agama Kristen Di Perguruan Tinggi Umum, (Bandung: Bina Media Infromasi, 2007), hlm. 43.

(11)

Copyright© 2020; ERESI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen| 11

memasuki suatu kualitas hidup baru, hidup dalam hubungan dan persekutuan yang benar dengan Allah, yang mendapat ekspresinya dalam kedekatan hubungan kita dengan sesama, dan tanggung jawab memelihara alam semesta.

Kesatuan Orang Percaya (Roma 10:12a)

Kalimat “Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani”, secara sederhana dapat didefenisikan bahwa orang percaya tidak ada perbedaan, baik organisasi gereja, suku, budaya hanya satu di dalam Kristus. Dalam Efesus 2:19 berkata “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah.”

Kata perbedaan dalam bahasa Yunani, “” (diastole), artinya “memisahkan, membedakan, perbedaan.”41 Di dalam Galatia 3:28, “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” Hal ini menunjukkan bahwa di dalam kasih dan iman kepada Yesus Kristus kita hanya satu. Paulus berkata kepada Filemon agar menerima Onesimus dengan kasih. “Kasih yang diinginkan oleh Paulus adalah kasih yang tidak mengenal batas sosial. Meskipun Onesimus adalah seorang hamba atau budak tetapi tetap harus dikasihi sebagai sesama orang Kristen.”42

Tidak ada perbedaan ini menunjukkan bahwa di dalam Kerajaan Allah kita semua saudara. Karena itu, sangatlah penting bagi kita memahami makna kehidupan kita kepada Yesus Kristus agar kita memiliki konsep dan perilaku seperti yang Tuhan kehendaki dalam kehidupan setiap orang percaya kepada-Nya. Di sisi lain, kata “” (diastole), juga menunjukkan kepada kita bahwa tidak tertutup kemungkinan keselamatan hanya bagi bangsa Israel, atau hanya kepada orang Kristen saja, melainkan kepada semua orang yang mau percaya dan mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia dan pribadinya. ‘Paulus memilih kata barangsiapa… tidak akan dipermalukan untuk dijadikan pendahuluan dari hal kedua yang akan dibicarakan, yaitu bahwa jalan keselamatan dapat dicapai oleh semua orang, baik orang Yahudi maupun non-Yahudi.”43

Kaya Di Dalam Kristus (Roma 10:12b)

Dalam konteks ini menunjukkan suatu pemahaman yang benar bahwa orang miskin akan menjadi kaya. Secara konteks berbicara tentang pertolongan. Dave Hagelberg menjelaskan bahwa “yang dimaksud disini adalah berkat pertolongan-Nya yang berkelimpahan.”44

Secara grammatical, kata kaya  (plouton), yang akar kata  (plouteo) yang merupakan kata kerja participle present aktif nominative maskulin singular. Arti kata

41 Harold K. Moulton, Leksikon Analitis Bahasa Yunani, (Yogyakarta: Randa’s Family Press, 2007), hlm. 88.

42 Donald, op.cit, hlm. 145. 43 Donald, op.cit, hlm. 450. 44 Hagelberg, op.cit, hlm. 203.

(12)

 (plouton), adalah berkemampuan, kaya, makmur, murah hati.”45 Dave Hagelberg mengatakan bahwa “syarat untuk menerima kekayaan pertolongan-Nya yang berlimpah adalah satu, kita harus berseru kepada-Nya.”46

Kata berseru dalam bahasa Yunani adalah “” (epikalesetai), yang artinya “menyebut, menyambung nama, berseru, memanggil.”47 Sedangkan, kata berseru di dalam Matius 7:21, “” (legon), artinya “berkata dengan tidak melakukannya.”48 Jadi, kata berseru di dalam Roma 10:13 berbeda dengan kata berseru dalam Matius 7:21.

Maksud kata “” (epikalesetai), adalah berseru dan bertindak berdasarkan pengakuan iman mereka kepada Kristus. Artinya, jikalau orang yang mengaku dengan mulut dan percaya dalam hati Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia, maka harus dilaksanakan melalui tindakan dan kehendak Allah Bapa, dengan mengasihi (Matius 22:37-40), bersaksi tentang Injil (Maitus 28:19-20) dan berbuah (Galatia 5:22-23). Dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 menjelaskan bahwa: “Injil adalah bagi semua orang ditekankan lagi dengan kutipan Yoel 2:32, yang dengan tegas membawa kepada kesimpulan, bahwa kalau Yahudi tidak berseru kepada nama Tuhan, maka mereka bertanggung sendiri atas nasib mereka.”49

Penekanannya, berseru kepada Tuhan, akan diselamatkan adalah penyerahan totalitas hidup dan melakukan kehendak Bapa sesuai dengan Firman-Nya. Yakobus berkata: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri (Yakobus 1:22).” Berseru kepada Tuhan adalah hidup benar dihadapan Tuhan, mengaku dengan iman dan melakukan kehendak Allah.

Dengan demikian, Abineno berpendapat bahwa kekayaan yang dimaksud Paulus adalah bukan saja berupa berkat rohani yang nantinya akan dinikmati di sorga, tetapi mencakup berkat yang dinikmati di dunia ini yang dikaruniakan oleh Roh (pneuma).”50 Berkat-berkat rohnai yang diberikan oleh Roh Kudus kepada orang-orang percaya.

Memberitakan Injil (Roma 10:13)

Kehidupan orang percaya yang sudah bertumbuh secara rohani akan mengalami peningkatan kualitas hidup sehingga mampu mendemonstrasikan kerajaan Allah kepada dunia melalui Injil. Di dalam ayat 14 dan 15, Paulus menekankan untuk memberitakan Injil kepada semua orang. Penting untuk kita ketahui bahwa salah satu ciri khas orang yang bertumbuh adalah memberitakan Injil. “Amanat Agung menugaskan gereja (orang percaya) untuk pergi keseluruh dunia serta menjadikan semua bangsa murid Tuhan (Matius 28:19). Artinya, gereja berutang kepada seluruh dunia, yaitu gereja bertanggung jawab untuk memberikan kesempatan kepada dunia untuk mendengarkan Injil serta menerima Kristus.”51

45 Newman, op.cit, hlm. 46. 46 Hagelberg, op.cit, hlm. 206. 47 Muolton, op.cit, hlm. 145. 48 Ibid, hlm. 229.

49 Donald, op.cit, hlm. 150.

50 J. L. Ch. Abineno, Tafsiran Alkitab Surat Efesus, (Jakarta: Gunung Mulia, 2001), hlm. 37. 51 Thiessen, op.cit, hlm. 512.

(13)

Copyright© 2020; ERESI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen| 13

Mengajarkan Kebenaran (Roma 10:13)

Kebenaran yang dimaksud disini adalah Injil. Orang percaya ditugaskan untuk mengajarkan kebenaran Injil kepada orang lain. Tugas ini salah satu pengaruh atau dampak kehidupan yang bertumbuh secara rohani, sebab tanpa pertumbuhan rohani yang tidak jelas, maka sia-sialah kehidupan ini. “Bahwa Injil adalah bagi semua orang ditekankan lagi dengan kutipan Yoel 2:32, yang tegas membawa kepada kesimpulan bahwa kalau Yahudi tidak berseru kepada nama Tuhan maka mereka bertanggung jawab sendiri atas nasib mereka.”52

Taat Kepada Allah (Roma 10:13)

Ketaatan kepada Allah merupakan karakter hidup orang percaya yang bertumbuh secara rohani. Tedd Tripp mengatakan “ketaatan adalah kesediaan seseorang untuk tunduk kepada otoritas. Itu berarti mau melakukan apa yang diperintahkan tanpa alasan, tanpa menunda, tanpa tantangan.”53 Sikap taat, secara tidak langsung kita menjadi surat-surat Kristus yang terbukan bagi orang lain. Rasa takut dan juga hormat kepada Tuhan Allah harus ada di dalam kehidupan orang percaya, sehingga tunduk kepada otoritas Allah yang memberi kehidupan itu. Ketaatan juga merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki setiap orang percaya, sebab tanpa ketaatan tidak akan mendapatkan kehidupan yang kekal di dalam Kristus. Artinya, ketaatan menunjukkan kualitas kehidupan rohani kita melalui pengakuan iman dalam hati kepada Yesus Kristus Tuhan kita.

KESIMPULAN

Kehidupan kekristenan tidak mempunyai alasan untuk tidak mengakui imannya di dalam perkataan, tindakan dan kehidupan sehari-hari. Tentu hal ini menjadi penting bahwa pengajaran kepada jemaat Tuhan mengenai kekuatan pengakuan menjadi tanggungjawab gereja. Gereja diberi tugas untuk mendidik, mengajar dan mempersiapkan jemaat Tuhan untuk menjadi jemaat yang militant dalam memberitakan Injil. Salah satu makna pengakuan iman kepada Tuhan Yesus Kristus adalah melakukan pemberitaan Injil. Pemberitaan Injil merupakan tugas setiap orang percaya kepada Yesus Kristus. Akuilah Dia dalam segala lakumu, itulah yang Tuhan kehendaki di dalam pengakuan ini. Pengakuan iman harus benar sesuai dengan kebenaran Allah.

REFERENSI

Abineno, J. L. Ch. Tafsiran Alkitab Surat Efesus. Jakarta: Gunung Mulia, 2001. Brill, J. Wesley. Dasar Yang Teguh. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004. Ching, Samuel. Yesus Sang Juruselamat. Jakarta: YALLKI, tt.

Douglas, J. D. (Ed). Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (A-L). Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008.

Hagelberg, Dave. Tafsiran Roma. Bandung: Kalam Hidup, 1993.

Ladd, George Eldon. Teologi Perjanjian Baru II. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999.

52 Donald, op.cit, hlm. 450.

(14)

Lase, Jason. Pendidikan Agama Kristen Di Perguruan Tinggi Umum. Bandung: Bina Media Infromasi, 2007.

Marantika, Chris. Soteriology dan Spiritual Life. Yogyakarta: Iman Press, 2009.

Meyer, Joyce. Sebuah Cara Baru Untuk Hidup Baru. Jakarta: Yayasa Tangan Pengharapan, 2012.

Moulton, Harold K. Leksikon Analitis Bahasa Yunani. Yogyakarta: Randa’s Family Press, 2007.

Pasaribu, Marulak. Eksposisi Injil Sinoptik. Malang: Gandum Mas, 2005.

Randa II, Federans. Anda Berharga Dimata Allah. Yogyakarta: Randa’s Family Press, 2009. Ryrie, Charles C. Teologi Dasar 2. Yogyakarta: Andi Offset, 2012.

Sugicahyono, Joni. Gerakan Membaca Alkitab. Jakarta: Gereja Kristus Yesus, 2010.

Susana, Abigail. Disertasi “Studi Korelasi Pemahaman Soteriologi Alkitabiah Dengan Palaksanaan Tritugas Gereja. Semarang: STT Baptis Indonesia, 2006.

Telaumbanua, Arozatulo. Saya Pasti Bisa Seperti Rajawali. Yogyakarta: Arasni Family’s Press, 2009.

Thiessen, Hery C. Teologi Sistematika. Malang: Gandum Mas, 2000. Tim Abdi Guru. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Erlangga, 2005. Tripp, Tedd. Mengembalakan Anak Anda. Malang: Gandum Mas, 2002. Tuluan, Olla. Introduksi Perjanjian Lama. Malang: Yayasan PPII, 1999. Wongso, Peter. Soteriologi (Doktrin Keselamatan). Malang: SAAT, 2000.

Referensi

Dokumen terkait