R
L
Q1
IBIAS -VCC
vIN
+VCC
vO
-+ MODUL 6 TAHAP OUTPUT PENGUAT DAYAAngellina Trisno Putri (18015001)
Asisten: Fadilah Nur A. Tanggal Percobaan: 06/04/2017
EL2205-Praktikum Elektronika
Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB
AbstrakPada modul kali ini praktikan melakukan beberapa percobaan mengenai penguat daya. Penguat daya terbagi menjadi 4 kelas, yaitu kelas A, B, AB, dan C. Dalam modul ini, hanya ada 3 kelas yang diamati yaitu penguat kelas A, B, dan AB. Perbedaan antar kelas penguat terletak pada output swing, distorsi, dan daya disipasi maksimum. Selain itu juga diamati rangkaian termal sederhana untuk transistor daya.
Kata kunci: penguat daya, swing, distorsi, daya disipasi maksimum, rangkaian termal
1. PENDAHULUAN
Pada Praktikum Elektronika modul ini, bertujuan agar praktikan dapat melakukan percobaan dan pengamatan secara langsung mengenai karakteristik dari tiap kelas tahap output penguat daya. Dari praktikum ini tujuan yang ingin dicapai adalah:
1) Mengamati dan mengenali klasifikasi penguat berdasarkan bagian fungsi sinusoidal saat transistor konduksi 2) Mengukur dan menganalisa distorsi
pada tahap output penguat pada kelas A, B, dan AB.
3) Mengukur dan menganalisa daya dan efisiensi penguat kelas A, B, dan AB. 4) Mengamati, mengukur, dan
menganalisa rangkaian termal sederhana untuk transistor daya (opsional).
2. STUDI PUSTAKA
TAHAP OUTPUT PENGUAT KELAS A
Tahap output penguat kelas A untuk konfigurasi Emitor Bersama (Common Emitter) tampak pada Gambar 1 di bawah
Gambar 1 Rangkaian tahap output penguat kelas A
Transistor Q1 selalu konduksi pada seluruh
selang sinyal input sinusoid. Sumber arus IBias
menarik arus dari transistor Q1 dan beban RL.
Saat tegangan input sekitar nol, arus yang ditarik sumber IBias akan diberikan oleh
transistor Q1 sehingga beban mendapat arus
dan tegangan mendekati nol. Dalam keadaan tanpa input transistor pada tahap penguat kelas A menghantarkan arus sebesar arus biasnya.
Saat tegangan input terendah maka arus yang ditarik sumber akan datang dari beban RL sehingga beban akan mendapat tegangan
terendah negatif –Ibias RL. Saat tegangan input
tertinggi maka transistor Q1 akan
memberikan arus lebih dari yang ditarik sumber arus sehingga beban akan memberoleh arus dan tegangan tertinggi positif. Untuk memperoleh ayunan tegangan tertinggi pada beban maka digunakan arus bias dan beban yang memenuhi hubungan sebagai berikut
I
BiasR
L=V
CC−V
CEsat Persamaan 1Arus yang diberikan oleh transistor Q1 akan
berkisar dari 0 hingga 2xIBias.
Distorsi pada penguat kelas A yang paling menonjol adalah distorsi saturasi. Distorsi ini terjadi ketika isinyal input sangat besar sehingga tegangan kolektor-emitor transistor mencapai nilai tegangan saturasi dan
R
1
R2
R3
QBIAS IBIAS -VCC
RL
QN
+VCC
vO
-+ QP
-VCC
vIN
tegangan output sudah mendekati tegangan catu dayanya.
Rangkaian bias berupa sumber arus untuk tahap output penguat kelas A dapat direalisasikan dengan berbagai jenis sumber arus, misalnya dengan cermin arus. Pada percobaan ini digunakan rangkaian sumber arus dengan seperti digambarkan pada Gambar 2.
Gambar 2 Rangkaian sumber arus untuk bias tahap output penguat kelas A Arus bias untuk rangkaian tersebut dapat diperkirakan dengan memanfaatkan persamaan berikut
I
Bias=
β
(
V
CCR
2−V
BE(
R
1+
R
2)
)
R
1R
2+
(
β+1) R
3(
R
1+
R
2)
Persamaan 2
Pada penguat daya kelas A sumber arus bias akan selalu mendisipasikan daya mendekati VCC IBIAS. Daya yang terdisipasi pada transistor
tahap output akan berkisar dari VCC IBIAS saat
amplituda tegangan input nol hingga VCC
IBIAS/2 saat amplituda input maksimum
(mendekati VCC).
PENGUAT KELAS B PUSH-PULL
Penguat kelas B pushpull menggunakan pasangan transistor NPN dan PNP (juga nMOS dan pMOS) yang seimbang dengan konfigurasi emitor bersama. Rangkaian dasar untuk tahap ouput penguat kelas B pushpull tampak pada Gambar 3.
Gambar 3 Penguat pushpull kelas B Pada penguat pushpull kelas B transistor NPN dan PNP bekerja bergantian. Saat siklus tegangan input positif maka junction base-emitter transistor QN akan mendapat
tegangan maju sehingga transistor QN
konduksi sedangkan junction base-emitter transistor QP akan mendapat tegangan
mundur sehingga transistor QP dalam
keadaan cut-of. Sebaliknya saat siklus tegangan input negatif junction base-emitter transistor QP yang akan mendapat tegangan
maju dan transistor QP konduksi dan QN
dalam keadaan cut-off.
Adanya tegangan cut-in pada perilaku junction menyebabkan proses transisi transistor yang konduksi dari QN ke QP dan
sebaliknya akan melalui saat kedua transistor dalam keadaan cut-off. Keadaan tersebut menyebabkan sinyal output terdistorsi.
Pada penguat kelas B, dengan menganggap tegangan cut-in nol, arus yang diberikan catu daya dapat didekati sebagai half wave rectifed sinusoidal wave untuk masing-masing transistor. Dengan demikian daya rata-rata yang diberikan catu daya akan mendekati
P
S=
2
π
^
V
OR
LV
CC Persamaan 3 Daya yang disampaikan pada bebanP
L=
1
2
^
V
O 2R
L Persamaan 4 Dengan demikian daya terdisipasi pada masing-masing transistor akan bergantungVIN RL +VCC -VCC -VCC +VCC vO vE vIN pada amplituda tegangan output atau
tegangan inputnya.
P
DQ=
1
π
^
V
OR
LV
CC−
1
4
^
V
O 2R
L Persamaan 5Ouput pada penguat kelas B pushpull mengalami distorsi cross over saat pergantian transistor yang konduksi akibat adanya tegangan cut-in pada transistor tersebut. Untuk menghilangkan distorsi tersebut dapat digunakan rangkaian umpan balik dengan penguat operasional. Rangkaian penguat kelas B seperti ini tampak pada Gambar 4. Umpan balik dengan penguat operasional ini tidak hanya menekan distorsi cross over tetapi juga menekan distorsi akibat ketidakseimbangan penguatan arus transistor NPN dan PNP. Penguat operasional pada rangkaian ini akan menjaga tegangan output sama dengan tegangan inputnya. Selesih tegangan input dan output akan membuat penguat operasional memmberikan tegangan lebih tinggi bila tegangan pada beban ternyata lebih rendah dari input dan begitu pula sebaliknya.
Gambar 4 Rangkaian penguat pushpull kelas B dengan umpanbalik dengan opamp PENGUAT KELAS AB PUSH-PULL
Cara lain untuk memekan distorsi cross over pada penguat B adalah dengan kedua transistor tetap konduksi saat tegangan input sekitar nilai nol. Untuk itu transistor diberikan tegangan bias yang cukup pada junction base-emitor. Pada cara ini transistor bekerja pada kelas AB.
Cara sederhana untuk memperoleh tegangan bias yang menjamin transistor dalam keadaan konduksi saat tegangan input kurang dari tegangan cut-in adalah dengan
menggunakan dioda seperti ditunjukkan pada Gambar 5.
BACAAN LANJUT
Sedra, A dan Smith, K. Microelectronic Circuits, International 6th Edition, Oxford University Press, 2011 Bab 4 Transistor BJT dan Bab 13 Tahap Output dan Penguat Daya.
VIN RL RS +VCC -VCC D1 D2 R1 R2 QN QP
Gambar 5 Penguat pushpull kelas AB dengan dioda untuk pemberi tegangan bias 2.1 JUDUL SUB-BAB
Sub-bab pada modul kali ini yaitu:
Penguat kelas A
Penguat Pushpull kelas B
Penguat Pushpull kelas AB
Disipasi pada Transistor dan Rangkaian Termal
3. METODOLOGI
Alat dan komponen yang digunakan adalah:
Kit praktikum penguat daya 1
Generator signal 1
Osiloskop digital dengan fungsi FFT 1
Multimeter (minimum 2)
Catu daya te-regulasi 2
Kabel dan aksesori pengukuran
Thermometer inframerah Memulai Percobaan
1. Penguat Kelas A Menyusun rangkaian
Pengamatan Kualitatif Linearitas dan VTC
Pengamatan Linearitas Kuantitatif
Pengamatan Daya Disipasi Penguat dan Beban
2. Penguat Pushful Kelas B Menyusun rangkaian
Pengamatan Kualitatif Linearitas dan VTC
Pengamatan Linearitas Kuantitatif
Pengamatan Daya Disipasi Penguat dan Beban
Pengamatan tahap output kelas B dengan umpan balik Penguat Operasional
3. Penguat pushful kelas AB
Menyusun rangkaian
Pengamatan Kualitatif Linearitas dan VTC
Pengamatan Linearitas Kuantitatif
Pengamatan Daya Disipasi Penguat dan Beban
4. Disipasi pada Transistor dan Rangkaian Thermal
Mengakhiri Percobaan
4. HASIL DAN ANALISIS 4.1 PENGUAT KELAS A
Pengamatan Kualitatif Linearitas dan VCT
Pada percobaan pertama ini dilakukan pengamatan kualitratif linieritas dan VTC pada penguat kelas A. Dibuat rangkain penguat kelas A terlebih dahulu dengan nilai-nilai komponen sesuai dengan metodologi. Lalu diberikan input penguat yang berasal dari generator sinyal sinusoidal dengan input tegangan sebesar 2 Vpp dan frekuensi 1 kHz. Kemudian diperoleh hasil sinyal sebagai berikut :
. Dari gambar diatas (Gambar 7 dan 8) terlihat bahwa sinyal input hampir identic dengan sinyal
output, dimana tegangan output memiliki
peak to
peak yang sama (hanya bergeser kebawah) dengan tegangan inputnya. Hal ini berarti bahwa
penguatan yang dihasilkan pada penguat
kelas A
adalah mendekati 1. Selain itu terlihat pula dari
kutva karakteristik VTC yang dihasilkan berbanding lurus (linier) atau memiliki kemiringan 1 V/V.
Pada saat tegangan output diperbesar hingga mendekati batas saturasinya, tegangan
yaitu sebesar 7.28 Vpp. Berikut kurva karakteristik
VTC dan sinyal input-output mode dual trace saat
terjadinya saturasi :
Besarnya tegangan input saat outputnya berada
pada batas saturasi yaitu sebesar 2,8 Vpp. Pada Gambar 10 terlihat bahwa sinyal output terpotong pada bagian bawah. Batas saturasi bawah pada penguat kelas A bergantung pada besarnya nilai resistansi beban. Apabila dibandingkan besarnya tegangan saat
saturasi untuk RL 56 Ω dan 33 Ω diketahui
bahwa semakin kecil nilai resistansi beban (RL) maka semakin kecil pula swing
outputnya sehingga batas saturasinya semakin turun.
Pengamatan Linearitaas Kualitatif Dikembalikan beban pada nilai resistansi beban
sebesar 56 Ω. Lalu diturunkan tegangan input menjadi dibawah 7.2 Vpp. Dengan menggunakan
mode Fast Fourier Transfor (FFT) pada osiloskop,
kita dapat mengamati sinyal penjumlahan dari
berbagai sinyal sinusoidal.
Frekuensi Sinyal input Sinyal output
1 kHz 4,92 dB 4,84 dB
Table 2 pengukuran amplitude spectrum pada saat Vin << V batas saturasi dan saat Vin >> V batas saturasi
Frekuensi / spektrum
Vin kecil Vin besar
1 kHz -3,5 dB 15,2 dB
2kHz Tidak tercatat -7,13 dB 3 kHz Tidak tercatat Tidak tercatat Pada pengamatan linieritas kuantitatif ini, diperolehh tiga kondisi sinyal input yang berbeda
yaitu saat sinyal input berada dibawah batas saturasi, pada batas saturasi dan diatas batas
saturasi. Saat sinyal input berada dibawah batas
saturasi, sinyal output masih berbentuk sinusoidal
dan pada FFT nya hanya menghasilkan amplitude
sinyal pada frekuensi dasar saja. Berbeda halnya
ketika kita mengamati saat sinyal berada pada
batas saturasi dan diatas daerah saturasi, sinyal
output menjadi terpotong atau dengan kata lain
sinyal output sudah mulai mengalami distorsi.
Sinyal output tidak berbentuk sinyal sinusoidal lagi, sehingga pada FFT nya tidak hanya menghasilkan amplitude sinyal
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
1
frekuensi dasar saja tetapi juga amplitude pada frekuensi harmonic kedua dan ketiga. Karakteristik lain dari sinyal spectrum yang dihasilkan yaitu amplitude sinyal harmoniknya
menjadi semakin mengecil. Hal tersebut menandakan distorsi semakin terlihat saat tegangan melebihi daerah saturasi. Selain itu semakin besar frekuensi, maka semakin kecil pula
spectrum amplitudenya. Karaketeristik ini menjelaskan mengapa untuk nilai tegangan input yang berbeda-beda menghasilkan nilai penguatan
yang berbeda-beda pula meskipun perbedaannya
sangat kecil.
Pengamatan Daya disipasi dan daya beban
Selanjutnya dilakukan pengukuran nilai arus pada
bjt yang dihubungkan dengan catu daya positif,
arus pada bjt yang dihubungkan dengan catu daya negative, serta dilakukan pengukura tegangan output pada beban. Berikut data yang diperoleh :
Vinput I+ (mA) I- (mA) Vo (V) Vmin 1,188 x 10^-3 Tidakterbaca 1,07 2Vpp 0,724 2,04 1,42 4Vpp 1,101 10,46 1,67 6Vpp 1,208 19,37 2,93 10Vpp 1,301 32,46 3,74
Setelah data I+, I-, serta Vo seperti table diatas,
dengan menggunakan rumus (F 2) – (F 5) dilakukan perhitungan untuk mencari daya sumber, daya beban, daya disipasi, dan efisiensi
penguat sebagai berikut :
Untuk tegangan input dan output yang kecil, menghasilkan daya beban dan disipasi yang kecil
pula. Sehingga dapat dikatakan bahwa daya beban dan daya disipasi berbanding lurus dengan nilai tegangan input dan outputnya. Berdasarkan
perhitungan daya diatas, diperoleh bahwa daya
disipasi rata-rata transistor adalah sebesar
0.583 W.
Untuk input paling besar 10 Vpp menghasilkan
daya disipasi yang cukup kecil yaitu 11.58 %. Sehingga diperoleh pula range efisiensi yaitu sekitar 0.4 – 11.58 %. Teori pada referensi [2] menyatakan bahwa efisiensi untuk penguat kelas A berselang antara 10-20 % dan efisiensi maksimum 25 %. Apabila dibandingkan, maka hasil percobaan dapat dikatakan sudah mendekati teori. Namun karena beberapa kesalahan yang mungkin terjadi saat percobaan (seperti ketidak telitian praktikan dalam pengukuran nilai arus dan tegangan) sehingga menghasilkan data yang tidak sama persis dengan teori. 4.2 PENGUAT PUSHFUL KELAS B
Pengamatan Kualitatif Linearitas dan VCT
Pada percobaan kedua ini dilakukan pengamatan kualitatis linieritas dan VTC sama seperti pada percobaan 1 namun dengan rangkaian penguat kelas B. Berikut hasil pengamatan yang diperoleh :
Pada Gambar 12 dan 13 diatas dapat terlihat bahwa sinyal input dan output tidak linier. Meskipun sinyal input diatur pada nilai yang masih berada dibawah nilai saturasi, namun sinyal output yang dihasilkan sudah mengalami distorsi cross-over (sesuai dengan teori). Terjadnya distorsi ini disebabkan karena terdapat tegangan cut-in junction pada transistor yang menyebabkan perpindahan kondisi aktif transistor dari transistor NPN ke transistor PNP dan sebaliknya. Sehingga untuk nilai input pada range batas tegangan VBE (-0.7 V sampai 0.7 V), transistor tidak diperkuat karena transistor berada pada daerah cut-of.
Pengamatan Linearitas Kualitatif Selanjutnya dilakukan perngamatan linieritas kuantitatif seperti pada penguat kelas A, dan diperoleh data sebagai berikut :
Frekuensi/spectrum
Input
Output
1kHz
7,22 dB 6,86 dB
Saat Vin minimum FFT tidak terlihat. Berdasarkan teori, pada keadaan sinyal input berada dibawah nilai batas saturasinya , FFT nya menghasilkan amplitude sinyal pada frekuensi dasar, harmonic pertama, dan harmonic kedua. Hal ini dikarenakan pada keadaan tersebut sinyal output sudah mengalami distorsi. Sehingga jika sinyal input terus dinaikan pada nilai batas saturasi atau melebihinya, maka nilai amplitude frekuensinya akan semakin besar. Selain itu, pada penguat kelas B ini range nilai sebelum batas saturasinya lebih lebar dari penguat kelas A.
Pengamatan daya disipasi dan daya pada beban
Vin (Vpp) I+ (mA) I- (mA) Vo (V)
Minimum 46,94 59,8 5,0
2 45,948 58,8 0,15
4 45,84 58,7 0,73
6 46,625 59 1,29
10 54,316 59,3 2,81
Dapat dilihat bahwa pada tegangan input dan output yang kecil, menghasilkan daya beban dan
disipasi yang kecil pula. Sehingga dapat dikatakan
bahwa daya beban dan daya disipasi berbanding lurus (linier) dengan nilai tegangan
input dan
outputnya. Berdasarkan data perhitungan daya diatas, didapatkan daya disipasi rata-rata sebesar
63.6 mW. Selain itu, ada input maksimum sebesar
10 Vpp diperoleh nilai efisiens yang cuku besar yaitu 58.14 %. Berdasarkan teori pada referensi [2]
menyatakan bahwa untuk penguat kelas B, memiliki nilai maksimum efisiensi sebesar �/4 atau
78.5 %. Jika membandingkan kedua nilai efisiensi
tersebut maka dapat dikatakan bahwa praktikum
telah berhasil karena data yang diperoleh telah sesuai dengan referensi teori yang ada.
Pengamatan Tahap output Kelas B dengan feedback dari op-amp Selatelah dilakukan pengamatan pada penguat
keas B, juga dilakukan pengamatan pada penguat
kelas B yang diberi umpan balik (feedback) penguat
operasional. Berikut hasil yang diperoleh :
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB
1
Berbeda dengan hasil penguatan kelas B sebelumnya, penguat kelas B dengan umpan balik
op amp menghasilkan sinyal output yang hampir
sama dengan sinyal inputnya (penguatan 1) dan
tidak terdapat distorsi. Penambahan op amp pada
penguat kelas B ini berfungsi untuk menjaga tegangan output agar sama dengan tegangan
inputnya. Tidak hanya itu, op amp juga berperan
untuk menekan distorsi akibat ketidak seimbangan penguatan arus transistor NPN
dan PNP.
Dilihat dari kurva karakteristik tegangan, output
op amp terlihat sebagai komplemen dari sinyal
distrosi cross-over sehingga apabila kedua sinyal
dijumlahkan maka diperoleh kurva karakteristik
yang linier.
Untuk hasil FFT saat sinyal input berada dibawah
nilai batas saturasi hanya memiliki frekuensi dasar.
Lalu sinyal input yang melewati nilai batas saturasinya memiliki frekuensi dasar, harmonic kedua, dan harmonic ketiga.
Table 9 pengamatan spektrum FFT penguat kelas B dengan feedback opamp
Frekuensi desibel
1 kHz 7,26 dB
3,1 kHz -18,7 dB
4,1 kHz Tidak tercatat
Berdasarkan data pengamatan kualitatif pada percobaan diatas diketahui bahwa penguatan tidak murni linier. Hal ini karena yang semakin besar frekuensi harmoniknya, amplitude sinyal yang dihasilkan menjadi semakin kecil. Sehingga ketidaklinieraan lebih kecil jika dibandingkan dengan penguat kelas B tanpa menggunakan feedback dengan op amp
Daya beban dan disipasi pada penguat kelas B dengan feedback opamp
Percobaan ini dan selanjutnya tidak mendapatkan data karena kehabisan waktu saat praktikum. Tetapi berdasarkan simulasi, didapatkan sifat dari penguat kelas B dengan feedback opamp yaitu efisiensinya berkurang.
4.3 PENGUAT PUSHFULL KELAS AB Percobaan ini tidak sempat dilakukan karena kehabisan waktu. Berdasarkan simulasi, sifat dari penguat kelas AB adalah batas Vin agar terjadi distorsi pada output menjadi lebar dan tidak ada cross-over distorsion seperti pada penguat kelas B.
4.4 DISIPASIPADA TRANSISTOR DAN RANGKAIAN TERMAL
Percobaan ini tidak sempat dilakukan dan tidak dapat disimulasikan di rumah.
5. KESIMPULAN
Percobaan yang dilakukan pada praktikum 6 tahap output penguat daya ini bertujuan antara lain untuk mengamati karakteristik dari ketiga kelas penguat yaitu kelas A, B,
dan AB. Setelah
dilakukan pengamatan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Tahap output penguat daya terdiri dari beberapa kelas yang tiap-tiap kelas tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Faktor yang memberdakan tiap kelas tersebut yaiut dilihat dari batas penguatannya, linieritas (kualitatif dan kuantitatif), daya disipasinya, serta efiensi yang dihasilkan.
Kelas penguat yang linier secara kualitatif
belum tentu dapat dikatakan linier secara
kuantitatif.
Penguat kelas A memiliki swing sinyal yang baik, namun untuk batas bawah sinyalnya masih terpengaruh oleh nilai RL
yang digunakan (apabila arus bias tidak
mencukupi). Distorsi saturasi terjadi ketika rangkaian diberi tegangan input yang terlalu besar. Pada penguat kelas A, daya disipasi yang dihasilkan cukup besar
sedangkan efisiensi maksimumnya cukup
kecil (berkisar antara 10 – 20 %).
Penguat kelas B terjadi distorsi cross-over
yang disebabkan karena adanya tegangan
cut-in pada transistor. Daya disipasi yang
dihasilkan pada penguat kelas B berbanding lurus dengan inputnya. Distorsi cross-over yang terjadi pada penguat kelas B ini, dapat minimalisasi dengan penambahan rangkaian umpan balik (feedback) operasional amplifier . Namun dengan penambahan feedback ini dapat mengurangi sedikit efisiensi dari rangkaian
Penguat kelas AB merupakan kelas yang
mengkombinasikan kelebihan-kelebihan
dari penguat kelas A dan penguat
kelas B.
Dari rangkain penguat kelas AB hasil yang diperoleh yaitu sinyal output dengan swing yang baik serta linieritas yang baik namun dengan tidak adanya distorsi cross-over.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa untuk batas penguatan, linieritas, daya disipasi, dan efisiensi dari suatu penguatan paling baik adalah penguat kelas AB., dan penguat kelas A lebih baik daripada penguat kelas B.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Mervin T.,Hutabarat, Praktikum Rangkaian Elektrik, Laboratorium Dasar Elektro ITB, 2017
[2] Adel S. Sedra and Kennet C. Smith, Microelectronic Circuits, Oxford
University Press, USA, 2004. [3] https://arhild.wordpress.com/2012/ 01/07/penguat-kelas-a/, 9 April 2017, 10:40. [4] https://tektro2011.files.wordpress.c om/2013/02/chapter_7_output_peng uat_daya.pdf, 9 April 2017, 10:39.
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB