• Tidak ada hasil yang ditemukan

Islam dan Marxisme Gusti Fadhil Oleh Gus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Islam dan Marxisme Gusti Fadhil Oleh Gus"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MENDIALOGKAN ISLAM DAN MARXISME

(DARI TEOSENTRISME MENUJU ANTROPOSENTRISME)1 Oleh: Gusti Fadhil2

Pendahuluan

Diskursus mengenai Islam dan Marxisme tentunya telah banyak dilakukan oleh banyak kalangan dari berbagai Negara, khusus di Indonesia, diskursus mengenai Islam dan Marxisme telah dilakukan semenjak zaman pra-kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada akhir 1800-an hingga sekarang. Tak banyak kalangan yang mengetahui bahwa pergulatan wacana anrata Islam dan Marxisme telah melahirkan banyak tokoh yang pada akhirnya menjadi pioner perjuangan kemerdekaan Negara ini. Sebut saja H. O. S. Tjokroaminoto, Soekarno, Sutan Sjahrir, M. Hatta, Sjarfruddin Prawiranegara, Tan Malaka, Semaoen, Haji Misbach dan masih banyak lagi. Dialektika para intelektual tentang marxisme dan Islam inilah yang menjadi salah satu alat picu meledaknya revolusi atas pemerintahan kolonialisme Belanda di berbagai daerah di Indonesia. Sayangnya, pasca runtuhnya orde lama sebagai dampak dari peristiwa G30S-PKI dan keluarnya Surat Perintah 11 Maret mengangkat nama Jendral Soeharto sebagai penerus tonggak kepemimpinan di negeri ini. Diangkatnya Soeharto sebagai Presiden ke-2 RI menimbulkan dampak tersendiri dalam dunia akademis dan pergerakan, yakni dimunculkannya TAP MPRS/XXV/1966 tentang Larangan Penyebaran Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme dan mengindoktrinasi Pancasila sebagai asas tunggal lewat lembaga-lembaga Negara dari yang terendah sampai yang paling tinggi. Upaya-upaya mendeskreditkan paham marxisme sebagai ajaran yang berbahaya, sesat dan laten terus

dilakukan oleh pemerintahan orde baru dalam rangka “mensucikan” masyarakat dari paham

-paham “kiri”, tak hanya marxisme, Islam pun pada era orde baru turut ditenggelamkan dalam nuansa religiusitas yang dalam sehingga apabila ada tokoh dari kalangan umat Islam yang kritis menyerukan untuk melawan terhadap kelaliman pemerintah pasti juga akan diberangus. Pengebirian hak-hak sipil ini secara praktis menimbulkan keterputusan sejarah pengetahuan anak bangsa terkait pergulatan wacana yang terjadi pada masa pra-kemerdekaan. Kita diajarkan bahwa Marxisme atau yang lebih dikenal dengan komunisme merupakan ajaran yang buruk dan berbahaya, maka harus ditinggalkan. Padahal apabila kita lihat dari sudut pandang lain, fakta sejarah berbicara sebaliknya, Marxisme justru dapat menjadi pisau analisa yang tajam dalam membedah semangat perjuangan para pahlawan di pra-kemerdekaan. Salah satu contohnya adalah, sejarah menjelaskan bahwa Marxisme dapat berdialog dengan Islam baik dari aspek semangat perjuangannya maupun dari aspek Implementasinya.

Dalam makalah ini, penulis mencoba untuk kembali mengangkat diskursus menenai dialog Islam dan Marxisme yang sudah mulai banyak ditinggalkan oleh banyak Mahasiswa di Indonesia. Tujuan penulisan ini sekaligus untuk mengajak para Mahasiswa agar dapat melihat Marxisme dalam sudut pandang yang berbeda, setelah sekian lama paham yang memiliki

1 Makalah ini dibuat untuk diskusi internal pengurus Himpunan Mahasiswa Hukum Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia. Pada hari Jumat, 10 Januari 2013

(2)

peran dalam perjuangan revolusioner pada era pra-kemerdekaan ini dianggap sebagai paham yang berbahaya, sesat dan laten oleh pemerintahan orde baru.

Sejarah Singkat Marxisme

Sebelum kita masuk lebih jauh dalam pemikiran Karl Marx, ada baiknya kita melihat beberapa istilah yang sering disalah artikan oleh berbagai kalangan. Pertama, Marxisme tidak sama dengan Komunisme yang juga disebut Komunisme Internasional adalah nama gerakan kaum komunis. Komunisme adalah gerkan dan kekuatan politik partai-partai komunis yang sejak Revolusi Oktober 1917 di bawah pimpinan Vladimir Lenin menjadi kekuatan politis dan ideologis Internasional. Marxisme dilegitimasi sebagai ideology resmi kaum Komunis yang dimaksudkan untuk memperlihatkan diri sebagai pewaris sah ajaran Marx, sebelum dimonopoli pula oleh Lenin, istilah Komunis dipakai untuk cita-cita utopis masyarakat, di mana segala hak milik pribadi dihapus dan semuanya menjadi milik bersama.3

Sesuai dengan namanya, Marxisme merupakan ide dasar tentang ekonomi dan politik atau ideology yang dicetuskan oleh Karl Marx, Ia lahir pada tahun 1818 di kota Trier di perbatasan Barat Jerman yang pada waktu itu termasuk Prussia. Pemikiran Marx banyak dipengaruhi oleh filsafat Hegel yang menitikberatkan pada rasionalitas dan kebebasan. Berangkat dari filsafat Hegel kemudian Marx mencoba untuk mengejawantahkan rumusan tersebut menjadi praksis, pemikiran harus menjadi pendorong dalam perubahan social.4

Secara sederhana pemikiran Karl Marx kita bisa bagi dalam beberapa hal penting, diantarantanya adalah; Teori Kelas, Teori Alienasi, Teori Nilai, dan tentang Materialisme sejarah. Mengingat bahwa tidaklah mungkin keseluruhan dari teori Marx tersebut dibahas secara detail maka penulis akan memaparkan sedikit tentang teori-teori tersebut di atas secara singat dan sederhana;

a. Teori Kelas

Kelas dalam konteks Marxian dapat diartikan sebagai golongan social dalam suatu tatanan masyarakat yang ditentukan oleh posisi tertentu dalam suatu proses produksi. Kelas terbentuk dilihat dari jumlah kepemilikan modal dalam hal ini adalah alat produksi. Apabila seseorang memiliki suatu alat produksi maka ia disebut sebagai kelas yang kuat atau majikan atau pengusaha dan apabila seseorang tidak memiliki suatu alat produksi maka ia disebut sebaai kelas yang lemah atau buruh atau pekerja. Secara tidak langsung telah terjadi pembagian kerja (division of labour) yang menciptakan juarang pemisah antara yang berkuasa dan yang dikuasai. Terciptanya kelas dalam masyarakat merupakan ciri dari masyarakat kapitalis yang memposisikan kelas atas sebagai penguasa atas kelas bawah sebagai yang dikuasai pada hakikatnya merupakan hubungan penghisapan atau eksploitasi. Menurut Marx, setiap kelas social bertindak sesuai dengan kepentingan objektifnya sendiri, dalam artian bahwa pertentangan tidak ada sangkut pautnya dengan persoalan moral melainkan kepentingan masing-masing kelas secara objektif, maka para kelas majikan berkepentingan untuk meraup sebanyak-banyaknya laba dan menekan gaji buruh begitu pula sebaliknya dengan sendirinya kelas buruh berkepentingan untuk mendapatkan upah

3

Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999) hal.4.

(3)

sebanyak-banyaknya, tuntutan menurangi jam kerja, dan merebut alat produksi. Situasi inilah yang disebut sebagai revolusi, dimana hubungan produksi tidak lagi stabil.5

b. Teori Alienasi

Alienasi merupakan bentuk hubungan dimana individu terasing darinya. Seorang buruh diperlakukan sebagaimana barang yang di jual. Ia telah menjual tenaga, keahlian, dan waktunya kepada pemilik modal atau majikan. Ia menjual sebagian besar hidupnya untuk orang lain yan menguasai buruh, hingga buruh tidak punya arti diri sebagai manusia seutuhnya. Terdapat 4 inti teori alienasi, yakni pertama, pekerja terasing dari aktivitas produksinya dan tidak memainkan peran sedikitpun untuk menentukan apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukan. Kedua, pekerja terasing dari produk hasil dari aktivitas mereka karena tidak memiliki control terhadap yang dibuat. Ketiga, pekerja terasing dari manusia lain karena dengan kompetisi dan penyeragaman telah menjauhkan mereka dari kerja sama. Keempat, mereka terasing dari potensi diri beraneka ragam yang tersimpan dalam kediriannya sebagai manusia.6

c. Teori Nilai

Teori nilai merupakan teori Marx yang cukup berpengaruh. Ia menyebutkan bahwa sumber satu-satunya nilai adalah usaha yang dikorbankan untuk memproduksi suatu barang. Ia menilai bahwa kapitalisme telah membeli tenaga para tenaga kerja para buruh dengan harga sebatas kehidupan hidup pekerja, sedangkan pekerja mencurahkan tenaganya untuk memproduksi barang yang nilainya jauh lebih tinggi dari upah yang diberikan kepada mereka. Marx menyebut ini sebagai teori buruh atas nilai (labour theory of value), yaitu perbedaan antara upah rill yang diterima buruh dengan apa yang diproduksi oleh buruh. Ia menilai bahwa selama ini hak pekerja (nilai lebih) telah dirampas oleh pemilik modal dengan bersembunyi di balik pendapatan, laba, dan kemanfaatan modal (capital utility) yang semula tidak ada.7

d. Materialisme Sejarah

Prinsip dasar dari pandangan materialism sejarah adalah bahwa bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka, tetapi sebaliknya keadaan social lah yang menentukan kesadaran mereka. Yang dimaksudkan dengan keadaan menurut Marx adalah proses produksinya yaitu manusia ditentukan oleh produksi mereka, baik apa yang mereka produksi maupun cara mereka berproduksi, jadi individu terantung pada syarat-syarat material produksinya. Marx memberikan contoh dengan menjelaskan “Penggilingan dengan tangan menciptakan masyarakat feudal, penggilingan dengan uap menciptakan masyarakat kapitalis industrial”. Jadi materialism yang dimaksudkan disini adalah materi dalam artinya yang rill, dan itulah factor yang menentukan sejarah. Selanjutnya Marx membuat suatu kerangka konseptual kehidupan manusia yang disebut dengan basis (basic structure) dan Bangunan atas (supra structure). Secara sederhana basis dapat kita artikan sebagai hubungan produksi dan bangungan atas kita artikan sebagai kehidupan politik, social, dan spiritual.

5

Ibid. hal. 111-117

(4)

Maka dapat dimengerti bahwa hubungan produksi yang terjadi (dalam situasi sekarang misalnya kapitalistik) akan mempengaruhi bangunan atasnya yakni social, politik, dan spiritual. Hal ini bisa kita lihat dari timbulnya masyarakat kompetisi, politik transaksional dan agama yang dikemas dalam bentuk menarik untuk kemudian diperdagangkan, fenomena-fenomena ini dapat kita sebut sebagai buah dari system kapitalisme sebagai sestem yang diperlakukan dalam dunia perekonomian modern.8

Beberapa poin di atas merupakan penjelasan secara sederhana dari pemikiran Karl Marx yang menjadi salah satu doktrin yang paling berpengaruh dalam sejarah peradaban manusia, tak terkecuali di Indonesia.

ISLAM KIRI: Dari Teosentrisme Menuju Antroposentrisme

Wacana Islam kiri merupakan istilah yang tidak asing lagi, istilah ini banyak digunakan oleh para aktivis pergerakan yang memilki kecenderungan Islamis dan Marxian dengan menggunakan legitimasi pemikiran karya Ashgar Ali Engineer, Ali Syari‟ati, dan Hassan Hanafi. Sudah jelas bahwa istilah Islam Kiri atau Kiri Islam yang pertama kali digunakan oleh Hassan Hanafi lewat jurnal Al-Yassar Al-Islami, merupakan pemikiran yang bersinggungan dengan teori Marx namun apabila dibaca dalam karya para intelektual tersebut, terlihat kesan malu-malu untuk menunjukan kecenderungan tersebut. Malah beberapa diantaranya seperti Ali Syari‟ati dan Hassan Hanafi yang keduanya merupakan lulusan Universitas Sorboone Paris, Perancis -tempat dimana banyak filusuf barat ternama lahir- berbalik dengan selalu mengkritisi paham-paham barat, yang selanjutnya Hassan Hanafi membentuk suatu kutub Oksidentalisme, yakni menjadikan barat sebagai objek studi dalam rangka perlawanan terhadapnya.

Secara umum kiri sering diartikan sebagai kubu yang cenderung sosialis, anarkis, reformis, progresif atau liberal. Dengan kata lain kiri selalu menginginkan sesuatu yang disebut kemajuan, yang memberikan inspirasi bagi keunggulan manusia atas sesuatu yang disebut “takdir social”. Bagi Hassan Hanafi, Kiri adalah mengangkat posisi kaum yang tertindas, kaum miskin dan yang menderita.9 Khusus di Indonesia, kiri biasanya sering diartikan sebagai komunis, sosialis, dan segala bentuk perlawanan terhadap pemerintah lainnya. Pada hakikatnya kiri dan kanan tidak “ada” dalam Islam itu sendiri, namun “ada” pada tataran social, politik, ekonomi dan sejarah. Bagi Hassan Hanafi, mengenalkan terminology kiri dan „orang-orang kiri‟ adalah penting dalam upaya menghapus sisa-sisa imperialisme.10

Secara sederhana Islam kiri merupakan upaya-upaya perlawanan kepada penguasa yang dzalim dalam bentuk keberpihakan terhadap kaum tertindas dengan legitimasi Islam. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pada awal kemunculannya, Nabi Muhammad lahir ditengah-tengah memburuknya situasi sosial, ekonomi dan politik di Mekkah. Semangat barbarianisme, serta kesukuan yang menjadi dasar berprilaku masyarakat arab pada waktu itu senantiasa mempertontonkan hal-hal yang diluar batas kemanusiaan. Buruh tak dibayar, budak diperjual-belikan, perempuan dapat diperjual belikan maupun ditukar bila ada yang

8 Franz Magnis, Pemikiran Karl Marx….. hal.138-142 9

Kazuo Shimogaki, Kiri Islam antara moderenisme dan posmoderenisme dan telaah kritis pemikiran Hassan Hanafi (Yogyakarta: LKiS, 2012) hal.6 -7

(5)

berkenan, bahkan bayi perempuan dikubur hidup-hidup karena menjatuhkan martabat keluarga.

Potret realitas masyarakat arab pra-Islam diatas memaksa Nabi Muhammad untuk berpikir keras untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut. Semasa Nabi masih hidup dan beberapa decade sesudahnya, Islam menjadi kekuatan yang sangat revolusioner. Nabi tidak segan dan ragu untuk menggulirkan tantangan kepada saudagar kaya di Mekkah, mereka melanggar norma kesukuan dan tidak menghargai fakir miskin. Melalui dakwahnya ia berseru kepada saudagar kaya tersebut dengan kalimat yang pasti. Al-Qur‟an menyebutkan

“Mereka mengumpulkan kekayaan dan menimbunnya, mereka mengira kekayaannya akan mengekalkannya. Sama sekali tidak! Mereka akan dilontarkan ke dalam Huthamah. Apakah Huthamah itu? Yaitu api yang dinyalakan Allah (Al-Qur‟an:104).11 Kemuadian para budak fakir miskin itulah yang pada akhirnya menjadi pengikut setia Nabi dalam menyebarkan ajaran Islam.

Selanjutnya Ashgar Ali Engineer dalam bukunya mengutip sebuah tulisan Raif Khoury tentang makna dari sebuah adzan, ungkapnya:

…apakah setiap mendengar panggilan suci itu, kamu ingat bahwa Allahu Akbar bermakna (dalam bahasa yang tegas): berilah sanksi kepada para lintah darat yang tamak itu! Tariklah pajak dari mereka yang menumpuk-numpuk kekayaan! Sitalah kekayaan dari para tukang monopoli yang mendapatkan kekayaan dengan cara mencuri! Sediakanlah makanan untuk rakyat banyak! Bukalah pintu pendidikan lebar-lebar dan majukanlah kaum wanita! Hancurkan cecunguk-cecunguk yang membodohkan dan memecah belah umat! Carilah ilmu sampai ke negeri Cina! Berikan kebebasan, bentuklah majelis syura yang mandiri dan biarkan demokrasi bersinar yang sebesar-besarnya!12

Belum lagi larangan riba yang sangat dicela dalam al-Qur‟an, larangan eksploitasi terhadap pekerja, dan masih banyak lagi sifat-sifat Islam yang liberatif. Dengan demikian Engineer beranggapan bahwa, kedatangan Islam adalah untuk merubah status quo serta mengentaskan kelompok yang tertindas dan dieksploitasi. Lebih jauh Ia mengatakan bahwa Masyarakat yang sebagian anggotanya mengeksploitasi sebagian lainnya yang lemah dan tertindas, tidak dapat disebut sebagai masyarakat Islam, karena apa yang dilakukannya jauh dari nilai-nilai Islam.13

Islam menurut Ali Syari‟ati bukanlah agama yang hanya memperhatikan aspek spiritual dan moral dengan penciptanya, namun lebih merupakan sebuah ideology emansipasi dan pembebasan. Islam harus difungsionalisasikan sebagi kekuatan revolusioner untuk membebaskan rakyat tertindaas, baik secara kultural maupun politik, lewat pemikirannya ini Ali Syari‟ati menjadi motor penggerak Revolusi Islam Iran pada tahun 1978 untuk menumbangkan rezim Syah Iran yang dzalim terhadap rakyatnya.14

Dari dalam negeri kita memiliki Haji Moehammad Misach, Tokoh Sarekat Islam ini juga menjadi salah satu penggerak kaum buruh tertindas pada masa kolonialisme belanda. Seorang salih yang berasal dari keturunan keraton Surakarta ini secara tegas dan lantang

11 Ashgar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) hal. 4. 12

Ibid. hal.5. 13 Ibid. hal.7.

(6)

menolak feodalisme dan kapitalisme. Tokoh yang terkenal dengan jargonnya “Belum Islam

kalau belum Sosialis” ini juga terlibat dalam aksi pemogokan buruh beberapa kali, dan ia semakin dikenal dengan tulisan-tulisannya pada harian Medan Moeslimin, yang sangat provokatif dan memberikan semangat perlawanan terhadap kolonial belanda. Misbach menegaskan hakikat dari agama untuk menuju keselamatan:

Agama ber-erti penoendjoek dari Toehan Islam ber-erti Selamat

Menjadi agama Islam itoe penoendjoek djalan Jang menoentoet keselamatan15

Menurut Misbach, seorang muslim mempunyai tugas yang berat yakni dia harus menyelamatkan dunia dari kesewenang-wenangan, kedzaliman dan kekejian orang-orang serakah yang munafik. Dalam istilah Misbach, orang-orang serakah yang munafik ini disbeut kapitalis. Misbach menilai kaum kapitalis ini melenceng dari Islam yang sejati. Islam justru mengajarkan umatnya untuk memberi jiwa dan kehidupan social baru kepada peradaan yang terpecah belah dan yang mati. Jadi, Islam tidak semata berisikan persoalan aqidah dan ritual belaka. Misbach yang pada akhrinya kecewa terhadap kebijakan-kebijakan Sarekat Islam yang dipimpin oleh H.O.S Tjokroaminoto ini, bersama Semaoen membangun Sarekat Islam Merah (SI Merah) yang selanjutnya berubah menjadi Partai Komunis Indonesia. Karena Misbach beranggapan bahwa Syarekat Islam Tjokoaminoto tidak berani melawan pemerintah colonial secara tegas dan cenderung lebih moderat bahkan terkadang tunduk. Lewat PKI Misbach semakin getol dan bersemangat dalam memerangi kapitalisme, Ia berkata:

Mereka jang mengakoe dirija oerang Islam, tetapi menolak kommoenisme, saja tidak takoet oentoek mengatakan bahwa mereka beloem mengerti jang sebenarnja pendirian agama Islam.16

Keistiqomahannya dalam membela kaum-kaum tertindas tetap terjaga hingga akhir hayatnya. Misbach dibuang pemerintah Belanda ke Manokwari dan wafat disana. Begitulah bagaimana perjuangan Haji Moehammad Misbach dalam melawan kapitalisme dengan membawa panji agama Islam sebagai suatu alat perlawanan.

Analisis Kritis Islam dan Marxisme

Apabila kita kembali kepada teori-teori Marx yang sudah dipaparkan sebelumnya maka kita dapat mengambil dua poin penting, yang seakan-akan mendapuk pundak Marx sambil mengatakan bahwa Islam adalah agama pembebas, diantaranya adalah:

1. Islam Tidak Mengenal Kelas

Bagi Ali Syari‟ati, Masyarakat Islam sejati tidak mengenal kelas. Ia adalah wadah bagi orang-orang yang tercerabut haknya, yang tersisa, lapar, tertindas dan terdiskriminasi. Islam menuntut terciptanya sebuah masyarakat berkeadilan, sebuah gerakan kebangkitan

(7)

yang menentang penindasan, pemerasan dan diskriminasi sehingga mereka mendapatkan situasi social masyarakat yang “sama rata”, masyarakat yang membebaskan dirinya dari tirani, ketidakadilan dan kebohongan. Oleh karena itu, diskriminasi manusia atas dasar ras, kelas, darah, kekayaan, kekuatan dan lain sebagainya tidak bisa dibiarkan. Dengan itulah Ali Syari‟ati mendasarkan Islamnya pada sebuah kerangka ideologis yang revolusioner untuk melawan segala bentuk tirani, penindasan dan ketidakadilan menuju persamaan tanpa kelas. Bahkan Syari‟ati membuat sbeuah formula baru, “Saya memberontak maka saya ada”.17

2. Islam sebagai Agama Pembebas

Menurut Hassan Hanafi mempertautkan agama dan revolusi bukan merupakan suatu yang asing dan latah. Bahkan Agama adalah revolusi itu sendiri, dan para Nabi merupakan revolusioner sejati. Ibrahim adalah cermin revolusi akal menundukan tradisi buta, revolusi tauhid melawan berhala-berhala; Musa merefleksikan revolusi pemebasan melawan otoritarianisme. Isa adalah contoh revolusi ruh atas dominasi materialism. Dan Muhammad SAW, merupakan teladan bagi kaum papa, hamba sahaya, dan komunitas tertindas berhadapan dengan para konglomerat, elit Quraisy, dan gembong-gembongnya dalam peruangan menegakan masyarakat yang bebas, penuh kasih, persaudaraan dan egaliter.18

Al-Qur‟an menggambarkan kenabian sebagai revolusi memberantas dekadensi moral dan social dengan berbagai resiko yang dihadapi, seperti penindasan, penyiksaan, penjara dan pembunuhan.

Kesimpulan

Ashgar Ali Engineer menjelaskan bahwa islam memiliki beberapa tujuan dasar, diantaranya, Persamaan (equality), Persaudaraan yang universal (universal brotherhood) dan keadilan sosial (social justice). Selanjutnya ia beranggapan bahwa hal-hal tersebut lah yang menjadi nilai-nilai dasar dalam islam. Nilai tersebut akan tetap selalu ada, tidak dapat berubah karena seperti itulah kehendak yang diinginkan Tuhan melalui Al-Qur‟an.

Lewat kritiknya atas teologi yang diberlakukan pada umumnya, Ashgar Ali Enginer mengungkapkan bahwa, teologi yang ada cenderung sangat ritualis, dogmatis dan bersifat metafisis yang membingungkan. Ia menyebutkan bahwa dengan wajah yang seperti ini, agama sama saja dengan mistik dan menghipnotis masyarakat. Teologi hanya berupa seikat ritual yang tidak memiliki ruh, tidak menyentuh kepentingan kaum tertindas dan para pekerja kasar serta menjadi latihan intelektual dan metafisis atau mistis yang abstrak bagi kalangan kelas menengah. 19 Dengan terbuainya umat Islam dalam konsepsi teologi klasik, maka Islam sebagai agama pembebas akan kehilangan ruh dan semangat perjuangannya. Oleh karenanya penting untuk membawa kembali pemikiran Islam yang cenderung abstrak jadi membumi dengan memposisikannya sebagai salah satu kekuatan revolusioner dalam menentang pemerintahan yang dzalim.

Waullahu alam

17

(8)

Daftar Pustaka

Engineer, Ashgar Ali. 2009. Islam dan Teologi Pembebasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hiqmah, Nor. 2008. H.M. Misbach: Kisah Haji Merah. Jakarta: Komunitas Bambu.

Shimogaki, Kazuo. 2012. Kiri Islam: Antara Modernisme dan Posmodernisme, Telaah Kritis

Pemikiran Hassan Hanafi. Yogyakarta: LKiS.

Supriyadi, Eko. 2013. Sosialisme Islam: Pemikiran Ali Syariati. Yogyakarta: Rausyan Fikr.

Suseno, Franz Magniz. 2001. Pemikiran Karl Marx dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan

Revisionisme. Jakarta: PT. Gramedia

Referensi

Dokumen terkait

Sekretaris Junior yaitu sekretaris yang masih muda, dapat juga berarti sekretaris yang masih berpangkat atau berkedudukan rendah, muda dalam pengalaman, belum memiliki

Dari permasalahan tersebut, harus ada upaya untuk menyelesaikannya, munculnya konsep Open Course Ware (OCW) sebagai platform baru dibidang teknologi pendidikan

Pada periode setelah MJO aktif, terlihat pola yang serupa dengan Gambar 3, kali ini dalam komponen meridional, di mana pada sisi utara lokasi radar hujan

Dari hasil pengamatan foto makro, pada pengujian tarik dan impact komposit hybrid berpenguat serbuk kayu jati dan mahoni bermatrik polyester mempunyai

Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem sirkulasi dan mengaitkannya dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan mekanisme peredaran darah

The Contribution of English Day Program Towards Students’ Speaking Skills In International Standard School SMK N 1 Pacitan. English Department, Languages and Art

Ketentuan besaran persentase insentif bagi Perangkat Daerah pengelola pendapatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Bupati Kebumen Nomor 9 Tahun 2020

secara berkelompok untuk menjawab pertanyaan tentang pengertian, jenis, karakteristik, lingkup usaha jasa wisata; serta hubungan antara berbagai usaha jasa wisata guna