• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (2)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU

Ristina¹; Bustamin dan Dewi Tureni²

Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRACT

The problem of the research was that the learning outcomen on natural science subject was still low caused by the lack of variation method in the teaching learning process. I general, the teaching learning model was still dominated by speech method, asking question, and assignment method mode the student passive in the classroom. The goal of the research was to improve

student’s learning outcomes through applying STAD cooperative learning type on natural science subject of the grade IV SD Impres 2 Parigimpuu. This research wa classroom action research (CAR) consisted of two cycles. Each cycles consisting of four stages namely: Planning, action , observation and reflection. The results of the research showed that there is an increase from cycle I to cycle II by using STAD cooprative learning type. The test results on cycle I was obtained classsical mastery 58.3 %. The classical achievement on cycle I was 64.88 %. The result on cycle II was obtained classical mastery 91.6 %. The classical achievement on cycle II was 80.25 % The results of the research showed that there is an increase on natural science lerning outcomes. It can be concluded that the learning outcomes on natural science subject of the grade IV student’s at SDN inpres 2 parigimpuu can be increased through STAD cooperative lerning type.

(2)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU

Abstrak

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil balajar siswa pada mata pelajaran IPA, disebabkan antara lain kurangnya variasi dalam penyampaian materi pemelajaran di kelas. Pada umumnya model pembelajaran yang digunakan dalam proses balajar mengajar IPA masih didominasi oleh model pembelajaran ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Akbatnya proses pembelajaran yang terjadi memposisikan siswa sebangai pendengar. Siswa jaran dilibatkan dalam proses pembelajaran, akibatnya proses pembelajaran cenderung membosankan dan menjadikan siswa hanya menghayal atau melamun. Tujuan yang ingin dicapai untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPA kelas IV Inpres 2 Parigimpuu. Jenis menelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan hasil observasi aktivitas siswa berkisar 67,85% dan hasil observasi aktivitas guru berkisar 73,75%. Dengan menggunakan dua siklus. Setiap siklis terdiri dari empat tahap yaitu : Perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tes hasil tindakan pada siklus I diperoleh ketuntasan klasikal adalah 58.5 %

selanjutnya

pada siklus II diperoleh ketuntasan klasikal 91.6 % dan daya serap klasikal pada siklus I sebesar 64.88 % dan pada siklus II sebesar 80.25 %. Al ini menunjukkan peningkatan pada hasil pembelajaran IPA. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV Inpres 2 Parigimpuu dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

(3)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X PENDAHULUAN

Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingka laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya ( slameto 2010:2). Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal ( Gagne dan Briggs 1979:3).

Salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa pad mata pelajaran IPA adalah kurangnya variasi dalam meyampaian materi pembelajaran di kelas. Pada umumnya model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar IPA masih didominasi oleh model pembelajaran ceramah, tanya jawab dan pembelajaran tugas. Beberapa kelemahan dari model pembelajaran ceramah membuat siswa pasif, mengandung unsur paksaan kepada siswa, menghalangi daya kritis siswa, anak didik yang lebih tanggap dari visik visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya, sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik, kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata), bila terlalu lama membosankan.

Berdasarkan hasil obsevasi dengan Guru IPA kelas IV di SD Inpres 2 Parigimpuu diperoleh data nilai rata-rata hasil belajar IPA selama tiga tahun terakhir seperti pada Tabel 1menunjukan perolehan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA untuk tahun ajaran 2008 sampai dengan 2011.

Tabel 1. Daftar Nilai Siswa Selama Tiga Tahun Terakhir

No. Tahun ajaran Kelas/Semester Nilai Rata-Rata Siswa

Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM)

1 2008/2009 IV/II 5,5 7

2 2009/2010 IV/II 6 7

3 2010/2011 IV/II 6 7

Sumber data: daftar nilai siswa kelas IV Semester I SD 2 Parigimpuu

(4)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X tindakan alternatif, berupa penerapan model pembelajaran lain yang lebih mengutamakan keaktifan dan kreatifitas siswa, kerja kelompok dan memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan potensi secara maksimal. Salah satu model pembelajaran yang membangun kreatifitas dan mengembangkan potensi anak secara maksimal adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Dalam model pembelajaran kooperatir ini siswa dapat meningkatkan partisipasi dalam belajar. Model pembelajaran ini juga memfasilitasi diperkenalkannya benda-benda konkrit yang ada dilingkungan sekolah yang berkaitan pembelajaran. Siswa diminta bekerja sama dalam kelompok heterogen.kemudian pelajaran diakhiri dengan kuis dimana pada saat kuis dimana pada saat kuis siswa itu bekerja sendiri-sendiri. Pada pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk

diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan” (Arindawati, 2004:

83-) berdasarkan atar belakang dan permasalahan diatas penulis terdorong untuk

melakukan penelitian ini dengan judul “penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa di kelas IV SD Inpres 2 Parigimpuu.

Bertitik tolak dari latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut, Tujuan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Inpres 2 parigimpuu dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

METODE PENELITIAN

Kegiaatan penelitian ini mengunakan rancangan penelitian tindaakan kelas (PTK). Dengan harapan agar diperoleh data yang akurat dan diambil tindakan yang tepat. Indentifikasi masalah bembelajaran kelas ditemukan bahwa siswa-siswa kelas IV SD Impres Parigimpuu kurang berminat belaajar IPA dan hasil belajar mereka masi rendah, berdasarkan masalah tersebut disusun perencanaan pembelajaran tentang bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pendekatan yang dikunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menghasilkan data secara tertilis maupun lisan dari aktifitas atau perilaku subyek yang diamati pada proses pembelaajaran berlangsung. Adapun rancangan penelitian ini meliputi:

Mengacu pada model penelitian yang ditemukan oleh Kemmis dan Mc.Tnggart yang terdiri dari 4 komponen yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindaakan (action), observasi (observation) dan refleksi (reflection). Selama proses pembelajaran dilakukan observasi dan pengukuran hasil pembelajaran sebagai bahan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres 2 parigimpuu berjumlah 24 siswa, terdiri atas 9 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki paada tahun ajaran 2013/2014. Kesuluruhan subyek penelitian dalam kelompok belajaar bersifat heterogen.

(5)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres 2 parigimpuu yang menja objek penelitian adalah 24 siswa kelas IV yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan dengan kemampuan belajar yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Subjek penelitian adalah siswa yan mempunyai hasil belajar rendah dibawah ketuntasan minimum yang ditentukan oleh sekolah yaitu tuntas individu

apabila mendapatkan nilai belajar ≥ 70.

Observasi aadaalah mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamata langsung proses pembelajaran sekitar aktivitas siswa dan guru, terutama yang berkenan dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan lembar observasi siswa dan guru yang telah disiapkan. Data tentang kemampuan siswa baik secara individual maupun secara klasikal diperoleh dengan memberikan tes kepada siswa. Hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan soal-soal IPA yang diberikan melalui tes pratindakan (tes awal) dan tes akhir setiap tindakan. Hasil opservasi yang membuat catatan mengenai kegiatan pembelajaran baik yang berkain dengan guru (peneliti) maupun yang berkaitan dengan siswa.

Guru, data yang diperoleh dari hasil observasi saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa, data yang diperoleh dari hasil observasi dan nilai hasil tes. Instrumen penelitian adalah alat tes hasil belajar yang berupa tes awal dan tes akhir tindakan. Memberikan tes awal kepada siswa (subyek penelitian) pada mata pelajaran IPA. Pembentukan kelompok belajar. Pelaksanaan tindakan ini direncanaka berlangsuk lebih dari satu siklus dan setiap siklus terdiri dari 4 fase, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) reflesi.

1) Daya serap individu

Daya serap individu =S ya wa

S a = %

Seorang siswa dikantakan tuntas belajar secara individu jika persentase daya serap indivitu sekurang-kurangnya 70%

1) Ketuntasan belajar klasikal

PTK = J a wa ya a

J a wa = %

Suatu kelas yang dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika sekurang-kurangnya 80% ssiswa telah tuntas (Sumber KKD SD Inpres 2 parigimpuu).

(6)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X dan merupakan pengungkapan akhir dari hasil tindakan. Analisis data hasil observasi terhadap aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran oleh guru/penelitia menggunakan analisis persentase skor. Untuk indikator kurang diberi skor 4. Selanjutnya dihitung persentase rata-rata dengan rumus (Depdiknas, 2004) sebangai berikut:

Nilai rata-rata = J a

S a a = %

Kriterial taraf keberhasilan tindakan dapat daapat ditentukan sebagai berikut:

90% ≥ NR ≤ 100% : Sangat baik

80% ≥ NR < 90% : Baik

70% ≥ NR < 80% : Cukup

60% ≥ NR < 70% : Kurang 0% ≥ NR < 60% : Sangat kurang

Indikator kualitatif pembelajaran dalam penelitian ini dapat dilihat dari dua aspek yaitu hasil observasi aktivitas siswa dan pengelolaan oleh guru. Penelitian ini dinyatakan berhasil, jika kedu aspek tersebut telah berada dalam kategori baik atau sangat baik. Indikator kuantitatif pembelajaran dalam penelitian ini dinyatakan berhasil, apabilah hasil belajar IPA siswa IV Inpres 2 parigimpuu, mencapai daya serap individu 70% (sesuai standar SD Inpres 2 parigimpuu) dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 80%. (Depdiknas, 2004:37).

HASIL PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan 2 siklus dengan hasil sebagai berikut. Sebelum penelitian mengadakan tindakan, siswa terlebih dahulu diberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Tes dilakukan pada hari senin tanggal 08 bulan 06 tahun 2015 yang diikuti oleh 24 orang siswa kelas IV SD Inpres 2 Parigimpuu dan materi yang diajarkan yaitu sifat bahan dan kegunaannya, bentuk tes yaitu soal pilihan ganda yang berjumlah 10 soal. Adapun deskripsi tes awal pada pra tindakan dapat dilihat pada Tabel 2 dan hasil selengkapnya dapat dilihat lampiran dibawah ini.

Tabel 2. Hasil Analisis Tes Awal Siswa

No Aspek Perolehan Hasil

1 Skor Tertinggi 80

2 Skor Terendah 30

3 Nilai Rata-rata 57,2

4 Banyaknya Siswa yang Tuntas 9 Orang 5 Ketuntasan Belajar Klasikal 36%

(7)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X mencapai persentase ketuntasan belajar klasikal yang ditetapkan oleh sekolah yang sebesar 70%.

Dalam sisklus I dilaksanakan sesuai dengan langka-langka yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Rencana tindakan yang dilakukan pada siklus dan refleksi. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi bagian-bagian Gaya dan Fungsinya. Membuat scenario pembelajaran. Membuat lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Mempersiapkan tes akhir. Membuat susunan kelompok, dilakukan dengan mengacu pada RPP yang telah dipersiapakan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan selama dua kali pertemuan. Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 06 bulan 07 tahun 2015 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 10 bulan 07 tahun 2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit untuk tiap pertemuan.

Ketika pelaksanaan tindaakan siklus I berakhir, kegiatan selajutnya adalah memberikan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa. Kegiatan tes dilaksanakan pada akhir pembelajaran siklus I pertemuan kedua dengan bentuk soal uraian dan berjumlah lima butir soal. Adapun deskripsi akhir tindakan siklus I daapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Analisis Tes Akhir Siklus I

No Aspek Perolehan Hasil

1 Skor Tertinggi 90

2 Skor Terendah 23

3 Nilai Rata-rata 69,16

4 Banyaknya Siswa yang Tuntas 16 Orang 5 Ketuntasan Belajar Klasikal 64%

Pada Tabel 3 presentase ketuntasan klasikal belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu minimal 80 %. Hasil ini menandakan masih banyak siswa belum mampu mengerjakan soal dengan baik. Observasi pada siklus I dilakukan dengan mengamati aktivitas guru dan siswa di kelas yang dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsuk. Onservasi ini dilakukan oleh guru kelas IV Inpres 2 Parigimpuu dengan cara mengisi lembar obsetvasi yang telah disediakan peneliti.

Pelaksanaan siklus II ini juga mengikuti tahap-tahap berupa perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Rencana kegiatan yang dilakukan pada siklus

II adalah. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi bagian- bagian Gaya dan Fungsinya, memuat scenario pembelajaran, membuat lembar

(8)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X ketika pelaksanaan tindakan siklus 2 berakhir, kegiatan selajutnya meberikan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa. Adeapun hasil tes akhir tindakan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Analisis Tes Akhir Siklus 2

No Aspek Perolehan Hasil

1 Skor Tertinggi 100

2 Skor Terendah 61

3 Nilai Rata-rata 89,28

4 Banyaknya Siswa yang Tuntas 24 Orang 5 Ketuntasan Belajar Klasikal 96%

Observasi pada siklus 2 juga mlihat aktivitas guru dan siswa di kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan mengisi lembaran observasi siklus II dan dibantu oleh guru yang sama.

PEMBAHASAN

Analisis hasil belajar pada siklus I diperoleh jumlah siswa yang tuntas 16 siswa dari 24 siswa dengan daya serat klasikal mencapai 69,16% dan hasil tersebut menunjukan bahwa ketuntas klasikal belum mencapai indikator keberhasilan yang ditargetkan. Berarti sebagai siswa belum mampu memahami materi yang diajarkan.

Berdasarkan hasil analisis siswa pada siklus I diketahui bahwa penyebab kelemahan dalam proses pembelajaran yaitu siswa masih takut dan malu untuk menjawab pertanyaan dari guru, sebagai siswa yang duduk paling belakang hanya bercerita dan bermain, siswa belum terbiasa dengan guru baru dan masih merasa takut untuk melakukan pertanyaan, siswa banyak bertanya pada teman sesamanya tentang soal dan jawaban yang tidak mengerti, dan siswa takut dimarahin guru karna belum mengerti.

Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh guru tersebut maka hal-hal yang harus dilakukan oleh guru yaitu guru harus memberikan motivasi dan penghargaan terhadap siswa yang menjawab agar siswa tidak takut dan malu, guru menjelaskan informasi dengan cara berjalan dan mengontol siswa, guru harus mendekatkan diri kepada siswa, guru harus menjelaskan soal dan berjalan mengontrol siswa yang sedang mengerjakan LKS, kemudian selanjutnya guru memberikan penghargaan bagi belum mengerti dan berani bertanya tentang materi yang belum dipahami menurut Hamalik (2003:155) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.

(9)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X aktivitas guru pada siklus I sebesar 73,75% dan meningkat menjadi 91,25% dan meningkat menjadi 80,35% pada siklus II.

Adapun sebab dari meningkatnya pelaksanaan tindakan siklus II ini yaitu karena membaiknya penguasaan kelas atau pengelolaan pembelajaran oleh guru sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran, bimbingan guru pada siswa sudah merata, pendekatan yang dilakukan oleh guru terhadap siswa juga sudah baik sehingga siswa sudah terbiasa dengan guru dan tidak takut atau malu menanyakan hal-hal yang belum di pahami, setiap siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dibantu oleh guru. Pengelolaan waktu oleh guru sudah baik, sebangian besar siswa mampu menyelesaikan tugas yang diberikan tepat waktu. Menurut Slavin (2005:107). Belaajar kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu untuk mempelajari suatu materi. Sedangkan

Sunal dan Hasn (2000:18) mengemukakan, “Model cooperatif learning yaitu suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberikan dorongan kepada peserta didik agar berkerja sama berlangsungnya prose pembelajaran.

Hasil refleksi pada siklus 2 terlihat bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena proses pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa terlihat langsung dalam pembelajaran. Walaupun pada awalnya siswa belum memiliki kesiapan untuk menerima model pembelajaran ini karena masih asing bagi siswa ataupun belum pernah diterapkan sebelumnya sehingga hasil belajar belum belum mencapai terget yang ingin dicapai. Namun, setelah model pembelajaran ini diterapakan secara berulang yakni pada siklus 2, terlihat sudah mampu merubah hasil belajar siswa sehingga prose pembelajaran berlangsung dengan baik dan hasil belajar pun terjadi peingkatan.

(10)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X meningkat menjadi 24 orang siswa yang tuntas dengan daya serapp klasikal 89,28% dan tuntas klasikal 96% pada siklus 2.

Setelah melihat hasil yang dicapai pada siklus 2, tentunya dapat dipastikan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA dengan mencapaian meningkatkan dari siklus I ke siklus II sebesar 20,12%. Dengan hasil tersebut kegiatan penelitian ini juga tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilda (2013) yang menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif TIPE STAD Dikelas IV SD Inpres 3 Lai yang mengatakan bahwa hasil penelitiannya pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 65,95 dan ketuntasan klasikal 38,09% dan tindakan siklus II diperoleh nilai rata-rata 85,47% dan ketuntasan klasikal 100%. Demikian juga dengan Mariam (2013) yang juga merupakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dikelas IV SDN Inti Loru yang mengemukakan hasil penelitiannya yaitu hasil ketuntasan belajar klasikal pada siklus I adalah 64% dan siklus 2 ketuntasan belajar klasikal sebesar 92% dari siklus I ke siklus 2 mencapai ketuntasan belajar yaitu 28%. Hal dari persentase daya serap klasikal siklus I diperoleh 67,52% dan siklus 2 persentase daya serap klasikal diperoleh 78,72%.

Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa:

Hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan yang signifikan pada siklus I persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 58.3 % dengan daya serap klasikal sebesar 64.88 % dan jumlah siswa yang tuntas yaitu 14 dari 24 siswa. Kemudian pada siklus II persentase ketuntasan belajar klasikal mencapai 91.6 % dengan daya serap klasikal sebesar 80.25 % dan jumlah siswa yang tuntas 22 siswa dari 24 siswa. Hal ini menunjukkan peningkatan hasil belajar yang segnifikan yaitu sebesar 20,12 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaan kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Inpres 2 Parigimpuu.

Saran

1) Untuk melatih siswa berkerjasama, terbiasa dalam menyampaikan ide dan gagasan, serta meningkatkan hasil belajar maka model pembelajaran yang tepat adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat diginakan sebangai bahan pertimbangan guru-guru dalam memiliki model pembelajaran yang sesuai dan efektif khususnya untuk mengajarkan mata pelajaran IPA.

(11)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X DAFTAR PUSTAKA

Arindawati. (2004). Model pembelajaran STAD. www . google. com. Diakses 13 Mei 2013

Carin.(1993). Teaching modern ScienceSixth edition. Newyork: Merrill publisher Departemen Pendidikan Nasional. (2013). Undang-undang RI Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistim pendidikan Nasional.jakarta:Depdiknas

Dapertemen Pendidika Nasional.(2004). Penilaian Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi. jakarta:Dirjen Pend.Dasar dan Menengah

Dess. (1991). “The Role of Cooperative in Increasing

Mariam. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Sains Dikelas IV SDn Inti Loru. Skripsi Sarjana pada FKIP Universitas Tadulako. Tidak Diterbitkan.

Nurasma. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Purwanto, N. (2011). Psikologi Pendidikan: PT. Remaja Karya

Gambar

Tabel 1. Daftar Nilai Siswa Selama Tiga Tahun Terakhir
Tabel 2. Hasil Analisis Tes Awal Siswa
Tabel 3. Hasil Analisis Tes Akhir Siklus I
Tabel 4. Hasil Analisis Tes Akhir Siklus 2

Referensi

Dokumen terkait

Seok (2008) menyatakan bahwa “e-learning is a new form of pedagogy for learning in the 21st century. e-Teacher are e-learning instructional designer, facilitator of interaction,

yang mempengaruhi alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Lamongan dapat memunculkan hasil yang lebih spesifik terkait faktor yangbersifat lokal pada masing-masing

Pemilihan tipe seven segment pada perancangan tugas akhir ini disesuaikan dengan IC decoder yang digunakan, tipe MAN5760 dipilih karena menggunakan metode common

Metode analisa data yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut menggunakan metode transportasi, untuk solusi awal menggunakan metode pojok kiri atas pojok

Pada tabel diatas dapat diketahui dari hasil analisis standar parkir untuk penghuni di Kalibata City yang seharusnya dapat memenuhi kapasitas yang ada di

Berdasarkan Hasil Penelitian bahwa Implementasi Sistem Standarisasi Kerja Nasional dalam pelatihan Tenaga Kerja di Balai Latihan Kerja Luar Negeri Semarang berjalan

Papan partikel yang terbaik adalah papan partikel dangan perbandingan komposisi kulit buah kakao dan ampas tebu 50:50, dengan kadar perekat isosianat 16% dari massa sampel yang

perceraian rumah tangga di Negeri Selangor berdasarkan usia suami dan isteri serta usia perkahwinan bagi pasangan dan faktor-faktor yang menyumbang berlakunya